Anda di halaman 1dari 112

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

L DENGAN KASUS DIABETES


MELITUS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
DI RUANG MELATI RSUD KOTA KENDARI
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan

Oleh :

EKO FEBRIANTO
NIM. P00320015014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2018/2019

i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eko Febrianto

NIM : P00320015014

Institusi Pendidikan : Politeknik Kesehatan Kendari / Jurusan Keperawatan

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. L DENGAN


KASUS DIABETES MELITUS DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI
RUANG MELATI RSUD KOTA KENDARI TAHUN
2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Kendari, 26 Juli 2018


Yang membuat pernyataan,

EKO FEBRIANTO

iii
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Eko Febrianto

2. Tempat/Tanggal Lahir : Buajangka, 13 Juli 1997

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Bajo/Indonesia

6. Alamat : Desa Buajangka, Kec. Bungku Selatan,

Kab. Morowali

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN Buajangka, Tamat Tahun 2009

2. SMPN 1 Bungku Selatan, Tamat Tahun 2012

3. SMAN 1 Bungku Selatan, Tamat Tahun 2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2015-2018

iv
MOTTO

Hidup tak berarti tanpa perjuangan,

Perjuangan akan sia – sia tanpa kebenaran,

Perjuangan dinilai dari pengorbanan,

Pengorbanan ditentukan dari keikhlasan

“Tuntutlah Ilmu! Sesungguhnya menuntut ilmu adalah

pendekatan diri kepada ALLAH SWT dan mengajarkannya

kepada orang lain yang belum mengetahuinya adalah sedekah”

(H.R Ar. Rabbi)

Karya ini kupersembahkan untuk Ayah, Ibu, saudara – saudaraku

tercinta serta teristimewah dihatiku juga keluarga besarku.

Terimalah tetesan keringat dan titisan ilmu meski terangkai sederhana

namun bukti baktiku bagi Agama, Almamater, dan Bangsaku.

v
ABSTRAK

Eko Febrianto, Nim : P00320015014 “Asuhan Keperawatan pada Pasien


Diabetes Melitus dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas di Ruang Melati
RSUD Kota Kendari Tahun 2018”. Dibimbing oleh Bapak Sahmad, S.Kep.,
Ns., M.Kep dan Ibu Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc. Diabetes melitus adalah
penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin
atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Beberapa tanda dan gejala DM tipe 2 yaitu rasa haus yang
meningkat, sering buang air kecil, lapar, lelah, dan penglihatan kabur. Data dari
ruang Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari, menunjukkan bahwa jumlah
penderita penyakit diabetes melitus tercatat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 131
penderita, pada tahun 2016 sebanyak 136 penderita, dan pada tahun 2017
sebanyak 209 penderita. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada penderita diabetes melitus dalam pemenuhan aktivitas dengan
latihan ROM (Range Of Motion). Rancangan studi kasus yang digunakan
menggunakan studi kasus deskriptif. Subjek pada studi kasus ini yaitu
menggunakan satu orang pasien sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang
telah ditetapkan. Data diperoleh dengan melakukan pengkajian secara langsung
dan wawancara kepada pasien serta dengan dokumen - dokumen yang ada di
Rumah Sakit berakaitan dengan data pasien tersebut. Hasil studi kasus diperoleh
bahwa dengan adanya latihan ROM (Range Of Motion) selama 4 hari
memberikan pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari pada pasien diabetes melitus,
yang dimana klien mampu beraktivitas secara mandiri dan dapat menggerakkan
kakinya. Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses keperawatan
di Ruang Melati RSUD Kota Kendari dari tanggal 6 – 9 Juli 2018 dengan
mengacu pada tujuan yang dicapai. Penelti menyarankan, bagi klien agar selalu
menjaga keadaannya, bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari diharapkan
mampu memberikan pelayanan yang komprehensif, bagi perawat tindakan ROM
ini dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan serta dimasukan kedalam
discharge planning sebagai tindakan mandiri klien ketika berada dirumah apabila
klien susah untuk menggerakkan kakinya dan susah untuk beraktivitas.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, ROM, Asuhan Keperawatan, RSUD Kota Kendari
Pustaka : 15 (2008-2017)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan Kasus Diabetes Melitus

Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas di Ruang Melati RSUD Kota Kendari”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

4. Bapak Sahmad, S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Nurfantri, S.Kep, Ns, MSc, selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya dengan

sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Abdul Syukur, S.Kep, Ns, M.M, Ibu Fitri Wijayati, S.Kep, Ns, M.Kep,

dan Ibu Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep, selaku dosen penguji I, penguji II, dan

penguji III yang telah membimbing saya dan memberikan masukan-masukan

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

vii
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.

7. Kepada Kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis.

8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberikan

izin penelitian di Ruang Melati.

9. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.

10. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan bimbingan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

11. Teman-teman mahasiswa Program studi DIII Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik

yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.

Kendari, 26 Juli 2018

Penulis.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KEASLIAN PENELITIAN ..................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................iv
MOTTO ..................................................................................................................v
ABSTRAK ..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................6
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................6
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus ..............................................8
B. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas ..........................................20
C. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas ..............................29

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Rancangan Studi Kasus ............................................................36
B. Subyek Studi Kasus ..................................................................36
C. Fokus Studi ................................................................................37
D. Definisi Operasional Fokus Studi .............................................37
E. Lokasi dan Waktu Studi ............................................................39
F. Metode Pengumpulan Data .......................................................39

ix
G. Analisa Data dan Penyajian Data ..............................................42
H. Etika Penelitian .........................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Studi Kasus ......................................................................44
B. Pembahasan ..............................................................................65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................72
B. Saran .........................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl).

Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl).

Tabel 2.3 Komplikasi Jangka Panjang dari Diabetes Melitus (DM).

Tabel 2.4 Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas.

Tabel 2.5 Rentang Gerak (Range Of Motion-ROM).

Tabel 2.6 Derajat Kekuatan Otot.

Tabel 2.7 Fokus Intervensi Keperawatan.

Tabel 3.1 Skala Target Outcome (Pergerakan Sendi).

Tabel 4.1 Pola Aktivitas dan Latihan.

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium.

Tabel 4.3 Klasifikasi Data.

Tabel 4.4 Analisa Data.

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan.

Tabel 4.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Melakukan Intervensi ROM Pasif pada Tn. L.

Gambar 1.2 Melakukan Pemeriksaan GDS pada Tn. L.

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengkajian Data Keperawatan.

Lampiran 2. Standart Operasional Prosedure (SOP) Range Of Motion (ROM).

Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden.

Lampiran 4. Informed Concent.

Lampiran 5. Surat Pengantar Izin Penelitian.

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian.

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian.

Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian.

Lampiran 9. Surat Keterangan Bebas Pustaka.

Lampiran 10. Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 11. Foto Dokumentasi Penelitian.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan meyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (Nanda,

2015). Sedangkan menurut WHO (2017), diabetes melitus adalah penyakit

kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau

bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.

Hormon yang mengatur gula darah adalah insulin. Efek umum diabetes yang

tidak terkontrol dan seiring berjalannya waktu menyebabkan kerusakan serius

pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah merupakan

Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah. (WHO, 2017)

Penyakit diabetes melitus tipe 2 yang sering disebut sebagai penyakit

kencing manis. Diabetes melitus ini merupakan penyakit diabetes dengan

jumlah penderita terbanyak di dunia maupun di Indonesia. Terjadinya

diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu menyerap

gula darah yang diakibatkan oleh pankreas sedikit menghasilkan insulin

ataupun tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini berdampak

pada gula darah menjadi menumpuk di dalam darah pasien. Pada kondisi

seperti ini tekanan gula darah penderita akan tinggi. (Setiati S, dkk, 2015)

1
Diabetes melitus sangat rentan terhadap gangguan fungsi yang bisa

menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh

darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi insulin

dan gangguan kerja insulin maupun keduanya.

Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, dalam

metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur

kadar glukosa darah. Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian

dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber energi. Apabila di dalam tubuh

kekurangan hormon insulin maka dapat menyebabkan hiperglikemi. (IDF,

2015 dalam Lathifah N.L, 2017)

Diabetes Melitus seringkali tidak menyadari adanya luka pada kaki,

sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan

perlu melakukan tindakan amputasi. Diperkirakan sekitar 15% penderita

Diabetes Melitus dalam perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi

Ulkus Diabetik terutama Ulkus Kaki Diabetikum. Sekitar 14-24% diantara

penderita kaki diabetika memerlukan tindakan amputasi. Pemeriksaan kaki

diabetik perlu dilakukan secara menyeluruh, baik sebelum luka muncul

maupun setelah terjadi luka. Diabetisi dianjurkan untuk tidak berjalan tanpa

alas kaki, memakai kaus kaki atau sepatu yang sempit, menghindari bahan

kimia dan benda tajam guna menipiskan penebalan yang terjadi pada telapak

kaki, menggunakan cincin pada jari kaki, memakai sepatu bertumit itnggi dan

sepatu yang ujungnya runcing ke depan, serta jangan merokok. (Husaini, 2007

dalam Fajriah. N.N., dkk, 2013)

2
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah

menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari

secara maksimal, dan penderita mudah mengalami kelelahan. Dengan

melakukan latihan jasmani yang dilakukan sehari-hari secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu dari 4 pilar

pengelolaan DM tipe 2 (Utama. H, 2009). Risiko ulkus kaki diabetik dapat

dicegah dengan aktivitas fisik atau latihan jasmani. Beberapa manfaat latihan

jasmani adalah menurunkan berat badan dan meperbaiki sensitivitas terhadap

insulin, sehingga memperbaiki kadar glukosa darah. Latihan jasmani

merupakan kegiatan jasmani menurut cara dan aturan tertentu yang bertujuan

untuk meningkatkan efisiensi faal tubuh yang berguna untuk meningkatkan

kebugaran jasmani. Tujuan latihan jasmani pada pasien DM antara lain

meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah obesitas, ikut

berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik,

gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan

kemampuan kerja. (Rachmawati, 2010 dalam Lukita Y.I, 2016).

Salah satu bentuk latihan jasmani yang dapat dilakukan oleh pasien DM

adalah latihan ROM (Range Of Motion) aktif kaki. ROM (Range Of Motion)

merupakan salah satu intervensi keperawatan berupa latihan fisik yang dapat

dilakukan oleh pasien maupun keluarga secara mandiri setelah memperoleh

pendidikan kesehatan sebelumnya. Latihan ROM adalah salah satu latihan

jasmani yang cenderung dilakukan pada kasus muskuloskeletal atau kasus

neurologi, seperti stroke (Widyawati, 2010 dalam Lukita Y.I, 2016).

Sedangkan menurut Alimul, H.A. Aziz (2009), Latihan ROM aktif maupun

3
pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi

dan kelemahan otot.

Manfaat latihan ROM adalah menurunkan tekanan kaki, meningkatkan

kekuatan otot dan kemampuan fungsional serta meningkatkan rentang gerak

sendi. Keterbatasan rentang gerak sendi merupakan faktor utama penyebab

abnormalitas tekanan plantar kaki dan ikut berperan dalam menimbulkan

ulkus kaki pada pasien DM dengan neuropati diabetik. Exercise therapy

berupa ROM ekstremitas bawah dapat meningkatkan otot dan reflek tendon,

memperbaiki sensasi dan nilai ABI (Ankle Brachial Index), serta mengurangi

keluhan polineuropati diabetik sehingga dapat mencegah komplikasi ulkus kaki

diabetik. Penelitian yang dilakukan Widyawati (2010) menunjukkan adanya

penurunan angka keluhan polineuropati pada pasien DM tipe 2 setelah diberikan

latihan ROM aktif kaki. ROM aktif pada ekstremitas bawah dilakukan sebanyak 2

kali sehari selama 24 hari dalam sebulan. (Widyawati, 2010 dalam Lukita Y.I,

2016)

World Health Organization (WHO) menyatakan, jumlah penderita

diabetes telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada

tahun 2014. Prevalensi global diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18

tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun

2014. Prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara-negara

berpenghasilan menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta

kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya

disebabkan oleh glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari

semua kematian akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.

4
WHO memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di

tahun 2030. (WHO, 2017)

Di Indonesia juga penderita penyakit diabetes melitus sangat tinggi.

Menurut data Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

prevalensi DM di Indonesia dari 5,7 % pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau

sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. (Kemenkes, 2013)

Prevalensi DM di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam beberapa tahun

terakhir DM termasuk dalam 10 penyakit terbesar di Provinsi Sulawesi

Tenggara dengan proporsi kejadian DM tipe 2 lebih banyak dibandingkan

DM tipe 1. Penyakit diabetes melitus mengalami peningkatan dari urutan ke-9

dengan jumlah kasus 2.768 pada tahun 2014, menjadi urutan ke-5 dengan

jumlah kasus 3.206 pada tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 menjadi

urutan ke-3 dengan jumlah kasus 2.983. (Profil Dinkes Prov. Sultra, 2016)

Berdasarkan data yang didapatkan di Ruang Rekam Medik dan SIRS

RSUD Kota Kendari, menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit diabetes

melitus tercatat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 131 penderita, pada tahun

2016 sebanyak 136 penderita, dan pada tahun 2017 sebanyak 209 penderita.

Dari data tersebut penderita diabetes melitus selalu terjadi peningkatan

kualitas dan Asuhan Keperawatan yang kompeherensif. Berdasarkan latar

belakang diatas maka peneliti tertarik membuat laporan Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dalam

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas di Ruang Melati RSUD Kota Kendari”.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Diabetes Melitus Dalam Pemenuhan Kebutuan Aktivitas Di Ruang

Melati RSUD Kota Kendari” ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas dengan melakukan latihan ROM (Range

Of Motion) di ruang melati RSUD kota kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien diabetes melitus

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes melitus

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan yang telah diterapkan pada

pasien diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

d. Melakukan implementasi tindakan keperawatan pada pasien diabetes

melitus dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diabetes melitus dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas.

6
D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang

penyakit dengan kasus diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami penyakit diabetes mellitus dengan pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

3. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti

dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus

tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien diabetes

melitus.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan

neurologis. (Purwanto. H, 2016)

Diabetes melitus menurut AMERICAN DIABETES

ASSOCIATION (ADA) adalah suatu penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi beberapa organ

tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (Tanto. C,

dkk, 2014)

2. Etiologi

a. DM tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pancreas yang disebabkan oleh :

1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,

tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik

kearah terjadinya diabetes tipe 1.

2) Faktor imunologi (autoimun).

8
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.

Destruksi sel beta, pada umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolute.

1) Autoimun

2) Idiopatik

b. DM tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.

Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe

II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi

menjadi 3 yaitu:

1) <140 mg/dL = normal

2) 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu

3) >200 mg/DL = diabetes

DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin

disertai defisiensi insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi

insulin.

c. DM tipe lain

1) Defek genetik fungsi sel beta

2) Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A,

leprechaunisme, sindrom rabson mendenhall

3) Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis. Trauma / pankreatektomi,

neoplasma, fibrosis kistik.

9
4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma

5) Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,

glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, tiazid.

6) Infeksi: rubella congenital

7) Imunologi (jarang) : sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor

insulin

8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

3. Patofisiologi

Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar

penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat

terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada beta, karena itu

disebut pulau pulau langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan

hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa

darah.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan

sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa

kedalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa tersebut di

metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa

dalam darah tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa

dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes melitus

tipe.

Pada keadaan diabetes melitus tipe II, jumlah insulin bisa normal,

bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin

dipermukaan sel kurang. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang

10
kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan DM tipe II, jumlah lubang

kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak,

tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang

masuk kedalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa)

dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini

sama dengan keadaan DM tipe I, bedanya adalah pada DM tipe II

disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal.

Pada DM tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih

tetapi kualitas nya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk

kedalam sel.disamping penyebab diatas, DM juga bisa terjadi akibat

gangguan transport gluksa didalam sel sehingga gagal digunakan sebagai

bahan bakar untuk metabolisme energi. (Utama. H, 2009)

4. Manifestasi klinis

a. Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui

membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum

plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel

berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah

keginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya

akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah

dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor

11
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu

minum (polidipsia).

c. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya

kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energy akan

menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan

lebih banyak makan (poliphagia).

d. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel

kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat

dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot

mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

e. Malaise atau kelemahan.

f. Kesemutan pada ekstremitas.

g. Infeksi kulit dan pruritus.

h. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat.

(Purwanto. H, 2016)

5. Penatalaksanaan

Tujuannya :

a. Jangka panjang : mencegah komplikasi

b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

12
Penatalaksanaan DM :

a. Diet

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika

Merekomendasikan = 50 – 60% kalori yang berasal dari :

1) Karbohidrat 60 – 70%

2) Protein 12 – 20 %

3) Lemak 20 – 30 %

b. Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju

metablisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan

tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma pada

ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat

panas / dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk. Gunakan

alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan

latihan.

c. Pemantauan

Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.

d. Terapi (jika diperlukan).

e. Pendidikan

13
6. Pemeriksaan penunjang

a. Kadar glukosa darah

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM

sewaktu

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Sumber : Kapita Selekta Kedokteran FKUI

Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM

puasa

plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

Sumber : Kapita Selekta Kedokteran FKUI

b. Kriteria diagnostik who untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl(11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl(7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma yang diambil dari 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)>200

mg/dl)

14
c. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes saring

Tes saring pada DM adalah:

1) GDP, GDS

2) Tes glukosa urin:

a) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)

b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

e. Tes diagnostik

Tes diagnostik pada DM adalah:GDP, GDS, GD2PP(glukosa darah 2

jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO

f. Tes monitoring tarapi

Tes-tes monitoring tarapi DM adalah:

1) GDP: plasma vena, darah kapiler

2) GD2PP: plasma vena

3) A1c: darah vena, darah kapiler

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:

1) Mikroalbuminuria : urin

2) Ureum, kreatinin, asam urat

3) Kolestrol total : plasma vena (puasa)

4) Kolestrol LDL : plasma vena (puasa)

5) Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)

15
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)

7. Discharge planning

a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan berat badan yang ideal

b. Kurangi konsumsi makan yang banyak mengandung gula dan

karbohidrat

c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena

hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah

d. Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan

e. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat

seperti sayuran dan sereal

f. Hindari mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan yang banyak

mengandung kolestrol LDL, antara lain: daging merah, produk susu,

kuning telur, mentega, saus salad, dan pencuci pencuci mulut berlemak

lainnya

g. Hindari minuman beralkohol dan kurangi konsumsi garam.

8. Komplikasi

Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan

menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal,

jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain.

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko

ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan

retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang

dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.

16
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah

buruk.

Tabel 2.3 Komplikasi Jangka Panjang dari Diabetes Melitus (DM)

Organ/jaringan Yang terjadi Komplikasi


yg terkena

Pembuluh darah 1. Plak aterosklerotik Sirkulasi yg jelek


terbentuk dan menyebabkan
menyumbat arteri penyembuhan luka yg
berukuran besar atau jelek dan bisa
sedang di jantung, otak, menyebabkan penyakit
tungkai dan penis. jantung, stroke, gangren
2. Dinding pembuluh kaki dan tangan, impoten
darah kecil mengalami dan infeksi
kerusakan sehingga
pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen
secara normal dan
mengalami kebocoran

Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan


pembuluh darah kecil retina dan pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
Ginjal 1. Penebalan pembuluh Fungsi ginjal yg buruk
darah ginjal . Gagal ginjal
2. Protein bocor ke dalam
air kemih .
3. Darah tidak disaring
secara normal

17
Saraf Kerusakan saraf karena 1. Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-
secara normal dan karena tiba atau secara
aliran darah berkurang perlahan.
2. Berkurangnya rasa,
kesemutan dan nyeri
di tangan dan kaki.
3. Kerusakan saraf
menahun.
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg 1. Tekanan darah yg
otonom mengendalikan tekanan naik-turun
darah dan saluran 2. Kesulitan menelan
pencernaan dan perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah 1. Luka, infeksi dalam
ke kulit dan hilangnya rasa (ulkus diabetikum)
yg menyebabkan cedera 2. Penyembuhan luka
berulang yg jelek

Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,


putih terutama infeksi saluran
kemih dan kulit
Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir Sindroma terowongan
secara normal sehingga karpal Kontraktur
jaringan menebal Dupuytren
Sumber : Kapita Selekta Kedokteran FKUI

18
9. Pathway Diabetes Melitus

Usia Obesitas Genetik

Nutrisi kurang dari


Defisiensi insulin
kebutuhan tubuh
Transport glukosa ke sel
menurun
Anoreksia
glukosa menumpuk
dalam darah Pembatasan diet

Hiperglikemia Pemecahan lemak


dan protein di hati

Gangguan sirkulasi ke Sel tidak memperoleh


jaringan ekstremitas nutrisi

Suplai O2 dan nutrisi Starvasi seluler


berkurang

Iskemia Pembongkaran Peningkatan pengurangan


protein protein

Ulkus
Peningkatan asam amino
Penurunan dalam sirkulasi
Kerusakan Perbaikan jaringan
integritas kulit Penurunan masa otot

Kelemahan
Kemampuan fisk
terbatas
Intoleransi aktivitas
Aktivitas dibantu Hambatan
sebagian/seluruh mobilitas fisik

Sumber : http://www.asuhanperawat.com/2013/02/asuhan-keperawatan-
klien dengan.html

19
B. Konsep Kebutuhan Aktivitas

1. Pengertian

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu

tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas

seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan

dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon, ligamen,

sistem saraf dan sendi.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .

Latihan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh.

2. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas

a. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi

mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai

otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium

dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi

tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi

pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang

pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang

vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur

dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung

dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi

20
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan

diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan

terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu

pada masa dewasa.

b. Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh

bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi

tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang

bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar

dapat berfungsi kembali.

c. Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan

tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi

dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga

stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan

ketidakstabilan.

d. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis)

dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf

memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi

sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat

seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan

secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan

terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial

21
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah

radial tangan.

e. Sendi

Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi

membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan

antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat

beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi

kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang

sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,

terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain

sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis. (Alimul H. A. Aziz,

2009)

3. Jenis Aktivitas (Mobilitas)

a. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi

saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh

area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area

tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang

dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami

aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol

22
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,

yaitu:

1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system

musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan

tulang.

2) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya

terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera

tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf

motorik dan sensorik. (Alimul H. A. Aziz, 2009)

4. Jenis latihan

a. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot

dan sendi.

b. Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan

daya tahan kardiovaskular.

c. Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka

pendek.

Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat

badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur

memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah

23
penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe

2 dan obesitas.

5. Faktor yang Mempengaruhi

a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-

hari.

b. Proses penyakit / cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi

kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system

tubuh.

c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan

jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang

yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat

dilarang beraktivitas.

d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.

e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi

alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/

penurunan kekuatan dan stamina, depresi mood dan cemas. (Alimul H,

A Aziz. 2009)

6. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan

a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,

digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan

fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :

24
1) Posisi fowler

2) Posisi sim

3) Posisi trendelenburg

4) Posisi Dorsal Recumbent

5) Posisi lithotomi

b. Ambulasi dini

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan

dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di

tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-

lain.

c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk

melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,

serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

d. Latihan isotonik dan isometrik

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan

ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang

berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan

rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static

exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan

denyut nadi.

25
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif

Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan

pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.

Latihan-latihan itu, yaitu :

1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2) Fleksi dan ekstensi siku

3) Pronasi dan supinasi lengan bawah

4) Pronasi fleksi bahu

5) Abduksi dan adduksi

6) Rotasi bahu

7) Fleksi dan ekstensi jari-jari

8) Infersi dan efersi kaki

9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

10) Fleksi dan ekstensi lutut

11) Rotasi pangkal paha

12) Abduksi dan adduksi pangkal paha

f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai

dampak terjadinya imobilitas.

g. Melakukan Postural Drainase

Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret

dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu

sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya

sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran

26
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan

fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak,

postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi

dada.

h. Melakukan komunikasi terapeutik

Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu

dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk

mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan

lain-lain.

7. Nilai Aktivitas dan Latihan

Tabel 2.4 Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas


Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
0 Mampu merawat sendiri secara penuh.
1 Memerlukan penggunaan alat.
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain.
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan.
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan.

Tabel 2.5 Rentang Gerak (Range Of Motion-ROM)


Derajat
Gerak Sendi Rentang
Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi sampiong ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang paling
jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90

27
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi

Tabel 2.6 Derajat Kekuatan Otot

Skala Persentase Kekuatan Karakteristik


Normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

28
C. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas

1. Pengkajian

Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan

imobilitas adalah sebagai berikut :

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan / ganguan dalam mobilitas dan

imobilitas, seperti adanya nyeri kelemahan otot, kelelahan, tingkat

mobilitas dan imobilitas, daerah tergangguanya mobilitas dan

imibilitas dan lama terjadinya imobilitas.

b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit

sistem neurologi (kecelakaan cerebrovascular terauma kepala,

peningkatan tekanan intra keranial, miastenia geravis, guillain barre

cedera midula spinalis, dan lain-lain) riwayat penyakit sisitem

kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat

penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),

riwayat penyakit sitem pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun,

peneumonia, dan lain-lain, riwayat pemkaian obat, seperti sedative,

hipnotik depresan system saraf pusat, laksansia, dan lai-lain.

29
c. Kemampuan fungsi motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki

baik kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,

kekuatan, atau spastis.

d. Kemampuan mobilitas

Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi

miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

e. Kemampuan rentang gerak

Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,

lengan, panggul, dan kaki.

f. Perubahan intoleransi aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan

perubahan pada system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa

gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang

produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang

berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi

dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta

perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan

posisi.

g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.

h. Perubahan fisiologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya

gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,

30
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-

lain.

i. Pola Kesehatan

1) Aktivitas / Istirahat

Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena.

2) Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).

3) Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan

(parestesis).

Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang

fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau

trauma lain).

4) Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang

pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme /

kram otot (setelah imobilitasi).

31
5) Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan

warm. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau

tiba-tiba). (Alimul H. A. Aziz, 2009)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka gangren

diabetik.

3. Intervensi dan Implementasi

Tabel 2.7 Fokus Intervensi Keperawatan


Tujuan dan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional

(NOC)
1. Hambatan Mobilitas Fisik Setelah Label NIC : Bed
dilakukan rest-care
Definisi : Keterbatasan
asuhan 1. Tempatkan 1. Memberikan
dalam pergerakan fisik
keperawatan pasien pada kenyamanan
pada bagian tubuh tertentu
….x 24 jam tempat tidur pada klien
atau pada satu atau lebih
diharapkan terapeutik
ekstremitas. Suatu kondisi
pasien mampu yang sesuai
dimana individu tidak saja
dalam 2. Jaga agar 2. Memberikan
kehilangan kemampuan
mobilisasi tempat tidur kenyamanan
bergeraknya secara total,
secara mandiri tetap bersih, pada klien
tetapi juga mengalami
dengan kriteria kering, dan untuk tirah
penurunan aktivitas.
hasil: rapi baring yang
Batasan karakteristik : NOC label : cukup lama
1. Postur tubuh tidak Mobility
stabilselama 3. Pasang side 3. Mengurangi
 Kemampuan
melakukan aktifitas rail (pembatas resiko jatuh
klien
rutin tempat tidur) pada klien
mencapai

32
2. Keterbatasan keseimbangan.
kemampuan  Kemampuan 4. Ubah posisi 4. Mencegah
melakukan klien klien dekubitus
keterampilan motorik menggerakan setidaknya
kasar otot. setiap 2 jam
3. Keterbatasan  Kemampuan 5. Observasi 5. Mendeteksi
kemampuan klien kondisi kulit ada tanda-
melakukan menggerakan tanda infeksi
ketererampilan sendi. 6. Bantu 6. Membantu
motorik halus  Kemampuan pemenuhan klien dalam
4. Tidak ada koordinasi klien ADL beraktivitas
gerak atau gerakan berpindah.
tak ritmis Label NIC :
5. Keterbatasan ROM Exercise Therapy
6. Sulit berbalik : Joint Mobility
7. Perubahan gaya 7. Lakukan 7. Mengetahui
berjalan (missal pengkajian keterbatasan
menjadi pelan, sulit mengenai sendi klien
memulai langkah, keterbatasan
kaki diseret, goyah pergerakan
pada posisi lateral) sendi dan
8. Penurunan waktu fungsi sendi
reaksi klien.
9. Gerakan menjadi 8. Anjurkan klien 8. Membantu
napas pendek untuk pemulihan
10. Usaha yang kuat melakukan sendi klien
untuk perubahan latihan Range
gerak (peningkatan of Motion
perhatatian dalam (ROM) secara
aktivitas lain, aktif maupun
mengontrol perilaku, pasif sesuai
focus dalam tidak indikasi secara
mampu beraktivitas) reguler.
11. Gerak lambat 9. Lindungi klien 9. Mencegah
12. Gerakan dari trauma terjadinya

33
menyebabkan tremor selama komplikasi
Faktor – Faktor yang melakukan lebih lanjut
Berhubungan latihan.
1. Pengobatan
2. Terapi pembatasan 10. Kembangkan/ 10. Dapat
gerak berikan memeberikan
3. Kurang pengetahuan reinforcement motivasi
mengenai manfaat positif selama kepada klien
pergerakan fisik latihan. untuk
4. IMT diatas 75 % berlatih dan
sesuai dengan usia cepat pulih
5. Kerusakan sensori Kolaboratif

persepsi 11. Kolaborasikan 11. Merencana-


6. Nyeri, tidak nyaman dengan kan
7. Kerusakan fisioterapist program
musculoskeletal dan dalam pemulihan
neuromuscular pengembangan klien
8. Intoleransi aktivitas program
9. Depresi mood atau latihan bagi
cemas klien, secara
10. Kerusakan kognitif tepat.
11. Penurunan kekuatan
otot, control, dan
massa
12. Keengganan untuk
memulai gerak
13. Gaya hidup menetap,
tidak fit
14. Malnutrisi umum atau
spesifik
15. Kehilangan integritas
struktur tulang
16. Keterlambatan
perkembangan
17. Kekakuan sendi atau

34
kontraktur
18. Keterbatasan daya
tahan kardiovaskuler
19. Berhubungan dengan
metabolisme seluler
20. Keterbatasan
dukungan lingkungan
fisik atau social
21. Kepercayaaan
terhadap budaya
berhubungan dengan
aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan
umur

Sumber : Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA (NIC-NOC) revisi jilid 1 (2015) hal. 282

4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan implementasi keperwatan.

Indikator keberhasilan dari implementasi adalah tercapinya NOC (Nursing

outcome) sesuai dengan kriteria hasil pada masing-masing diagnosa.

35
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus

dengan mengguanakan metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang studi keadaan secara

objektif dan menganalisis lebih mendalam tentang asuhan keperawatan pasien

diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang melati RSUD

Kota Kendari.

B. Subyek Studi Kasus

Studi kasus ini mengambil subyek satu partisipan yaitu partisipan yang

terdiagnosa diabetes melitus murni maupun diabetes melitus dengan

komplikasi yang mengalami masalah gangguan kebutuhan aktivitas. Adapun

kriteria sampel dalam peneltian ini adalah :

1. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015).

Kriteria Inklusi :

a. Klien bersedia menjadi responden.

b. Klien diabetes melitus yang sudah kooperatif dan sudah bisa

berkomunikasi verbal dengan cukup baik

c. Klien diabetes melitus dengan masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas

yang berada di Ruang Melati RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara.

36
2. Kriteria ekslusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2015). Kriteria ekslusi : Pasien yang mengalami cacat fisik yang dapat

mengganggu proses studi kasus.

C. Fokus Studi

1. Gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien diabetes melitus.

2. Asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dengan hambatan

mobilitas fisik.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar

gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin.

2. Kebutuhan aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

3. Data pengkajian yang didapatkan dari RSUD Kota Kendari di Ruang

Melati Kamar C.4 pada klien Tn. L dengan hasil, Data Subjektif : Klien

mengatakan sakit pada kaki kirinya dan susah untuk beraktivitas sehari-

hari serta pergerakan klien terbatas. Data Objektif : klien susah

beraktivitas karena sakit pada kaki kiri akibat diabetes melitus dengan

luka ganggren, keadaan umum lemah, klien nampak letih setelah

beraktivitas, klien nampak tidak nyaman setelah beraktivitas, aktivitas

klien nampak dibantu oleh keluarga, pergerakan klien terbatas, pergerakan

sendi kurang Kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan

tahanan penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu

tahanan penuh) dan ekstemitas kiri bawah skala 2 (pergerakan melawan

37
tahanan, namun kurang dari normal), klien nampak terbaring di tempat

tidur, nampak ada luka gangren diabetik pada kaki sebelah kiri,

karakteristik luka : luka tampak merah muda pada bagian tengah, area

sekitar luka nampak pucat, pus (+) sekitar luka, panjang luka ± 15 cm,

lebar luka ± 10 cm, kedalaman ± 1 cm, luka berbau amis. Glukosa darah

sewaktu adalah 313 mg/dl, Tanda – Tanda Vital : TD : 140/80 mmHg, S :

36OC, N : 82 x/menit, P : 22 x/menit.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik pada

bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas. Suatu kondisi dimana

individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara total, tetapi juga

mengalami penurunan aktivitas.

5. Terapi latihan mobilitas sendi yaitu penggunaan gerakan tubuh baik aktif

maupun pasif untuk meningkatkan atau memelihara kelenturan sendi.

6. Latihan ROM (Range Of Motion) aktif maupun pasif adalah tindakan

pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.

Pada penelitian ini, latihan ROM dilakukan 2 kali dalam sehari dan waktu

7-10 menit setiap latihan. Saat melakukan gerakan ROM kita tidak boleh

memaksa jika pada persendian yang tidak bisa di gerakkan, jadi gerakan

yang diberikan harus sesuai dengan kondisi pasien. Dengan kriteria hasil :

Pergerakan sendi bertambah luas.

38
Tabel 3.1
SKALA TARGET OUTCOME (PERGERAKAN SENDI)

Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak


berat yang sedang ringan ada
SKALA TARGET dari cukup dari dari deviasi
OUTCOME kisaran besar dari kisaran kisaran dari
normal kisaran normal normal kisaran
normal normal
SKALA OUTCOME
1 2 3 4 5
KESELURUHAN
Indikator :
- Rahang 1 2 3 4 5
- Leher 1 2 3 4 5
- Punggung 1 2 3 4 5
- Jari kanan 1 2 3 4 5
- Jari kiri 1 2 3 4 5
- Jempol kanan 1 2 3 4 5
- Jempol kiri 1 2 3 4 5
- Pergelangan tangan kanan 1 2 3 4 5
- Pergelangan tangan kiri 1 2 3 4 5
- Siku kanan 1 2 3 4 5
- Siku kiri 1 2 3 4 5
- Bahu kanan 1 2 3 4 5
- Bahu kiri 1 2 3 4 5
- Pergelangan kaki kanan 1 2 3 4 5
- Pergelangan kaki kiri 1 2 3 4 5
- Lutut kanan 1 2 3 4 5
- Lutut kiri 1 2 3 4 5
- Panggul kanan 1 2 3 4 5
- Panggul kiri 1 2 3 4 5

E. Lokasi dan Waktu Studi

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Melati Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018.

F. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data primer

dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian

terhadap responden. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan

39
penelitian ini diperoleh dari status pasien dan rekam medik di RSUD Kota

Kendari.

1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek

penelitian oleh perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh dari:

a. Wawancara

Yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian secara lisan

dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap-cakap,

berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).

b. Observasi

Observasi adalah suatu prosedur terencana antara lain meliputi:

melihat, mencatat jumlah data, syarat-syarat aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti.

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan

fisik pasien secara sistematis dengan cara:

a) Inspeksi

Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematis dengan mengguanakan indera penglihatan,

pandangan dan penciuman sebagai suatu alat untuk

mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai

dari kepala sampai kaki.

40
b) Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh

yang dapat terabah dengan menggunakan bagian tangan yang

berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, pergerekan

dan konsistensi.

c) Perkusi

Mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk

menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.

Perkusi dilakukan pada daerah abdomen.

d) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan

melaui pendengaran, biasanya menggunakan alat stetoskop.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian. Data sekunder didapat dari:

a. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada objek penelitian, namun melalui dokumen.

b. Studi kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang diperoleh

atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari ilmu

pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penelitian memanfaatkan

teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil penelitian lain untuk

kepentingan penelitian.

41
G. Analisis Data dan Penyajian Data

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan di analisis

berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan melakukan

implementasi serta evaluasi keperawatan dengan cara di narasikan. Analisis

selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

hasil awal dan akhir dengan teori dan penelitian terdahulu. (Nursalam, 2015)

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Kota Kendari.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekan

masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Informent consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Informent consent di berikan kepada responden yang akan diteliti

disertai judul penelitian, apabila responden menerima atau menolak, maka

penelti harus mampu menerima keputusan responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menajaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan

nama respoden tetapi akan menggantinya menjadi inisial atau kode

responden.

42
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Beneficience

Penelitian melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik .

5. Full disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat

keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan

keputusan tersebut tidak dapat dibuat tanpa memberikan penjelasan

selengkap-lengkapnya.

43
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,

pemeriksaan fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang

dilakukan pada tanggal 6 Juli 2018 pukul 13:20 WITA dengan No. Rekam

Medis 16-36-23, klien masuk RSUD Kota Kendari tanggal 4 Juli 2018, dari

pengkajian tersebut didapatkan data melalui penjelasan berikut ini :

Nama klien Tn. L, berumur 77 tahun, suku bangsa muna, agama

islam dan sudah menikah. Pekerjaan klien sehari-hari sebagai wiraswasta,

pendidikan terakhir klien SMP. Klien bertempat tinggal di Jl. KH. Agus

Salim No. 8 E Kelurahan Kandai Kota Kendari.

Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada

tanggal 04 Juli 2018 dirawat di ruang Melati kamar C.4. Keluhan utama

yaitu klien mengatakan nyeri pada area luka diabetik kaki sebelah kiri, yang

dialami sejak 2 minggu yang lalu, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk,

gambaran skala nyeri 5 (sedang), waktu terjadinya nyeri tidak menentu,

faktor pencetus nyeri akibat kadar gula klien yang tinggi. Keluhan lain

yaitu klien mengatakan merasa lemas, letih, pusing, klien mengatakan tidak

dapat melakukan aktivitasnya, porsi makan yang di habiskan hanya ½ yang

di habiskan. Pergerakan klien terbatas akibat nyeri dan klien mengatakan

kram pada pergelangan kaki, serta kurang memahami tentang penyakitnya.

44
Upaya yang telah dilakukan keluarga sebelum dirawat di rumah

sakit yaitu mengompres dengan air hangat pada luka klien, dan memberikan

obat antibiotik (ampicillin), namun upaya yang telah dilakukan ini tidak

menunjukkan adanya perubahan pada luka klien sehingga keluarga

membawa klien ke Rumah Sakit. Klien juga mengatakan bahwa dirinya

pernah dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit yang sama yaitu Diabetes

Melitus, berat badan klien sebelum sakit 60 kg.

Genogram :

77

Keterangan :

= Laki - Laki

= Perempuan

= Laki – Laki meningggal

= Perempuan meninggal

= Garis Perkawian

= Garis Keturunan

= Tinggal Serumah

= Klien

45
Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa tidak ada

anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti yang diderita

oleh klien.

Hasil observasi dan pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum (KU)

klien lemah, tingkat kesadaran composmentis, dimana Tekanan Darah (TD)

: 140/80 mmHg, Nadi (N) : 82 x/menit, Suhu (S) : 36°C, Pernafasan (P): 22

x/menit, Berat Badan (BB) saat ini 57 kg dan Tinggi Badan (TB) 163 cm.

Pada pengkajian sistem pernafasan B1 (breathing) didapatkan data

bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi septum hidung, hasil

auskultasi suara nafas bronkil dan tidak ditemukan suara nafas tambahan.

Pengkajian sistem kardiovaskuler B2 (bleeding) yaitu saat dilakukan

palpasi tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, peneliti melakukan

auskultasi suara jantung normal, akral teraba dingin, CRT > 3 detik.

Pengkajian sistem persyarafan B3 (brain) nilai Glasgow coma skale

(GCS): 15 keadaan kepala dan wajah simetris, ekspresi wajah tampak

lemah, sclera ikterus, pupil isokor kanan kiri, konjungtiva anemis, kelopak

mata membuka dan menutup, keadaan telinga simetris, leher dan bahu:

mengangkat bahu dan memalingkan kepala. Pendengaran kanan dan kiri

normal, penciuman normal, pengecapan: rasa asin normal, rasa manis

normal, rasa pahit normal. Penglihatan kanan dan kiri agak rabun, perabaan

panas, dingin, tekan normal dan status mental terorientasi.

Pengkajian sistem perkemihan B4 (bledder) produksi urin berwarna

kekuningan dengan bau yang khas (amoniak), frekuensi berkemih 3-5

kali/hari, produksi urine setiap hari ± 1500 cc.

46
Pengkajian sistem pencernaan B5 (bowel) hasil inspeksi pada mulut

tidak ditemukan adanya tanda-tanda radang, tidak ada halositosis, tidak ada

stomatitis, dan tidak terdapat nyeri tekan pada tenggorokan, rektum normal,

BAB sekali sehari (tidak menentu) dengan konsistensi feses lunak.

Pengkajian sistem muskuloskeletal B6 (Bone) pergerakan sendi

klien tampak terbatas, skala kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu

menahan tahanan penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3

(mampu tahanan penuh) dan ekstemitas kiri bawah skala 2 (pergerakan

melawan tahanan, namun kurang dari normal). Tonus otot ekstermitas

bagian atas tidak ada masalah, sedangkan pada ekstermitas bawah terdapat

nyeri otot, adanya udema pada daerah betis kaki, akral teraba dingin, turgor

kulit baik, kulit dan badan klien tampak bersih, kepala dan rambut juga

tampak bersih, dan tampak luka gangren pada daerah kaki sebelah kiri

dengan karakteristik luka tampak merah muda pada bagian tengah, sekitar

luka nampak pucat, pus (+), panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm

dengan kedalaman ± 1 cm menembus lapisan otot, dan luka berbau amis.

Sedangkan pada pola aktivitas klien mengatakan pola makan

sebelum sakit dengan porsi makan 2-3 x/hari dengan porsi dihabiskan, jenis

menu makan nasi, bubur, buah-buahan dan sayur, klien mempunyai

pantangan makanan yang tinggi serat atau yang manis-manis, klien tidak

mempunyai alergi terhadap makanan. Sedangkan pola makan saat sakit

porsi makan klien 1-2 kali/hari, dengan porsi makan tidak di habiskan, jenis

menu makan bubur, dan sayur, klien tidak diperbolehkan makan makanan

yang berkadar gula tinggi.

47
Untuk pola minum klien sebelum sakit frekuensi klien minum 6-8

gelas/hari dihabiskan, jenis minuman klien air putih dan teh, minuman yang

disukai air putih, minuman yang tidak disukai yaitu minuman beralkohol.

Sedangkan pola minum saat sakit frekuensi minum klien 3-5 gelas/hari

dihabiskan, jenis minuman air putih, dan tidak diperbolehkan minum-

minuman yang manis-manis. Selama dirumah sakit klien mengatakan

mandi hanya 1 kali/hari (tidak menentu).

Pola eliminasi BAK sebelum sakit frekuensi berkemih 4-7 kali/hari,

berwarna kekuningan, dan tidak ada kesulitan dalam berkemih. Sedangkan,

pola eliminasi BAK selama sakit frekuensi berkemih 3-5 kali/hari,

berwarna kekuningan dengan bau amoniak, dan tidak ada kesulitan dalam

berkemih.

Pola eliminasi BAB sebelum sakit frekuensi BAB 2-3 kali/hari,

konsistensi lunak, berwarna kuning, tidak ada masalah dalam BAB.

Sedangkan, pola eliminasi BAB selama sakit frekuensi BAB 1 kali/hari

(tidak menentu), konsistensi lunak, berwarna kuning, tidak ada masalah

dalam BAB.

Pola istirahat dan aktivitas klien sebelum sakit untuk tidur siang dan

tidur malam baik, sedangkan saat sakit, tidur siang dan tidur malam

terganggu (± 3 - 4 jam) karena klien sering terbangun.

Tabel 4.1
Pola Aktivitas dan Latihan

SMRS MRS
AKTIVITAS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi  
Berpakaian / berdandan  

48
Eliminasi / toileting  
Mobilitas di tempat tidur  
Berpindah  
Berjalan  
Naik tangga  
Berbelanja  
Memasak  
Pemeliharaan rumah  

Keterangan :
Skor 0 = Mandiri
1 = Alat bantu
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung / tidak mampu

Pada interaksi sosial, klien sering dijaga oleh anaknya, selama sakit

klien juga sering dibesuk oleh kerabat dan tetangga. Beberapa kali klien

sering mengungkapkan keinginan untuk pulang kerumah, dan sering

bertanya mengenai penyakit yang dialaminya. Klien nampak cemas dan

berharap agar cepat sembuh dari penyakitnya, dan selama dirawat kegiatan

beribadah tidak terlaksana.

Terapi/obat-obatan yang diberikan antara lain IVDF RL 20

tetes/menit, cephaflox 1 gr/IV/12 jam, ranitidine 1 gr/IV/8 jam, keterolac 1

gr/IV/8 jam.

Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 4 Juli

2018 dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Kimia Darah

Hasil
Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Glukosa Sewaktu 313 < 200 mg/dl

49
2. Diagnosa Keperawatan

a. Klasifikasi Data

Nama pasien : Tn. L


Umur : 77 Tahun
No. RM : 16-36-23

Tabel 4.3 Klasifikasi Data

No Data Masalah

1. DS :
- Klien mengatakan sering
mengeluh sakit pada kaki
kirinya.
- Klien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-
hari.
- Klien mengatakan merasa
lemah dan letih setelah
beraktivitas.
- Klien mengatakan kram pada
Hambatan Mobilitas
pergelangan kaki.
Fisik

DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih setelah
beraktivitas
- Klien nampak tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Aktivitas klien nampak dibantu
oleh keluarga
- Pergerakan klien terbatas
- Pergerakan sendi kurang

50
- Kekuatan otot :
5 5
3 2
- Klien nampak terbaring di
tempat tidur
- Tampak ada luka gangren
diabetik pada kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
 Luka tampak merah muda

pada bagian tengah

 Area sekitar luka nampak

pucat

 Pus (+) sekitar luka

 Panjang luka ± 15 cm

 Lebar luka ± 10 cm

 Kedalaman ± 1 cm

 Luka berbau amis.

- Glukosa darah sewaktu adalah


313 mg/dl
- Tanda – Tanda Vital :
TD : 140/80 mmHg
S : 36OC
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit

51
b. Analisa Data

Nama pasien : Tn. L


Umur : 77 Tahun
No. RM : 16-36-23

Tabel 4.4 Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS :
- Klien mengatakan Reseptor insulin Hambatan
sering mengeluh sakit dalam sel berkurang Mobilitas
pada kaki kirinya. Fisik
Peningkatan glukosa
- Klien mengatakan
darah
tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari.
Sirkulasi darah ke sel
- Klien mengatakan lambat dalam tubuh di
merasa lemah dan letih jaringan perifer

setelah beraktivitas.
Gangren diabetik
- Klien mengatakan
kram pada pergelangan
Hambatan mobilitas
kaki. fisik

DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih
setelah beraktivitas
- Klien nampak tidak
nyaman setelah
beraktivitas
- Aktivitas klien nampak
dibantu oleh keluarga
- Pergerakan klien
terbatas

52
- Pergerakan sendi
kurang
- Kekuatan otot :
5 5
3 2
- Klien nampak
terbaring di tempat
tidur
- Tampak ada luka
gangren diabetik pada
kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
 Luka tampak merah

muda pada bagian

tengah

 Area sekitar luka

nampak pucat

 Pus (+) sekitar luka

 Panjang luka ± 15 cm

 Lebar luka ± 10 cm

 Kedalaman ± 1 cm

 Luka berbau amis.

- Glukosa darah sewaktu


adalah 313 mg/dl
- Tanda – Tanda Vital :
TD : 140/80 mmHg
S : 36OC
N : 82 x/menit
P : 22 x/menit

53
c. Intervensi Keperawatan

Nama pasien : Tn. L


Umur : 77 Tahun
No. RM : 16-36-23

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan

Tujuan dan
Diagnosa
No Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
(NOC)
1. Hambatan Setelah dilakukan 1. Tentukan 12. Mengetahui
mobilitas asuhan batasan keterbatasan sendi

fisik b.d keperawatan pergerakan klien.


selama 4 x 24 sendi dan
adanya luka
jam, diharapkan efeknya
gangren
pasien mampu terhadap fungsi
diabetik
dalam mobilisasi sendi.
secara mandiri 2. Dukung latihan 13. Mendukung klien
dengan kriteria ROM aktif, dalam
hasil : sesuai jadwal beraktivitas.
 Pergerakan sendi yang teratur dan
bertambah luas. terencana.
 Kemampuan 3. Lakukan ROM 14. Membantu
klien pasif atau ROM pemulihan sendi
menggerakan dengan bantuan, klien
sendi. sesuai indikasi.
 Pasien dapat 4. Instruksikan 15. Pasien akan

melaksanakan pasien/keluarga terbantu dalam


cara melakukan pemenuhan
aktivitas sesuai
latihan ROM kebutuhan selama
dengan
pasif, ROM belum bisa
kemampuan
dengan bantuan melakukan secara
(duduk, berdiri,
atau ROM aktif. mandiri.
berjalan, dan
berpindah).

54
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama pasien : Tn. L


Umur : 77 Tahun
No. RM : 16-36-23

Tabel 4.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam

1. Jum’at, 1. Menentukan batasan S: Eko


Febrianto
6 Juli 2018 pergerakan sendi dan
- Klien mengatakan
efeknya terhadap
nyeri pada kaki
fungsi sendi
kirinya karena
13:20 Hasil :
luka gangren.
Pergerakan sendi
- Klien mengatakan
klien terbatas dan
belum mampu
sulit untuk
beraktivitas.
menggerakkan kaki
kirinya karena luka
O:
gangren.
- KU. Lemah
- Klien nampak
2. Mendukung latihan
letih setelah
ROM aktif, sesuai
beraktivitas
jadwal yang teratur
- Klien nampak
dan terencana
13:40 Hasil : tidak nyaman
ROM aktif yang bisa setelah
dilakukan klien beraktivitas
sesuai jadwal : - Aktivitas klien
- Rahang (5) nampak dibantu
- Punggung (5) oleh keluarga
- Jari kanan dan kiri
- Pergerakan klien
(5)
terbatas
- Jempol kanan dan
- Pergerakan sendi

55
kiri (5) kurang
- Pergelangan tangan - Klien nampak
kanan dan kiri (5) terbaring di
- Siku kanan dan kiri
tempat tidur
(5)
- Tampak ada luka
- Bahu kanan dan
gangren pada
kiri (5)
kaki kiri klien
- GDS : 313 mg/dl
3. Melakukan ROM
pasif atau ROM - TTV :

dengan bantuan, TD : 140/80 mmHg

sesuai indikasi S : 36OC

13:50 Hasil : N : 82 x/menit

- Leher (4 = deviasi P : 22 x/menit

ringan dari kisaran


normal). A : Masalah belum

- Jari kanan dan kiri teratasi.

(5 = tidak ada
deviasi dari kisaran P : Intervensi

normal). dilanjutkan.

- Pergelangan tangan
dan kiri (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kanan (3 = deviasi
sedang dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki

56
kiri (2 = deviasi
yang cukup besar
dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (3 =
deviasi sedang dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (2 =
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan
kiri (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
14:20 Hasil :
Keluarga / anak klien
belum mengerti cara
melakukan ROM
pasif dan aktif.

2. Sabtu, 1. Menentukan batasan S: Eko


Febrianto
7 Juli 2018 pergerakan sendi dan
- Klien mengatakan
efeknya terhadap
nyeri pada kaki
fungsi sendi
kirinya karena
09:00 Hasil :
luka gangren.
Pergerakan sendi
- Klien mengatakan
klien masih terbatas
belum mampu
dan sulit untuk

57
menggerakkan kaki beraktivitas.
kirinya karena luka
gangren. O:
- KU. Lemah
2. Mendukung latihan - Klien nampak
ROM aktif, sesuai letih setelah
jadwal yang teratur beraktivitas
dan terencana
- Klien nampak
09:20 Hasil :
tidak nyaman
- Rahang (5)
setelah
- Punggung (5)
beraktivitas
- Jari kanan dan kiri
- Aktivitas klien
(5)
- Jempol kanan dan nampak dibantu
kiri (5) oleh keluarga
- Pergelangan tangan - Pergerakan klien
kanan dan kiri (5) terbatas
- Siku kanan dan kiri - Pergerakan sendi
(5) kurang
- Bahu kanan dan - Klien nampak
kiri (5)
terbaring di
tempat tidur
3. Melakukan ROM
- Tampak ada luka
pasif atau ROM
gangren pada
dengan bantuan,
sesuai indikasi kaki kiri klien
09:30 Hasil : - GDS : 317 mg/dl

- Leher (4 = deviasi - TTV :


ringan dari kisaran TD : 150/90 mmHg
normal). S : 36,5OC
- Jari kanan dan kiri N : 94 x/menit
(5 = tidak ada P : 20 x/menit
deviasi dari kisaran
normal). A : Masalah belum
- Pergelangan tangan teratasi.

58
dan kiri (5 = tidak P : Intervensi
ada deviasi dari dilanjutkan.
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kanan (3 = deviasi
sedang dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kiri (2 = deviasi
yang cukup besar
dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (3 =
deviasi sedang dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (2 =
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan
kiri (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif

59
10:00 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti leher, jari
tangan, pergelangan
tangan, siku,
pergelangan kaki,
dan lutut.

3. Minggu, 1. Menentukan batasan S: Eko


Febrianto
8 Juli 2018 pergerakan sendi dan
- Klien mengatakan
efeknya terhadap
nyeri pada kaki
fungsi sendi
kirinya karena
10:30 Hasil :
luka gangren.
Pergerakan sendi
- Klien mengatakan
klien mulai
mampu
meningkat dan
beraktivitas
mampu demi sedikit
sedikit, tetapi
untuk menggerakkan
masih di bantu
kaki kirinya yang
oleh keluarga.
terdapat luka
gangren.
O:
- KU. Sedang
2. Mendukung latihan
- Aktivitas klien
ROM aktif, sesuai
nampak dibantu
jadwal yang teratur
oleh keluarga
dan terencana
- Pergerakan klien
10:50 Hasil :
- Rahang (5) terbatas
- Leher (5) - Pergerakan sendi

- Punggung (5) mulai meningkat


- Jari kanan dan kiri - Tampak ada luka
(5) gangren pada

60
- Jempol kanan dan kaki kiri klien
kiri (5) - GDS : 278 mg/dl
- Pergelangan tangan - TTV :
kanan dan kiri (5) TD : 140/90 mmHg
- Siku kanan dan kiri S : 36OC
(5) N : 70 x/menit
- Bahu kanan dan P : 18 x/menit
kiri (5)
- Pergelangan kaki
kanan (4) A : Masalah belum
- Lutut kanan (4) teratasi.

3. Melakukan ROM P : Intervensi


pasif atau ROM dilanjutkan.
dengan bantuan,
sesuai indikasi
11:00 Hasil :
- Leher (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Jari kanan dan kiri
(5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan tangan
dan kiri (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki

61
kanan (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kiri (2 = deviasi
yang cukup besar
dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (4 =
deviasi ringan dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (2 =
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal).
- Panggul kanan dan
kiri (4 = deviasi
ringan dari kisaran
normal).

4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
11:30 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti leher, jari
tangan, jempol,
pergelangan tangan,
siku, pergelangan

62
kaki, dan lutut.

4. Senin, 1. Menentukan batasan S: Eko


Febrianto
9 Juli 2018 pergerakan sendi dan
- Klien mengatakan
efeknya terhadap
nyeri pada kaki
fungsi sendi
kirinya berkurang.
08:00 Hasil :
- Klien mengatakan
Klien mampu
mampu
melakuakan
melakukan
pergerakkan sendi
aktivitas dengan
dengan mandiri.
sendirinya.

2. Mendukung latihan
O:
ROM aktif, sesuai
- KU. Baik
jadwal yang teratur
- Klien nampak
dan terencana
rileks
08:15 Hasil :
- Nampak
- Rahang (5)
aktivitas klien
- Leher (5)
meningkat
- Punggung (5)
- Pergerakan sendi
- Jari kanan dan kiri
(5) nampak
- Jempol kanan dan meningkat
kiri (5) - Tampak ada luka
- Pergelangan tangan gangren pada
kanan dan kiri (5) kaki kiri klien
- Siku kanan dan kiri - TTV :
(5) TD : 160/90 mmHg
- Bahu kanan dan S : 36,2OC
kiri (5) N : 88 x/menit
- Pergelangan kaki P : 20 x/menit
kanan (4)
- Lutut kanan (4) A : Masalah teratasi.
- Panggul kanan dan
kiri (4) P : Intervensi

63
3. Melakukan ROM dihentikan (pasien
pasif atau ROM pulang).
dengan bantuan,
sesuai indikasi
08:30 Hasil :
- Leher (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Jari kanan dan kiri
(5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan tangan
dan kiri (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Siku (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Bahu (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).
- Pergelangan kaki
kanan (5 = tidak
ada deviasi dari
kisaran normal).
- Pergelangan kaki
kiri (3 = deviasi
sedang dari kisaran
normal).
- Lutut kanan (4 =
deviasi ringan dari
kisaran normal).
- Lutut kiri (3 =
deviasi sedang dari

64
kisaran normal).
- Panggul kanan dan
kiri (5 = tidak ada
deviasi dari kisaran
normal).

4. Menginstruksikan
pasien/keluarga cara
melakukan latihan
ROM pasif, ROM
dengan bantuan atau
ROM aktif
09:00 Hasil :
Keluarga / anak klien
mampu mengerti
cara melakukan
ROM pasif dan aktif,
seperti rahang, leher,
jari tangan, jempol,
pergelangan tangan,
siku, pergelangan
kaki, lutut, dan
panggul.

B. Pembahasan

Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi

kasus yang penulis lakukan dari tanggal 6-9 Juli 2018, maka pada bagian ini

penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau

kasus yang ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

Tn. L, berumur 77 tahun dengan diabetes melitus dengan luka gangren dalam

65
pemenuhan kebutuhan aktivitas di ruang melati kamar C.4 Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses

keperawatan yaitu tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan.

Pengkajian dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan data

klien baik data subjektif maupun objektif. Tekhnik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi, dan studi kepustakaan. Selain tahap ini, penulis tidak

mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien cukup kooperatif dan

dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Menurut

teori pada tahap pengkajian pasien diabetes mellitus pada luka gangren,

keluhan utama ialah adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa

raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,

adanya nyeri pada luka. lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,

gigi mudah goyah, gusi mudah bengak dan berdarah, apakah penglihatan

kabur/ganda, diplopia, lensa mata keruh, turgor kulit menurun, adanya luka

atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus

dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku,

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah dan berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis, terdapat

polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat

badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas, poliuri, retensi urine,

inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih, Penyebaran lemak,

66
penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,

adanya gangren di ekstermitas serta terjadi penurunan sensoris, parathesia,

anastesia, letargi, mengantuk, refleks lambat, kacau mental, disorientasi. Data

yang ada pada teori tetapi tidak ada pada studi kasus, begitupun pada data

yang ada pada studi kasus tetapi tidak ada dalam teori adalah adanya rasa

kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun, obesitas, refleks

lambat, kacau, diaforesis, gelisah. Sedangkan, semua data yang ada pada kasus

terdapat pada teori. Adanya kesenjangan ini disebabkan karena setiap manusia

dalam memberikan respon baik bio, psiko, social dan spiritual terhadap

stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik yang didapatkan

berbeda pula serta kemungkinan data-data yang ada dalam kasus masih

merupakan gejala awal dari penyakit sehingga data-data yang ada pada teori

tidak semua terdapat di studi kasus.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan

dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi

tanggung gugat perawat. Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus

yang dilakukan pada Tn. L diagnosa yang diangkat penulis yaitu hambatan

mobilitas fisik.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik

pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih ekstremitas. Suatu kondisi

dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara total,

tetapi juga mengalami penurunan aktivitas. Dalam kasus, diagnosa ditegakkan

67
oleh penulis karena pada saat pengkajian ditemukan data klien mengatakan

sakit pada kaki kirinya dan susah untuk beraktivitas sehari-hari serta

pergerakan klien terbatas, setelah pengkajian RSUD Kota Kendari didapatkan

hasil : klien susah beraktivitas karena sakit pada kaki kiri akibat diabetes

melitus dengan luka ganggren, keadaan umum lemah, klien nampak letih

setelah beraktivitas, klien nampak tidak nyaman setelah beraktivitas, aktivitas

klien nampak dibantu oleh keluarga, pergerakan klien terbatas, pergerakan

sendi kurang Kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan tahanan

penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu tahanan penuh)

dan ekstemitas kiri bawah skala 2 (pergerakan melawan tahanan, namun

kurang dari normal), klien nampak terbaring di tempat tidur, nampak ada luka

gangren diabetik pada kaki sebelah kiri, karakteristik luka : luka tampak merah

muda pada bagian tengah, area sekitar luka nampak pucat, pus (+) sekitar luka,

panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm, kedalaman ± 1 cm, luka berbau

amis. Glukosa darah sewaktu adalah 313 mg/dl, Tanda – Tanda Vital : TD :

140/80 mmHg, S : 36OC, N : 82 x/menit, P : 22 x/menit.

Diagnosa keperawatan diangkat disesuaikan dengan kondisi klien pada

saat pengkajian, interprestasi data, dan hasil analisa data serta tidak adanya

data-data pendukung untuk mengangkat diagnosa tersebut, Manusia adalah

makhluk unik, dalam hal ini respon individu terhadap stress atau penyakit

berbeda-beda dan karakteristik masalah yang ditemukan berbeda pula.

Intervensi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan

dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari

intervensi keperawatan yaang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &

68
Perry, 2005). Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana

asuhan keperawatan sebagai tindakan pemecah masalah keperawatan dimana

penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan

tindakan yang tepat. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah

didapatkan untuk diterapkan secara aktual pada pasien Tn. L dengan Diabetes

Melitus (Ganggren Diabetis) dalam masalah kebutuhan dan respon

keluarganya mendasari penyusunan rencana keperawatan berdasarkan

diagnosis keperawatan pada pasien Diabetes Melitus (Ganggren Diabetis)

disesuaikan dengan kondisi aktual yang ditemukan. Tindakan yang

direncanakan yaitu : Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap

fungsi sendi, dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan

terencana, lakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi, dan

instruksikan pasien/keluarga cara melakukan latihan ROM pasif, ROM dengan

bantuan atau ROM aktif.

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang

penulis lakukan kepada pasien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan

pasien dapat terpenuhi (wilkinson, 2011). Pelaksanaan tindakan asuhan

keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan berdasarkan

teori (NIC) yaitu : menentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap

fungsi sendi [Hasil : Klien mampu melakuakan pergerakkan sendi dengan mandiri],

mendukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan terencana

[Hasil : Rahang (5), Leher (5), Punggung (5), Jari kanan dan kiri (5), Jempol kanan

dan kiri (5), Pergelangan tangan kanan dan kiri (5), Siku kanan dan kiri (5), Bahu

69
kanan dan kiri (5), Pergelangan kaki kanan (4), Lutut kanan (4), dan Panggul kanan

dan kiri (4)], melakukan ROM pasif atau ROM dengan bantuan, sesuai indikasi

[Hasil : Leher (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal), Jari kanan dan kiri (5 =

tidak ada deviasi dari kisaran normal), Pergelangan tangan dan kiri (5 = tidak ada

deviasi dari kisaran normal), Siku (5 = tidak ada deviasi dari kisaran normal), Bahu (5

= tidak ada deviasi dari kisaran normal), Pergelangan kaki kanan (5 = tidak ada

deviasi dari kisaran normal), Pergelangan kaki kiri (3 = deviasi sedang dari kisaran

normal), Lutut kanan (4 = deviasi ringan dari kisaran normal), Lutut kiri (3 = deviasi

sedang dari kisaran normal), dan Panggul kanan dan kiri (5 = tidak ada deviasi dari

kisaran normal)], menginstruksikan pasien/keluarga cara melakukan latihan

ROM pasif, ROM dengan bantuan atau ROM aktif [Hasil : Keluarga / anak

klien mampu mengerti cara melakukan ROM pasif dan aktif, seperti rahang, leher,

jari tangan, jempol, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, lutut, dan panggul].

Implementasi yang direncanakan telah dilaksanakan, pasien dapat

memperaktekkan latihan ROM (Range Of Motion) untuk mengurangi kadar

gula darah dalam tubuh dan meningkatkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan

tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis.

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi

perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam,

2010). Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu

hambatan mobilitas fisik dan dievaluasi pada hari senin tanggal 9 Juli 2018

dengan hasil masalah hambatan mobilitas fisik teratasi dimana pada data

70
subyektif pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya berkurang serta aktivitas

mampu dilakukan dengan sendiri dan data obyektif keadaan umum pasien

baik, ekspresi wajah pasien nampak rileks, nampak aktivitas klien meningkat,

pergerakan sendi meningkat, Tekanan darah: 160/90 mmHg, Nadi: 88

kali/menit, Pernafasan: 20 kali/menit, Suhu: 36,2OC.

71
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses

keperawatan di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari dari

tanggal 6 – 9 Juli 2018 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian keperawatan Tn. L semua aspek bio, psiko, sosial,

spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga

untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu

memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal

maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap

respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan

kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan

menganalisa data pada klien dengan diabetes mellitus pada luka gangren

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai

dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori

yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia

menurut maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan

klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu

hambatan mobilitas fisik.

72
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan

yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori NANDA NIC-NOC, dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah

pada pasien diabetes melitus dengan luka ganggren berdasarkan ilmu dan

prosedur tindakan keperawatan.

4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan,

disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat

berdasarkan aplikasi teori NANDA NIC-NOC sehingga tidak terjadi

kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 4 hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 09 Juli 2018

dengan hasil hambatan mobilitas fisik teratasi.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada pasien diabetes melitus dengan luka gangren dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas, peneliti menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu

mematuhi program dietnya, terutama minum obat secara teratur sesuai

dengan indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas

terdekat di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program

perawatan lanjut seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada

73
klien dengan kasus diabetes melitus, dan mengkonsumsi obat secara teratur

untuk pemulihan dan proses penyembuhan.

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari diharapkan mampu

memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio, psiko, sosial, spritual,

kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu perawat agar selalu

menerapkan konsep asuhan keperawatan yang komprehensif dan

meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan

keperawatan serta adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada

status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik

dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses kesembuhan

klien.

3. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta

dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah

pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas,

sehingga dapat membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus nyata

tentang prosedur latihan ROM (Range Of Motion) pada pasien diabetes

melitus.

74
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H.A, Aziz. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Dinkes Sultra. 2016. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari

Husaini & Fajriah. N.N., dkk. (2013). Kejadian Ulkus Diabetik Pada Pasien
Diabetes Melitus Yang Merokok. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5 (2).
Diperoleh tanggal 4 April 2018,

https://media.neliti.com/media/publications/96546-ID-kejadian-ulkus-
diabetik-pada-pasien-diab.pdf

International Diabetes Federation (IDF) & Lathifah, N.L. (2017). Hubungan


Durasi Penyakit dan Kadar Gula Darah dengan Keluhan Subyektif
Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5 (2), 231-239.
Diperoleh tanggal 19 Maret 2018,

https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/download/4781/3893

Nanda (Nic-Noc). (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. Jakarta :


EGC

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


Ed. 3. Jakarta : Salemba Medika

Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta : Kemenkes RI

Riskesdas. (2013). Di akeses 22 Maret 2018,

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%202013.pdf

RSUD Kota Kendari. (2018). Profil RSUD Kota Kendari. Kendari : Staf Rekam
Medik RSUD Kota Kendari

Setiati, S. dkk. (2015). Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Jakarta : EGC

Soegondo & Dadiyanto, T. (2012). Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan


Kebutuhan Mobilitas pada Pasien Diabetes Melitus. Surakarta : Sekolah

75
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Di akses tanggal 26 Maret
2018,

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-tomydadiya-
234-1-tomydad-0.pdf

Tanto, C. dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media


Aesculapius

Utama, H. (2009). Penatalaksanan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI

WHO. (2017). Di akses tanggal 22 Maret 2017,

http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2017/en/

Widyawati & Lukita, Y.I. (2016). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Aktif Kaki
Terhadap Risiko Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. Jamber : Universitas Jamber. Di akses tanggal 26 Maret
2018,
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/76381/Yulfa%20
Intan%20Lukita%20-%20122310101034%20-1.pdf?sequence=1

76
Lampiran 1.

FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian :

No. Register :

Diagnosa Media :

I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur / Tanggal Lahir :
4. Status Perkawinan :
5. Agama :
6. Suku Bangsa :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. Pendapatan :
10. Alamat :

B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Hubungan dengan klien :
5. Alamat :

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama :
B. Riwayat Keluhan Utama
1. Penyebab / faktor pencetus :
2. Sifat keluhan :

77
3. Lokasi dan penyebarannya :
4. Skala keluhan :
5. Mulai dan lamanya keluhan :

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Apakah menderita penyakit yang sama :
B. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa :
C. Pernah mengalami pembedahan :
D. Riwayat alergi :
E. Kebiasaan / ketergantungan terhadap zat :
1. Meroko (berapa batang sehari) :
2. Minum alkohol :
3. Minum kopi :
4. Minum obat-obatan :

IV. RIWAYAT KELUARGA / GENOGRAM (DIAGRAM 3 GENERASI)


A. Buat genogram 3 generasi :
B. Riwayat kesehatan anggota keluarga :

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – Tanda Vital
1. Tekanan darah :
2. Pernafasan :
3. Nadi :
4. Suhu badan :
B. Kepala
1. Bentuk kepala :
2. Keadaan rambut :
3. Keadaan kulit kepala :
4. Nyeri kepala / pusing :
5. Komentar :

78
C. Penglihatan / Mata
1. Ketajaman penglihatan / visus :
2. Peradangan :
3. Sclera :
4. Pupil :
5. Gerak bola mata :
6. Kongjungtiva :
7. Lapang pandang :
8. Refleks kornea :
9. Rasa nyeri :
10. Pemakaian alat bantu :
11. Komentar :
D. Pendengaran / Telinga
1. Struktur :
2. Nyeri :
3. Cairan :
4. Tanda peradangan :
5. Fungsi pendengaran :
E. Hidung / Penciuman
1. Struktur :
2. Polip :
3. Sinus :
4. Perdarahan :
5. Peradangan :
6. Fungsi penciuman :
7. Komentar :
F. Mulut
1. Keadaan gigi :
2. Problem menelan :
3. Bicara :
4. Rongga mulut :
5. Fungsi mengunyah :

79
6. Fugsi pengecap :
7. Komentar :
G. Leher
1. Vena jugularis :
2. Arteri karotis :
3. Pembesaran tyroid :
4. Pembesaran limfe :
5. Komentar :
H. Pernafasan
1. Bentuk dada :
2. Pergerakan / pengembangan thoraks :
3. Batuk :
4. Sputum :
5. Vocal fremitus :
6. Resonansi :
7. Bunyi nafas :
8. Bunyi nafas tambahan :
9. Komentar :
I. Jantung
1. Ukuran jantung :
2. Denyut jantung :
3. Nyeri dada :
4. Palpitasi :
5. Bunyi jantung :
6. Komentar :
J. Abdomen
1. Warna kulit :
2. Bayangan peristaltik :
3. Keadaan permukaan abdomen :
4. Gerak abdomen :
5. Pembesaran abdomen :
6. Keadaan perkusi abdomen :

80
7. Nyeri tekan :
8. Peristaltik :
9. Komentar :
K. Perkemihan
1. Edema kelopak mata :
2. Nyeri pinggang / punggung :
3. Keadaan kandung kemih :
4. Bau mulut amoniak :
5. Komentar :
L. Reproduksi
1. Siklus menstruasi :
2. Keadaan organ kelamin luar :
3. Pembesaran prostat :
4. Kehamilan :
5. Perdarahan :
6. Komentar :
M. Status neurologis
1. Tingkat keasadaran :
2. Koordinasi :
3. Memori :
4. Orientasi :
5. Kelumpuhan :
6. Gangguan sensasi :
7. Kejang-kejang :
N. Muskeloskeletal
1. Kekuatan otot :
2. Tonus otot :
3. Kekakuan sendi :
4. Trauma :
5. Nyeri :
6. Pola aktivitas :
7. Komentar :

81
O. Kulit
1. Tekstur / integritas :
2. Turgor :
3. Warna :
4. Kelembapan :
5. Lesi :
6. Komentar :
P. Kelamin
1. Penonjolan :
2. Pembesaran kelenjar tyroid :
3. Aktivitas :
4. Perubahan suara :
5. Tremor :
6. Pigmentasi kulit :
7. Komentar :

VI. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI


A. Nutrisi
1. Frekuensi makan sehari :
2. Waktu-waktu makan :
3. Porsi makan yang disediakan :
4. Makanan pantang / yang tidak disukai :
5. Makanan yang disukai :
6. Perubahan selama sakit :
B. Minum / Cairan
1. Frekuensi minum sehari :
2. Jumlah minum yang di konsumsi setiap hari :
3. Jenis minuman yang tidak disukai :
4. Jenis minuman yang disukai :
5. Perubahan selama sakit :

82
C. Eliminasi BAK dan BAB
1. Buang Air Kecil (BAK)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi berkemih sehari :
c. Warna :
d. Kesulitan berkemih :
e. Perubahan setelah sakit :
2. Buang Air Besar (BAB)
a. Kebiasaan :
b. Frekuensi BAB setiap hari :
c. Warna :
d. Perubahan selama sakit :
D. Istirahat dan Tidur
1. Tidur malam jam :
2. Tidur siang jam :
3. Apakah mudah terbangun :
4. Apa yang menolong untuk tidur nyenyak :
5. Perubahan selama sakit :

VII. KEADAAN PSIKOSOSIAL KLIEN


A. Bagaimana klien terhadap penyakitnya :
B. Harapkan klien terhadap keadaan kesehatannya :
C. Pola interaksi dengan orang terdekat :
D. Sejauh mana keterlibatan-keterlibatan orang terdekat bila klien
menghadapi masalah :
E. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah :
F. Bagaimana hubungan klien dengan tenaga kesehatan / keperawatan
selama dirawat :
G. Organisasi kemasyarakatan yang di ikuti :

83
VIII. KEADAAN SPIRITUAL
A. Keadaan mejalankan ibadah :
B. Status rumah :
C. Kebersihan rumah :

IX. KEADAAN SOSIAL / LINGKUNGAN PERUMAHAN KLIEN


A. Keadaan rumah dan lingkungannya :
B. Status rumah :
C. Kebersihan rumah :

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium :
B. Studi diagnostic :

XI. TINDAKAN MEDIK / PENGOBATAN

Kendari, ......................................

84
ANALISA DATA
No. Symptom Etiologi Problem
1.

2.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan
Diagnosa Intervensi Rasional
No Kriteria Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1.

2.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tanggal
No Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam

1.

2.

85
Lampiran 2.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RANGE OF MOTION (ROM)

1. Pengertian :
Range of Motion (ROM) adalah segenap gerakan yang dalam keadaan
normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan
2. Tujuan :
1. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi.
3. Untuk merangsang sirkulasi darah.
4. Untuk mencegah kelainan bentuk (deformitas).
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
3. Persiapan Pasien :
1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan mengidentifikasi pasien
dengan memeriksa identitas pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan menjawab
seluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, memberi privasi
pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan nyaman.
4. Persiapan Alat :
1. Handuk kecil
2. Lotion/ baby oil
3. Minyak penghangat bila perlu (misal: minyak telon)
5. Cara Bekerja :
1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Periksa alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
5. Posisikan pasien senyaman mungkin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
A. Fleksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, kemudian
tangan kanan memegang tangan pasien.
2. Angkat tangan ke atas dari sisi tubuh.
3. Gerakan tangan perlahan-lahan, lemah lembut ke arah kepala sejauh
mungkin.
4. Letakkan tangan di bawah kepala dan tahan untuk mencegah

86
dorongan fleksi, tekuk tangan dan siku.
5. Angkat kembali lengan ke atas kembali ke posisi semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
B. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di atas siku pasien, tangan kanan
memegang tangan pasien.
2. Pertahankan posisi tersebut, kemudian gerakkan lengan sejauh
mungkin dari tubuh dalam keadaan lurus.
3. Tekuk dan gerakkan lengan segera perlahan ke atas kepala sejauh
mungkin.
4. Kembalikan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
C. Rotasi Interna dan Eksterna Bahu
1. Tempatkan lengan pasien pada titik jauh dari tubuh, bengkokkan
siku. Pegang lengan atas, tempatkan pada bantal.
2. Angkat lengan dan tangan.
3. Gerakkan lengan ke bawah dan tangan secara perlahanl-lahan ke
belakang sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
D. Penyilangan Adduksi Bahu
1. Tempatkan tangan kiri perawat di bawah siku dan tangan lain
memegang tangan pasien.
2. Angkat lengan pasien.
3. Posisi lengan setinggi bahu, gerakkan tangan menyilang kepala
sejauh mungkin.
4. Kembalikan lengan pada posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
E. Supinasi dan Pronasi Lengan
1. Permulaan posisi: pegang tangan pasien dengan kedua tangan,
posisi telunjuk pada telapak tangan, kedua ibu jari di punggung
tangan.
2. Tekuk telapak tangan pasien menghadap wajah pasien.
3. Kemudian tekukkan telapak tangan bagian punggung ke muka
pasien.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
F. Ekstensi dan Fleksi Pergelangan Tangan dan Jari
1. Pegang pergelangan tangan pasien dengan satu tangan pasien dan
tangan pasien bergengaman dengan tangan perawat.
2. Tekuk punggung tangan ke belakang sambil mempertahankan
posisi jari lurus.
3. Luruskan tangan.

87
4. Tekuk tangan ke depan sambil jari-jari menutup membuat
genggaman, kemudian buka tangan.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
G. Fleksi dan Ekstensi Ibu Jari
1. Pegang tangan pasien, tekuk ibu jari ke dalam telapak tangan
pasien.
2. Dorong ibu jari ke belakang pada titik terjauh dari telapak tangan
pasien. Ulangi lebih kurang 3 kali.
3. Gerakan ibu jari pasien memutar/sirkulasi pada satu lingkaran.
H. Fleksi dan Ekstensi Panggul dan Lutut
1. Tempatkan salah satu tangan perawat dibawah lutut pasien, tangan
lain di atas tumit dan menahan kaki pasien.
2. Angkat tungkai kaki dan tekukan pada lutut, gerakan tungkai
kebelakang sejauh mungkin.
3. Luruskan lutut di atas permukaan kaki, kembalikan pada posisi
semula.
4. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
I. Rotasi Interna dan Eksterna Panggul
1. Tempat satu tangan perawat di bawah lutut pasien, tangan lain di
atas tumit kaki pasien.
2. Angkat tungkai dan tekuk membuat sudut yang besar di atas lutut.
3. Pegang lutut dan kaki pasien mendorong ke hadapan perawat.
4. Gerakkan kaki ke posisi semula.
5. Dorong kaki sejauh mungkin dari perawat, gerakkan ke posisi
semula.
6. Ulangi latihan lebih kurang sampai 3 kali.
J. Abduksi dan Adduksi Panggul
1. Tempatkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien, letakkan
tangan lain di bawah tumit.
2. Pegang tungkai dalam keadaan lurus, kemudian angkat ke atas
setinggi 5 cm dari kasur.
3. Tarik kaki kearah luar, ke hadapan perawat.
4. Dorong tungkai ke belakang dan kembalikan ke posisi semula.
5. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
K. Dorso dan Plantar Fleksi Pergelangan Kaki
1. Pegang tumit pasien dengan tangan perawat, biarkan istirahat pada
tangan perawat.
2. Tekan lengan perawat pada telapak kaki, gerakkan menghadap
tungkai.
3. Pindahkan tangan perawat pada posisi semula.
4. Pindahkan tangan ke ujung kaki dan bagian bawah kaki, dorong
kaki ke bawah pada titik maksimal secara bersamaan, kemudian

88
dorong kembali ke atas pada tumit.
5. Ulangi latihan berikut lebih kurang 3 kali.
L. Eversi dan Inversi Kaki
1. Putar kaki satu persatu ke arah luar.
2. Kemudian kembali ke arah dalam.
3. Ulangi latihan lebih kurang 3 kali.
M. Ekstensi dan Fleksi Jari-jari Kaki
1. Mulai dengan menarik ujung jari kaki ke atas.
2. Ujung-ujung jari kaki di dorong ke bawah.
3. Ulang latihan lebih kurang 3 kali.
7. Rapihkan pasien ke posisi semula
8. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
9. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan melepaskan sarung tangan
10. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela
11. Kaji respon pasien (subyektif dan obyektif)
12. Beri reinforcement positif kepada pasien
13. Buat kontak pertemuan selanjutnya
14. Akhiri kegiatan dengan baik
15. Cuci tangan
6. Hasil :
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,
respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pegang ekstermitas pada sendi-sendi seperti: elbow, wrist, knee.
Gerakkan sendi secara perlahan-lahan, selanjutnya teruskan. Jika tidak
nyaman/agak nyeri pada sendi, misalnya : adanya arthritis (dukung
ekstermitas pada daerah tersebut).
2. Gerakan setiap sendi melalui ROM lebih kurang 3 kali terus menerus
secara teratur dan perlahan-lahan. Hindarkan pergerakan yang
berlebihan dari persendian pada saat latihan ROM. Hindarkan pada
tekanan yang kuat pada saat pergerakan yang kuat.
3. Hentikan pergerakan bila ada nyeri.
4. Catat adanya ketidak nyamanan (nyeri, kelelahan),
kontraktur/kekakuan sendi, kekuatan otot dan adanya atrofi otot.
5. Apabila ada perasaan nyeri akibat kekejangan/spasme otot, gerakkan
sendi secara perlahan-lahan, jangan berlebihan. Gerakkan dengan
lemah lembut secara bertahap sampai terjadi relaksasi.
6. Aktifitas fungsional untuk menguji lengkap gerak sendi dapat
dilakukan pada pasien yang sudah dapat melakukan pergerakan sendiri
tanpa bantuan.
7. Pergerakkan diuji/diperiksa oleh terapis untuk menentukan adanya
pergerakan daerah sendi. Pergerakan sendi pasien sangat dipengaruhi
oleh kondisi fisik, faktor penyakit dan faktor genetik. Latihan
disesuaikan dengan keadaan klinis pasien.
8. Setiap sendi tubuh mempunyai suatu lingkup pergerakan yang normal.

89
9. Sendi-sendi akan kehilangan lingkup pergerakan sendi ynag normal.
Kekuan akan mengakibatkan suatu keadaan ketidakmampuan yang
menetap. Hal ini sering pada kondisi Neuromuskuler (Hemiplegia).
10. Latihan ROM direncanakan dengan individu, lingkup pergerakan
bervariasi sesuai dengan perbedaan tubuh dan kemampuan serta
golongan umur.
11. Latihan ROM dapat dilakukan kapan saja, dimana keadaan fisik tidak
aktif.

90
Lampiran 3.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Saudara Responden
di-
Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi DIII

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari, maka saya :

Nama : Eko Febrianto

NIM : P00320015014

Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Program Studi DIII

Keperawatan, akan melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Diabetes Melitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di

Ruang Melati RSUD Kota Kendari Tahun 2018”.

Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kesediaan saudara untuk

berkenan menjadi subyek penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan

dengan saudara dirahasiakan oleh peneliti. Atas partisipasi dan dukungannya

disampaikan terima kasih.

Kendari, 6 Juli 2018


Hormat Saya,

EKO FEBRIANTO

91
Lampiran 4.

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, tidak keberatan untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Kendari Jurusan Keperawatan, atas nama : Eko Febrianto (NIM:P00320015014)

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Ruang Melati RSUD Kota Kendari

Tahun 2018”, dan saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak

manapun, semoga dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari, 6 Juli 2018

Responden

92
Lampiran 5.

93
Lampiran 6.

94
Lampiran 7.

95
Lampiran 8.

96
Lampiran 9.

97
Lampiran 10.

98
Lampiran 11.

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.1
Melakukan Intervensi ROM Pasif pada Tn. L

Gambar 1.2
Melakukan Pemeriksaan GDS pada Tn. L

99

Anda mungkin juga menyukai