Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Disusun oleh:
KELOMPOK 1
RAFIKA OTAY 14420231033
RANI ASTUTI 14420231029
NURJANNA ADIL WAEL 14420231044
SITTI MAWADDAH NURSIN 14420231045
RIA INDRIANI SUKRI 14420231042
ALAN YUSUF 14420231038
ANAFITRIYUNI MABILAKA 14420231036

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman dibagian ulu hati pada abdomen
bagian atas atau dada bagian bawah. Dispepsia merupakan gejala keganasan saluran
cerna bagian atas. Pada pasien dewasa muda, penyebab tersering dari dyspepsia
adalah refluks gastroesofagus dan gastritis. Reaksi ini menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali menyerang individu usia produktif,
yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
2. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik
(Struktural) dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena
terjadinya gangguan disaluran pencernaan atau disekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu, dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat
fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-
obattan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017). Etiologi dispepsia antara lain
adalah :
1) Idiopatik / dispepsia fungsional
2) Ulkus peptikum
3) Gastroesophageal refluxdisease (GERD)
4) Kanker lambung
5) Gastroparesis
6) Infeksi Helicobacter pylori
7) Pankreastitis kronis
8) Penyakit kandung empedu
9) Parasit usus
10) Iskemia usus
11) Kanker pankreas atau tumor abdomen
3. Patofisiologi
Patofisiologi dispepsia adalah faktor lingkungan, terutama berhubungan dengan
infeksi helicobacter pylori, penggunaan obat-obattan anti inflamasi non steroid
(OAINS) pada kelompok resiko tinggi asam lambung dan gangguan motorik
gastrointestinal. Faktor-faktor resiko secara epidemiologis untuk terinfeksi H. Pylori
adalah orang yang terlahir di negara berkembang, status sosial ekonomi yang rendah,
kondisi lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan, makanan dan air yang
tidak higienis. Konsumsi makanan memainkan peranan penting pada perjalanan
penyakit dispepsia.
Tektur makanan dapat mempengaruhi manifestasi dispepsia. Makanan tinggi
lemak memperlambat pengosongan lambung dan dapat menyebabkan dispepsia,
sedangkan pola makan yang tidak teratur juga bisa menjadi faktor penyebab
terjadinya dispepsia. Pengosongan lambung lebih cepat dibandingkan dengan
pengosongan lambat pada pasien akan menunjukkan gejala dispepsia. Biasanyas
setelah makan, fundus lambung menjadi rileks, menurunkan perasaan kenyang. Pada
pasien dengan dispepsia, perut juga mengalami hipersensitivitas. Terganggunya
fisiologis lambung dapat mengubah asupan makanan dalam lambung.
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obattan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan yang stress. Pemasukan
makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding lambung. Kondisi ini demikian dapat mengakibatkan produksi HCL
yang merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga merangsang di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makan maupun cairan.
4. Pathway

USIA Pola makan yang


tidak teratur

Perubahan pola Pemasukan


makan makanan yang
berkurang

Kelaianan
mukosa lambung
Lambung kosong
berkurang

Produksi HCL

Mengikis
dinding

DISPEPSIA

Perangsangan HCL kontak


NV dengan mukosa
gester

HCL di lambung Nyeri insure


biologi

Mual NYERI
EPIGASTRUM
Asam pada mulut Mual Disvusi pada
lambung

Produksi air liur


Cepat kenyang
meningkat

NAUSEA Kembung

Tidak ada nafsu


makan

Kurang minat
makan

RESIKO
DEFISIT
NUTRISI
5. Manifestasi Klinis
Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah makan, mual muntah, sering
bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hatii dan dada atau regurgitas asam
lambung ke mulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga
bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung lama
dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi (Purnamasari, 2017).
6. Komplikasi
Penderita sindrom dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, pendarahan,
kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik,
pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah
dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi.
Jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan
tinja kemungkinan menderita malabsorpsi.
b. Endoskopi
Biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung
melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa mikroskop untuk
mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter Pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
c. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H. Pylori,
urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi.
d. Ultrasonografi (USG)
USG (Ultrasonografi) merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini
makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan yaitu bila ditemukan penyebabnya, dokter akan mengobati gejala-
gejalanya. Antasid atau penghambat H2 seperti cimetidine, ranitidine atau famotidine
dapat dicoba untuk jangka waktu singkat. Jika orang tersebut terinfeksi helicobacter
pylori dilapisan lambungnya, maka biasanya diberikan bismuth subsalisilate dan
antibiotik seperti amoxicillin atau metronidazole (Dewi & Indah, 2019).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan
atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai
langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh
karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat terindentifikasi. Pada pasien dispepsia pengkajian
meliputi :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan.
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya pada kasus dyspepsia keluhan utama yang dirasakan adalah nyeri
epigastrium.
b) Riwayat keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat
minum-minuman beralkohol.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
pencernaan.
d. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
b) Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksi, mual dan muntah karena peningkatan rangsangan
gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme
c) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan evaporasi karena demam
d) Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya mual
dan muntah
e) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
b. Nausea berhubungan dengan iritasi pada lambung
c. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
1 Kategori : fisiologis L.08066 I. 08238
Subkategori : nyeri dan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
kenyamanan Tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam  Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
1. Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun  Identifikasi respon nyeri
2. Meringis menurun non verbal
3. Sikap protektif  Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan
4. Kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun Terapeutik
5. Frekuensi nadi - Berikan tehnik
membaik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin)
Edukasi
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2 Nausea L.12111 I.03117
Kategori : fisiologis Setelah dilakukan Manajemen Mual
Subkategori : nyeri dan tindakan asuhan Observasi
kenyamanan keperawatan 3 x 24 jam - Identifikasi dampak mual
di harapkan Tingkat terhadap kulitas hidup (mis,
Nausea menurun, nafsu makan, aktivitas,
Nausea berhubungan ditandai dengan KH : kinerja,, tanggung jawab
dengan iritasi pada 1. Keluhan mual peran dan tidur.
lambung menurun - Identifikasi faktor penyebab
2. Perasaan ingin mual (mis pengobatan dan
muntah prosedur)
menurun - Monitor mual (mis
3. Perasaan asam frekuensi, durasi dan tingkat
dimulut keparahan)
menurun - Monitor asupan nutrisi dan
4. Pucat membaik kalori.
5. Takikardia Terapeutik
membaik - Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(misal kesemasan,
ketakutan,kelelahan,)
- Berikan makanan dalam
jumlah yang kecil dan
menarik.
Edukasi
- anjurkan istirahat yang
cukup
- anjurkan makan makanan
yang tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
- ajarkan teknik
nonfamakologi untuk
mengatasi mual (mis,
biofeedback,
hipnotis,relaksasi, terapi
musik, akupresur).
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu.

3 D.0032 L.12111 I.031119


Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Kategori : fisiologis tindakan asuhan Observasi
Subkategori : nutrisi dan keperawatan 3 x 24 jam - Identifikasi status nutrisi
cairan di harapkan Status - Identifikasi makanan yang
Nutrisi membaik disukai
ditandai dengan KH : - Monitor asupan makanan
Risiko Defisit Nutrisi 1. Porsi makan yang di Terapeutik
dibuktikan dengan habiskan membaik - Sajikan makanan secara
Faktor Psikologis 2. Perasaan cepat menarik dan suhu yang
kenyang menurun sesuai
3. Frekuensi makan - Berikan makanan tinggi
membaik serat untuk mencegah
4. Nafsu makan konstipasi
membaik Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada dokumentasi
ini akan membandingkan secara sistematis dan terencana tentang kesehatan pada
pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh
pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Pangkey et all.,
2021).
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. V., & Indah, M. 2019. Rancangan Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Lambung
Menggunakan Metode Forward Chaining. Journal of Informatics and Computer Science,
4(2), 147.
Pangkey, B. C., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. 2021. Dasar-dasar Dokumentasi
Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Purnamasari, L. 2017. Faktor Risiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia. Continuing
Medical Education, 44(12), 870-873.
Rohmah, N., & Walid, S. 2019. Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai