Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri


Sub Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri dengan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari/Tanggal : Jumat/8 Oktober 2021
Waktu/Jam : 30 menit/08.00-08.30 WITA
Tempat : Ruang Nilam (Penyakit Dalam) RSUD Dr. H. Moch.
Anshari Saleh Banjarmasin
Penyuluh : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang Jurusan
Keperawatan Prodi Pendidikan Profesi Ners

A. Analisa Data
1. Kebutuhan Peserta Didik
Berdasarkan survey yang telah dilakukan pada pasien yang ada di
Ruangan Nilam Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Moch. Anshari Saleh
Banjarmasin mengeluhkan adanya nyeri dengan skala 5 dari rentang (1-
10) nyeri sedang. Pasien yang mengeluh nyeri sebagian besar adalah
pasien yang menderita Diabetes Melitus, ketidaktahuan keluarga dan
pasien bagaimana manajemen rasa nyeri mengakibatkan pasien tidak tahu
cara memanajemen rasa nyeri selain menggunakan obat-obatan. Maka dari
itu perlu diadakan penyuluhan tentang Memanajemen rasa nyeri dalam
rangka memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien yang
belum mengetahui hal tentang memanajemen rasa nyeri dengan non
farmakologi. Pemberian penyuluhan menggunakan sasaran individu agar
sebagai percontohan keluarga pasien serta mempermudah petugas dalam
pengaturan jadwal kontrak penyuluhan dengan target sasaran.
2. Karakteristik Peserta didik
Pasien dan keluarga pasien ruangan Nilam Penyakit Dalam RSUD
Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin yang rata-rata berpendidikan
SMP/SMA.
B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga pasien dan
pengunjung diharapkan mampu mengontrol nyeri secara nonfarmakologi
dengan teknik relaksasi napas dalam.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan dapat mengetahui tentang:
a. Mengetahui pengertian nyeri
b. Mengetahui klasifikasi nyeri
c. Mengetahui tanda dan gejala nyeri
d. Mengetahui intensitas nyeri
e. Menjelaskan manajemen nyeri secara nonfarmakologi
f. Menjelasakan prosedur teknik relaksasi napas dalam
C. Strategi Pelaksanaan
1. Metode : ceramah dan diskusi
2. Media : Leaflet
3. Garis Besar Materi (penjelasan terlampir):
a. Mengetahui pengertian nyeri
b. Mengetahui klasifikasi nyeri
c. Mengetahui tanda dan gejala nyeri
d. Mengetahui intensitas nyeri
e. Menjelaskan manajemen nyeri secara nonfarmakologi
f. Menjelasakan prosedur teknik relaksasi napas dalam
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan disajikan pada tabel berikut:
NO KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN
1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam Membalas salam,
2. Memperkenalkan diri memperhatiakan
dan
mendengarkan
2 Penyajian bahan tentang: 15 menit - Menjelaskan 1. Mendengarkan
- Menjelaskan pengertian pengertian teknik dan
teknik relaksasi nafas relaksasi nafas dalam memperaktekkan
dalam - Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan tujuan relaksasi nafas dalam
relaksasi nafas dalam - Menjelaskan
- Menjelaskan manfaat manfaat relaksasi
relaksasi nafas dalam nafas dalam
- Menjelaskan - Menjelaskan
penatalaksanaan penatalaksanaan
relaksasi nafas dalam. relaksasi nafas
dalam.

3 Evaluasi 5 menit - Memberi


kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya untuk
mengevaluasi
peserta, apakah
peserta dapat
menjelaskan kembali
materi penkes
dengan bertanya.
- Menyimpulkan
kembali materi yang
disajikan.
- Diharapkan 30%
memahami materi
4 Penutup 5 menit - Penyaji 1. Menjawab salam
mengucapkan terima
kasih.
- Mengucapkan salam
penutup
E. Evaluasi
1. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta
penyuluhan tentang materi penyuluhan sebelum penyuluhan dilaksanakan
2. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta
penyuluhan setelah penyampaian materi penyuluhan.
3. Peserta menanggapi materi yang telah disampaikan penyaji.
Bentuk Tes Tanya jawab lisan diakhir penyuluhan yaitu:
1. Apa pengertian teknik relaksasi nafas dalam?
2. Apa tujuan teknik relaksasi nafas dalam?
3. Apa manfaat teknik relaksasi nafas dalam?
4. Bagaimana pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam?
F. Referensi
1. Handayani, Sri. (2015). Naskah Publikasi : Pengaruh Mobilisasi Dini
Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Cesarea di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Surakarta : Stikes Kusuma Husada
2. Saifullah, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan
Tindakan Perawat dalam Managemen Nyeri Post Operasi di Bangsal
Bedah RSUD DR Suehadi Prijonegoro Sragen.
3. Smeltzer, S. C. Bare, B. G. Hinkle, J. L & Cheever, K. H. (2010). Brunner
& Suddarth's Textbook Of Medical Surgical Nursing. 11th Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
4. Arif, Muttaqin., 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika, Jakarta.
5. Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
6. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan (Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien). Jakarta: Salemba Medika.
7. Guyton AC, Hall JE, editors. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2008. p. 82-93.
8. Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
G. Materi
Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila
mana jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi
dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam
Saifullah, 2015)
1. Nyeri berdasarkan tempatnya Menurut Irman (2007) dalam Handayani
(2015) dibagi menjadi :
a. Pheriperal pain Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh.
Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus
yang efektif untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa
rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit
yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam,
meringis, atau seperti terbakar.
b. Deep pain Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri
somatis mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligament,
tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit
reseptor nyeri sehingga lokalisasi sering tidal jelas.
c. Reffered pain Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena
penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian
tubuh di daerah yang berbeda bukan dari daerah asalnya misalnya,
nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung
atau serangan jantung.
d. Central pain Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh
lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord,
batang otak, thalamus, dan lain-lain.
2. Nyeri berdasarkan sifatnya Meliala (2007) dalam Handayani (2015)
menyebutkan bahwa nyeri ini digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Incidental pain Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang. Nyeri ini biasanya sering terjadi pada pasien yang
mengalami kanker tulang.
b. Steady pain Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul
dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis.
c. Proximal pain Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi
dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang lebih
10-15 menit, lalu menghilang kemudian timbul lagi.
3. Nyeri berdasarkan ringan beratnya Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian
(Wartonah, 2005 dalam Handayani 2015) sebagai berikut :
a. Nyeri ringan Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan.
Nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi
dengan baik.
b. Nyeri sedang Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang
sedang. Nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri dan mendiskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik. c. Nyeri berat Merupakan nyeri yang
timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat secara obyektif pasien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang.
4. Nyeri berdasarkan waktu serangan
a. Nyeri akut Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi
dan penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan
berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk
segera bertindak menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat
(kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila faktor internal dan
eksternal yang merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri
akut berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat
diperkirakan (Asmadi, 2008).
b. Nyeri kronis Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus
selama 6 bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis ini berbeda
dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru, nyeri ini sering
mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya dan
menimbulkan distress, kegalauan emosi dan mengganggu fungsi fisik
dan sosial (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan
otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas
dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010).
Respons Fisiologis Nyeri
Respon Penyebab atau efek
s
Stimulus simpatik
Dilatasi saluran bronkiolus dan Menyebabkan peningkatan asupan
peningkatan frekuensi pernapasan oksigen
Peningkatan frekuensi denyut nadi Menyebabkan peningkatan transport
oksigen
Vasokontriksi perifer (pucat, Meningkatkan tekanan darah disertai
peningkatan tekanan darah) perpindahan suplai darah dan perifer dan
visera ke otot – otot skelet dan otak
Peningkatan kadar glukosa darah Menghasilkan energi tambahan
Diaforesis Mengontrol temperatur tubuh selama
stres
Peningkatan ketegangan otot Mempersiapkan otot untuk melakukan
aksi
Dilatasi pupil Memungkinkan penglihatan yang lebih
baik
Penurunan motilitas saluran cerna Membebaskan energi untuk melakukan
aktivitas dengan lebih baik
Stimulus parasimpatik
Pucat Menyebabkan suplai darah berpindah ke
perifer
Ketegangan otot Akibat keletihan

Penurunan denyut jantung dan Akibat stimulasi vagal


tekanan darah
Pernapasan yang cepat dan tidak Menyebabkan pertahanan tubuh
teratur gagal
akibat nyeri yang terlalu lama
Mual dan muntah Mengembalikan fungsi saluran cerna

Kelemahan atau kelelahan Akibat pengeluaran energi fisik

Respons Perilaku Nyeri

Respons Perilaku
Vokalisasi 1. Merintih
2. Menangis
3. Sesak napas/terengah-engah
4. Mendengkur
Ekspresi wajah 1. Meringis
2. Menggeletukkan gigi
3. Mengerutkan dahi
4. Menutup mata atau mulut dengan rapat atau
membuka mata atau mulut dengan lebar
5. Menggigit bibir
Gerakan tubuh 1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan pergerakan tangan dan jari
5. Aktivitas melangkah atau berjalan bolak balik
6. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
7. Gerakan melindungi bagian tubuh tertentu
Interaksi sosial 1. Menghindari percakapan
2. Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3. Menghindari kontak sosial
4. Penurunan rentang perhatian
5. Mengurangi waktu perhatian
6. Mengurangi interaksi dengan lingkungan

Teknik Relaksasi Napas Dalam


a. Definisi Relaksasi Napas Dalam
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), relaksasi nafas dalam adalah
pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan
nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
b. Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam
Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman
1) Mengurangi rasa nyeri
2) Pasien tidak mengalami stress
3) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan
yangbiasanya menyertai nyeri
4) Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri
5) Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau penglihatan perhatian
Menurut D'silva, F., H., V., & Muninarayanappa, N. (2014, March)
“Effectiveness Of Deep Breathing Exercise (DBE) On The Heart Rate
Variability, BP, Anxiety & Depression Of Patients With Coronary Artery
Disease” menunjukkan hasil bahwa relaksasi napas dalam efektif dalam
menurunkan kecemasan pada pasien penyakit arteri coroner. Hal tersebut
terbukti dari hasil penelitian dimana responden yang diberikan intervensi
relaksasi napas dalam mengalamipenurunan kecemasan dari kecemasan berat
menjadi kecemasan ringan dan sedang. Dari 65 responden, 21 responden
(52.5%) memiliki kecemasan ringan dan 17 responden (42.5%) dengan
kecemasan sedang, dan sisanya mengalami depresi depresi ringan serta
hipertensi baik pre hipertensi maupun yang termasuk dalam hipertensi.
c. Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam
Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas
baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga
mengstimulasi respons saraf otonom yang berpengaruh dalam menghambat
pusat simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas
parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi ini
terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro center (CCC)
yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume, sehingga
menurunkan cardiacoutput, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan
darah (Johan , 2000 dalam Tahu, 2015). Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep
breathing) akan merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat
mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya penurunan
kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume
sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantung dan hasil akhirnya yaitu
menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi kecemasan (Muttaqin, 2009
dalam Khayati et all, 2016).
d. Indikasi Terapi Relaksasi Napas Dalam
1) Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang
akibat penyakit yang kooperatif.
2) Pasien yang nyeri kronis
3) Nyeri pasca operasi
4) Pasien yang mengalami stress
e. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Terapi relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada pasien yang mengalami sesak
nafas.
f. Teknik Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Menurut Earnest (1989) dalam Setyoadi & Kushariyadi (2011),, teknikrelaksasi
nafas dalam dijabarkan seperti berikut :
1) Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam3 hitungan

(hirup, dua,tiga).

2) Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi rileks

dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan, dua, tiga).

3) Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

4) Ukangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

5) Biarkan hanya kaki dan telaopak kaki yang rilaks. Perawat meminta

klien mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

6) Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan pikiran pada

lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang lain.

7) Setelah seluruh tubuh klien rileks, ajarkan untuk bernafas secara perlahan-

lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas secara dangkal dan

cepat.

Anda mungkin juga menyukai