Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Dispepsia merupakan istilah yang digambarkan sebagai suatu kumpulan


gejala atau sindrom yang meliputi nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah, sendawa, terasa cepat kenyang, perut terasa penuh atau
begah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan proses
metabolisme yang mengacu pada semua reaksi biokimia tubuh termasuk
kebutuhan akan nutrisi (Ristianingsih, 2017).
Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual,
muntah, kembung cepat kenyang, rasa perut penuh. Keluhan tersebut dapat secara
bergantian dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan ataupun
kualitasnya (Yuriko, 2015).
Etiologi terbanyak dispepsia organik yaitu ulkus peptikus lambung atau duodenum,
penyakit refluks gastroesofagus, dan kanker lambung (Purnamasari, 2017).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa


tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
20216 hal : 488).
Dyspepsia merupakan kumpulan/gejala klinik yang terdiri dari rasa tidak enak
/sakit di perut bagian atas yang menetap / mengalami kekambuhan
(arif,2016).Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari
nyeri uluhati, mual, muntah, kembung, rasa penuh, atau cepat kenyang dan
sendawa. (dahrmika,2020).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri
ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa
(Dharmika, 2020).
B. ETIOLOGI

Etiologi terbanyak dispepsia organik yaitu ulkus peptikus lambung atau


duodenum, penyakit refluks gastroesofagus, dan kanker lambung (Purnamasari,
2017). Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo
membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
baik yang bersifat organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik
antara lain karena terjadinya gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran
cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsionaldapatdipicukarena faktor psikologis dan factor intoleran terhadap
obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017).
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena terjadinya
gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung
empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu
karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis
makanan tertentu. Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah:
1. Bakteri Helicobacter pylori.

Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir sendiri adalah


untuk melindungi kerusakan dinding lambung akibat produksi asam lambung.
Infeksi yang diakibatkan bakteri helicobacter menyebakan peradangan pada
dinding lambung.
2. Merokok
Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu orang
yang merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.
3. Stres
Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh.
Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian
memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat
lambung terasa nyeri, perih dan kembung.
4. Efek samping obat-obatan tertentu

Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti inflamasi


nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven yang terlalu sering dapat
menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis.
5. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan kafein seperti kopi dapat
meningkatkan produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi
dan menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung.
6. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis permukaan
lambung.
7. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam.
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan cafein seperti kopi dan
mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan produksi asam lambung
berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi
dinding lambung.
C. PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri perut (abdominal discomfort)


2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Nyeri saat lapar
7. Perut kembung
8. Rasa panas di dada dan perut
9. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG


1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat
dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
F. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, pendarahan,
kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).

G. PENATALAKSANAAN/ PENGOBATAN

Penatalaksanaan non farmakologis


1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3. Atur pola makan

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Farmakologis Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat, yaitu:


Antasida, Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena
hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk
golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan
pariental, pemasagan Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018).
KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

1. Pengkajian
A. Anamnesa meliputi :
Identitas Pasien
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Jenis pekerjaan
e. Alamat
f. Suku/bangsa
g. Agama
h. Tingkat pendidikan

B. Riwayat sakit dan kesehatan

1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu

C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian,diagnose keperawatan utama
mencakup yang berikut

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung


b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
D. INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Nyeri Akut NOC: 1. Lakukan penentuan
1.Pain level intervensi nyeri
Definisi: Pengalaman 2.Pain control secara komprehensif
sensori dan emosional yang 3.Comfort termasuk lokasi,
tidak menyenangkan yang level karakteristik, durasi,
muncul akibat kerusakan frekuensi, kualitas
Kriteria hasil:
jaringan yang actual atau dan faktor presipitasi.
1. Mampu mengotrol
potensial atau digambarkan 2. Observasi
nyeri( tahu
dalam hal kerusakan reaksi
penyebab nyeri,
sedemikian rupa. nonverbal dari
mampu
ketidaknyaman
Batasan karakteristik: menggunakan
an
1. Perubahan selera teknik
makan 3. Evaluasi
nonfarmakologi
2. Perubahan pengalaman nyeri
unutk mengurangi
tekanan darah masa lampau
4. Kontrol lingkungan
yang
dapat mempengaruhi
3. Perubahan nyeri, Nyeri
frekuensi jantung mencari bantuan) 5. Ajarkan pasien
4. Perubahan 2. Melaporkan tekhink non
frekuensi bahwa nyeri farmakologi
pernapasan berkurang 6. Kolaborasi

5. Laporan isyarat dengan pemberian berikan


6. Diaforesis menggunakan analgetik untuk
7. Perilaku manajemen mengurangi nyeri
distraksi( mis. nyeri
Berjalan mondar 3. Mampu
mandir mencari orang mengenali nyeri(
lain) skala, intensitas,
8. Mengekspresikan frekuensi
perilaku(mis.gelisah,m 4. dan tanda nyeri)

er ang 5. Menyatakan

kak, menangis) rasa nyaman


9. Sikap melindungi setelah nyeri
area nyeri berkurang
10. Masker wajah( mis.
Mata kurang
bercahaya, tmabak
kacau, meringis)
11. Dilatasi pupil
12. Melaporkan nyeri
secara verbal
13. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan:


1. Agen cedera(mis.
Biologis,
zata kimia, fisik,
psikologis).
2 Ketidakseimbangan NOC: 1. Nutrition management:
Nutrisi Kurang Dari 1. Nutrition 2. Kaji adanya
Kebutuhan Tubuh al status alergi makanan
2. Nutriotional 3. Monitor turgor kulit,
Definisi:Asupan nutrisi tidak status:food kekeringan, rambut
and
cukup untuk memnuhi fluid intake kusam dan mudah
patah
kebutuhan metabolic. 3. Nutritional
4. Monitor mual
status:
Batasan karakteristik: dan muntah
nutrient
1. Berat badan 20% 5. Anjurkn paien untuk
intake
atau lebih di bawah meningkatkan intake
4. Weight control
Fe
berat badan ideal.
2. Diare. 6. Anjurkan pasie
Kriteria hasil:
3. Kehilangan untuk
1. Adanya
rambut meningkatkanprote
peningkatan
in dan vitamin C
berlebihan.
berat badan
7. Anjurkan pasien
4. Penurunanberat
sesuai dengan
untuk makan
badan dengan
tujuan
dengan porsi sedkit
asupan makanan
2. Tidak
tapi sering
adekuat.
ada 8. Kolaborasi dengan
5. Membrane
tanda- ahli gizi untuk
mukosa pucat. tanda mal mentukan jumlah
6. Tonus otot menurun. nutrisi
kalori dan nutrisi yang
3. Meningktakan
di butuhkan pasien
Faktor yang berhubungan: fungsi
9. Berikan
1. Factor biologis pngecapan
informasi
2. Faktor ekonomi dari menelan
tentang
3. Ketidakmampuan 4. Tidak terjadi
kebutuhan nutrisi
untuk mengabsorpsi penurunan
nutrien berat badan
yang
Berarti
3 Kekurangan Volume Cairan NOC: Fluid management
1. Fluid balance 1. Pertahankan
Definisi: Penurunan cairan 2. Hydration catatan intake
intravaskuler, interstisial, 3. Nutritional dan output yang
dan atau intravaskuler. Hal status: food akurat
ini mengacu pada and fluid 2. Monitor status
dehidrasi, kehilangan intake hidrasi(kelembap
cairan tanpa perubahan Kriteria hasil an membrane
pada natrium Batasan mukosa, nadi
1. Mempertahank
karakteristik: a n urine adekuat,
1. Perubahan status mental 2. output sesuai 3. tekanan darah
ortostatik)
4. Monitor vital sign
2. Perubahan tekanan darah dengan 5. Monitor
3. Perubahan tekanan nadi usia dan masukan
4. Perubahan volume nadi BB makanan/
5. Perubahan turgor kulit 3. Tekanan cairan
6. Perubahan turgor lidah darah, nadi, 6. dan hitung intake
7. Perubahan haluaran urin suhu tubuh kalori harian
8. Perubahan pengisisan dalam batas 7. Kolaborasikan
vena
normal pemberian cairan
9. Perubahanmembr
4. Tidak ada IV
an mukosa kering
tanda- tanda 8. Monitor status nutrisi
10. Kulit kering
dehidrasi,
11. Peningkatan hematokrit
elastisitas
12. Peningkatan suhu tubuh
turgor kulit
13. Peningkatan frekuensi
nadi baik,
14. Peningkatan urin membaran
15. Penurunan berat badan mukosa
16. Haus lembab, tidak
17. Kelemahan ada rasa haus
yang
Faktor yang berhubungan: berlebihan
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan
mekanisme regulasi
4 Ansietas NOC: 1. Temani pasien untuk
1. Anxiety control memberikan
Definisi: Peasaan tidak 2. Anxiety level keamanan dan
nyaman atau kekwatiran 3. Coping mengurangi takut
yang samar disertai 2. Identifikasi
PerubahanFrekuensi/ tingkat
kriteria hasil:
IramaJantung kecemasan
1. Klien mampu
3. Bantu pasien untuk
Batasan karateristik: mengidentifika
mengenali situasi
si dan
1. Perilaku
yang menimbulkan
a. Gelisah
kecemasan
4. Dorong pasien untuk
b. Insomnia mengungkapk mengungkapkan
2. Affektif an perasaan,
a. Gelisah, Distres gejala cemas ketakutan,
b. Ketakutan 2. Mengidentifikas persepsi
c. Perasaantidakadekuat i
5. Instrukikan pasien
d. Rasa nyeri ,
untuk menggunkan
meningkat ketidak mengungkapk
tekhnik relaksasi
berdayaan a n dan
6. Berikan obat untuk
e. Khawatir menunjukan
mengurangi
3. Fisiologi teknik untuk
kecemasan
a. Wajahtegang, mengontrol
Tremor tangan cemas
b. Gemetar, Tremor 3. Vital sign
4. Simpatik dalam batas
a. Peningkatan denyut normal
nadi 4. Postur
b. Parasimpatik tubuh,
c. Letih, Gangguan tidur
ekspresi
ajah, bahaa
5. Kognitif
tubuh dan
6. Pengkatan suhu tubuh
tingkat
di atas kisaran normal.
aktivitas
7. Takikardi
menunjukan
8. Kulit terasa hangat.
berkurangny
a
Faktor yang berhubungan:
kecemasan
1. Pemajanan toksin
2. Infeksi/ kontamnan
3. interpersonal
4. Stres, ancaman
kematian
5 Kurang pengetahuan NOC:
1. Knowledge: 1. Teaching:

Definisi:Defisiensi informasi disease disease process


process 2. Berikan penilaian
kognitif yang berkaitan
dengan 2. Knowledge:
topic tertentu. health behavior tentang tingkat
pengetahuan pasien
Batasan karakteristik: Kriteria hasil: tentang process
1. Perilaku hiperbola 1. Pasien dan penyakit yang spesifik
2. Ketidakakuratan keluarga 3. Jelaskan patofisiologi
mengikuti mengatakan dari penyakit dan
perintah pemahaman bagaimana hal ini
3. Ketidakakurata tentang berhubungan dengan
n melakukan penyakit, anatomi dan fisiologi
tes kondisi, dengan cara yang
4. Perilaku prognosis tepat
tidak dan program 4. Sediakan informasi
tepat(apatis pengobatan pada pasien tentang
) 2. Pasien dan kondisi, dengan cara
5. Pengungkapan keluarga
masalah yang tepat
mampu 5. Instruksikan pasien
melaksanaka mengenai tada dan
Factor yang berhubungan:
1. Keterbatasan kognitif n prosedur gejala unutk
2. Kurang minat yang melaporkan pada
dalam belajar dijelaskan pemberi perawatan
3. Kurang secara benar kesehatan dengan
dapat cara yang tepat.
mengingat

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. 2016. Nursing
Interventions Classification. Edisi Keenam. Indonesia.
Ristianingsih. 2017. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Pencernaan.
Jakarta: Prenada Media Group.

Yuriko . 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

dahrmika. 2020 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2016. Nursing Outcomes


Classification. Edisi Kelima. Indonesia.

Nugroho Taufan. 2018. Asuhan Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purnamasari K. 2017. Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.

Price SA, Wilson LM. 2018. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC.

Wong LD, Kasprisin CA, Hess CS. 2017. Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik.
Edisi 4. Jakarta : EGC
....... 2018. Buku Register Ruang Kenanga RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang.

Anda mungkin juga menyukai