TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Dispepsia merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada yang biasanya timbul
setelah makan.
Dispepsia menurut (Arif dan Sari, 2011) adalah rasa nyeri atau tidak
nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh
yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini
menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme, dan seringkali
menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun.
2. Etiologi
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam lambung
c. Iritasi lambung
6
7
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
Menurut Rudi Haryono, 2012 patofisiologi pada dyspepsia yaituperubahan
pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin, alkohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding
lambung, kondisi demikian akan mengakibatkan peningkatan produksi
HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
9
Gambar 1
Patofisiologi Dispepsia
Dispepsia
Perangsangan saraf
simpatik NV (Nervus Respon mukosa lambung
Vagus)
Nyeri epigastrium
Kekurangan volume cairan Defisit
b.d iritasi pada
pengetahuan
mukosa lambung
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
5. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan menurut Rudi
Haryono, 2012 sebagai berikut :
a. Laboratorium
Untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor infeksi (Leukositorium,
Cek kadar gula darah, Widal, Darah rutin, dan urinalisis: warna
kuning jernih). Pada pemeriksaan ini lebih ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organic lainnya seperti: pancreatitis kronik,
diabetes mellitus, dan lainnya. Pada dyspepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologi
perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan atas
dan menggunakan kontraks ganda.
c. Endoskopi (Esofago-gastro-duodenoskopi)
Pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik selagus terapeutik
patologi anatomi dan kultul mikroorganisme.
d. USG (Ultrasonografi)
untuk mengetahui atau menentukan diagnostic dari suatu penyakit
e. Waktu pengosongan lambung
dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet Radioopak.
Pada dispepaia fungsional terdapat pengosomgam lambung pada 30-
40 % kasus.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2. Menghindari faktor risiko seperti: alcohol, makanan yang pedas,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin, rokok dan stress.
3. Atur pola makan secara teratur
4. Hindari mkanan yang berlebihan dalam keadaan perut kosong.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
1. Antacid (menetralkan asam lambung)
2. Golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung)
3. Prokinetik (mencegah terjadinya muntah). (Arif dan Sari, 2011)
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada dispepsia Menurut Corwin 2000,
antara lain :
a. Perdarahan gastrointestinal
b. Stenosis pylorus
c. Perporasi