Anda di halaman 1dari 31

Pertemuan 1

PRAKTIMUM KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

A. PENJELASAN PRAKTIKUM
Praktikum Komunikasi dalam Keperawatn I (KK I) merupakan praktikum
yang berfokus pada komunikasi, baik dalam komunikasi personal ataupun
interpersonal. Adapun beban SKS untuk mata kuliah ini adalah 1 SKS.
Tujuan dari praktikum KK I meliputi :
1. Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan kembali komunikasi verbal
2. Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan kembali komunikasi non
verbal
3. Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan kembali komunikasi personal
4. Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan kembali komunikasi
interpersonal
B. TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Kehadiran praktikum 100%
2. Mahasiswa hadir 15 sebelum praktikum dimulai
3. Memakai jas laboratorium
4. Pretest dan Postest
5. Kuku tidak panjang
6. Selama kegiatan praktikum tidak diperkenankan membawa ​handphohe ​(kecuali
ada instruksi dari Dosen)
7. Toleransi kehadiran, apabila ada keluarga dekat yang meninggal atau sakit
(disertai surat keterangan dokter)
8. Responsi
C. TINJAUAN KOMUNIKASI DALAM ISLAM

‫ْﻚ َﻋﻠَﻰ َﺧ ِﻄﯿَﺌِﺘ َﻚ‬


ِ ‫َﺴ ْﻌ َﻚ َﺑْﯿُﺘ َﻚ َواﺑ‬ َ ‫ﺎل أَ ْﻣﻠِ ْﻚ َﻋﻠَﯿ‬
َ ‫ْﻚ ﻟِ َﺴﺎَﻧ َﻚ َوْﻟﯿ‬ ‫ﻮل ﱠ‬
َ ‫اﷲِ َﻣﺎ اﻟﱠﻨ َﺠﺎ ُة َﻗ‬ َ ‫ﺎل ُﻗْﻠ ُﺖ ﯾَﺎ َر ُﺳ‬
َ ‫َﺔ ﺑْﻦ َﻋﺎ ِﻣ ٍﺮ َﻗ‬
َْ
ِ ‫َﻋ ْﻦ ُﻋﻘﺒ‬
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah
sebab keselamatan?” Beliau menjawab, “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu
luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”.​ (H.R. Tirmidzi, no.2406)

1
Yaitu janganlah engkau berbicara kecuali dengan perkara yang membawa
kebaikanmu, betahlah tinggal di dalam rumah dengan melakukan ketaatan-ketaatan,
dan hendaklah engkau menyesali kesalahanmu dengan cara menangis. (Lihat ​Tuhfatul
Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi​).

Imam An-Nawawi ​rahimahullah (wafat 676 H) berkata, “Ketahuilah,


sepantasnya bagi setiap ​mukallaf ​(orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya
dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas ​mashlahat padanya. Ketika
berbicara atau meninggalkannya itu sama ​mashlahat-​ nya, maka menurut Sunnah
adalah menahan diri darinya. Karena perkataan ​mubah bisa menyeret kepada
perkataan yang haram atau ​makruh​. Bahkan, ini banyak atau dominan pada kebiasaan.

Sedangkan keselamatan itu tiada bandingannya. Telah diriwayatkan kepada


kami di dalam dua ​Shahih,​ Al-Bukhari (no. 6475) dan Muslim (no. 47), dari Abu
Hurairah ​radhiyallahu ‘anhu​, dari Nabi ​shallallahu ‘alaihi wa sallam​, beliau
bersabda,

ْ ‫ْﺮا أَ ْو ﻟِﯿ‬
ْ ‫َﺼﻤ‬
‫ُﺖ‬ ً ‫َﻮ ِم ْاﻵ ِﺧ ِﺮ َﻓْﻠﯿَُﻘ ْﻞ َﺧﯿ‬
ْ ‫ﺎﷲِ َو ْاﻟﯿ‬
‫ُﺆ ِﻣ ُﻦ ﺑ ﱠ‬
ِ ْ ‫ﺎن ﯾ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ َﻛ‬

“​Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik
atau diam​.”

Aku katakan: hadits yang disepakati shahihnya ini merupakan ​nash​ yang jelas
bahwa sepantasnya seseorang tidak berbicara, kecuali jika perkataan itu merupakan
kebaikan, yaitu yang nampak ​mashlahat​-nya. Jika dia ragu-ragu tentang timbulnya
mashlahat,​ maka dia tidak berbicara.

Dan Imam Asy-Syafi’i telah berkata, ‘Jika seseorang menghendaki ​berbicara​,


maka sebelum dia berbiacara hendaklah berpikir, jika nampak jelas ​mashlahat-​ nya dia
berbicara, dan jika dia ragu-ragu, maka dia tidak berbicara sampai jelas
mashlahat-​ nya.’” [​Al-Adzkaar,​ 2/713-714, karya Imam An-Nawawi, ​tahqiiq dan
takhriij ​Syaikh Salim Al-Hilaali, penerbit Dar Ibni Hazm, cet. 2, th. 1425 H / 2004
M].

Rasul dengan bahasa kaumnya Allah berfirman :


َ ‫ُﻀ ﱡﻞ اﷲُ َﻣ ْﻦ ﯾ‬
ِ ‫ﱢﻦ َﻟ ُﻬ ْﻢ َﻓﯿ‬
َ ‫ﺎن َﻗ ْﻮ ِﻣ ِﻪ ِﻟ ُﯿ َﺒﯿ‬ َ
ِ ‫َﺸﺎ ُء َو ُﻫ َﻮ ْاﻟﻌ‬
ُ ‫َﺰ‬
‫ﯾﺰ‬ َ ‫َﻬِﺪي َﻣ ْﻦ ﯾ‬
ْ ‫َﺸﺎ ُء َوﯾ‬ ٍ ‫َو َﻣﺎ أ ْر َﺳْﻠ َﻨﺎ ِﻣ ْﻦ َر ُﺳ‬
َ ‫ﻮل إِﱠﻻ ِﺑﻠ‬
ِ ‫ِﺴ‬
‫ْاﻟ َﺤﻜِﯿ ُﻢ‬

2
“​Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan Dialah Rabb Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. ​QS:
Ibrahim: 4”

Berdasarkan hadist-hadist di atas menunjukkan bahwa, betapa santunnya


pekerti dalam berbicara yang diajarkan oleh Islam. Tidak bisa kita pungkiri bahwa
kita semua harus mentaatinya.

3
Pertemuan 2
KETRAMPILAN KOMUNIKASI TERAUPETIK
A. TUJUAN
Tujuan intruksional umum
Mahasiswa mampu menerapkan wawancara dengan komunikasi teraupetik
Tujuan intruksional khusus
Mahasiswa mampu
1. Melakukan tugas-tugas pada tahap prainteraksi
2. Melakukan tugas-tugas pada tahap orientasi dan perkenalan
3. Melakukan tugas-tugas pada tahap kerja
4. Melakukan tugas-tugas pada tahap terminasi
5. Mendemontrasikan perilaku dimensi respon pada saat melakukan komunikasi
teraupetik
6. Mendemontrasikan teknik komunikasi teraupetik dan teknik wawancara pada saat
interview
B. PROSEDUR TINDAKAN
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Preinteraksi
- Kaji status klien 10%
- Analisa kekuatan dan kemampuan diri
- Eksplorasi perasaan
- Siapkan alat-alat
- Rencanakan pertemuan dengan klien
2. Orientasi
- Ucapkan salam 15%
- Perkenalkan nama
- Panggil nama kesukaan klien
- Jelaskan prosedur tindakan (KASUS)
- Berikan kesempatan klien bertanya
3. Tahap Kerja
- Awali dengan Do’a 60%
- Memberi desempatan pada klien untuk
bertanya
- Menyakan keluhan utama
- Memulai kegiatan dengan cara yang baik

4
- Melakukan kegiatan yang telah
direncanakan
- Mempertahankan sikap terbuka
- Mempertahankan kehangatan
- Menunjukan sikap empati
4. Terminasi
- Evaluasi klien (Afektif, Kognitif dan 15%
Psikomotor
- Berikan ​reinforcement positive
- Rencanakan pertemuan selanjutnya
- Akhiri dengan Do’a dan salam
Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
22

5
Pertemuan 3
KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. DEFENISI
Proses interaksi dengan pasien, keluarga dan petugas lain dalam kegiatan pelaksanaan
tindakan keperawatan/medis kepada pasien.
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman standar komunikasi di unit
2. Pelayanan rumah sakit
3. Tersampainya informasi yang jelas
4. Tercapainya kepuasan pasien
C. KEBIJAKAN
1. Dilakukan pada saat akan melakukan tindakan medis/keperawatan kepada pasien
2. Kegiatan dilakukan di depan pasien dan keluarganya jika ada.
D. PROSEDUR TINDAKAN
NO KEGIATAN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Cek order
2. Persiapan alat
3. Menyapa pasien
4. Menjelaskan
- Nama tindakan
- Tujuan tindakan
- Waktu tindakaN
- Memulai dengan baik
5. Mengakhiri tindakan dengan baik
6. Evaluasi tindakan
- Afektif
- Kognitif
- Psikomotor
- Memberikan reinforcement positif
- Kontrak waktu selanjutnya

6
- Megucapkan salam
Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
6

Pertemuan 4
KOMUNIKASI TERAPEUTIK VERBAL DAN NON VERBAL

A. PROSEDUR TINDAKAN
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Preinteraksi
- Kaji status klien 10%
- Analisa kekuatan dan kemampuan diri
- Eksplorasi perasaan
- Siapkan alat-alat
- Rencanakan pertemuan dengan klien
2. Orientasi
- Ucapkan salam 15%
- Perkenalkan nama
- Panggil nama kesukaan klien
- Jelaskan prosedur tindakan
- Berikan kesempatan klien bertanya
3. Tahap Kerja
- Awali dengan Do’a 60%
a. Komunikasi Verbal
1. Menggunakan bahasa yang jelas dan
dapat dimengerti klen
2. Menggunakan intonasi suara
b. Komunikasi Non Verbal
1. Menggunakan ekspresi wajah yang
sesuai
2. Tersenyum
3. Mempertahankan kontak mata
4. Mengangguk
5. Memberikan sentuhan
6. Bersikap terbuka

7
4. Terminasi
- Evaluasi klien (Afektif, Kognitif dan 15%
Psikomotor
- Berikan ​reinforcement positive
- Rencanakan pertemuan selanjutnya
- Akhiri dengan Do’a dan salam
Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
21

Pertemuan 5
KOMUNIKASI DALAM DIMENSI RESPON

A. DIMENSI RESPON
1. Ikhlas
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan
aktif dalam berhubungan dengan klien. Perawat berespon dengan tulus, tidak
berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan.
2. Menghargai
Perawat harus menerima klien apa adanya, sikap perawat tidak menghakimi,
tidak mengkritik, tidak mengejek atau tidak menghina. Rasa menghargai dapat
dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu.
3. Empati
Empati adalah kesadaran yang objektif akan pikiran dan perasaan orang lain.
Empati merupakan kemampuan untuk masuk dalam kehidupan klien agar dapat
merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang permasalahan melalui
kacamata klien,merasakan melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi
masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah tersebut. Perawat harus
mampu bersikap empati bukan simpati. Empati dibagi menjadi 2, meliputi:
a) Empati Dasar (​Basic empaty)​

8
Merupakan respon alamiah dari seseorang untuk mengerti orang lain.Contoh
empati dasar misalnya ketika ada anak kecil menangis,secara spontan seseorang
akan bertanya,”Ada apa nak?bkenapa menangis?” sambil mengusap kepala anak
itu.
b) Empati Terlatih ( ​Trained Empaty / Clinical Empaty / Profesional Empaty​)
Merupakan kemampuan berempati yang diperoleh setelah melalui training dalam
rangka menolong orang lain. Seorang perawat yang telah belajar komunikasi
terapeutik atau yang telah memperoleh pelatihan tentang empati tentu akan
mampu berempati secara tepat pada setiap keadaan kliennya. Misalnya ketika
klien menangis menceritakan tentang kesedihannya ditinggal oleh suaminya,
perwat duduk diam mendengarkan keluhan, kesedihan atau pengingkaran klien
sambil mengusap-usapkan punggung klien dengan lembut.

4. Konkrit
Konkrit adalah dalam berkomunikasi perawat menggunakan terminologi yang
spesifik bukan abstrak. Hal ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan
ketidakjelasan. Konkrit dibagi dalam beberapa hal, diantaranya:
a) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien. Dengan berespon
secara ekspresi yang konkrit menunjukkan ekspresi yang konkrit, bukan
berpura-pura disertai pernyataan yang jelas dan sesuai perawar akan mampu
menunjukkan dan mempertahankan responnya terhadap perasaan klien.
b) Memberi penjelasan yang akurat pernyataan-pernyataan yang konkrit dan tidak
abstrak dari perawat akan mendukung setiap penjelasan yang disampaikannya
pada klien. Perkataan yang penuh keraguan dan penggunaan istilah yang tidak
dimengerti oleh klien hanya akan membingungkan klien.
c) Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik dengan berespon secara
konkrit, perawat dapat mendorong klien untuk lebih fokus pada masalah yang
dihadapinya. Hal ini terjadi karena respons yang konkrit dari perawat
menumbuhkan rasa percaya klien sehingga klien mau dan mampu
mengungkapkan masalahnya.

9
B. LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI DIMENSI RESPON
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Preinteraksi
Analisa kasus
2. Orientasi
Ucapkan salam
Perkenalkan nama perawat
Panggil nama klien
3. Tahap Kerja
Ikhlas
Menghargai
Empati
Konkrit

Pertemuan 6
KOMUNIKASI DALAM DIMENSI TINDAKAN

A. DIMENSI TINDAKAN
1. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien ynag
tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 131), mengidentifikasi
3 katagori konfrontasi, yaitu:
a) Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal
diri klien (keinginan klien)
b) Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien.
c) Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian
perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif,
bukan marah atau agresif. Sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji
antara lain: tingkat hubungan saling percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan

10
klien dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah
mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.
2. Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini.
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
3. Keterbukaan
Perawat harus terbuka memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri,
perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang pengalaman
yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada
klien untuk mendukung kerjasama dan memberi sokongan. Melalui penelitian
ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien dapat menurunkan
tingkat kecemasan perawat-klien.
4. Emotional chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik
diskusi antara perawat-klien. Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien
mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran mengekspresikan
perasaannya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika
berada pada situasi klien.
5. Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna
untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi
dari pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani anatara pikiran serta perilaku
dan klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang
aman.
B. LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI DIMENSI TINDAKAN
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Preinteraksi
Analisa kasus
2. Orientasi
Ucapkan salam
Perkenalkan nama perawat
Panggil nama klien

11
3. Tahap Kerja
Konfrontasi
Kesegeraan
Keterbukaan
Emotional chatarsis
Bermain peran

Pertemuan 7
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
WAWANCARA

A. DEFENISI
Komunikasi perawat dengan klien terdiri atas isi, proses dan kemampuan persepsi.
B. ISI
Adalah apa yang dokter bicarakan, seperti : isi pertanyaan yang diajukan oleh
perawat, informasi yang diberikan, daftar masalah keperawatan.
C. PROSES
Adalah bagaimana cara perawat berbicara, seperti: bagaimana cara mengajukan
pertanyaan, seberapa baik dalam hal mendengarkan pasien, bagaimana cara memberikan

12
penjelasan dan cara menyusun rencana dengan pasien. Bagaimana cara menstruktur
wawancara, dan bagaimana membangun sambung rasa dengan klien. Jadi bisa dikatakan,
proses memerlukan keterampilan komunikasi serta keterampilan hubungan antar pribadi
atau interpersonal skill (Enzer ​et al.​ , 2003). Sementara isi sangat tergantung pada
pengetahuan klinis dan kemampuan ​reasoning​.
D. KEMAMPUAN PERSEPSI
Kemampuan ini mendasari pikiran serta emosi perawat sepanjang proses pemikiran
dan pemecahan masalah keperawatan klien. Kemampuan persepsi ini dipengaruhi oleh
perasaan dan pandangan perawat terhadap klien, juga pandangan terhadap berbagai
macam penyakit. Kemampuan persepsi ini juga dipengaruhi oleh rasa percaya diri
seorang perawat, penyimpangan sikap (bila ada), serta ​attitude perawat. Tahap
komunikasi perawat-klien meliputi :
1. Memulai wawancara ( ​initiating the session​ )
2. Mengumpulkan informasi ( ​gathering information​ )
3. Penjelasan dan Perencanaan ( ​explanation and planning​ )
4. Menutup wawancara ( ​closing the session​ )
Kemudian pada saat melaksanakan tahap-tahap komunikasi perawat-klien tersebut
ada dua hal yang harus selalu diperhatikan, yaitu :
1. Kemampuan menjalin hubungan/ sambung rasa dengan klien (​building the
relationship​)
2. Kemampuan menstruktur wawancara (​structuring the consultation)​

E. KEMAMPUAN MENSTRUKTUR WAWANCARA


Kemampuan menstruktur wawancara dibutuhkan untuk mengendalikan agar
konsultasi/ wawancara yang sedang berlangsung tidak berjalan ke segala arah tanpa
memiliki suatu tujuan yang pasti.​ ​Ada beberapa keterampilan pokok yang termasuk dalam
kemampuan menstruktur wawancara, yaitu :
1. Penyaringan (​screening​)
2. Negosiasi (​negotiation​)
3. Penentuan Agenda (agenda ​setting​)
4. Pengarahan (​signposting​)

13
5. Meringkas (​internal summarising)​
6. Peruntunan (​sequencing)​

F. PROSEDUR TINDAKAN
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Preinteraksi
- Kaji status klien 10%
- Analisa kekuatan dan kemampuan diri
- Eksplorasi perasaan
- Siapkan alat-alat
- Rencanakan pertemuan dengan klien
2. Orientasi
- Ucapkan salam 15%
- Perkenalkan nama
- Panggil nama kesukaan klien
- Jelaskan prosedur tindakan
- Berikan kesempatan klien bertanya
3. Tahap Kerja
- Awali dengan Do’a 60%
- Memulai wawancara (​Initiating the
Session​)
● Membangun hubungan baik dengan
klien
● Membentuk / menyiapkan suatu
lingkungan yang mendukung
● Membangun kesadaran mengenai
status emosional klien.
● Mengidentifikasi dengan lengkap
semua permasalahan yang membuat
klien datang ke layanan kesehatan.
● Membuat persetujuan terhadap
agenda atau rencana wawancara
● Membuat klien terlibat dalam suatu
proses kolaboratif
● Mengidentifikasi alasan kunjungan
- Mengumpulkan informasi (​Gathering
Information​)
● Mendapatkan data bio-physik atau
sejarah penyakit dengan lengkap dan
akurat, supaya dapat mengenali pola
yang bisa diasosiasikan dengan suatu
penyakit tertentu.
● Mengeksplorasi dan memahami
perspektif pasien, agar dokter bisa

14
memahami arti gejala serta penyakit
tersebut bagi pasien.
● Menyusun wawancara antara
dokter-dan pasien sedemikian rupa
sehingga mendukung proses
diagnostic reasoning ,​ dalam waktu
seefisien dan seefektif mungkin.
● Melibatkan partisipasi pasien dalam
suatu proses interaktif , dengan cara
selalu memelihara sambung rasa
dengan pasien, dan memberikan
respon serta dukungan pada
keterlibatan mereka.
- Menutup wawancara
● Kemampuan untuk membuat
ringkasan ​(end summary​ )
● Membuat kesepakatan (​contracting)​
● Pengamanan terhadap hal yang tidak
diharapkan (​Safety-netting​)
● Pengecekan terakhir (​final checking)​
4. Terminasi
- Evaluasi klien (Afektif, Kognitif dan 15%
Psikomotor
- Berikan ​reinforcement positive
- Rencanakan pertemuan selanjutnya
- Akhiri dengan Do’a dan salam
Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
18

Pertemuan 8
KOMUNIKASI PENERIMAAN PASIEN BARU
A. DEFENISI
Proses interaksi dengan pasien, keluarga dan petugas lain dalam kegiatan serah terima
pasien yang baru masuk di ruang perawatan.
B. TUJUAN
1. Terlaksananya kegiatan pelayanan di ruang rawat inap

15
2. Tersampaikannya hak dan harus kewajiban yang harus diketahui pasien selama proses
perawatan di rumah sakit
3. Terciptanya keamanan dan kenyamanan pasien di ruang perawatan
4. Tercapainya kepuasan pasien
C. KEBIJAKAN
1. Dilakukan pada saat menerima pasien baru masuk ruang perawatan
2. Kegiatan dilaksanakan di depan pasien
D. PROSEDUR TINDAKAN
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Mengucapkan atau menjawab salam
Misalnya:
- Assalamu’alaikum
- Selamat siang...
2. Menyapa Pasien dan Mengantarkan ke
Ruangan
Misalnya:
Selamat datang Bu/Pak di Ruang..... mari
saya antarkan ke ruangan yang telah kami
siapkan.
3. Memindahkan Pasien ke Tempat Tidur
Misalnya:
- Mari Bu/Pak saya bantu pindah ke
tempat tidur.
- Maaf Bu/Pak tunggu sebentar kami mau
melakukan timbang terima dulu
4. Melakukan Timbang Terima Dokumen
Pasien
- Mengecek dokumen pasien yang
diberikan perawat yang sebelumnya
mengantar.
5. Perawat Memperkenalkan Diri
6. Melakukan Pengkajian pada Pasien,
meliputi:
1. Keluhan pasien
2. Pemeriksaan fisik
7. Menjelaskan Fasilitas Ruangan
1. Bel untuk memanggil perawat
2. Toilet
3. Menyalakan dan mematikan alat - alat
elektronik
4. Menunjukkan arah kiblat
Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
16
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
7

KOMUNIKASI MEMASUKI RUANGAN PASIEN


A. DEFENISI
Proses interaksi dengan pasien, keluarga dan petugas lain saat memasuki ruang pasien di
ruang perawatan.

17
B. TUJUAN
1. Terlaksananya kegiatan pelayanan di raung rawat inap
2. Terciptanya kemanan dan kenyamanan pasien di ruang perawatan
3. Tercapainya kepuasan pasien
C. KEBIJAKAN
Dilakukan pada saat akan memasuki ruangan pasien di unit rawat inap
D. Prosedur Tindakan
NO KEGIATAN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
1. Ucapkan salam (membuka pintu secara
perlahan dan sedikit dulu sambil
memperhatikan lingkungan) dilanjutkan
mengucapkan selamat siang, sore, malam ...

2. Panggil nama pasien


3. Menyampaikan maksud dan tujuan,
misalnya “maaf Pak/Bu mengganggu
sebentar, jika tidak keberatan saya akan.....”

4. Akhiri tindakan
5. Ucapkan salam.

Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
5

Pertemuan 9
KOMUNIKASI KELOMPOK

18
A. DEFENISI
Dua atau lebih orang yg berinteraksi satu dengan yang lain untuk satu tujuan. Orang-
orang yang terlibat biasanya mengisi peran- peran & mentaati peraturan- peraturan serta
norma- norma yang secara inplisit atau eksplisit disetujui para anggotanya.
Komunikasi kelompok merupakan tempat berinteraksi dari keseluruhan anggota,
misalnya kumpulan, partai, dan anggota-anggotanya saling berhubungan satu sama
lainnya dengan mendalam dan lama. Selain hubungan pribadi juga ada hubungan
struktural, hirarki antara pemimpin,staf dan anggota-anggota kelompok yang biasa.
Hubungan ini berdasarkan pembagian tugas antara anggota yang menuju ke kepentingan
bersama (singgih, 2003)
B. KEGUNAAN KOMUNIKASI KELOMPOK BAGI INDIVIDU (Handy:1985)
1. Memenuhi kebutuhan social
2. Membentuk konsep diri
3. Memberi/ menerima dukungan & bantuan
4. Berbagi dengan orang lain
C. KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
1. Berorientasi pada tugas
Menggunakan waktu secara efektif, menentukan prioritas secara jelas & sering
membuat keputusan eksekutif.
2. Berorientasi pada orang
Lebih peduli pada perasaan & masalah-masalah anggota kelompok.
D. CIRI-CIRI KOMUNIKASI KELOMPOK YANG KOMPAK
1. Organisasi yang baik
2. Hubungan yang baik
3. Riwayat keberhasilan yang baik
E. PENYELESAIAN MASALAH OLEH KELOMPOK
Penyelesaian masalah dalam kelompok dimulai dengan kelompok pembuat
keputusan, ada personal/ tim yang ditunjuk oleh manajer untuk menyelesaikan masalah
tertentu, anggota kelompok yang lain memberikan sumbang saran, diadakan rapat untuk

19
menghasilkan sejumlah besar ide dengan cepat, agar terjadi pemahaman dalam
penyelesaian masalah.
F. ATURAN DASAR PELAKSANAAN SUMBANG SARAN
1. Tidak boleh dilakukan penilaian pada ide-ide sampai acara selesai.
2. Kelompok harus menganggap dirinya sebagai penghasil sejumlah besar ide & tidak
mengkhawatirkan kualitas dari ide-ide.
3. Anggota kelompok harus dibiarkan untuk berfikir dengan bebas
4. Ide-ide yang ditawarkan anggota kelompok harus dihargai dan dikembangkan oleh
anggota kelompok lain.
G. PROSEDUR TINDAKAN
NO KOMPONEN PENILAIAN KETERANGAN
0 1 2
- MENUNJUK KETUA DAN SEKRETARIS
- MENENTUKKAN TOPIK UNTUK DISKUSI
1. Ketua membuka diskusi
- Salam
- Do’a
- Menjelaskan aturan diskusi (misalnya,
apabila anggota kelompok
menyampaikan pendapat diharapka
tunjuk tangan, sekretaris untuk mencatat
hal-hal yang didiskusikan).
2. Membahas topik diskusi secara urut.
3. Memberikan kesempatan kepada semua
anggota kelompok untuk memberikan
masukan/ tanggapan.
4. Tidak menilai/ menjustifikasi masukan/
pendapat anggota kelompok.
5. Kelompok harus menganggap dirinya
sebagai penghasil sejumlah besar ide & tidak
mengkhawatirkan kualitas dari ide-ide.
6. Memberikan kesempatan anggota kelompok
untuk berfikir bebas.
7. Memberi Rasa aman (​thread reduction​)
berkomunikasi dengan rasa aman tanpa
ancaman dari anggota yang lain. Kecurigaan
dari anggota yang lain akan menghambat
produktifitas, oleh karena kecurigaan dan
ketakutan menyebabkan seseorang tidak ikut
serta dengan seluruh kemammpuannya.
8. Saling pengertian dan saling merasa
keperluan-keperluan anggota-anggota

20
lainnya merupakan syarat penting agar
tercapai kerjasama yang produktif antara
anggota kelompok.
9. Ketua menutup diskusi
- Salam
- Do’a (Alhamdulillah dan Kafaratul
Majlis)
Keterangan :
0: Bila tidak dilakukan mahasiswa
1: Bila dilakukan tapi dianggap belum sempurna
2: Bila dilakukan dan dianggap sudah sempurna
Penilaian
Jumlah Benar X 100​ =
9

21
Pertemuan 10
KOMUNIKASI ANTAR PROFESI

A. KOMUNIKASI ANTAR PROFESI


Komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan memerlukan cara atau strategi agar
komunikasi berjalan dengan efektif. Beberapa cara agar terjalin komunikasi kesehatan
antar mitra kesehatan yang efektif yaitu berkomunikasi dengan detail, cepat, akurat, serta
disrtai dengan bukti. Komunikasi secara detail seperti melakukan pertukaran informasi
dengan lebih terperinci.
Contoh:
1. Perawat memberikan informasi kepada ahli gizi tentang diet yang tepat untuk klien.
2. Perawat berdiskusi dan berkolaborasi dengan Dokter terkait pengobatan kepada klien
yang tepat.
3. Saat dokter menjelaskan kondisi pasien kepada perawat. Komunikasi secara cepat dan
akurat sangat perlu diterapkan dalam keadaan pasien yang gawat sehingga pelayan
kesehatan perlu menangani dengan segera.

B. LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI ANTAR PROFESI


1. Mampu menghormati (​Respect)​ tugas, peran dan tanggung jawab profesi kesehatan
lain, yang dilandasi kesadaran/sikap masing-masing pihak bahwa setiap profesi
kesehatan dibutuhkan untuk saling bekerjasama demi keselamatan pasien
(​Patient-safety​) dan keselamatan petugas kesehatan (​Provider-safety)​
2. Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antarprofesi kesehatan.
3. Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antarpetugas kesehatan yang
berbeda profesi.

22
4. Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan lain.
5. Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan pasien bias
dilakukan antar individu atau pun antarkelompok profesi kesehatan yang berbeda.
6. Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi kesehatan lainnya.
7. Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai proses
pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional).
8. Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan untuk berbagi
informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan dari profesi yang berbeda (baik
tertulis di medical record, verbal maupun non-verbal).
9. Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi kesehatan sesuai
dengan tugas, peran dan fungsi profesi masing-masing.
10. Kolaborasi: Kemampuan bekerjasama dengan petugas kesehatan dari profesi yang lain
dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
11. Negosiasi: Kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antarprofesi kesehatan
mengenai masalah kesehatan pasien.

C. SKENARIO
Kasus:
Bp. F 45 tahun dirawat di ruang cempaka. Bp. F menderita penyakit DM. Bp. F
mengeluhkan haus, lapar dan keinginan berkemih terus menerus. Tampak luka pada
tungkai klien, terdapat pus dan bau.

Perawat:
Hasil pengkajian yang di dapat:
Diagnosa perawat:
1. Kerusakan integritas kulit b.d ....
2. Resiko infeksi b.d .......
3. Bisa dikembangkan dan ditambahkan.....
Rencanakan tindakan
1. Perawatan luka

23
2. Pengkajian laboratorium darah
3. Bisa dikembangkan dan ditambahkan.....

Dokter
1. Rencana medikasi hendak diberikan antibiotik dan Glibenklamid (obat menurunkan
glukosa darah).
2. Bisa dikembangkan dan ditambahkan

Apoteker
1. Menyarankan pemeriksaan laboratorium darah
2. Belum menyetujui pemberian obat
3. Bisa dikembangkan dan ditambahkan

Ahli Gizi
1. Membatasi makanan yang berkaitan dengan gula

Tugas
LAKUKAN DISKUSI YANG DISESUAIKAN DENGAN LANGKAH-LANGKAH
KOMUNIKASI ANTAR PROFESI

24
Pertemuan 11
Tutorial Tahap I
Kasus:
Bp. S 45 Tahun di rawat di ruang mawar dengan diagnosa medis CKD. Ns. W melakukan
pengkajian pada klien didapatkan nyeri pada di area ​Costo Vertebral Angle (CVA) sinistra.​
Klien mengatakan pada Ns. W akan dilakukan tindakan hemodialisis, tindakan hemodialisis
disarankan pada klien anjuran dari dr. C yang ​visite. I​ nformasi yang didapatkan Ns. W dari
klien berbeda dengan informasi yang didapatkan Ns. Y dari keluarga klien. Keluarga klien
mengatakan dokter yang ​visite t​ idak menganjurkan untuk hemodialisis karena kondisi fisik
klien yang tidak mendukung.
Tugas: Analisis dan diskusikan kasus diatas berdasarkan ​seven jump steps.​

TAHAP I TUTORIAL STEP 1-5


1. Langkah 1: ​Clarifying unfamiliar terms​ (Klarifikasi istilah dan konsep)
Klarifikasi mengenai kata, istilah, konsep yang belum diketahui/ dikenal oleh
anggota kelompok dengan menggunakan ​prior knowledge​.

25
2. Langkah 2 : ​Problem definition​ (menetapkan/mengidentifikasi masalah)
a. Menetapkan/mendefinisikan masalah dari skenario.
b. Identifikasi masalah (yang berkaitan dengan masalah) keperawatannya,
dengan memilih bagian dari masalah pemicu/skenario yang akan
dijadikan data untuk identifikasi masalah.
3. Langkah 3 : ​Brainstorm​ (Analisis masalah)
Curah pendapat dengan analisa kritis dari masalah yang telah ditetapkan
pada langkah dua. Disini diperlukan penerapan berpikir kritis, serta
pendalaman ilmu dasar kedokteran dan keperawatan yang relevan. misal:
a. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Bagaimana mekanismenya?
b. Bagian tubuh mana yang terlibat? Meliputi anatomi, fisiologis dan
patofisiologisnya
c. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut?
d. Pengkajian apa saja yang diperlukan untuk menggali data selengkapnya
dan bagaimana mendapatkannya?
e. Diagnosa keperawatan apa saja yang mungkin timbul dari kasus ini?
f. Kemungkinan NOC dan NIC yang dapat disusun untuk kasus tersebut?
g. Bagaimana mengimplementasikan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun?
h. Bagaimana evaluasi dan ketercapaian dari hasil yang diharapkan?
4. Langkah 4: ​Analyzing the problem (menginventarisasi secara sistematis
berbagai penjelasan yang dapat didapat pada langkah 3).
a. Perumusan hipotesis ​/ plausible explanation​.
b. Identifikasi dan karakteristik pengetahuan yang diperlukan.
c. Identifikasi pengetahuan yang telah diketahui.
d. Identifikasi pengetahuan yang belum diketahui
e. Identifikasi sumber pengetahuan yang tepat untuk mempelajari
pengetahuan yang belum diketahui.
5. Langkah 5: ​Formulating learning issues (merumuskan sasaran
pembelajaran).

26
a. Susunlah persoalan-persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam diskusi
tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok (​learning objectives​).
b. Identifikasi sumber informasi yang tepat/appropiate learning resources,
misal pustaka tekstular (buku teks, monograf, junal dsb), pustaka
elektronik, konsultasi pakar dan sebagainya.

Pertemuan 12
Tutorial II
TAHAP II TUTORIAL STEP 6-7
6. Langkah 6: ​Self study (mengumpulkan informasi tambahan di luar waktu
diskusi kelompok).
a. Lakukanlah belajar mandiri untuk mencari informasi yang dibutuhkan
guna menjawab learning issues yang telah anda tetapkan.
b. Penelusuran pustaka, konsultasi pakar, pengamatan lapangan, diskusi
kelompok tanpa tutor untuk mencari/mempelajari apa yang sudah
ditetapkan sebagai sasaran pembelajaran.
7. Langkah 7: ​Reporting (melakukan sintesa dan pengujian informasi –
informasi yang telah terkumpul).
a. Melaporkan hasil kerja kepada kelompok, berbagi hasil pembelajaran dari
sumber belajar learning resourses yang telah dikumpulkan.
b. Mendiskusikan hasil belajar, menganalisa hingga didapatkan kesimpulan
yang berupa hasil belajar yang dapat diterima oleh semua anggota
kelompok sehingga terjadi sintesis pengetahuan lama dan baru.

27
c. Mengidentifikasi apa yang belum dipelajari dan rangkuman dari apa yang
sudah dipelajari.
d. Menyusun laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Aprianingsih., Hippy, N. S. I., 2003. ​Metode pendidikan kesehatan masyarakat, Ed. 2.​
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Basuki, Endang. 2008. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Dalam Majalah Kedokteran
Indonesia vol. 58 no. 9.
Bassam, A.A.A., 2010. ​Syarah Hadits Hukum Bukhari Muslim. ​Jakarta: Pustaka As-Sunnah.
​ nited
Antai-Otong, D., 2008. ​Nurse-Client Communication: A Life Span Approach. U
Kingdom: Jones and Barlett Publishers.
Bateman, T., 2011. ​Nursing Team Dynamics: Communication, Culture, Collaboration.
Thesis, ​Canada: Library and Archives. Diakses dari proquest dissertation and Thesis
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G., 2008. Fundamental of Nursing, Concept,
process and practice, 8ed. USA:Pearson Education, Inc.
Doctor-patient communication and preferred terms.2012.
http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/1124/1031 [Accessed: 8
Maret 2015].

28
Effective Interprofessional Teams. 2008.
http://www.cmnzl.co.nz/assets/sm/8307/61/InterprofessionalTeamworkFri2pm.pdf
[Accessed: 8 Maret 2015].
Jones, L., 2009. The healing relationship. Nursing Standart. 24 (3): 64.
Hockenberry, M.J., Wilson, D., 2014. ​Wong’s Nursing Care of Infant and Children​. 10th
edition. Mosby: Elsevier Inc.
Kumala, P. 1995. ​Manajemen pelayanan kesehatan primer​. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Leininger, M., Mc Farland, M.R., 2006​. ​Culture Care Diversity and Universality: a
Worldwide Nursing Theory.​ C
​ anada: Jones and Bartlett Publisher.
Office of Interprofessional Education & Practice, Queen’s University. ​Communication for
patient safety: timely open communication for patient safety.​ Ontario, Canada.
Railey J.B., 2013. ​Communications in Nursing​. 7th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Stein-Parbury, J., 2013. ​Patient and Person: Interpersonal Skills in Nursing​. 5th edition.
Churchill Livingstone: Elsevier Australia.
Stickley, T., Freshwater, D., 2006. The art of listening in the rherapeutic relationship. ​Mental
health practice,​ 9 (5): 12-18.
Stuart., Sandeen., 1987. ​Hubungan Teraupetik Perawat-Klien. ​Jakarta: EGC Buku
Kedokteran.
Stuart, G. W. 2007. ​Buku Saku Keperawatan Jiwa .​ Edisi 5. Jakarta. EGC.
Sudarma, M. 2008. ​Sosiologi untuk kesehatan. ​Jakarta: Salemba Medika
Suryani, 2014. ​Komunikasi terapeutik: Teori dan Praktik.​ Jakarta: EGC .
Taylor, C., 1993. ​Fundamental of Nursinng: The Art and Science of Nursing Care.
​ ippincott-Raven Publisher.
Philadelphia: L
Wiseman​,​ Theresa., 1996. A concept analysis of empathy.​ ​J Adv Nurs.​ (6):1162-7.

29
Lembar catatan
...................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

30
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Kritik & saran : arif_tirtana89@rocketmail.com

31

Anda mungkin juga menyukai