Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN KEPADA


PASIEN FASE PERIOPERATIF PADA
ANAK
KELOMPOK 4

 Anggraini Wulandari  Rizky Destianingsih

 Fikri Maulana  Selly Rahmawati

 Gita Permatasari  Sindy Ramadhani

 Lulu Nurul Fajri  Sonia

 Pira Nureka  Vera Indah Oktavia


KONSEP DASAR PERIOPERATIF
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif”
adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan pengertiannya
yaitu :

 Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk
intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi;
 Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infus
(IV), memberikan medikasi intravena, dan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien;
 Fase Pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah. pada fase pascaoperatif
berlangsung fokus termasuk mengkaji efek agens anastesia, dan memantau fungsi vital
serta mencegah komplikasi.
DEFINISI BEDAH

Bedah anak adalah salah satu bidang spesialis yang tumbuh pesat dalam
bidang keperawatan dan kedokteran. Disamping prosedur bedah itu
sendiri, tantangannya meliputi penatalaksanaan anestesi, dukungan
pernapasan, pengendalian infeksi, keseimbangan volume cairan dan
elektrolit, termostasi
Terdapat tiga karakteristik fisik yang membuat perawatan pasien bedah
anak unik yaitu : ukuran, usia pasien dan kenyataan bahwa kebutuhan
akan pembedahan paling sering diakibatkan oleh masalah kongenital
daripada masalah yang di dapat.
PROSES KEPERAWATAN
PERIOPERATIF BEDAH ANAK
 Pertimbangan Pengkajian dan Rencana Praoperatif
Pengkajian bedah anak memerlukan pemahaman mengenai proses
pertumbuhan dan perkembangan normal yang berhubungan dengan
kelompok usia yang spesifik, kriteria usia dasar, seperti tanda – tanda vital,
berat badan, status neurologis, dan persepsi nyeri sangat tergantung pada
usia anak.
Pengkajian psikososial perioperative bertujuan untuk mengevaluasi
pengetahuan orang tua dan anak (tergantung umur) mengenai tujuan dan
hasil pembedahan yang di harapkan.
Anak – anak mungkin mempunyai fantasi tentang pembedahan itu. Fantasi
– fantasi seperti itu kemungkinan mengarah kesalah persepsi yang
menyebabkan cemas hebat.
LANJUTAN ...
 Pertimbangan Asuhan Intraoperatif
 Kelengkapan bedah
Asuhan keperawatan difokuskan pada optimalisasi pembedahan, baik dukungan
psikologis di ruang sementara, sampai pasien selesai pembedahan ke ruang
pulih sadar.

 Penurunan Resiko Cedera


Lakukan identifikasi sejumlah resiko cedera yang berhubungan dengan
pemberian posisi bedah, bahaya kimiawi, listrik dan fisik, serta resiko
tertinggalnya benda asing.
 Status Respirasi
Evaluasi pernapasan yang akurat merupakan prioritas tertinggi karena dampak
ventilasi yang tidak efektif pada fungsi jantung anak. Mayoritas aritmia atau
henti jantung yang terjadi berhubungan dengan gagal nafas, yang umumnya
terjadi pada bayi sakit kritis. Kandungan oksigen dalam harus dinaikkan untuk
LANJUTAN ...
 Status Kardiovaskular

Pengkajian status kardiovaskular harus didasarkan pada pemahaman bahwa frekuensi


jantung anak biasanya lebih tinggi dan volume sekuncupnya kurang dari orang dewasa.
Pengkajian perioperatif umum dari sistem kardiovaskular pediatrik harus meliputi
evaluasi mengenai frekuensi jantung anak. Perfusi distal dengan palpasi nadi perifer, dan
adanya mur – mur jantung. Pengkajian yang lebih spesifik dan lebih luas diperlukan bagi
bayi yang lahir dengan defek jantung kongenital, tergantung pada tipe defek jantungnya.

 Status Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Anak – anak yang sakit kritis rentan terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
akibat deplesi atau ekspansi cairan tubuh. Gejalanya beragam, tergantung pada
keparahan penyakit, usia, anak, dan respons fisiologi individu.

 Status Neurologis
Anak – anak dibawah usia 2 tahun sulit untuk dievakuasi secara neurologis, sedangkan
anak – anak yang lebih tua dievaluasi dengan metode yang sama seperti pada orang
LANJUTAN ...
Menurut Rothrock (2000), manifestasi klinik tekanan intracranial meninggi pada anak kecil
adalah sebagai berikut:

1. Tangisan melengking

2. Penonjolan fontanel, yang mungkin menegang

3. Sutura kranial terpisah dengan lingkar kepala membesar

4. Vena kulit kepala distensi

5. Iritabilitas dan resistensi terhadap pemberian kenyamanan


LANJUTAN ...
 Pedoman Intervensi Perioperatif Bedah Anak

a) Pengkajian perioperative pasien pediatric meliputi evaluasi persiapan fisik dan psikologis
untuk pembedahan. Standar pertumbuhan dan perkembangan harus digunakan ketika
mengevaluasi seorang anak, dengan perhatian tertentu pada area dimana anak terletaj
di luar rentang normal.
b) Penyuluhan harus diberikan baik pada anak dan keluarga dengan sebuah kesempatan
untuk menyiapkan kejadian pembedahan. Permainan sesuaai umur biasanya merupakan
strategi penyuluhan yang paling efektif dan berguna sebagai teknik untuk mengurangi
cemas.
c) Informed consent. Untuk pasien dibawah 18 tahun, izin untuk prosedur diagnostic dan
operasi ditandatangani oleh orangtua atau wali yang sah, kecuali jika pasien secara
legal dikenal sebagai orang dibawah umur yang merdeka yang hidup tanpa wali.
Kebijakan tentang izin operasi untuk orang ini sedikit berbeda tergantung pada institusi
dan persyaratan hokum local.
d) Identititas. Anak – anak harus dipasang gelang identifikasi dan orangtua tetap bersama
LANJUTAN ...
e) Tindakan pengamanan meliputi membebat badan atau jaket pengaman pada anak, yang
kemudian difiksasi ke brankar. Terali tepat tidur harus dalam posisi dipasang, dan anak
tidak boleh ditinggal tanpa ada yang menemani
f) Dampak hospitalisasi. Efek negatif perpisahan orangtua dan anak amat diketahui,
meskipun praktik pemisahan anak dari orangtua sebelum anak masuk ruang OK telah
diterima sebagai praktik standar. Bila mungkin, orangtua harus diizinkan menemani
anak mereka sampai idnuksi anastesi, sehingga akan meminimalkan kecemasan baik
bagi anak dan keluarga
g) Peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur apapun tergantung pada tipe prosedur dan
ukuran anak. Kebutuhan untuk perlengkapan khusus harus diantisipasi.

h) Pedoman yang telah distandarkan yang menyediakan sumber untuk semua dosis obat
pediatric berdasarkan berat badan anak (biasanya dihitung dalam kilogram) sebaiknya
sudah tersedia. Apakah anak akan memerluklan resusitasi jantung, dan informasi
spesifik yang menekankan resusitasi pediatric dan neonates juga harus tersedia.
LANJUTAN ...
h) Semua pasien pediatric memerlukan pemantauan status jantung dan pernafasan yang
cermat selama prosedur operasi apapun, karena perubahan dapat terjadi dengan cepat,
dengan tanda – tanda peringatan yang amat samar, atau bahkan kehilangan darah yang
baru atau tiba-tiba, hipotermia atau reaksi stress keseluruhan terhadap prosedur bedah
ini dapat meneyebabkan bradikardi berat yang berhubungan dengan hipoksia dan
stimulasi vagal, sehingga perawat perioperatif sebaiknya tetap bersama pasien sampai
proses induksi dan intubasi selsai dilaksanakan.
j) Temperature ruangan perlu dinaikkan untuk suatu periode waktu tertentu sebelum
kedatangan pasien, kemudian dapat disesuaikan dengan prosedur bedah, karena alat
penghangat tambahan digunakan untuk menjaga temperature anak. Alat penghambat
cairan dan darah sebaiknya digunakan, disertai engan alat penghangat oksigen dan
anestesik. Alat penghagat tempat tidur juga digunakan bersama selimut penghangat
yang ditempatkan dibawah anak
k) Keseimbangan cairan yang mempertahankan hidrasi yang adekuat tanpa kelebihan
volume dapat dikaji dengan dokumentasi seluruh masukan dan keluaran pasien.
LANJUTAN ...
l) Tetap memberitahu keluarga tentang kemajuan pada tim bedah dan kondisi anak selama
prosedur memberikan ketenangan emosi dan berkontribusi pada respons pasca operatif
yang lebih positif. Setiap halangan yang memperpanjang waktu operasi sebaiknya
dkomunikasikan dengan cepat dan jujur.
m) Lakukan penghitungan spons, benda – benda tajam, dan instrument bedah sesuai
dengan prosedur institusi, lalu dicatat hasilnya.
n) Lakukan penghitungan spons, benda – benda tajam, dan instrument bedah sesuai
dengan prosedur institusi, lalu catat hasilnya.
PENDEKATAN PADA PASIEN ANAK
SESUAI USIA PERKEMBANGAN
1.Neonatal – Infant
 Bayi dan toddler tidak memerlukan penjelasan tentang penyakit dan prosedur.

 Penuhi kebutuhan dasarnya : kasing – sayang, ASI, kehangatan, suara yang tenang.

 Minimalkan atau menurunkan stress/kecemasan pada Ibu atau pengasuh : memvalidasi


kecemasan, memberikan dukungan emosional, expres feeling, siportive listening, kolaborasi
dengan psikolog/psikiater.

 Berikan usapan lembut, gentle rocking, dot, selimut hangat pada neonatus dan bayi.

 Berikan mainan yang bergerak, berwarna dan mengeluarkan suara untuk mendistraksi.

 Dukung orang tua untuk selalu bersama anak (meminimalkan stres akibat perpisahan).

 Meminta pengasuh untuk membawakan benda – benda kesukaan : selimut, bantal,


dot/empeng, gelas anak, boneka, dan lain – lain. (meminimalkan stres anak akibat perubahan
lingkungan).
LANJUTAN ...

2.Toddler
 Mendukung ibu untuk melakukan kegiatan dengan anak seperti rutinitas di
rumah (meminimalkan stres anak akibat perubahan).

 Dukung orang tua untuk selalu bersama anak (meminimalkan stres akibat
perpisahan).

 Orang tua harus menemani anak saat induksi anestesi sampai anak tertidur
dan harus disamping anak saat terbangun dari anestesi di ruang PACU.

 Gunakan kata – kata yang sederhana dan izinkan anak untuk


memegang/menggunakan alat – alat selama pengkajian untuk membangun
trust dan cooperation.
LANJUTAN ...

3.Prasekolah 
 Sudah memiliki kemampuan bicara yang baik, penting untuk menggunakan kata –
kata yang dipahami anak jangan yang abstrak. Misal penggunaan kata bius, anestesi,
atau dibuat pingsan. Gunakanlah kata kita akan membuat adek tertidur.

 Jelaskan pada anak kenapa sakit dan harus masuk rumah sakit (bukan karena naka,
atau membuat kesalahan atau sebagai hukuman bagi dia).

 Berbicaralah dengan pandangan sejajar dengan anak dan libatkan orang tua saat
berbicara dengan anak.

 Penting menggunakan boneka anatomi dan mainan peralatan – peralatan medis


(child’s friendly descriptors to help extra explanation). Ini stetoskop digunakan untuk
mendengarkan suara jantung (sambil mempraktekan ke boneka).
LANJUTAN ...

4.
Usia Sekolah (6 – 11 tahun)
 Sudah memahami konsep sakit dan memiliki toleransi lebih untuk berpisah dari
orang tua/pengasuh.

 Mereka mulai menunjukkan kemampuan dan pengetahuan maka dukunglah untuk


menunjukkannya dengan lebih banyak bertanya ke anak ketimbang orang tua.
Contoh, coba adek sampaikan apa yang membuat adek dibawa ke rumah sakit?
 Mulai terpapar dengan informasi dari sinetron dan teman bermain : muncul rasa
takut tidak akan bangun lagi setelah dibius atau bagaimana jika bangun saat
sedang operasi.

 Jelaskan pada anak bahwa tidur di rumah berbeda dengan di bius saat operasi.
 Gunakan gambar atau video yang bisa membantu menjelaskan.
LANJUTAN ...

5.Remaja
• Fokus lebih pada anak bukan pada orang tua (dukung kehendak dan
kemandirian anak : mandi, memakai gown).

• Ajak anak untuk mendiskusikan kasusnya dan mengambil keputusan.

• Jaga privasi anak.

• Dukung hubungan dengan teman – temannya : mengizinkan untuk


berkomunikasi, misalnya menggunakan handphone, menjenguk dan
menemani.

• Dukung mekanisme koping anak : mendengarkan musik, menggambar dan


lain – lain.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN KEPADA
PASIEN FASE PERIOPERATIF PADA
ANAK
PENGKAJIAN
 Anamnesis
• Identitas klien : Nama, umur, pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal masuk Rumah
Sakit.

• Identitas penanggjung jawab klien/keluarga : nama, umur, pendidikan, agama, dan


hubungan dengan klien.

• Keluhan utama merupakan alasan yang menyebabkan seorang anak dibawa oleh orang
tuanya ke Rumah Sakit. Informasi durasi, onset, progresivitas dan berat ringannya keluhan
utama serta keluhan dan gejala yang menyertainya.

• Riwayat penyakit sekarang dan masa lalu termasuk riwayat operasi sebelumnya.

• Kondisi lain seperti terdapat dyspnea, riwayat sianosis, edema, perdarahan yang sulit
berhenti, dan riwayat alergi harus ditanyakan.

• Riwayat persalinan dan family tree.

• Status asupan nutrisi, imunisasi, dan status perkembangan.


LANJUTAN
• Obat – daftar semua obat saat ini

• Operasi sebelumnya

• Pemahaman tentang prosedur bedah dan anestesi

• Merokok, alkohol dan substansi yang mengubah lainnya

• Mengatasi sumber daya

• Sosial pertimbangan budaya


LANJUTAN
Pemeriksaan Fisik
• Kepala dan Leher

• Kondisi membran mukosa mulut menunjukkan tingkat hidrasi.

• Survei umum

• Gerakan dan gerakan tubuh mungkin mencerminkan penurunan energi atau kelemahan
yang disebabkan oleh penyakit.

• Sistem kardiovaskular

• Perubahan status jantung bertanggung jawab atas sebanyak 30% kematian perioperatif.

• Sistem pernapasan : Penurunan fungsi ventilasi, dinilai melalui pola pernapasan dan
kunjungan dada, dapat menunjukkan risiko klien untuk komplikasi pernapasan.
LANJUTAN
• Sistem ginjal : Fungsi ginjal yang tidak normal dapat mengubah keseimbangan cairan dan
elektrolit dan mengurangi ekskresi obat – obatan preoperatif dan agen anestesi.

• Sistem neurologis : Pusat Ortopedi Lincoln/ Lincoln Orthopaedic Center (LOC) klien akan
berubah akibat anestesi umum tetapi harus kembali ke Pusat Ortopedi Lincoln/ Lincoln
Orthopaedic Center (LOC) preoperatif setelah operasi.

• Sistem muskuloskeletal : Cacat mungkin mengganggu intraoperatif dan posisi pasca


operasi. Hindari penentuan posisi di atas area di mana kulit menunjukkan tanda – tanda
tekanan atas penonjolan tulang.

• Sistem Pencernaan/Gastrointestinal System : Perubahan dalam fungsi setelah operasi dapat


menyebabkan suara usus menurun atau tidak ada dan distensi.

• Status nutrisi
LANJUTAN
Pemeriksaan Penunjang Pre Operasi
• Meliputi : Foto toraks, golongan darah, darah lengkap, elektrolit darah (natrium, kalim, dan
kadar digoksin) terutama pada anak yang sedang menjalani terapi penyakit jantung atau
mengalami gagal ginjal atau pada penggunaan diuretik, hemoglobin terutama pada anak
dengan sickle cell/sel sabit, penyakit jantung, penyakit kronik atau akan menjalani operasi
yang beresiko kehilangan banyak darah.

• Hb rutin diindikasikan untuk :

 Bayi baru lahir dan bayi prematur di bawah 1 tahun.

 Anak – anak berisiko untuk diagnosa sickle cell/sel sabit.

 Anak – anak yang memerlukan transfusi darah intraoperatif.

 Anak – anak dengan diagnosa sistemik

 Hb preoperatif kurang dari 10 g / dl abnormal dan perlu.


LANJUTAN
• Pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan penunjang lain hanya dilakukan atau indikasi seperti :

• Tes fungsi ginjal

• Tes fungsi hati

• Tes urine rutin

• Rontgen

• EKG, ekokardiografi, USG, CT – Scan

• Magnetic Resonance Imaging (MRI)

• Tes Koagulasi : dilakukan pada anak dibawah usia 1 tahun walaupun tidak ada riwayat
trauma atau perdarahan yang sulit berhenti, riwayat premature untuk mengehatui faktor
resiko terjadinya gangguan perdarahan seperti rendahnya faktor IX karena hati yang imatur
dan defisiensi vitamin K.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
• Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan hasil akhir dari
pembedahan.

• Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan pascaoperatif.

Pasca Operasi
• Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan banyak sekresi, penyumbatan
jalan nafas, posisi yang tidak benar.

• Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan nyeri luka bedah, balutan yang
kencang dan efek dari obat.

• Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan adanya masalah jantung sebelum
pembedahan, hipotensi.

• Kekurangan atau kelebihan volume cairan yang berhubungan dngan cairan intravena,
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operatif
Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan
hasil akhir dari pembedahan.
INTERVENSI :
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Nyatakan dengan jelas harapan
 Mengidentifikasi sumber rasa cemas
 Membantu pasien memakai mekanisme koping yang efektif
 Membantu pasien untuk melakukan kegiatan yang bisa mengurangi rasa cemas, misalnya mendengarkan
musik, relaksasi progresif, imajinasi terbimbing dan sebagainya
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
 Melibatkan system pendukung pasien seperti keluarga dan orang yang berarti baginya
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Memberikan obat – obatan yang bisa mengurangi rasa cemas seperti diazepam (Valium 5-15 mg
IV/IM/oral), midazolam (Versed 1-4 mg IV/IM), dan obat-obatan lain yang dapat mengurangi kecemasan
Pre Operatif
Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif dan harapan
pascaoperatif.
INTERVENSI :

 Melakukan penyuluhan kesehatan terkait rutinitas perioperatif


 Memberikan informasi yang singkat dan jelas tentang pembedahan
 Menjelaskan prosedur pembedahan kepada pasien dan keluarganya
 Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
 Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pasca Operatif
Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan banyak sekresi,
penyumbatan jalan nafas, posisi yang tidak benar.
INTERVENSI :
• Memastikan fungsi pernafasan yang optimal
• Mengajarkan batuk efektif
• Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
• Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Monitor status hemodinamik
• Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
• Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
Pasca Operatif
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan nyeri luka bedah, balutan yang
kencang dan efek dari obat.
INTERVENSI :

 Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Berikan pelembab udara
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
 Observasi sianosis khususnya membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,
Pasca Operatif
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan adanya masalah jantung sebelum
pembedahan, hipotensi.
INTERVENSI :
• Evaluasi adanya nyeri dada
• Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
• Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
• Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
• Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
• Monitor toleransi aktivitas pasien
• Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
• Anjurkan untuk menurunkan stress
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
• Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
• Monitor frekuensi dan irama pernapasan
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
• Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
• Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
• Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
• Minimalkan stress lingkungan
Pasca Operatif
Kekurangan atau kelebihan volume cairan yang berhubungan dngan cairan intravena,
gangguan ginjal, gangguan endokrin.
INTERVENSI :

 Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien


 Memantau masukan dan keluaran
 Mengontrol kecepatan infus yang diberikan pada pasien
 Memberikan cairan per oral (bisa dimulai apabila sudah ada gerakan peristaltis, refleks muntah maupun
batuk)
 Monitor vital sign
 Monitor status nutrisi
 Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan
 Dorongan keluarga untuk pasien makan
 Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
 Monitor tanda dan gejala dari edema
 Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
THANK YOU!!

ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai