DISUSUN OLEH:
EGA NATASIYA MALINDA
231133024
Mengetahui,
Mahasiswa
B. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain
karena terjadinya gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran cerna,
seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsionaldapatdipicukarena faktor psikologis dan faktor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017).Faktor-
faktor yang menyebabkan dispepsia adalah:
1. Bakteri Helicobacter pylori
Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir sendiri adalah untuk
melindungi kerusakan dinding lambung akibat produksi asam lambung.
Infeksi yang diakibatkan bakteri helicobacter menyebakan peradangan
pada dinding lambung.
2. Merokok
Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu orang
yang merokok lebih sensitive terhadap dispepsia maupun ulser.
3. Stres
Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh.
Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian
memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang berlebihan ini membuat
lambung terasa nyeri, perih dan kembung.
4. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven yang terlalu sering dapat
menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis.
5. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan kafein seperti kopi dapat
meningkatkan produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi
iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung.
6. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis permukaan
lambung.
7. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan cafein seperti kopi dan
mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan produksi asam
lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung.
C. Klasifikasi
Menurut Arif dan Sari (2011), klasifikasi dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia organik artinya penyebabnya sudah pasti. Dispepsia ini jarang
ditemukan pada pasien usia lebih dari 40 tahun. Penyebabnya antara lain
sebagai berikut :
a) Dispepsia tukak (ulcus-like dyspepsia). Gejala yang ditemukan
biasanya nyeri ulu hati pada waktu makan atau perut kosong.
b) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa
pada pasien gastritis, duodenitis tetapi pada pemeriksaan tidak
ditemukan tanda-tanda vital.
c) Refluk gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan
regurgitas terutama setelah makan.
d) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulut dari perut
kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
e) Karsinoma
1) Kanker esofagus. Keluhan berupa disfagia, tidak bisa makan,
perasaan penuh diperut, penurunan penurunan berat badan,
anoreksia, adenopati servikal, dan cegukan setelah makan
2) Kanker lambung. Jenis yang paling umum terjadi adalah
adenokarsinoma atau tumor epitel. Keluhan berupa rasa tidak
nyaman pada epigastrik, tidak bisa makan, dan perasaan kembung
setelah makan.
3) Kanker pankreas. Gejala yang palng umum antara lain penurunan
berat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung atau epigastrik.
4) Kanker hepar. Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan
mungkin menyebar ke skapula kasus penurunan berat badan,
epigastrik terasa penuh dan anoreksia.
2. Dispepsia fungsional
Dispepsia tidak memungkinkan kelainan organik melainkan kelainan
fungsi dari saluran cerna. Penyebabnya antara lain :
a. Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap
kenaikan produksi asam ambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.
b. Kelainan psikis, stres dan faktor lingkungan. Stress dan faktor
lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna,
menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi.
c. Gangguan motolitas. Mekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin
dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas diantaranya
pengosongan ambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks
gastroduodenal. Penyebab lain-lan, seperti adanya kuman
helicobacterpylori, gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung
konsumsi banyak makanan berlemak, kopi, alkohol, rokok, perubahan
pola makan dan pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan
dan dalam waktu lama.
G. Penatalaksanaan Medis
menurut Amelia (2018) penatalaksanaan medis pada pasien dispepsia yaitu:
1. Farmakologi
Farmakologis Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat, yaitu:
Antasida, Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena
hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang
termasukgolongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine.
Pemasangan cairan pariental, pemasagan Naso Gastrik Tube (NGT) jika
diperlukan (Amelia, 2018).
Beberapa terapi obat yang juga biasa diberikan misalnya antibiotik (jenis
ceftriaxone, cefoperazone, ampicilin ceftaridine), anatagonis reseptor HZ,
antasida (omeprazole), dan prokinetik. (Arif & Sari, 2011).
2. Non farmakologi
Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan pasien
dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,
hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku.
BAB II
WOC
DISPEPSIA
Mual
Defisit Nutrisi HCl kontak Ansietas
dengan mukosa
Muntah gester
Perubahan pada
kesehatan
Hipovolemia Nyeri Akut
Defisit
Gangguan pola tidur Pengetahuan
Kondisiklinisterkait Kolaborasi
1) kondisipembedahan 9. Kolaborasipemberiananalgetik
2) cederatraumatis Rasional: Mengurasi nyeri yang dirasakan klien
3) Infeksi
4) Sindromcoroner akut
5) Glaukoma
2. Hipovolemia b/d mual, muntah SLKI SIKI
(D.0023) (L.03028) (I.03116)
Penyebab: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi
a. Kehilangan cairan aktif selama 3 x 24jam,diharapkan hipovolemia 1. Periksa tanda dan gejala
b. Kegagalan mekanisme regulasi dapat teratasi dengankeriteriahasil: hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
c. Peningkatan permeabilitas kapiler 1. kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
d. Kekurangan intake cairan 2. turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
e. Evaporasi 3. output urine meningkat membrane mukosa kering, volume urine
Tanda dan gejala: 4. pengisian vena meningkat menurun, hematokrit meningkat, haus dan
a. Mayor 5. keluhan haus menurun lemah.
Subjektif 6. perasaan lemah menurun Rasional: mengetahui adanya tanda dan gejala
tidaktersedia 7. tekanan darah membaik hipovolemia untuk melakukan intervensi
Objektif 8. tekanan nadi membaik selanjutnya
1) Frekuensi nadi meningkat 9. membran mukosa membaik 2. Monitor intake dan output cairan
2) Nadi teraba lemah 10. berat badan membaik Rasional: mengetahui balance cairan
3) Tekanan darah menurun 11. intake cairan membaik
4) Tekanan nadi menyempit 12. suhu tubuh membaik Terapeutik
5) Turgor kulit menurun 3. Hitung kebutuhan cairan
6) Membran mukosa kering Rasional: mengetahui kebutuhan cairan yang
7) Volume urin menurun diperlukan klien
8) Hematokrit meningkat 4. Berikan posisi modified Trendelenburg
b. Minor Rasional: meningkatkan tekanan darah
Subjektif
1) Merasa lemah Edukasi
2) Mengeluh haus 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Objektif Rasional: membantu mencukupi kebutuhan
1) Pengisian vena menurun cairan tubuh klien
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat Kolaborasi
4) Konsentrasi urin meningkat 6. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
5) Berat badan turun tiba-tiba (mis. NaCl, RL)
Rasional: mencukupi kebutuhan cairan klien
Kondisi klinis terkait 7. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
1) Penyakit Addison (mis. Glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
2) Trauma/perdarahan Rasional: mencukupi kebutuhan cairan klien
3) Luka bakar
4) AIDS
5) Penyakit Crohn
6) Muntah
7) Diare
8) Kolitis ulseratif
9) Hipoalbuminemia
3. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuanSLKI SIKI
menelan makanan (L.03030) (I.03119)
(D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Observasi
Penyebab: selama 3 x 24jam,diharapkan defisit nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
a. Ketidakmampuan menelan makanan dapat teratasi dengankeriteriahasil: Rasional:untuk mempersiapkan intervensi
b. Ketidakmampuan memcerna makanan 1. Porsi makanan yang dihabiskan selanjutnya
c. Ketidakmampuan mengabsorbsi meningkat 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien 2. Kekuatan otot pengunyah meningkat nutrien
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme 3. Kekuatan otot menelan meningkat Rasional: mengetahui kalori dan nutrien yang
e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak 4. Serum albumin meningkat dibutuhkan klien
mencukupi) 5. Perasaan cepat kenyang menurun 3. Identifikasi makanan yang disukai
f. Faktor psikologi (mis. Stres, 6. Nyeri abdomen menurun Rasional: membantu meningkatkan nafsu
keengganan untuk makan) 7. Sariawan menurun makana klien
Tanda dan gejala: 8. Diare menurun 4. Identifikasi perlunya penggunaan selang
a. Mayor 9. Berat badan membaik nasogastrik
Subjektif 10. Indeks massa tubuh (IMT) membaik Rasional: membantu pemberian nutrisi pada
Tidak tersedia 11. Nafsu makan membaik klien jika asupan oral tidak dapat ditoleransi
Objektif 12. Bising usus membaik
1) Berat badan menurun minimal 13. Membran mukosa membaik Terapeutik
10% dibawah rentang ideal 5. Berikan makanan tinggi serat
b. Minor Rasional: agar mudah dicernah dan mencegah
Subjektif terjadinya konstipasi
1) Cepat kenyang setelah makan 6. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
2) Kram/nyeri abdomen protein
3) Nafsu makan menurun Rasional: mengembalikan energi dan
Objektif membantu peningkatan berat badan yang
1) Bising usus hiperaktif normal bagi klien
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah Edukasi
4) Membran mukosa pucat 7. Ajarkan diet yang diprogramkan
5) Sariawan Rasional: agar klien dan keluarga dapat
6) Serum albumin turun memahami dan dapat menerapkan diet
7) Rambut rontok berlebihan program tersebut
8) Diare
Kolaborasi
Kondisi klinis terkait 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1) Stroke menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
2) Parkinson yang dibutuhkan
3) Mobius syndrome Rasional: mengetahui kebutuhan nutrsi yang
4) Cerebral palsy tepat bagi klien.
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amyotropic lateral sclerosis
8) Kerusakan neuromuskular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
13) Penyakit Crohn’s
D. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap
ini, perawat yang akan memberikan perawatan kepada pasien dan sebaiknya
tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan tenaga medis yang lain untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Ida, 2016).
E. Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah
ditetapkan(Ida,2016).