Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP)

“MANAJEMEN NYERI” DI RUANGAN NEUROLOGI


RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

OLEH :
KELOMPOK IV-A
1. Hafiza Yenti, S.Kep
2. Yolla Maidina Desiva, S.Kep
3. Deni Febrian, S.kep

CI AKADEMIK CI KLINIK

( Hj. Adriani, S.Kp. M.Kes) (Ns.Wettriati, S.Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TA. 2019/2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Manajemen Nyeri
Sub Topik : Manajemen Nyeri
Sasaran : Keluarga dan Pasien
Tempat : Ruang Neurologi
Hari / Tanggal : Sabtu / 11 Januari 2020
Waktu : Pukul 11.00– 11.30 WIB (1 x 30 menit)

A. Latar Belakang Masalah


Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun. Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien
yang mengalami nyeri dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya dan
perawat mempunyai kesempatan untuk menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan. Peran pemberi perawat primer adalah untuk mengidentifikasi dan
mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri.
Nyeri kepala adalah salah satu keluhan yang paling umum dikeluhkan oleh
pasien saat datang ke dokter perawatan primer dan neurolog. Nyeri kepala yang
disebut migrain adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4 – 72
jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai
berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan
fonofobia. Nyeri kepala ini diakibatkan pembuluh darah yang menuju otak
mengalami vasokontriksi yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
serotonin dan kemudian mengalami vasodilatasi (Karmilawati, 2013). Nyeri kepala
termasuk nyeri kepala sebelah dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
faktor gangguan internal dan faktor eksternal. Faktor akibat gangguan internal
diantaranya meliputi stres emosional, diet yang tidak tepat, kelemahan neuropati,
postpartum, kehilangan darah dan hubungan seksual yang berlebihan. Sedangkan
faktor eksternal utamanya disebabkan oleh angin, yang dapat disertai dengan dingin,
panas dan kelembaban (Yanfu, 2002)
Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang
dilakukan baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada pasien pasca
pembedahan guna mengontrol atau mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa nyeri
yang di rasa oleh pasien.
Manajemen nyeri penting dilakukan dan paling tidak harus mendapat
perhatian dari petugas perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mengurangi
keluhan nyeri pada pasien. Pengendalian nyeri pada pasien pasca pembedahan dapat
mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari nyeri. Manajemen secara individu
dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi berupa nafas
dalam dan teknik pengalihan perhatian guna mengurangi resiko nyeri pada pasien.
Pada dasarnya pelayanan kesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari
dokter, perawat, fisioterapis, ataupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan agar terapi
yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan optimal oleh penderita atau
pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam
mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi resiko
lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu
mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang.
Ruang rawat inap neurologi memiliki peranan penting untuk menangani
masalah nyeri pada pasien. Ruang Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochatar sebagai
salah satu ruang rawat inap neurologi juga memiliki tanggung jawab dalam
pemulihan kondisi pasien yang mengalami nyeri. Keluhan nyeri yang sering muncul
pada pasien menandakan kurangnya pengetahuan pasien ataupun keluarga untuk
menanggulangi atau kiat-kiat untuk mangatasi atau mengontrol nyeri. Hal ini perlu
diperhatikan agar nyeri pasien sedini mungkin dapat di kontrol atau di atasi untuk
penyembuhan yang seoptimal mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dan menerapkan
manajemen nyeri

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian, penyebab nyeri.
b. Menyebutkan jenis nyeri nyeri.
c. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
d. Menyebutkan jenis-jenis manajemen nyeri
e. Menerapkan manajemen nyeri

C. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi

D. Media
LCD, dan leaflet.

E. Materi Penyuluhan
(Materi Terlampir)

F. SETTING TEMPAT & WAKTU


1. Setting Tempat

Penyuluh Fasilitator Moderator CI Klinik & Akademik

Observer Dokumentasi
Klien dan Keluarga
Keterangan :
 Moderator : Yolla Maidina
 Penyuluh : Hafiza Yenti
 Observer : Deni Febrian

Pembagian tugas :
1. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
2. Penyuluh
 Menyajikan materi penyuluhan
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
3. Observer
 Mengamati jalannya kegiatan
 Mengevaluasi kegiatan
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan
4. Fasilitator
 Bersama moderator menjalin kerjasama dalam menyajikan materi
penyuluhan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya

2. Waktu
Hari/Tanggal : Jumat/ 10 Jamiari 2020
Waktu : 10.00 - 10.30 WIB
Lokasi : Ruang Neurologi

G. Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Semua pasien dan keluarga pasien hadir dalam acara penyuluhan
b. Evaluasi Proses
o Peserta/ keluarga bersedia sesuai dengan kontrak waktu yang
ditentukan
o Peserta antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak
siketahuinya
o Peserta menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
o Tempat dan alat yang di butuhkan tersedia

H. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Hari/Tgl/Jam
Penyuluhan Kesehatan Kesehatan keluarga
Sabtu, 11 1. Pembukaan  Mengucapkan salam.  Pasien dan keluarga
Januari 2020 (5 menit) membalas salam.
Pukul 10.00 –  Memperkenalkan diri dan  Pasien dan keluarga
10.30 Wit asal kampus menerima kehadiran
mahasiswa dengan baik.
 Menjelaskan tujuan  Pasien dan keluarga
penyuluhan memahami tujuan dengan
baik.
 Menyepakati kontrak waktu  Pasien dan keluarga
dan bahasa saaat berpartisipasi dalam
penyuluhan diskusi awal.

2. Kerja  Menjelaskan tentang  Pasien dan keluarga


(20 menit) pengertian, faktor-faktor mendengarkan dan
yang mempengaruhi nyeri, memperhatikan dengan
cara mengkaji persepsi baik.
nyeri, cara-cara mengatasi
nyeri
 Memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk  Pasien dan keluarga
menanyakan hal-hal yang mengajukan pertanyaan.
kurang jelas.
3. Penutup  Mengevaluasi tujuan  Pasien dan keluarga
(5 menit) penyuluhan kesehatan. mampu
menjawab/menjelaskan
kembali.
 Menutup penyuluhan  Pasien dan keluarga
membalas salam.

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Nyeri
1. Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan
yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006).
2. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2006).
3. Nyeri kepala adalah salah satu keluhan yang paling umum dikeluhkan oleh
pasien saat datang ke dokter perawatan primer dan neurolog.
4. Nyeri kepala yang disebut migrain adalah nyeri kepala dengan serangan
nyeri yang berlangsung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh
aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia. Nyeri
kepala ini diakibatkan pembuluh darah yang menuju otak mengalami
vasokontriksi yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
serotonin dan kemudian mengalami vasodilatasi (Karmilawati, 2013).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat penjelasan
tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat
terjadi di berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih lama
mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
menyertai nyeri.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon
terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian
yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap nyeri
dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada
setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.

3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri dikaitkan
dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri
dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan
keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri.
4. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya
seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan
seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan
pasangannya.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat
terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi,
teknik imajinasi terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan perhatian
dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawaat menempatkan
nyeri pada kesadaran yang perifer.
6. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada
individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang
mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan
tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.

7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi
nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa
lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu
periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi pertama
nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,
seperti di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal
yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik
sebagian maupun keseluruhan/total.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang nyeri.

C. Cara-cara Mengatasi Nyeri


1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri
a. Ketidakpercayaan
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat
mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal,
mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien,
dan mengatakan kepada pasien bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien
agar dapat lebih memahami tentang nyeri.

b. Kesalah pahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi
nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang
dialami bersifat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti
tentang nyerinya.
c. Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien
dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka
menangani nyeri.
d. Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan
pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.
e. Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat
digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa teknik
pengalih perhatian adalah bernapas pelan dan berirama, memijat secara
perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan
hal-hal yang menyenangkan, dan sebagainya.

2. Cara stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik Keperawatan


Komplementer seperti:
a. Teknik latihan Distraksi (pengalihan)
Mendengarkan music sehingga dapat mengalihkan perhatian dari
nyeri
Dengan cara:
 Posisikan diri dalam posisi senyaman
mungkin dan rileks.

 Pilih musik dengan tipe sebagai berikut :


 Musik instrumental (rangkaian nada nada dari suara
alat musik saja tanpa ada vocal seperti suara alam,
bunyi piano, dll)
 Musik bertempo lambat
 Memiliki pitch rendah-medium
 Sebagian besar melodi terbentuk dari alat musik tiup

Manfaat Terapi Musik:


1) Memberi efek rileks, hal tersebut dibuktiknan dengan adanya
penurunan tekaan darah dan penurunan kecepatan pernafasan.

2) Mengurangi komplikasi yang sering muncul (nyeri, mual,


muntah dan kram).

3) Menurunkan kelelahan.

4) Meningkatkan kesejahteraan (menurunkan kecemasan dan


stress serta menciptakan hubungan yang lebih harmonis antara
pasien dan pemberi perawatan di rumah).

5) Meningkatkan kenyamanan

b. Teknik relaksasi
 Menganjurkan pasien untuk menarik napas sehingga dapat
mengalihkan perhatian dari nyeri.
Dengan Cara:
 Menarik nafas dalam

 Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan


 Nafas beberapa kali dengan irama yang normal
 Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran pada lengan,
perut, punggung dan kelompok lain
 Setelah rileks, nafas pelan

Manfaat tekik Nafas dalam


1) Membuat lebih mampu menghindari stress
2) Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan
dengan stressseperti: sakit kepala, pusing, sulit tidur,
hipertensi, mual, muntah, nyeri punggung dan nyeri lainnya.
3) Menurunkan dan mengatasi kecemasan
4) Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah
tinggi dsb
5) Meningkatkan penampilan kerja dan social

c. Stimulasi kulit
 Menggosok secara halus pada daerah nyeri dengan cara teknik
fisioterapi kepala ( masase kepala)
a) Mengatur posisi klien senyaman mungkin duduk atau
berbaring
b) Menyiapakan lotion secukup nya
c) Gosokan dari mulai tengah dahi sampai pada kepala
belakang melewati atas daun telinga
d) Pijat daerah kepala dari tepi menuju ke bagian tengah atas
kepala (umbun-umbun)
e) Terus dari pelipis sampai atas daun telinga kemudian
gerus dari bawah prosesus mastoideus dari sebelah kiri
menuju ke kanan (Bambang, 2012).

 Menggunakan air hangat dan dingin


Dengan cara:
1) Dengan menggunakan botol berisi air hangat
dengan
2) temperatur 40-430C atau
3) panasnya sesuai dengan kenyamanan pasien.
4) Pemberian kompres dengan menggunakan air
hangat dapat
5) dilakukan dalam waktu 20 menit
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba
Medika.

Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan:


Konsep,proses,dan praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Diperoleh dari situs http://nursepoint.blogspot.com/2007/10/kelola-nyeri-pasien-


anda.html pada hari sabtu tanggal 12 Juni 2010.

Diperoleh dari situs http://www.google.co.id/kumpulbloger/manajemen-nyeri-pada-


pasien-pasca-pembedahan.html pada hari sabtu tanggal 12 Juni 2010

DAFTAR HADIR
PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI

1. Moderator : Yolla Maidina D.


2. Penyaji : Hafiza Yenti, S.Kep
3. Observer : Deni Febrian
Peserta
No. Nama Pasien/Keluarga Paraf

Bukittinggi, 11 Januari 2020


Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

(Hj. Adriani, S.Kp. M.Kes) (Ns.Wettriati, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai