Disusun Oleh :
Rifki Anugerah 1810711050
Ahmad Nursalam 1810711053
Della Yunita 1810711066
Sondang Mariani 1810711090
Hilmi Yoda 1810711099
Rahmadia 1810711107
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia dengan Perubahan
Kardiovaskuler ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Selain itu,
kami pun berterima kasih kepada Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dan juga masukan
kepada penyusun makalah.
Semoga dengan disusunnya makalah ini, dapat bermanfaat bagi mahasiswa fakultas ilmu
kesehatan UPN Veteran Jakarta. Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, baik dari segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Konsep Dasar
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun
peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia). Tahun 1960an,
Indonesia berada pada era tambahan jumlah bayi yang luar biasa, yang dikenal dengan baby
boom. Masa ini berlangsung sampai dengan digerakkannya program KB di tahun 1970an yang
kemudian berhasil menekan pertumbuhan penduduk melalui kelahiran. Perbaikan ketersediaan
sumber pangan dan perbaikan kesehatan mengurangi risiko penyakit dan menambah usia
harapan hidup penduduk. Hasil perbaikan tersebut, kini membawa bayi-bayi pada era baby
boom menua, sehingga memperlebar piramida kelompok penduduk tua. Era ini diperkirakan
akan terus berlangsung, dan pada tahun 2050 diperkirakan jumlah mereka mencapai 2,1 miliar
di seluruh dunia (UN, 2017 dalam Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019, 2019).
Lanjut Usia (Lansia) adalah kelompok pendu duk yang berusia 60 tahun keatas. Secara
biologis lanjut usia ialah orang yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Roubenoff et al., 2000).
Menurut Nugroho (2008) proses menua adalah proses yang terjadi sepanjang hidup
manusia, dimulai sejak awal kehidupan. Proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang
bersifat berrtahap (gradual loss) yang terkait dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada
lansia. Proses penuaan ini menyebabkan terjadinya perubahan fungsi pada lansia seperti
masalah kesehatannya.
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah
karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran
darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel
saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu. Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak
berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Nabyl, 2012).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan
kanker, baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh
stroke (Marsh&Keyrouz, 2010; American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara
global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya
mengalami kecacatan permanen (Stroke Forum, 2015). Stroke merupakan penyebab kecacatan
yang dapat dicegah (American Health Association, 2014).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2018 berdasarkan diagnosis
Dokter, prevalensi stroke di Indonesia mengalami peningkatan yang tinggi yaitu dari 7 per mil
menjadi 10.9 per mil. Daerah yang paling tinggi tingkat kejadian stroke berada di Kalimantan
Timur, naik menjadi 14,7% (sebelumnya 10 %) dan daerah terendah ada di papua dengan
kenaikan menjadi 4,1%. Sedangkan berdasarkan karakteristik prevalensi penyakit stroke
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, kejadian terbanyak pada kelompok umur ≥75
tahun yaitu sebesar 50,2%.
Stroke memiliki faktor risiko yang cukup banyak, namun secara dikenal dua faktor risiko
yaitu faktor yang diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah
diantar lain merokok, diabetes mellitus, kelainan jantungm kegemukan, konsumsi alkohol,
hiperkolesterolemia , latihan fisik gangguan pola tidur dan hipertensi (AHA/SHA, 2006,
Primary prevention of ischemic stroke).
Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah
salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar
orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang
setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan.
Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi (WHO, 2015).
Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 diperoleh hasil prevalensi stroke menurut diagnosis
dokter , diagnosis atau minum obat antihipertensi, dan hasil pengukuran untuk angka nasional
nya sebesar 8,4% (diagnosis dokter), 8,8 (diagnosis atau minum obat antihipertensi) dan 34,1
(hasil pengukuran).
Salah satu permasalahan lansia adalah tingginya angka prevalensi kejadian jatuh. Jatuh
merupakan kegagalan manusia untuk mempertahankan keseimbangan badan untuk berdiri.
Faktor risiko jatuh pada usia lanjut dapat digolongkan dalam dua goongan yaitu faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik faktor yang berasal dari dalam tubuh lanjut usia sendiri
seperti kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, gangguan sensorik. Sedangkan
faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitar) (Darmojo, 2009).
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prevalensi mengenai kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh pada
lansia di Indonesia?
2. Apa definisi dari kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh pada lansia?
3. Apa etiologi dari kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh pada lansia?
4. Apa saja komplikasi yang timbul pada kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh
pada lansia?
5. Apa saja yang harus ditanyakan saat pengkajian individu kesehatan keperawatan
pada lansia?
6. Bagaimana penilaian psikososial dan spiritual pada lansia?
7. Apa saja penilaian dalam kemandirian lansia?
8. Bagaimana mengkaji status mental lansia?
9. Bagaimana mengkaji skala depresi lansia?
10. Apa saja analisa data dari kasus lansia yang didapatkan?
11. Apa saja diagnosa yang di dapat dalam kasus lansia?
12. Apa saja intervensi yang dilakukan pada kasus lansia tersebut?
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui prevalensi mengenai kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh pada
lansia di Indonesia
2. Mengetahui definisi dari kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh pada lansia
3. Mengetahui Etiologi dari kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh pada lansia
4. Mengetahui komplikasi yang timbul pada kasus Stroke, Hipertensi, dan Resiko jatuh
pada lansia
5. Mengetahui cara pengkajian individu kesehatan keperawatan pada lansia
6. Mengetahui penilaian psikososial dan spiritual pada lansia
7. Mengetahui penilaian dalam kemandirian lansia
8. Mengetahui pengkajian status mental pada lansia
9. Mengetahui pengkajian skala depresi pada lansia
10. Mengetahui analisa data dari kasus lansia yang didapatkan
11. Mengetahui diagnosa yang di dapat dalam kasus lansia
12. Mengetahui intervensi yang dilakukan pada kasus lansia
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR
A. Prevalensi
1. Pravalensi Stroke
Stroke merupakan salah penyakit yang berbahaya, dapat menyebabkan cacad pada
penderita, yang tentu saja akan menghambat produktifitas. Stroke dapat menyebabkan
kematian dan menempati urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit kanker dan jantung
(Batticaca. 2008, Adibhatla et al. 2008, Muljadi.2011)
Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke.
Sekitar 5 juta menderita kelumpuhan permanen. Di kawasan Asia Tenggara terdapat 4,4
juta orang mengalami stroke (WHO,2010).
Stroke menjadi perhatian dunia, menjadikan beban bagi keluarga dan Negara.
Kejadian stroke selalu meningkat dari tahun ketahun, di Negara eropa yaitu tercatat
650.000 penderita dan setiap 4 detik terjadi kasus kematian akibat stroke. Negara
berkembang kejadian stroke berkisar antara 30 %-70 % dengan stroke haemorrhagis dan
non haemorhagic. Indonesia insiden stroke diperkirakan 800- 1000 penderita setiap
tahunnya dan merupakan Negara penyumbang insiden stroke terbesar di Negara Asia.
Prevalensi Stroke di Indonesia berdasarkan Hasil Riskesdas 2018
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 berdasarkan Diagnosis Dokter menurut
karakteristik. Prevalensi penyakit stroke meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
kejadian terbanyak pada kelompok umur ≥75 tahun yaitu sebesar 50,2%. Sedangkan
untuk jenis kelamin yang terbesar adalah laki-laki sebanyak 11 %.
Berdasarkan hasil suatu penelitian menyatakan jenis kelamin pria lebih berisiko
terkena stroke dari pada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih banyak
wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dari pada
wanita, serangan stroke pada pria terjadi pada pria terjadi di usia lebih muda sedangkan
wanita lebih berpotensi terserang stroke pada usia lanjut hingga kemungkinan
meninggal karena penyakit itu lebih besar (Abdul G, 2009).
Selain itu kejadian stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
Pendidikan rendah (tidak/belum sekolah) dan juga tidak bekerja yaitu sebesar 21,2%
dan 21,8%. Sedangkan untuk daerah pemukiman, prevalensi kejadian stroke lebih
tinggi di perkotaan dibandingkan pedesaan sebesar 12,6%.
2. Pravalensi Hipertensi
Berdasarkan data WHO dalam Noncommunicable Disease Country Profiles
prevalensi didunia pada usia >25 tahun mencapai 38,4%. Prevalensi Indonesia lebih
besar jika dibandingkan dengan Banglandesh, Korea, Nepal, dan Thailand (Krishnan
dkk. 2011). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia >18 tahun mencapai 25,8%.
Jawa Barat merupakan provinsi yang menempati posisi ke empat sebesar 29,4% angka
ini lebih besar dibandingkan dengan prevalensi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur
dan DKI Jakarta (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan hampir 7,1 juta
kematian setiap tahunnya akibat hipertensi, atau sekitar 13% dari total kematian
(Gusmira, 2012). Prevalensi hipertensi di Indonesia untuk penduduk berumur diatas 25
tahun adalah 8,3%, dengan prevalensi laki-laki sebesar 12,2% dan perempuan 15,5%
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes (Riskesdas) 2013, sekitar 76% kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran
tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 31,7% (Depkes RI, 2013). Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia. Dari
hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan
Komnas Lansia di 10 Provinsi tahun 2012, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang
diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%) dan Hipertensi (38,8%), penyakit tersebut
merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Kemenkes RI, 2013).
Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 :
Prevalensi angka nasional (Indonesia) menurut diagnosis , diagnosis
atau minum obat dan hasil pengukuran pada penduduk > 18 tahun (2013-2018)
Prevalensi Hipertensi berdasarkan diagnosis dokter, diagnosis dokter atau minum
obat hipertensi menurtu provinsi
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada tahun 2015 di Indonesia jumlah
penduduk usia >60 tahun sebesar 8,49% dan diprediksikan akan meningkat hingga
15,77% pada tahun 2035. Usia lanjut secara umum mengalami perubahan kondisi fisik
dan psikis, beberapa perubahan tersebut dapat dilihat dari penampakan kulit, wajah,
perubahan organ tubuh, sistem indra, sistem saraf, dan kognitif. Perubahan-perubahan
tersebut pada akhirnya akan memengaruhi aktivitas kehidupan seharihari. Salah satu
masalah fisik yang sering mengakibatkan morbiditas serta mortalitas pada usia lanjut
adalah jatuh.
Jatuh adalah kejadian yang tidak disadari dimana seseorang terjatuh dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah yang bisa disebabkan oleh hilangnya
kesadaran, stroke, atau kekuatan yang berlebihan. Berdasarkan survei masyarakat di
Jepang, didapatkan sekitar 30% usia lanjut yang berumur >75 tahun, setiap tahunnya
mengalami jatuh. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Insiden jatuh
di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 orang usia lanjut atau sekitar
43,47% mengalami jatuh. Rubenztein6 dalam penelitiannya melaporkan bahwa 93,1%
dari usia lanjut yang mengalami kelemahan, sebesar 68,7% di antaranya memiliki pola
Activity of Daily Living (ADL) yang buruk dan meningkatkan risiko jatuh.
1. STROKE
Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan atau
kematian karena terjadinya gangguan pendarahan di otak yang menyebabkan kematian jaringan
otak (batticaca,2009).
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut
dan dapat menimbulkan kematian (world health organization,2014)
Stroke terjadi akibat pembulu darah yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyumbatan atau ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan fungsi control gerakan
tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi (American Heart Association {AHA}, 2015)
Etiologi Stroke
Trombosis
Penggumpalan (trombus) mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotial
dari pembuluh darah. Ateroskeloris merupakan penyebab utama. Ateroskeloris menyebabkan
zat lemak tertumpuk dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini terus
membesar dan menyebabkan penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis menghambat aliran
darah yang biasanya lancar pada arteri. Darah akan berputar-putar di bagian permukaan yang
terdapat plak, menyebabkan penggumpalan yang akan melekat pada plak tersebut. Akhirnya
rongga pembuluh darah menjadi tersumbat. Selain itu, penyumbatan dapat terjadi karena
inflamasi pada arteri atau disebut arteritis atau vaskulitis tetapi hal ini jarang terjadi.
Trombus bisa terjadi di semua bagian sepanjang arteri karotid atau pada cabang-cabangnya.
Bagian yang biasa terjadi penyumbatan adalah pada bagian yang mengarah pada percabangan
dari karotid utama ke bagian dalan dan luar dari arteri karotid. Stroke karena trombosis adalah
tipe yang paling sering terjadi pada orang denyan diabetes.
Embolisme
Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus menyebabkan stroke
emblolik. Embolus terbentuk di bagian luar otak, kemudia terlepas dan mengalir melalui
sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat
arteri. Embolus yang paling sering terjadi adalah plak. Trombus dapat terlepas dari arteri
karotis bagian dalam pada bagian luka plak dan bergerak ke dalan sirkulasi serebral. Kejadian
fibrilasi atrial kronik dapat berhubungan dengan tingginya kejadiab stroke embolik, yaitu darah
terkumpul di dalam atrium yang kosong. Gumpalan darah yang sangat kecil terbentuk dalam
atrium kiri dan bergerak menuju jantung dan masuk ke dalan sirkulasi serebral. Pompa
mekanik jantung buatan memiliki permukaan yang lebih kasar dibandingkan otot jantung yang
normal dan dapat juga menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penggumpalan.
Endokarditis yang disebabkan oleh bakteri maupu. yang non bakteri dapat menjadi sumber
terjadinya emboli. Sumber-sumber penyebab emboli lainnya adalag tumor, lemak, bakteri dan
udara. Emboli biasa terhadi pada seluruh bagian pembuluh darah serebral. Kejadian embolu
pada serebral meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia.
Pendarahan (Hemoragik)
Pendarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah, yang bisa menyebabkan perdarahan ke dalam jaringan otak.
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan umumnya
terjadi setelah usia 50tahun. Akibat lain dari perdarahan adalah aneurisma. Aneurisma adalah
pembengkakan pada pembuluh darah. Walaupun aneurisma serebral biasanya kecil
(diameternya 2-6mm), hal ini hisa menyebabkan ruptur. Diperkirakan sekitar 6% dari seluruh
stroke disebabkan oleh ruptur aneurisma.
Stroke yang disebabkan oleh perdarahan sering kali menyebabkan spasme pembuluh darah
serebral dan iskemik pada serebral karena darah yang berada di luar pembuluh darah membuat
iritasi oada pjaringan. Stroke hemoragik biasanya menyebabkan terjadinya kehilangan fungsi
yang banyak dan penyembuhannya paling lambat dibandingkan dengan tipe stroke yang lain.
Keseluruhan angka kematian karena stroke hemoragik berkisar antara 25% sampai 60%.
Jumlah volume perdarahan merupakan satu-satunya prediktor yang paling penting untuk
melihat kondisi klien. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bahwa perdarahan pada otak
penyebab paling fatal dari semua jenis stroke.
Penyebab lain
Spasme arteri serebral yang disebabkan oleh infeksi, menurunkan aliran darah ke arah otak
yang disuplai oleh pembulug darah yang menyempit. Spasme yang berdurasi pendek tidak
selamanya menyebabkan kerusakan otoak yang permanen.
a) Hipertensi
Hipertensi mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga timbul perdarahan
otak. Hipertensi dapat mempengaruhi hampir seluruh organ tubuh, terutama otak, jantung,
ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer. Kemungkinan terjadinya komplikasi tergantung
kepada seberapa 16 besar tekanan darah itu, seberapa lama dibiarkan, seberapa besar kenaikan
dari kondisi sebelumnya, dan kehadiran faktor risiko lain.
Insiden stroke dapat bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila
tekanan darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik,
perdarahan intrakranial, maupun perdarahan subaraknoid.
Pengendalian tekanan darah dapat mengurangi 38% insiden stroke (Black & Hawks, 2005).
b) Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk kolesterol sekitar 1000 mg setiap
hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak dipenuhi kolesterol jika mengkonsumsi
makanan berbasis hewani, kolesterol inilah yang menempel pada permukaan dinding pembuluh
darah yang semakin hari semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding
pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke otot
jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi serangan jantung.
Sementara bila yang 17 tersumbat adalah pembuluh darah pada bagian otak maka sering
disebut stroke.
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi kolestrol semakin
besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran
pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak.
Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan mengakibatkan
terbentuknya arterosklerosis yang kemudian diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh
darah yang akan menghambat aliran darah .
Edema Serebral
Peningkatan TIK adalah komplikasi potensial dari stroke iskemik yang luas. Peningkatan
TIK juga merupakan komplikasi potensial untuk perdarahan intraserebral, baik merupakan
kondisi utama maupun sekunder dari terapi trombolisis.
Stroke Berulang
Kejadian stroke berulang dalam empat minggu pertama setelah stroke iskemik akut berkisar
antara 0,6% - 2,2% per minggu. Resiko anti koagulasi termasuk perdarahan intracranial,
perdarahan sistemik, dan kematian. Resiko jangka panjang dari stroke berulang adalah 4% -
14% per tahun.
Aspirasi
Klien dengan stroke akan beresiko mengalami aspirasi pneumonia yang merupakan
penyebab langsung kematian pada 6% klien. Aspirasi paling sering terjadi pada periode awal
dan dihubungkan dengan hilangnya sensasi faringeal, hilangnya control motoric orifaringeal,
dan penurunan kesadaran.
Komplikasi lain dari stroke bergantung pada lokasi atau jaringan yang terkena (infark). Jika
batang otak yang terkena, tekanan darah menjadi fluktuasi, pola napas terganggu,dan disritmia
jantung dapat terjadi.Cedera fisik ini terjadi berhubungan dengan ketidakmampuan klien untuk
menyadari keterbatasannya. Komplikasi dari imobilitas juga bisa terjadi.
Koma bisa terjadi karena suplai darah kebatang otak atau kesistem formasi oretikularis
yang mengontrol kesadaran, mungkin secara langsung tersumbat.Demikian pula pada struktur
bagian dalam dari thalamus yang menerima dan menyampaikan informasi kekorteks serebral
bisa terlibat dalam kondisi ini. Sumbatan vascular dari arteri karotis internal atau pada salah
satu cabang utamanya bisa juga menurunkan tingkat kesadaran.
Ketika stroke yang terjadi adalah fatal, kematian mungkin terjadi antara 3 jam – 12 jam,
tapi lebih sering terjadi antara 1 – 14 hari setelah episode yang pertama. Secara khusus, dengan
semua jenis tipe stroke yang fatal, peningkatan suhu tubuh, denyut jantung, dan rata-rata
pernapasan terjadi bersamaan dengan koma dalam beberapa atau hari sebelum kematian.
Manifestasi ini terjadi akibat dari kerusakan pada vasomotor dan pusat pengaturan panas.
2. Hipertensi
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (kemenkes RI,2013).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri yang bersifat sistemik alias
berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba,
melaikan melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk
priode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi
(lingga,2012).
Etiologi Hipertensi
1) Primer/Esensial/Idiopatik
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Dan terdapat sekitar 95% kasus
yang menyebabkan hipertensi pada masyarakat di dunia. Walau belum diketahui
penyebabnya, banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti :
a) Peningkatan konsumsi garam
Konsumsi natrium dalam jumlah yang banyak dipercaya dapat mengganggu regulasi
natrium alami tubuh. Peningkatan natrium dapat berakibat pada peningkatan volume
cairan karena natrium mengikat air. Volume cairan yang berlebihan juga dapat membuat
beban jantung meningkat dan akhirnya yang akan membuat tekanan darah meningkat.
b) Stress
Pada individu yang stress akan melepaskan sejumlah hormon yang dikeluarkan oleh
medula adrenal, seperti kortikosteroid, epineprin dan norepineprin yang akan berakibat
langsung pada penyempitan pembuluh darah. Semakin sempit diameter pembuluh darah
akan semakin besar resisten periperalnya, maka tekanan darah pun akan meningkat.
c) Obesitas
Semakin besar tubuh seseorang, beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
akan meningkat, akibatnya tekanan darah akan meningkat.
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan
kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.
Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Indeks masa
tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
d) Hiperkolestrol
Kolestrol yang berlebihan akan mengakibatkan tumbuhnya plak pada pembuluh darah
dan menyebabkan aterosklerosis. Akibatnya, tekanan darah harus tinggi agar darah
sampai ke seluruh tubuh.
e) Merokok
Nikotin berakibat langsung untuk melepaskan hormon ketikolamin, hormon inilah yang
akan membuat pembuluh darah kontriksi dan tekanan darah harus ikut tinggi pula.
f) Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa
apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri.
2) Sekunder
Terjadi pada 5% kasus hipertensi yang ada di dunia. Pada hipertensi sekunder diketahui
penyebab pastinya, seperti penggunaan esterogen atau penyakit pada ginjal. Banyak peniliti
mengungkapkan bahwa penyabab pastinya berasal dari ginjal yang mengalami masalah.
Karena ginjal berfungsi meregulasi natrium dan cairan yang akan berakibat pada tekanan
darah. Seperti penyakit Renovascular Hypertention, penyakit ginjal ini ada karena terjadi
penyempitan arteri di ginjal, akibatnya ginjal mengintrepetasikan bahwa tubuh kekurangan
cairan dan menahan cairan yang dikeluarkan seminimal mungkin. Akibatnya, volume cairan
meningkat dan kardiak output akan ikut meningkat, beban jantung meningkat, tekanan darah
pun akan meningkat. Selain itu terdapat penyakit lain seperti polysystic kidney disease,
glomerular disease, cushing syndrome, dll.
Obesitas,terutama pada tubuh bagian atas dengan meningkatya jumlah lemak sekitar
diafragma, pinggang, dan perut ,dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Orang
dengan kelebihan berat badan teteapi memiliki kelebihan paling banyak dipantat, pinggul
dan paha berada pada resiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi sekuder
daripada peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat
ditandai dengan sindrom metabolis yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Konsumsi nutrisi bissa menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi
esensial .Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif terhadap
garam dan kelebihan dan kelbihan garam mungkin menjadi penyebab pencetus hipertensi
pada individu ini.Diet tinggi garam mungkin menyebabkan pelepasan hormon natriuretik
yang berlebihan,yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah.muatan
natrium juga menstimulasi mekanisme vasopressor didalam sistem saaraf pusat.
Komplikasi Hipertensi
Pasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab terserang kematian
adalah penyakit jantung, sedangkan stroke dan gagal ginjal sering ditemukan, dan sebagian
kecil pada pasien dengan retinopati. Pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah
diastolic sama atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang terjadi
secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering terserang hipertensi antara lain:
- Mata : Berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaann.
- Ginjal : Berupa gagal ginjal
- Jantung : Berupa payah jantung, jantung koroner.
- Otak : Berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat menggakibatkan
kematian, iskemia dan proses emboli
3. Lansia Jatuh
KASUS
Seorang lansia laki-laki berusia 78 tahun post stroke dan afasia sejak 2 tahun yang lalu.
Lansia tinggal di panti jompo. Hasil pengkajian perawat terhadap terhadap care giver : lansia
sering marah-marah dan melempar benda-benda di sekitarnya. Lansia kesal juka petugas tidak
paham apa yang diinginkan lansia. Care giver dan petugas panti sering berkomunikasi dengan
nada tinggi, cepat, berteriak dan menggunakan kalimat yang panjang dengan posisi berdiri di
samping lansia. Lansia mengalami kelumpuhan di ekstremitas kiri, sehingga banyak aktivitas
lansia dibantu oleh care giver. Makanan disajikan dipotong-potong kecil, lansia mampu makan
walaupun agak lambat: mandi, menggosok gigi dan berpakaian dibantu, biasanya lansia
didorong dengan kursi roda ke kamar mandi, care giver mengatakan lansia memakai diapers
karena sudah tidak bisa merasakan sensasi ingiin berkemih atau BAB (Barthel Index : 5 : Katz
Index : 1).
Care giver mengtakan lansia tidak mau mengikuti senam ataupun kegiatan lain yang ada
di panti. Lansia masih sering merokok jika teman-temannya ada yang merokok, apabila dilarang,
lansia melempar barang yang ada di dekatnya. Lansia sejak muda sudah merokok dan seorang
perokok berat. Lansia Pernah jatuh dari kursi roda 3 bulan yang lalu, saat berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur. Lansia terpeleset karena lantai licin dan lansia gemar menggunakan sandal
yang lebih besar dari ukuran kakinya dan sol yang tipis. Hasil pemeriksaan TTV : TD 180/100
mmHg, N : 89 x/mnt, S : 36,7 C, RR : 13 x/mnt.
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN INDIVIDU
2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus : Lansia adalah perokok aktif sejak muda, dan bahkan
sekarang masih sering merokok dengan teman-temannya
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak (√) bertahap
c. Lamanya : 9 bulan
d. Tindakan utama mengatasi : Tidak melakukan apapun
6. Makan
Mandiri :
√
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri (tidak termasuk dalam
memotong atau mengiris daging, mengoles
roti atau mentega)
Tergantung :
Bantuan dalam mengambil makanan dari
piring dan menyuapininya , tidak makan sama
sekali ; makan parenteral (NGT)
Keterangan :
Beri tanda (√) pada poin (mandiri/tergantung) yang sesuai dengan kondisi klien.
Dari kemampuan melaksanakan 6 aktivitas diatas, kemudian diklasifikasikan menjadi
7 tahapan. Tahapan aktivitas diatas kemudian disebut dengan Indeks Katz secara
berurutan sebagai berikut :
Skor Interpretasi
A Kemandrian dalam hal mandi, berpakian, ke toilet/kamar
mandi,berpindah, kontinensia (BAB/BAK), makan
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar mandi dan satu fungsi tambahan
F Kemandiran dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar mandi, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan dalam ke enam aktivitas diatas
Lain-Lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D dan E
KESIMPULAN
Lansia ketergantungan pada ke 5 aktivitas kecuali makan, maka lansia masuk kategor
F.
Poin = 0
Feeding Mampu mengambil makanan Memerlukan bantuan
(Makan) dari piring ke mulut (menyuapi) sebagian atau total dalam
tanpa bantuan. makan atau memerlukan
Poin = 1 Menyiapkan makanan dapat bantuan makan secara
dibantu atau disiapkan oleh parenteral (memakai NGT)
orang lain.
TOTAL POIN = 1 , 6 = High (Mandiri) 0 = Low(Sangat Tergantung/Bergantung)
Kesimpulan
Score yang di dapat sebesar 30 , sehinga masuk kategori ketergantungan berat.
DATA FOKUS
ANALISA DATA
Data Objektif:
a. Klien mengalami kelumpuhan di
extremitas kiri.
b. Banyak aktivitas Klien dibantu oleh
care giver
c. Makanan disajikan dipotong-potong
kecil, Klien mampu makan walaupun
agak lambat
d. Mandi, menggosok gigi dan berpakain
dibantu.
e. Biasanya Klien didorong dengan kursi
roda ke kamar mandi
f. Nilai Barthel Index : 5
g. Nilai Katz Index : 1
h. Kekuatan Otot
2222 4444
2222 4444
Data Subjektif: Hambatan komunikasi verbal bd. gangguan
1. Care giver mengatakan klien sering sistem saraf pusat
kali berbicara tidak jelas (Domain 5. Kode 00051)
2. Klien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi
Data Objektif:
1. Klien Riwayat post stroke dan afasia
sejak 2 tahun yang lalu
2. Lansia kesal jika petugas tidak paham
apa yang diinginkan lansia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan Mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot (Domain 4, Kode 00085)
2. Hambatan komunikasi verbal bd. gangguan sistem saraf pusat (Domain 5. Kode 00051)
3. Risiko Jatuh dd. riwayat jatuh, penggunaan alat bantu (kursi roda), usia >65 th (Domain 11,
Kode 00155)
RENCANA KEPERAWATAN
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Lanjut Usia (Lansia) adalah kelompok pendu duk yang berusia 60 tahun keatas. Secara
biologis lanjut usia ialah orang yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Roubenoff et al., 2000).
Menurut Nugroho (2008) proses menua adalah proses yang terjadi sepanjang hidup
manusia, dimulai sejak awal kehidupan. Proses menua merupakan akibat dari kehilangan
yang bersifat berrtahap (gradual loss) yang terkait dengan banyaknya perubahan yang terjadi
pada lansia. Proses penuaan ini menyebabkan terjadinya perubahan fungsi pada lansia
seperti masalah kesehatannya.
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (world health organization,2014). Angka
kejadian stroke didunia kira-kira 200 per 100.000 penduduk dalam setahun. Di indonesia
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan sekitar 25%
atau 125.000 orang meninggal sedangkan sisanya mengalami cacat ringan bahkan bisa
menjadi cacat berat. (Pudiastuti,2011).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (kemenkes RI,2013).
Salah satu permasalahan lansia adalah tingginya angka prevalensi kejadian jatuh. Jatuh
merupakan kegagalan manusia untuk mempertahankan keseimbangan badan untuk berdiri.
Kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat apabila tidak ditangani dengan serius dan
bahkan bisa menyebabkan kematian. Frekuensi jatuh usia 65 tahun sekitar 28-35% atau 2-4
kali setiap tahunnya dan meningkat di usia 70 tahun mencapai 32-42% jatuh sampai 5-7
kali. Lansia yang tinggal di panti jompo lebih sering jatuh dari pada lansia yang tinggal di
rumah yang mencapai 30-50% setiap tahunnya dan meningkat 40% yang mengalami jatuh
berulang. Insiden jatuh di Indonesia sendiri terdapat 43,47% untuk lansia yang tinggal di
panti, kejadian ini dalam 1 tahun terjadi sampai 1-2 kali (Darmojo, 2015, p. 179) dan
(Nugroho, 2015, pp. 41-42).
B. Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk
menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan
berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda.Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa
orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar.
Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan. Mencegah lebih
baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan kita. Oleh karena itu,
untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola
hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita
tidak akan mudah terserang penyakit.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan
usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia
lanjut.
Selain itu untuk mengendalikannya, Pemerintah juga melaksanakan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Harapannya, seluruh komponen bangsa dengan sadar mau membudayakan perilaku hidup sehat
dimulai dari keluarga. Germas dilakukan dengan melakukan aktifitas fisik, menerapkan
perilaku hidup sehat, konsumsi pangan sehat dan bergizi, melakukan pencegahan dan deteksi
dini penyakit, meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik, dan meningkatkan
edukasi hidup sehat.
Kementerian Kesehatan mengimbau seluruh masyarakat agar melakukan deteksi dini
hipertensi secara teratur. Selain itu juga menerapkan pola hidup sehat dengan perilaku
CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat
dan seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres).
DAFTAR PUSTAKA
American Hearth Association/American Stroke Association (AHA ASA).2006. Primary Prevention
of Ischemic Stroke. http://stroke.ahajournals.org/cgi/content/full/37/6/1583#FIG1173987
Badan Pusat Statistik.2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta : Badan Pusat Statistik
Darmojo, B. (2015). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Darmojo RB, Martono H. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 4. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gardner MM, Robertson MC, Campbell AJ. Exercise in preventing falls and falls related injuries in
older people: a review of randomised controlled trials. Br J Sport Med 2000;34:7-17.
Kementerian Kesehatan RI (2013) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta:
Badan Peneliian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI (2018) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta:
Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI (2018) Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Jakarta: Kementerian Kesehtan RI Badan Peneliian dan Pengembangan Kesehatan.
Susilawati, F., & Nurhayati, H.K (2018). Faktor Resiko Kejadian Stroke Di Rumah Sakit. Jurnal
Keperawatan, Volume XIV, No. 1, April 2018. ISSN 1907 – 0357
Yosi, O., dkk (2020). Edukasi Kesehatan Penyakit Stroke Pada Lansia. MEDIC, Volume 3, Nomor
2, Oktober 2020, Hal: 106-109
Ghani, L., dkk (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di Indonesia. Buletin Penelitian
Kesehatan, Vol. 44, No. 1, Maret 2016 : 49-58
Herawan, T., & Fahrun, N.R. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Wreda Darma Bhakti Kelurahan Pajang
Surakarta. JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 1. Juni 2017.
Mahmudah, S., dkk. (2015). Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru. Biomedika, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2015.
Deniro, A.J.N., dkk (2017). Hubungan antara Usia dan Aktivitas Sehari-Hari dengan Risiko Jatuh
Pasien Instalasi Rawat Jalan Geriatri. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 4, No. 4 |
Desember 2017 |
P2PTM Kemenkes RI.2019.Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number Kendalikan
Tekanan Darahmu dengan CERDIK”. http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-hari-
hipertensi-dunia-2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik
Yastroki.2009. Indonesia tempati urutan pertama didunia dalam jumlah terbanyak penderita
stroke. http://www/.yastroki.or.od/read.php?id=341