Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.E

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR MAMMAE DEXTRA

DI RUANG IPD LANTAI II RSU SYUBBANUL WATHON MAGELANG

Disusun Oleh :

Warida Yanti

P1337420520070

Setyaki 2

PRODI D III KEPERWATAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2022


A. Definisi

Neoplasma atau tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk segala
pembengkakan atau benjolan yang disebabkan oleh apa pun baik oleh
pertumbuhan jaringan baru maupun adanya pengumpulan cairan seperti kista
atau benjolan yang berisi darah akibat benturan. Namun, istilah tumor
umumnya digunakan untuk menyatakan adanya benjolan yang di sebabkan
oleh pertumbuhan jaringan baru,tetapi bukan radang. Tumor berasal dari kata
tumere dalam bahasa latin yang berarti “bengkak”. Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign). (Nugroho T.
2017)

Tumor mammae adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma,

areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS, 2020).Tumor

mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae di mana

sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembangbiak dan menginfiltrasi

jaringan limfe dan pembuluh darah. (Kusuma, 2018).

B. Anatomi
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu: Korpus (badan), yaitu
bagian yang membesar, areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah., papilla
atau puting yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

1. Korpus dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel
otot polos dan pembuluh darah.

Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian


Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus
yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI
dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus laktiferus).

2. Kalang Payudara (Areola Mammae)

Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang


disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Pada
daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama
kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara
terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

3. Papilla (Putting Susu).

Terletak setinggi interkosta IV, Pada tempat ini terdapat lubang –


lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung – ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat – serat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi,
sedangkan serat – serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 – 25 lobus. Masing – masing
lobulus terdiri dari 20 – 40 lobulus. Selanjutnya masing – masing lobulus
terdiri dari 10 – 100 alveoli dan masing – masing dihubungkan dengan
saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

C. Etiologi

Menurut Iskandar (2020) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae

belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi,

yaitu :

1. Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan

pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor

mammae.

2. Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae

beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae.

3. Faktor genetic

Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13

dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu, gen

p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko

terjadinya kanker mammae.

4. Faktor usia

Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.

5. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak

diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat mening katkan

resiko terjadinya tumor mammae.

6. Usia saat kehamilan pertama

Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dib andingkan

dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.

7. Terpapar radiasi

8. Intake alkohol

9. Pemakaian kontrasepsi oral

D. Patofisiologi

Sejauh ini, penyebab tumor mammae tidak jelas (ideopatik). Namun ada

beberapa pemicu yang mendukung terjadinya tumor mammae, yaitu siklus haid

yang tidak teratur. Suatu teori menyatakan bahwa selama fase luteal dari siklus

haid , kadar esterogen meningkat dan kadar progesteron menurun. Pada saat

yang sama, secara fisiologis esterogen dan progesteron meningkat, dan

keduanya menurun dua hari sebelum akhir menstruasi. Umumnya estrogen

berfungsi untuk pertumbuhan sistem duktus yang luas, serta penumpukan

lemak pada payudara, perkembangan pada jaringan stroma di payudara.

Sedangkan untuk fungsi progesteron adalah meningkatkan perkembangan

lobulus payudara dan alveoli yang mengarah pada proliferasi, pembesaran dan

sekresi alveolar. Pembesaran jaringan payudara disebabkan oleh peningkatan

kadar esterogen dan defisiensi progesteron disebabkan karena siklus haid yang

benar-benar tidak teratur dengan baik. Hal ini menyebabkan peningkatan


timbunan lemak dan perkembangan jaringan payudara. Ini juga mengurangi

pembentukan lobulus dan alveoli. Jika kejadian ini terjadi secara terus menerus

maka dpat menyebabkan terjadinya tumor mammae (Ilfa, 2021)

Sebagian besar benjolan payudara berasal dari perubahan perkembangan

payudara, siklus hormonal dan perubahan reproduksi. Ada 3 siklus hidup

yang dapat menggambarkan tahapan yang berbeda pada reproduksi wanita

yaitu (Price & Willsone, 2015):

a. Tahap awal reproduksi (usia 15-25 tahun)

Terbenuknya duktus dan stroma payudara. Pada fase ini biasanya terjadi

nodul tumor jinak dan perkembangan payudara yang berlebihan (juvenil

hipertrofi).

b. Tahap reproduksi matang (usia 25-40 tahun)

Kelenjar dan stroma payudara dipengaruhi oleh perubahan hormonal

c. Tahap ketiga (usia 33-35 tahun)

Yaitu pertumbuhan lobulus dan duktus yang terjadi pada umur 33-35

tahun
E. Pathway

Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel maligna dalam payudara

Tumor payudara

Operasi

Luka Operasi

Nyeri akut Resiko infeksi

F. Pengkajian Fokus

1) Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan

yang menekan mammae, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan

mengeras, bengkak dan nyeri.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada

mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada

bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,

ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau

kanker serviks.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga yang mengalami tumor mammae berpengaruh pada

kemungkinan klien mengalami tumor mammae

d. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat

dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian

posterior.

2. Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu

berminyak.

3. Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata

anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

4. Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-

tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

5. Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

6. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

7. Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.

8. Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,

ulserasi atau tanda-tanda radang.


9. Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.

10. Ekstremitas: Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas

2) Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa

pada mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu hanya

benjolan biasa.

2. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,

muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat

mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

3. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami

melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

4. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien

terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

5. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga

kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun

motorik.

6. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.


7. Persepsi dan Konsep Diri

Mammae merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan

akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan

kehilangan haknya sebagai wanita normal.

8. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam

melakukan perannya dalam berinteraksi social.

9. Reproduksi dan Seksual

Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada

tingkat kepuasan.

10. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan

keputus asaan.

11. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya

dengan lapang dada.

G. Diagnosa Keperawatan

a. Definisi

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat

professional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status

kesehatan pasien, baik aktual ataupun potensial , yang ditetapkan

berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan

diagnosa keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah


kesehatan pasien berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan

keperawatan (Kristantri & Panjaitan, 2010). Menurut Tim Pokja SDKI

DPP PPNI (2017), defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu. Penyebab defisit

pengetahuan adalah keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi,

kurang pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, dan

tidak familier dengan informasi.

Gejala dan tanda menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), adalah

sebagai berikut:

a. Mayor

1) Subjektif

Menanyakan masalah yang dihadapi Misalnya : menanyakan

keadaan ataupun kondisi kehamilannya

2) Obyektif

a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

Misalnya : Jarang melakukan pemeriksaan kehamilan dan

terlalu melakukan kebiasaan (kepercayaan) yang bertentangan

dengan kesehatan.

b) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Misalnya : Mempunyai pemikiran yang berbeda dari segi

kesehatan terhadap kehamilannya karena kesalahan informasi

yang di terima.
H. Intervensi

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan keputusan awal yang

memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,

termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan

keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

untuk pasien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal

(Asmadi, 2008). .Intervensi keperawatan adalah segala pengobatan yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian

klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI, 2018).

I. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi


Berdasarkan SDKI (PPNI, 2016) diagnosa serta asuhan keperawatan yang
kemungkinan terjadi pada tumor payudara post oprasi adalah
DX Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri akut post Setelah di lakukan SIKI: Manajemen 1. Untuk mengetahui
op d.d pasien tindakan nyeri (I.08238) respon nyeri yang
mengatakan keperawatan selama Observasi dirasakan pasien
nyeri 2 x 24 jam tingkat 1. Identifikasi
nyeri akut membaik, lokasi, 2. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : karakteristik,durasi, seberapa skala nyeri yang
SLKI : Tingkat nyeri frekuensi, kualitas, dirasakan pasien
(L.08066) menurun intensitas nyeri. Untuk melihat ekspresi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi muka pasien saat nyeri
1. Kemampuan skala nyeri 3. Agar pasien merasa
menuntaskan 3. Identifikasi rileks
aktivitas meningkat respon non verbal 4. Untuk mengurangi rasa
2. Keluhan nyeri Terapeutik nyeri
menurun 4. Berikan 5. Membantu meredakan
3. Meringis teknik nyeri
menurun nonfarmakologi
4. Gelisah untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
5. Frekuensi Edukasi
nadi membaik 5. Ajarkan
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri (distraksi
dan rileksasi)
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
Resiko infeksi Setelah di lakukan SIKI : (I.14539) 1. Mencegah adanya resiko
d.d kerusakan tindakan Pencegahan infeksi infeksi
integritas kulit keperawatan selama Observasi 2. Mencegah resiko infeksi
2 x 24 jam resiko 1.monitor tanda pada luka
infeksi akan teratasi dan gejalan infeksi 3. Menjaga luka agar tetap
dengan kriteria hasil : local dan sistemik bersih
SLKI : (14137) Terapeutik 4. Meningkatkan
tingkat infeksi 2.berikan pengetahuan pasien dan
menurun dengan perawatan luka keluarga
kriteria hasil : pada area edema 5. Agar bisa melakukan
1. Nafsu makan 3.pertahankan perawatan mandiri dirumah
meningkat Teknik aseptic 6. Agar luka cepat sembuh
2. Tidak pada pasien dan meningkatkan
terdapat beresiko tinggi pertumbuhan jaringan
kemerahan Edukasi Mencegah resiko
3. Tidak 4.jelaskan tanda kekurangan cairan
terdapat dan gejala infeksi
demam 5.ajarkan cara
4. Nyeri memeriksa kondisi
menurun luka
6,anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
7.anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

J. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas 29 spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi,2012)

Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama

merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi

rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua

merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan.


Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi

keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2018)

K. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana.

(Manurung,2011)

Evaluasi dapat berupa evalusi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri

dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program

berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai

dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani,

2011).
Daftar Pustaka

Harahap, W. A. (2015). Pembedahan Pada Tumor Ganas Payudara. Majalah


Kedokteran Andalas, 38, 57.

Kemenkes RI. (2019). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Ningsih, W., & Sowwan, M. (2018). Upaya Peningkatan Koping Untuk
Meningkatkan Citra Tubuh Pada Asuhan Keperawatan Kanker Payudara.
Journal Keperawatan Care, 8(2), 67–81.

Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
PPNI(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnosa, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI

PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI(2018). Standar Intervensi Keperwatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawata, Edisi 1, Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai