Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Manajemen Nyeri


B. Sasaran
1. Program : Kebutuhan Dasar Manusia Pemenuhan
Rasa Nyaman : Nyeri Pasien dengan Kanker Paru
2. Penyuluhan : Pasien dan Keluarga Tn.P

C. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit keluarga
Pasien dapat menambah pengetahuan keluarga yang menunggu/menemani
klien di Ruang Gardenia dan keluarga klien dapat memahami tentang
perawatan untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien agar dapat melakukan
tindakan secara mandiri.

D. Tujuan Insruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit keluarga dapat :
1. Keluarga dapat memahami dan mengetahui definisi, klasifikasi, jenis
skala nyeri, tanda dan gejala, manajemen nyeri non farmakologi, dan
manfaat relaksasi.
2. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang mengalami masalah oksigenasi.

E. Materi Penyuluhan (Terlampir)


2. Pengertian Nyeri.
3. Klasifikasi Nyeri.
4. Jenis-jenis Skala Nyeri.
5. Tanda dan gejala Nyeri.
6. Manajemen nyeri nonfarmakologi
7. Manfaat Relaksasi.
F. Matode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga
dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai
G. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam
bentuk selebaran mengenai informasi pentingnya mengenal kebutuhan
dasar manusia mengatasi nyeri pasien dengan diagnosa medis Kanker
Paru.
H. Kegiatan Penyuluhan
Hari/Tanggal : Jumat, 7 Agustus 2020
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
Lokasi : RSUD dr, Doris Sylvanus / Ruang Gardenia
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 2 menit 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan salam dan
memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari tujuan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 5 menit Diskusi
1. Penyampaian materi dan memperhatikan
penyuluhan
3 Demonstrasi manajemen nyeri 5 menit Memperagakan
teknik relaksasi dan distraksi
4 Evaluasi : 5 menit Tanya jawab
Menanyakan pada peserta tentang
materi yang telah diberikan, dan
meminta kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
5 Terminasi : 3 menit Mendengar
1. Mengucapkan terimakasih atas Menjawab salam
perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup
3. Berfoto bersama

I. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Dhea Permatasari Iskandar
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Dhea Permatasari Iskandar
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Dhea Permatasari Iskandar
Mendampingi peserta penyuluhan saat kegiatan berlangsung
4) Dokumentasi : Dhea Permatasari Iskandar
Mendokumentasi kegiatan.

J. SETTING TEMPAT

Keterangan:

: Moderator dan Penyaji : Fasilitator

: Peserta
K. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Tempat dan alat sesuai rencana.
Peran dan tugas sesuai rencana.
Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
Selama kegiatan semua peserta aktif.
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang penyakit hepatomegali, cara
mengatasi nyeri akibat hepatomegali dan manajemen nyeri nonfarmakologi.

Palangka Raya, 7 Agustus 2020


Mahasiswa,

Dhea Permatasari Iskandar


NIM :2018.C.10a.0964
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,
2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau
lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
Jadi, kesimpulannya nyeri adalah kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subyektif diikuti dengan emosi yang tidak
stabil karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, yang terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan
pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan
seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.

2. Klasifikasi Nyeri
Menurut (Setiya & Abd Wahid, 2016) Klasifikasi nyeri dapat
berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan dapat berdasarkan
etiologi, yaitu: nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.
a. Nyeri akut  (< 6 bulan)
Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
setelah cedera akut penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan
yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat),
berlangsung singkat(<6bulan) dan menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih
dari 6 bulan. Nyeri Kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang disebabkan oleh
adanya kausa keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol atau non
keganasan. Nyeri kronik berlangsung lama (lebih dari enam bulan) dan
akan berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau penyakit tampak
sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah
didentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk diturunkan, rasa nyeri biasanya
meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan kemungkinan kecil untuk sembuh
atau hilang. Nyeri kronis non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri
akibat kerusakan jaringan yang non progresif atau telah mengalami
penyembuhan.
c. Nyeri Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri secara patofisiologi dapat dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh
rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun
sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab terhadap
rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap
analgesik opioid atau non opioid. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang
ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada
sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer,
biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang
mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik
terhadap analgesik opioid

3. Jenis-Jenis Skala Nyeri


Secara umum, skala ini digambarkan dalam bentuk nilai angka,
yakni 1-10. Berikut adalah jenis skala nyeri berdasarkan nilai angka yang
perlu Anda ketahui.
Skala 0, tidak nyeri
Skala 1, nyeri sangat ringan
Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit
Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi
Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi)
Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam
waktu lama
Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera
penglihatan
Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas
Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan
terjadi perubahan perilaku
Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan menginginkan cara
apapun untuk menyembuhkan nyeri
Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan
Anda tak sadarkan diri.

Cara Menghitung Skala Nyeri


Metode ini membantu para tenaga medis untuk mendiagnosis
penyakit, menentukan metode pengobatan, hingga menganalisis efektivitas
dari pengobatan tersebut. Dalam dunia medis, ada banyak metode
penghitungannya. Berikut ini beberapa cara menghitung skala nyeri yang
paling populer dan sering digunakan.
1) Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling
banyak digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang
akan memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.
Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang
lebih 10 cm, di mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri,
sementara ujung satunya lagi mengindikasikan rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan
indikator redanya rasa nyeri. VAS adalah prosedur penghitungan yang
mudah untuk digunakan. Namun, VAS tidak disarankan untuk menganalisis
efek nyeri pada pasien yang baru mengalami pembedahan. Ini karena VAS
membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.
Berikut adalah visualisasi VAS:

2) Verbal Rating Scale (VRS)


Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal
dari rasa nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih
sesuai jika digunakan pada pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya
yang tidak begitu bergantung pada koordinasi motorik dan visual.
Skala nyeri versi VRS:

 
3) Numeric Rating Scale (NRS)
Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih
mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis.
NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang
VAS dan VRS.
Skala nyeri dengan menggunakan NRS:

NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pernyataan
spesifik terkait tingkatan nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang
dirasakan tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.

4) Wong-Baker Pain Rating Scale


Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri
yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker.
Cara mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat
ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan
rasa nyeri.

Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih
wajah yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka
alami. Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:
Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan
Raut wajah 2, sedikit nyeri
Raut wajah 3, nyeri
Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
Raut wajah 5, nyeri parah
Raut wajah 6, nyeri sangat parah

4. Tanda dan Gejala Nyeri 


a. Suara
5) Menangis
6) Merintih
7) Menarik/ menghembuskan nafas
b. Ekspresi/wajah
1) Meringis
2) Menggigt lidah , mengatupkan gigi
3) Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
4) Menggigit bibir
c. Pergerakan Tubuh
2) Kegelisahan
3) Mondar-mandir
4) Gerakan menggosok atau berirama
5) Bergerak melindungi tubuh
6) Otot tegang
d. Interaksi sosial
1) Menghindari percakapan dan kontak sosial
2) Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
3) Disorientasi waktu

5. Manajemen Nyeri Nonfarmakologi


a. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal – hal
lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh :
1) Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah
2) Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
3) Menonton TV
4) Medengarkan musik, radio, dll
b. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Tahapan
relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang.
2) Usahakan tetap rileks dan tenang.
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3.
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks.
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan.
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam.
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

6. Manfaat Relaksasi
a. Mengurangi nyeri
b. Ketenangan batin bagi individu.
c. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
d. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
e. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur
menjadi nyenyak.
f. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
g. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.
h. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau
keyakinan.
i. Bermanfaat jika perasaan lelah dan tidak enak badan.Meningkatkan
daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan.
j. Bermanfaat jika perasaan lelah dan tidak enak badan.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC.
Perry, Potter Peterson. 2015. Keterampilan Dasar dan Prosedur Dasar. Jakarta :
EGC.
Perry, Potter. 2016. Konsep Proses dan Praktik, Fundamental Keperawatan, vol
2, edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC.

Tabunan, Eviana. S. Dkk. 2009. Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia I.


Jakarta : Salemba Medika
Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai