Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ MANAJEMEN PENGELOLAAN NYERI PASIEN POST SECTIO


CAESAREA”

Topik : Manajemen Pengelolaan Nyeri

Sub Topik : Manajemen Pengelolaan Nyeri Pada Luka Post SC

Sasaran : Ny.D dan Tn S

Tempat : Ruang IPD Lantai 2 Kamar D7

Hari/Tanggal : Selasa, 1 November 2022

Waktu : 08.00

A. Latar Belakang Masalah

Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantaun perawatan kesehatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun. Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tinndakan
keperawatan yang dilakukan baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada
pasien pasca pembedahan guna mengomtrol atau mengurangi nyeri sesrta
mengendalikan rasa nyeri yang dirasa oleh pasien. Manajemen nyeri penting
dilakukan dan paling tidak harus mendapat perhatian dari petugas perawat
ataupun petugs ksehetan lainnya untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien.

Melahirkan dengan proses persalinan SC memperlukan waktu yang lama untuk


penyembuhan dibandingan dengan persalinan normal, selama luka belum benar-
benar kering akan tetap terasa nyeri pada luka bekas pembedahan insisi di dinding
abdomen, rasa nyeri ini akan terasa sampai beberapa hari setelah operasi selama
luka belum benarbenar sembuh (Maryunani, 2010). Nyeri persalinan memiliki
dampak nyeri lebih tinggi yaitu 27,3% sedangkan nyeri dengan persalinan
pervaginam yang hanya memiliki dampak nyeri yaitu 9%. Nyeri post SC
merupakan jenis nyeri akut, intensitas nyeri pada post SC akan meningkan
menjadi nyeri hebat dalam satu hari setelah operasi, periode nyeri akut rata-rata
terjadi 1 sampai dengan 3 hari (Potter & 4 Perry, 2010). Tindakan SC berdampak
secara psikologis dimana pasien akan merasa takut dan cemas setelah analgetik
mulai hilang dan rasa nyeri mulai dirasakan. Nyeri yang dirasakan setelah
persalinan SC dapat mengganggu proses laktasi dan mengakibatkan nutrisi pada
bayi kurang tercukupi dengan baik dan proses inisiasi menyusui dini (IMD) antara
bayi dan ibu juga akan terganggu (Utami, 2016). Ada dua metode penatalaksanaan
yang sering diberikan untuk menurunkan nyeri pasca operasi SC yaitu dengan
cara penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, metode dengan cara
farmakologi yaitu menggunakan obat-obatan seperti analgetik. Intervensi yang
diberikan dalam mengurangi rasa nyeri secara nonfarmakologi seperti massage,
teknik relaksasi dan tehnik distraksi.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan proses pembelajaran kesehatan selama 30 menit,
diharapkan perawat dapat memahami tentang manajemen nyeri pada luka
post operasi section caesarea.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembeljaran kesehatan, perawat diharapkan
mampu:
a. Menjelaskan pengertian nyeri
b. Meneyebutkan penyebab timbulnya nyeri
c. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
d. Menyebutakan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka post sc.
C. Metode

Tanya jawab dan ceramah

D. Media

Poster

E. Materi

1. Pengertian Nyeri

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

3. Cara pengelolaan nyeri pada luka post operasi

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan:

1. Apa pengertian dari nyeri?

2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri!

3. Sebutkan cara mengatasi nyeri pada luka post operasi!

G. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Peserta


1. Pembukaan 3 menit a. Memperkenalkan a. Peserta
diri. menyimak dan
b. Menjelaskan tujuan mendengarkan
c. Mengkaji tingkat b. Peserta
pengetahuan pasien menyampaikan
dan keluarga pengetahuanny
tentang nyeri a tentang nyeri
2. Inti 20 menit a. Menjelaskan a.Memperhatikan
tentang pengertian penjelasan dan
nyeri, faktor-faktor demontrasi
mempengaruhi dengan cermat.
nyeri.
b. Memberikan b.Menanyakan hal
kesempatan pada yang belum jelas.
pasien dan
keluarga untuk
menanyakan hal-
hal yang kurang
jelas.

3. Penutup 7 menit a. Mengevaluasi a.Mendengarkan dan


tujuan penyuluhan menjawab
kesehatan. pertanyaan
b. Memberikan salam Peserta
penutup dan
mengucapkan b.Menjawab salam
terimakasih atas
perhatian yang
diberikan dan
memberi salam
penutup.

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak

nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang

telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak. Sedangkan definisi saraf adalah

serat serat yang menghubungkan organ tubuh dengan sistem saraf pusat (otak dan

sumsum tulang belakang).

Nyeri adalah suatu mekanisme pertahanan bagi tubuh yang timbul bila mana

jaringan sedang dirusak yang menyebabkan individu tersebut bereaksi dengan

cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2008 dalam Saifullah, 2015).

B. Penyebab

Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,

elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi


darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis

(Handayani, 2015)

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Taylor (2011) diantaranya:

a. Budaya

Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor faktor

yang mempengaruhi reaksi nyeri dan ekspresi nyeri tersebut. Perilaku yang

berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari proses sosialisasi. (Kozier,

2010). Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh

kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Potter &

Perry, 2006)
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan yang telah dikodratkan Tuhan. Perbedaan antara
laki laki dengan perempuan tidak hanya dalam faktor biologis, tetapi aspek sosial
kultural juga membentuk berbagai karakter sifat gender. Karakter jenis kelamin dan
hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan
tersendiri (contoh: laki-laki tidak pantas mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
(Syamsuhidayat, 2008). Jenis kelamin dengan respon nyeri laki- laki dan perempuan
berbeda. Hal ini terjadi karena laki-laki lebih siap untuk menerima efek, komplikasi dari
nyeri sedangkan perempuan suka mengeluhkan sakitnya dan menangis (Adha, 2014)
c. Usia
Usia dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau ada sejak dilahirkan.
Menurut Retnopurwandri (2008) semakin bertambah usia semakin bertambah pula
pemahaman terhadap suatu masalah yang diakibatkan oleh tindakan dan memiliki usaha
untuk mengatasinya. Umur lansia lebih siap melakukan dengan menerima dampak, efek
dan komplikasi nyeri (Adha, 2014).
Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak yang
masih kecil memiliki kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat
(Potter & Perry, 2006).
d. Makna Nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain, bergantung
pada keadaan dan interpretasi klien mengenai makna nyeri tersebut. Seorang klien yang
menghubungkan rasa nyeri dengan hasil akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan
sangat baik. Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih
menderita. Mereka dapat berespon dengan putus asa, ansietas, dan depresi karena
mereka tidak dapat mengubungkan makna positif atau tujuan nyeri (Kozier, 2010).
e. Kepercayaan spiritual
Kepercayaan spiritual dapat menjadi kekuatan yang memengaruhi pengalaman
individu dari nyeri. Pasien mungkin terbantu dengan cara berbincang dengan
penasihat spiritual mereka (Taylor, 2011)
f. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun (Potter & Perry, 2006).
g. Ansietas
Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan
emosi seseorang, khususnya ansietas (Taylor, 2011).
h. Lingkungan dan dukungan keluarga
Individu dari kelompok sosiobudaya yang berbeda memiliki harapan yang
berbeda tentang orang, tempat mereka menumpahkan keluhan mereka tentang
nyeri, klien yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga
atau teman untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Apabila
tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien
semakin tertekan (Potter & Perry, 2006).
i. Pengalaman sebelumnya
Mahasiswa yang penah mengalami haid kemungkinan akan lebih siap menghadapi
nyeri dibandingkan remaja yang belum pernah. Namun demikian, pengalaman
nyeri sebelumnya tidak berarti bahwa individu akan mengalami nyeri yang lebih
mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul
dan sebaliknya (Judha, 2012).

D. Cara Mengatasi Nyeri

A. Distraksi

Teknik distraksi ini adalah teknik pengalihan dari fokus perhatian pasien terhadap
nyeri kepada hal hal atau stimulus yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap
nyeri yang dialami (Tamsuri, 2006). Distraksi pengalihan pada hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh:

1. Membayangkan hal-hal yang indah

2. Membaca buku, koran sesuai yang disukai

3. Mendengarkan musik, radio dll


B. Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stress

memulai pengendoran otot-otot saraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-

obyek tertentu dan merupakan kondisi istirahat fisik, dan mental, tetapi aspek

spirit tetap aktif bekerja. Tiga hal penting dalam relaksasi adalah:

1. Posisi yang tepat

2. Pikiran tenang

3. Lingkungan tenang

Teknik Relaksasi

1. Menarik nafas dalam

2. Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan

3. Nafas beberapa kali dengan irama yang normal

4. Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran

5. Setelah rileks, nafas pelan.


C. Message

Message yang efektif untuk nyeri luka post op adalah dalam bentuk massase yaitu

dalam bentuk bentuk pijitan (Anugoro, 2011). Salah satu bentuk pijatan yaitu

dengan counterpressure.

D. Stimulasi Kulit

Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana yaitu, dengan menggosok

kulit. Massase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan

pada punggung dan bahu. Massase dapat membuat pasien lebih nyaman karena

massase membuat relaksasi otot.


Daftar Pustaka

(Muzaenah & Hidayati, 2021)Muzaenah, T., & Hidayati, A. B. S. (2021).

Manajemen Nyeri Non Farmakologi Post Operasi Dengan Terapi Spiritual

“Doa dan Dzikir”: A Literature Review. Herb-Medicine Journal, 4(3), 1.

https://doi.org/10.30595/hmj.v4i3.8022

Nurdiansyah, T. E. (2015). Pengaruh Terapi Musik terhadap Respon Nyeri pada

Pasien dengan Post Operasi di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar

Lampung. Jurnal Kesehatan, VI, 14–22.


Poster

Anda mungkin juga menyukai