Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Dispepsia merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada yang biasanya timbul
setelah makan.

Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau


kumpulan gejala/keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman, di
ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut
terasa penuh/begah (Djojoningrat, 2009).

Dispepsia menurut (Arif dan Sari, 2011) adalah rasa nyeri atau tidak
nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh
yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini
menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme, dan seringkali
menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun.

Dispepsia adalah keluhan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan


bagian atas yang dirasakan berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual,
yang kadang-kadang disertai panas didada, perut, anoreksia, kembung, dan
banyak mengeluarkan gas asam dari mulut. (Hadi, 2009). Secara garis
besar dispepsia dibedakan menjadi 2 yaitu: Dispepsia Organic dan
Dispepsia Fungsional.

2. Etiologi
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam lambung
c. Iritasi lambung

6
7

d. Ulkus gastrikum atau duodenalis


e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stres psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter Pylory

Penyebab dyspepsia dibedakan menjadi 2 menurut Arif dan Sari, 2011


yaitu :
a. Dyspepsia organic (Tukak peptic, Refluks gastroesofagus, Penyakit
saluran empedu, Karsinoma, Obat-obatan, golongan Non Steroid
Inflammatory Drug (NSID), Pancreatitis, Sindrom malabsorbsi,
Gangguan metabolisme)
b. Dispepsia fungsional (faktor asam lambung, kelainan psikis stress,
lingkungan, gangguan motilitas, kuman Helicobacter pylori).

Nyeri pada dispepsia disebabkan oleh iritasi mukosa lambung yang


disebabkan oleh obat-obatan, alkohol, empedu dan zat iritan lainnya.
Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari
autodigesti oleh asam klorida dan pepsin. Bila asam lambung rusak maka
terjadi difusi asam klorida di mukosa lambung akan menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan
histamin dari sel mast histamin akan menyebabkan permeabilitas kapiler
meningkat sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ektra sel
menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga menimbulkan rasa
nyeri (Price dan Wilson, 2006).
Mual/nausea adalah gejala yang sering muncul pada gastrointestinal. Gejala-
gejala yang terjadi autodigesti oleh asam klorida dan pepsin yang menyerang
lambung yang menyebabkan penderita tidak nafsu makan
8

(anoreksia), mual, muntah karena sistem gastrointestinal nya terserang


menyebabkan penderita sangat terganggu.
Nafsu makan menurun diakibatkan oleh rasa panas pada bagian dada dan
perut, serta naiknya asam lambung yang menekan keinginan untuk makan.
Menurut Herdman (2015), defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik.Menurut SDKI (2016) Defisit
nutrisi adalah asupan nutsisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.

3. Manifestasi Klinis

a. Nyeri perut (abdominal discomford)

b. Rasa perih di ulu hati

c. Mual dan muntah

d. Nafsu makan berkurang

e. Rasa cepat kenyang

f. Perut terasa begah atau kembung

g. Rasa panas di dada dan perut

h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba) (Sujono, 2009)

4. Patofisiologi
Menurut Rudi Haryono, 2012 patofisiologi pada dyspepsia yaituperubahan
pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin, alkohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding
lambung, kondisi demikian akan mengakibatkan peningkatan produksi
HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
9

a. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum


Pada dispepsia fungsional hanya sedikit yang terkena hipersekresi asam
lambung dari ringan sampai sedang, beberapa hanya menujukkan
gangguan bersihan asam dari duodenum dan meningkatnya sensitivitas
terhadap asam.
b. Infeksi Helicobacter pylori.
c. Perlambatan pengosongan lambung.
20-40% pada dispepsia fungsional mempunyai perlambatan
pengosongan lambung yang signifikan karena pengosongan lambung
dengan perasaan perut penuh setelah makan, mual, dan muntah.
d. Gangguan akomodasi lambung
Menimbulkan rasa cepat kenyang dan mengalami penurunan berat
badan, karena pada keadaan normal makanan yang masuk lambung
akan terjadi relaksasi fundus dan korpus gaster tanpa meningkatkan
tekanan dalam lambung.
e. Hipersensitivitas lambung
Dapat menimbulkan rasa nyeri abdomen, bersendawa, penurunan berat
badan, rasa cepat kenyang.
f. Intoleransi lipid intra duodenal
Mengeluh intoleransi terhadap makanan yang berlemak dan dapat
meningkatnya hipersensitivitasnya terhadap lambung yang
menimbulkan gejala mual dan kembung.
g. Psikologi
Adanya stres akut dapat mempengaruhi gastrointestinal kemudian
munculnya rasa mual setelah stimulus stress.
10

Gambar 1

Patofisiologi Dispepsia

Dispepsia

Dispepsia organik Dispepsia Fungsional

Stres Kopi dan Alkohol

Perangsangan saraf
simpatik NV (Nervus Respon mukosa lambung
Vagus)

Peningkatan produksi Vasodilatasi mukosa Eksfeliasi


HCL di lambung gaster

Hcl kontak dengan Ansietas


Mual mukosa lambung
Perubaha n
Muntah pola
Nyeri
kesehatan

Nyeri epigastrium
Kekurangan volume cairan Defisit
b.d iritasi pada
pengetahuan
mukosa lambung

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

(Sumber : Sylvia dan wilson, 1994)


11

5. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan menurut Rudi
Haryono, 2012 sebagai berikut :

a. Laboratorium
Untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor infeksi (Leukositorium,
Cek kadar gula darah, Widal, Darah rutin, dan urinalisis: warna
kuning jernih). Pada pemeriksaan ini lebih ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organic lainnya seperti: pancreatitis kronik,
diabetes mellitus, dan lainnya. Pada dyspepsia fungsional biasanya
hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologi
perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan atas
dan menggunakan kontraks ganda.
c. Endoskopi (Esofago-gastro-duodenoskopi)
Pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik selagus terapeutik
patologi anatomi dan kultul mikroorganisme.
d. USG (Ultrasonografi)
untuk mengetahui atau menentukan diagnostic dari suatu penyakit
e. Waktu pengosongan lambung
dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet Radioopak.
Pada dispepaia fungsional terdapat pengosomgam lambung pada 30-
40 % kasus.

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2. Menghindari faktor risiko seperti: alcohol, makanan yang pedas,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin, rokok dan stress.
3. Atur pola makan secara teratur
4. Hindari mkanan yang berlebihan dalam keadaan perut kosong.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
1. Antacid (menetralkan asam lambung)
2. Golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung)
3. Prokinetik (mencegah terjadinya muntah). (Arif dan Sari, 2011)

7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada dispepsia Menurut Corwin 2000,
antara lain :
a. Perdarahan gastrointestinal
b. Stenosis pylorus

c. Perporasi

Anda mungkin juga menyukai