Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MAMMAE

Disusun Oleh :
AYENI HAFIRANINGSIH
NIM : 221015901172

CI Klinik CI Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
TAHUN 2022
A. Definisi
Tumor mammae merupakan benjolan abnormal akibat terbentuknya
perkembangan sel-sel mammae secara tidak wajar kemudian berkembang lalu
menyerang jaringan limfe serta pembuluh darah. Tumor mammae bisa berasal
dari epitel dan kelenjar. Tumor yang berasal dari epitel sering menyebabkan
terjadinya keganasan payudara (Goud et al., 2012).
Mammary tumor yaitu sebuah kelompok sel-sel yang abnormal di
payudara yang tumbuh berlipat ganda. Sel-sel ini kemudian menjadi bentuk
massa/benjolan pada payudara (Handayani et al., 2017).

B. Etiologi
Menurut Sihombing & Sapardin (2014) diperkirakan ada hal penentu yang
dianggap sebagai faktor penyebab yang berhubungan dengan tumor/kanker
mammae yaitu :
1. Usia lanjut
Resiko peningkatan tumor/kanker payudara adalah saat beranjak
dewasa atau pada saat bertambahnya usia, hal ini sangat mungkin terjadi
perkembangan kanker payudara pada usia yang menginjak 40 tahun lebih.
2. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko 100 kali dibanding laki-laki, faktor genetik
(riwayat keluarga terutama ibu dan saudara perempuan yang menderita
tumor/kanker mammae)
3. Usia semakin tua saat menopause
Usia menopause setelah 55 tahun 19 dua kali lebih tinggi terserang
kanker payudara dibandingan mengalami menopause sebelum usia 45
tahun. Ini karena lebih banyak wanita terpapar hormon esterogen dalam
waktu lama yang menjadi peluang kemungkinan mengalami kanker
payudara.
4. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Diduga menjadi faktor resiko yang membuat peningkatan angka
kejadian tumor/kanker payudara di seluruh dunia (termasuk Indonesia)
adalah penggunaan kontrasepsi oral yaitu kombinasi antara esterogen dan
progesteron. Pengguna kontrasepsi beresiko lebih tinggi 3,63 kali
dibanding dengan yang tidak menggunakan pil kontrasepsi.

Obesitas, tingkat pendidikan, stress, latihan fisik, kurang konsumsi sayur


dan buah tidak ada kaitannya dengan kejadian tumor payudara. Selain itu, tidak
ditemukannya hubungan antara usia awalnya haid kurang dari 12 tahun,
melahirkan pertama di usia 30 tahun ke atas, pernah melakukan operasi kista
ovarium dan lebih dari sekali oprasi tumor payudara.

C. Anatomi Fisiologi

1. Korpus dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel
otot polos dan pembuluh darah.
Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian Lobulus,
yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2. Kalang Payudara (Areola Mammae)


Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Pada
daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama
kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara
terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

3. Papilla (Putting Susu).


Terletak setinggi interkosta IV, Pada tempat ini terdapat lubang –
lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung – ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat – serat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi,
sedangkan serat – serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.

D. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan
mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga
terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar
akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh
duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi,
dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Saleha, 2009).

E. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri
proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh
jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sel ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah
terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal. Proses jangka
panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:
1. Fase induksi 15 – 30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
2. Fase insitu 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn
akhirnya juga di payudara.
3. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membran sel ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa.
4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain.

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada tumor payudara adalah (Astuti, 2019):
1. Benjolan pada payudara Biasanya pada payudara benjolan ini tidak
menimbulkan rasa sakit. Benjolan mulai dari kecil kemudian menjadi besar
sewaktu waktu, lalu menempel pada kulit atau biasanya dapat menyebabkan
perubahan kulit pada payudara atau puting payudara.
2. Erosi pada puting payudara atau eksim Terjadi penarikan ke dalam pada
puting payudara atau retraksi dan terjadi perubahan warna menjadi merah
muda pada payudara

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan pemerikaan yang menggunakn sinar X pada
jaringan yang telah dikompresi pada payudara.. Mammografi dihitung sejak
hari awal menstruasi lalu dilakukan pemeriksaan pada hari ke 7-10.
2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan ulrasonografi (USG) untuk tambahan pemeriksaan pada
mammografi akurasinya meningkat menjadi 7,4%. Pemeriksaan ini
berfungsi untuk :
a) Klarifikasi ada atau tidaknya lesi tidak normal
b) Identifikasi kista yang dalam
c) Pedoman untuk biopsi jarum
3. Pemeriksaan Sitologi Sitologi adalah bagian dari tiga diagnosis pada
tumor payudara yang teraba atau tidak teraba
4. Pemeriksaan Histopatologi. Pemeriksaan ini adalah kriteria standar
diagnosis yang jelas. Pemeriksaan ini diakukan pada spesimen biopsi
jaringan (biopsi inti, eksisi, insisi, potong beku) dan spesimen Mastektomi.
(Harahap, 2015)

H. Penatalaksanaan
Tujuan dari perawatan ini adalah menghancurkan kanker atau memberikan
batasan perkembangbiakan penyakit dan meringankan gejalanya. Ada beberapa
jenis pengobatan antara lain:
1. Pembedahan
a) Biopsi eksisi
Biopsi eksisi merupakan pengangkatan semua jaringan yang sakit
hingga ujung jaringan yang masih sehat jika tumor berukuran kurang
lebih 5cm. Prosedur ini membutuhkan sayatan pada kulit.
b) Eksterfasi FAM
Merupakan tindakan pengangkatan tumor dimana tumor tersebut masih
bersifat jinak, tapi jika dibiarkan massa dari tumor akan bertambah.
c) Biopsi insisi
Cara ini yaitu membuang beberapa jaringan paa tumor serta sejumlah
kecil jaringan yang sehat, sangat diarankan pada pembedahan tumor
yang memiliki massa lebih besar dari 5 cm.
2. Terapi Radiasi
Dilaksanakan dengan pancaran sinar-X yang memerlukan tinggi intensitas
untuk memusnahkan selsel pada kanker yang selama operasi tidak
diangkat.
3. Terapi Hormon
Terapi hormon untuk memperlambat perkembangan tumor serta bisa
digunakan untuk terapi pada stadium akhir dan atau bersamaan setelah
pembedahan.
4. Kemoterapi
Obat-obatan ini dapat dikonsumsi sendiri atau dalam kombinasi. Salah
satunya yaitu Capecitabine dari 25 Roche, yaitu obat antikanker oral yang
terbuat dari enzim yang terdapat dalam sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker (Utami, 2019).

I. Komplikasi
1. Transmisi langsung. Infiltrasi lokal pada kulit yang menutupi dan bagian
bawah otot secara klinis bisa terdeteksi, hal tersebut mengakibatkan
adanya kerutan (ulserasi)
2. Limfogen. Kelenjar getah bening aksila adalah lokasi awal penularan
limfogen yang sering terjadi, kurang lebih 40% hingga 50% wanita
mengalami kelenjar getah bening di aksila pada pemeriksaan pertama
penderita kanker payudara.
3. Hematogen. Bagian yamg sering terkena metastasis hematogen adalah
pulmo (paru-paru) dan tulang. Kelenjar adrenal, hati dan otak juga
terkadang terpengaruh.
4. Transelomik. Akan terjadi penyebaran jika tumor menyebar ke rongga
dalam tubuh, semisal pada pleura parietalis atau peritoneum.
5. Implantasi tumor. Kontaminasi sel-sel ganas dari tumor ke bagian luka
selama operasi diawal, bisa menyebabkan pertumbuhan berkelanjutan, sel
tersebut berada di tempat 23 bekas luka yang muncul kembali.
6. Duktus atau saluran payudara. Metode penyebaran ke puting payudara dari
lumen duktus penting unutk penyakit paget. (Fattah et al., 2011)
J. Pathway

Genetik, gang hormonal; estrogen,


makanan berkarsinogen, dll

Reseptor meningkat

Pertumbuhan sel-sel epitel


payudara yg abnormal

Maligna

Tumor mamae
Sel tumor Hospitalisasi
menekan
pembedahan jaringan sekitar
Krisis situasi
Adanya luka terbuka
Terputusnya jaringan
konsistensi
Stress psikologi
Terpajan bakteri mamae
Stimulasi saraf nyeri
Mamae bengkak
Perasaan
Kemerahan takut, kawatir
Sensasi nyeri ke SSP
Masa tumor
MK: Resiko infeksi mendesak ke jar. luar MK: Ansietas
Hipotalamus

Perfusi jar. terganggu


Saraf motorik

Nyeri dipersepsikan Ulkus

Nyeri menjalar
pada lengan MK: Nyeri MK: Kerusakan
integritas kulit

Ketidakmampuan
mobilisasi lengan
kiri dr tubuh

MK: intoleransi
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, ajeng dwi. (2019). TUMOR MAMMAE DENGAN NYERI AKUT


DIRUANG
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Fattah, R. A., Surury, I., & Fauzi, R. (2011). Kaitan Gizi dengan Kanker Payudara
Pada Wanita. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Goud, K., Dayakar, S., Vijayalaxmi, K., Babu, S., & V, R. P. (2012). Evaluation
of HER-2/neu status in breast cancer specimens using
immunohistochemistry (IHC) & fluorescence in-situ hybridization (FISH)
assay. Indian Journal of Medical Research, 135(3), 312–317.
https://www.ijmr.org.in/text.asp?2012/135/3/312/95605
Handayani, A., Jamal, A., & Septiandri, A. A. (2017). Evaluasi Tiga Jenis
Algoritme Berbasis Pembelajaran Mesin untuk Klasifikasi Jenis Tumor
Payudara. Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, 6(4),
394–403.
Harahap, W. A. (2015). Pembedahan Pada Tumor Ganas Payudara. Majalah
Kedokteran Andalas, 38, 57.
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sihombing, M., & Sapardin, N. (2014). The risk factors of breast tumor among
women aged 25-65 years old in five villages of Bogor Tengah district.
FAKTOR RISIKO TUMOR PAYUDARA PADA PEREMPUAN UMUR
25-65 TAHUN DI LIMA KELURAHAN KECAMATAN BOGOR
TENGAH.
Utami, w. F. T. (2019). Biopsi eksisi mammae atas indikasi tumor mammae
sinistra dengan nyeri akut.
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/746/WELL
Y FERRYZIA TRI UTAMI AKX16139 %282019%29-1-
64.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai