Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Oleh :
Sri Sulastri Maharani
214119071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
Tgl : Nilai Tgl : Nilai Rata -
Rumah
Paraf CI + Paraf Dosen rata
Sakit
stempel
Dustira

A. Pengertian
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) yang berarti sulit dan (Pepse) berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan. Menurut Mansjoer (2000) pengertian dispepsia dibagi menjadi dua yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
Sindroma dispepsia terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu dan lain-
lain.
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus (DNU) bila
tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi dan endoskopi.

B. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik menurut Wibawa (2006) :
1. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna : tukak gaster atau duodenum,
gastritis, tumor, infeksi bakteri helicobacter pylori
2. Obat-obatan : anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik,
digitalis, teofilin dan sebagainya.
3. Penyakit pada hati, pankreas maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,
kolestitis kronik
4. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner
C. Faktor Predisposisi
Menurut Guyton (1997) terdapat beberapa kondisi medis yang dapat
menyebabkan keluhan dispepsia :
1. Dispepsia fungsional rasa tidak nyaman hingga nyeri pada perut bagian atas yang
setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan penyebabnya secara
pasti.
2. Tukak lambung adanya ulkus di lambung
3. Refluks esofagitis
4. Pankreatitis
5. Iritable bowel syndrome
6. Pemakaian obat penghilang nyeri terus menerus seperti golongan OAINS
7. Stres fisik
8. Malabsorbsi
9. Penyakit kandung empedu
10. Penyakit liver
11. Kanker lambung
12. Kanker esofagus

D. Patofisiologi dan Pathway


Perubahan pola makan tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi
pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCl yang akan merangsang terjadinya kondisi pada
asam lambung sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin, 2001).
Faktor resiko Faktor pemicu

Perubahan pola makan/stres Aspirin (OAINS)

Lambung kosong Memblok prostaglandin

Makanan masuk Penurunan sekresi mukus

Merangsang syaraf lambung Permeabilitas dinding lambung

Dikirim ke hipotalamus Peningkatan HCl

Nausea Mengikis dinding lambung

Regurgitasi HCl HCl mengiritasi dinding esofagus (esofagitis)

Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi Disfagia, Anoreksia

Merusak flora

Infeksi bakteri E.Coli Pengeluaran B, P, H

Bakteri sisa masuk ke usus Merangsang reseptor nyeri

Diare Iritasi dinding lambung Medulla spinalis

Kurang cairan Tidak nyaman epigastrium Thalamus

Anoreksia Korteks serebri

Penurunan ATP Respon Nyeri

Kelelahan Nyeri

Intoleransi aktivitas
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri perut
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
(Sujono, 2006)

F. Penatalaksanaan
Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan
dispepsia antara lain :
1. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial
mencetuskan serangan dispepsia
2. Modifikasi pola hidup menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor
pencetus. Pola makan porsi kecil tetapi sering dan makanan rendah lemak
3. Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan prokinetik
dapat digunakan untuk mengurangi keluhan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Schwartz, M William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan
pemeriksaan penunjang :
1. Tes darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius.
Dianjurkan pemeriksaan laboratorium termasuk amylase, lipase, profil kimia dan
pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran
darah melalui saluran cerna maka dianjurkan untuk pemeriksaan barium pada bagian
saluran cerna atas. Hasil tes serologi pasift untuk helicobacter pylori menunjukan
ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
2. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik untuk menyingkirkan kausa organik pada
pasien dispepsia. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien
dengan keluhan muncul pertama kali pada usia tua atau ada pasien dengan tanda
alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia atau perdarahan yang diduga
terdapat penyakit struktural.
3. DPL : anemia mengarahkan keganasan
4. EGD : tumor, PUD, penilaian esofagitis
5. USG
6. Radiologis pada saluran makan atas

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
Nyeri atau pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada
depan epigastrium, mual dan muntah dan tidak nafsu makan, kembung dan rasa
kenyang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stres psikologi, riwayat minum
alkohol
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit saluran pencernaan
e. Pola aktivitas
Pola makan yang tidak teratur, makan makanan yang merangsang selaput
mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit
f. Aspek psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stres
g. Aspek ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalam pekerjaan yang mempengaruhi stres psikologi dan pola makan.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum Inspeksi : klien tampak kesakitan, berat badan menurun,
kelemahan dan cemas
2) Palpasi : nyeri tekan epigastrium, turgor kulit menurun karena muntah
3) Auskultasi : peristaltik lambat < 5x/menit
4) Perkusi : pekak karena meningkaynya produksi HCl dan perdarahan akibat
perlukaan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan
muntah
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan intake nutrisi

3. Intervensi / NIC
No Diagnosa Kep NOC NIC
1 Nyeri Akut NOC : Pain management :
berhubungan 1. Pain level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen 2. Pain control komprehensif termasuk lokasi,
cedera biologis 3. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
(inflamasi Kriteria hasil : faktor presipitasi
mukosa 1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari
lambung) nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
menggunakan teknik 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri
mengurangi nyeri) 5. Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri
2. Melaporkan nyeri nonfarmakologi
berkurang dengan 6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
menggunakan teknik
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2 Nutrisi kurang NOC : Nutrition Management :
dari kebutuhan 1. Nutritional status 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan 2. Nutritional status : 2. Monitor turgor kulit, kekeringan, rambut
dengan intake nutrient kusam dan mudah patah
anoreksia Kriteria hasil : 3. Monitor mual dan muntah
1. Tidak ada tanda- 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tanda malnutrisi intake Fe
2. Tidak terjadi 5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
penurunan berat protein dan vit c
badan yang berarti 6. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi
sering
7. Beri informasi tentang kebutuhan nutrisi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan

3 Kekurangan NOC : Fluid Management :


volume cairan 1. Fluid balance 1. Pertahankan cairan intake dan output yang
berhubungan 2. Hydration akurat
dengan adanya Kriteria hasil : 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
pengeluaran 1. Tanda-tanda vital membran mukosa, nadi adekuat)
cairan aktif mual dalam batas normal 3. Monitor vital sign
dan muntah 2. Tidak ada tanda 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
dehidrasi

4 Intoleransi NOC : Activity Therapy :


aktivitas 1. Activity Tolerance 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
berhubungan 2. Self care : ADLs kemampuan klien dalam melakukan
dengan Kriteria hasil : aktivitas
kurangnya 1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan
intake nutrisi aktivitas fisik mendapatkan sumber yang diperlukan
2. Tanda-tanda vital untuk aktivitas yang diinginkan
normal 3. Bantu keluarga/klien untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
3. Mampu melakukan 4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari dan keperluan alat bantuan dalam
mandiri melakukan aktifitas
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC
Corwin, J. Elizabeth. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doenges, E Marilyn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansyoer dan Hall. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Acsulapius FKUI
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC
Sujono H. 2006. Gastroenterologi. Jakarta : PT Alumni
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien Volume 2. Jakarta : EGC
Wibawa, I Dewa. 2006. Penanganan Dispepsia pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3 September
2006

Anda mungkin juga menyukai