I. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Dhea Permatasari Iskandar
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Dhea Permatasari Iskandar
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Dhea Permatasari Iskandar
Mendampingi peserta penyuluhan saat kegiatan berlangsung
4) Dokumentasi : Dhea Permatasari Iskandar
Mendokumentasi kegiatan.
J. SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Peserta
K. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Tempat dan alat sesuai rencana.
Peran dan tugas sesuai rencana.
Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
Selama kegiatan semua peserta aktif.
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang penyakit hepatomegali, cara
mengatasi nyeri akibat hepatomegali dan manajemen nyeri nonfarmakologi.
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,
2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir
yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi
Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau
lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012).
Jadi, kesimpulannya nyeri adalah kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subyektif diikuti dengan emosi yang tidak
stabil karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, yang terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan
pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan
seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
2. Klasifikasi Nyeri
Menurut (Setiya & Abd Wahid, 2016) Klasifikasi nyeri dapat
berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan dapat berdasarkan
etiologi, yaitu: nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.
a. Nyeri akut (< 6 bulan)
Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
setelah cedera akut penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan
yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat),
berlangsung singkat(<6bulan) dan menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih
dari 6 bulan. Nyeri Kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang disebabkan oleh
adanya kausa keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol atau non
keganasan. Nyeri kronik berlangsung lama (lebih dari enam bulan) dan
akan berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau penyakit tampak
sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah
didentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk diturunkan, rasa nyeri biasanya
meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan kemungkinan kecil untuk sembuh
atau hilang. Nyeri kronis non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri
akibat kerusakan jaringan yang non progresif atau telah mengalami
penyembuhan.
c. Nyeri Nosiseptif dan Nyeri Neuropatik
Nyeri secara patofisiologi dapat dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh
rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun
sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab terhadap
rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap
analgesik opioid atau non opioid. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang
ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada
sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer,
biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang
mengalami nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik
terhadap analgesik opioid
3) Numeric Rating Scale (NRS)
Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih
mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis.
NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang
VAS dan VRS.
Skala nyeri dengan menggunakan NRS:
NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pernyataan
spesifik terkait tingkatan nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang
dirasakan tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.
Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih
wajah yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka
alami. Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:
Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan
Raut wajah 2, sedikit nyeri
Raut wajah 3, nyeri
Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
Raut wajah 5, nyeri parah
Raut wajah 6, nyeri sangat parah
6. Manfaat Relaksasi
a. Mengurangi nyeri
b. Ketenangan batin bagi individu.
c. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah.
d. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa.
e. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur
menjadi nyenyak.
f. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit.
g. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik.
h. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau
keyakinan.
i. Bermanfaat jika perasaan lelah dan tidak enak badan.Meningkatkan
daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan.
j. Bermanfaat jika perasaan lelah dan tidak enak badan.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC.
Perry, Potter Peterson. 2015. Keterampilan Dasar dan Prosedur Dasar. Jakarta :
EGC.
Perry, Potter. 2016. Konsep Proses dan Praktik, Fundamental Keperawatan, vol
2, edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.