Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PEMENUHAN RASA NYAMAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I

Dosen Pengampu : Ns. Chandra Tri Wahyudi, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :

Zahra Amanda Nurhaliza 1810711092


Widhi Nur Fadillah 1810711094
Rahmadia 1810711107

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2018
1. Kenyamanan
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan rasa nyaman/kenyamanan
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh


b. Sosial,berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan social
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan
d. Lingkungan, berhubungan denganlatar belakang pengalaman eksternal manusia seperti,
bunyi, cahaya, temperature, warna, dan unsure alamiah lainnya

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,


harapan, dukungan, hiburan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri dan
hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan
kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

2. Sifat nyeri
 Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy
 Nyeri bersifat subyektif dan individual
 Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
 Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah
laku dan dari pernyataan klien
 Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
 Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
 Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
 Nyeri mengawali ketidakmampuan
 Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal

Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:

 Nyeri bersifat individu


 Nyeri tidak menyenangkan
 Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi
 Bersifat tidak berkesudahan

3. Fisiologi nyeri
1. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus
(misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
2. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula
spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak.
3. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga
terjadi di level lainnya.
4. Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari
interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik
individu lainnya.

4. Faktor yang mempengaruhi nyeri


Faktor Internal
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
4. Anxietas (Kecemasan)
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
5. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
6. Pengetahuan Nyeri
dirasakan dan disadari otak, tetapi berlum tentu penderita akan tergangggu misalnya
karrna ia punya pengetahuan tentang nyeri sehingga ia menerimanya secara wajar.
7. Kelelahan
Kelelahan dapat meningkatkan nyeri karena banyak orang merasa lebih nyaman waktu
istirahat.

Faktor eksternal
1. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
2. Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang
harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada
nyeri.
4. Lingkungan
Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsanggan dari lingkungan seperti kebisingan,
cahaya yang sangat terang.
5. Pengobatan
Pengobatan analgesik yang diberikan sesuai dosis yang mermakai akan mempercepat
penurunan nyeri.

5. Teknik dan prosedur pengkajian nyeri


A. Tahap prainteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya
2. Mencuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam (sebagai pendekatan terapeutik)
2. Menjelaskan tujuan tindakan pada klien dan kluarga klien
C. Fase kerja
1. Melakukan pengkajian nyeri
 Kapan nyeri itu timbul, seberapa lama nyeri itu timbul, Seberapa sering nyeri
itu timbul
 Penyebab nyeri itu dapat timbul, hal-hal yang membuat nyeri itu semakin
bertambah dan berkurang
 Rasa nyeri yang dirasakan seperti apa?
 Daerah nyeri menyebar atau tidak?
 Seberapa menganggu rasa nyeri tersebut?
 Terapi yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri oleh pasien
 Dampak
 Target hasil yang diharapkan pasien
2. Melakukan teknik pereda nyeri
 Mengatur posisi pasien
 Mengarahkan pasien untuk miring ke kiri atau kanan
 Menaikkan bed pasien 45° dan 90°
 Mengajarkan teknik nafas dalam
 Menginstruksikan klien untuk menarik nafas lewat hidung dan
mengeluarkan lewat mulut tahan selama 3 detik
 Ulangi prosedur tersebut sampai 3 kali
 Menginstruksikan klien untuk melakukan nafas dalam saat nyeri yang
dirasakan timbul
 Mengajarkan teknik distraksi (mengalihkan pikiran pasien)
 Menanyakan hal-hal yang disuka klien
 Mengajarkan teknik guided imagry (membuka kembali memori jangka pendek
dan panjang)
 Menanyakan hal-hal yang membuat pasien nyaman
 Memberikan sugesti positif
3. Mengevaluasi hasil dari pengkajian
D. Tahap terninasi
1. Melakukan validasi perasaan klien
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencatat respon klien

Anda mungkin juga menyukai