Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan dan manfaat penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep berpikir kritis


B. Komponen berpikir kritis
C. Model berpikir kritis dalam keperawatan
D. Analisa berpikir kritis
E. Konsep & model implementasi Evidence Basic Practice
F. Implikasi Evidence Basic Practice bagi perawat
G. hubungan antara berpikir kritis dan praktik berbasis bukti

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kemampuan berpikir kritis sangat ditentukan oleh faktor, terutama
struktur berpikir seseorang, struktur berpikir tersebut akan diekspresikan
melalui bahasa, baik lisan maupun tulis. Berpikir kritis juga beramvilensi
dengan tingkat literasi seseorang baik secara lisan maupun secara tulis.
Kemampuan literasi inilah yang akan menetukan apakah seseorang
(mahasiswa) peka terhadap persoalan-persoalan disekitarnya. Kemampuan
inilah yang diperlukan oleh para mahasiswa dan para cendekiawan, agar
dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Sedangkan praktik berbasis bukti (evidence basic practice) yaitu
merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber
yang paling relevan dan valid. Oleh karena itu EBP adalah jalan untuk
mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek sehingga perawat
dapat meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selama ini,
khususnya dalam keperawatan seringkali ditemui praktik-praktik atau
intervensi yang berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai contoh,
penerapan kompres dingin dan alkoho bath masih sering digunakan tidak
hanya oleh masyarakat awam tetapi juga oleh petugas kesehatan, dengan
asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat, sedangkan penelitian
terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan kompres hangat dan teknik
tepid sponge meningkatkan efektifitas penggunaan kompres dalam
menurunkan suhu tubuh.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam berpikir kritis dapat
dilakukan pada saat kita menghadapi masalah yang harus dipecahkan
(problem solving) harus menggunakan bukti-bukti yang akurat serta valid.
untuk penggunaan Evidence base dalam praktek diperlukan kemampuan
untuk berpikir kritis yang akan menjadi dasar scientific dalam pengambilan
keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep berpikir kritis ?
2. Apa saja komponen berpikir kritis ?
3. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan ?
4. Bagaimana analisa berpikir kritis ?
5. Bagaimana konsep dan model implementasi Evidance Based
Practice ?
6. Bagaimana implikasi evidence based practice bagi perawat ?
7. Bagaimana hubungan antara berpikir kritis dan praktik berbasis
bukti?

C. Tujuan dan manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana konsep berpikir kritis
2. Untuk mengetahui apa saja komponen berpikir kritis
3. Untuk mengetahui apa saja model berpikir kritis dalam
keperawatan
4. Untuk mengetahui bagaimana analisa berpikir kritis
5. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan model implementasi
Evidance Based Practice
6. Untuk mengetahui bagaimana implikasi evidence based practice
bagi perawat
7. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara berpikir kritis dan
praktik berbasis bukti
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Berpikir Kritis


Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan
atau mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis  adalah pengujian secara rasional
terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah,
kepercayaan, dan tindakan. Menurut Strader  (1992), berpikir kritis adalah
suatu proses pengujian yang menitikberatkan  pendapat atau fakta yang
mutahir dan menginterfensikan serta mengefaluasikan pendapat-pendapat
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif
pandangan baru. Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan
merupakan control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan
skillful thinking.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan


kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,
kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat
kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah
proses berpikir dan belajar. secara umum berpikir kritis merupakan suatu
proses berpikir kognitif dengan menggabungkan kemampuan intelektual dan
kemampuan berpikir untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dalam
kehidupan, sehingga bentuk keterampilan berpikir yang dibutuhkan pun
akan berbeda untuk masing–masing disiplin ilmu. konsep berfikir kritis
dalam keperawatan mencakup beberapa aspek, yaitu :
1. Berhubungan dengan situasi perdebatan.
2. Debat tentang suatu isu
3. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok
 4. Penjelasan yang rasional
5.Pengambilan keputusan dalam keperawatan
6.Penerapan Proses Keperawatan
B. Komponen berpikir kritis
1) interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud
suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan,
konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.

2) Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan


yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan
kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.

3) evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian


lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman,
situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari
hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang
aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk–bentuk
representasi yang lain.

4) inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur


yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk
membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan.

5) explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning


seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar
bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang
masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang
berupa argumentasi yang meyakinkan.

6) Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi


dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil
yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan
dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil
kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi
terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).
C. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan
keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan
examine model yaitu sebagai berikut:
1. Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan
dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital,
perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta
pikiran klien.
2. Vision  model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan
dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai
pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk
mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi,
kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

D. Analisa Berpikir Kritis


1. Analisis kritis merupakan suatu cara untuk mencoba memahami kenyataan
kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang ada dibalik makna yang jelas
atau makna langsung. Analisis kritis mempersaratkan sikap untuk berani
menentang apa yang dikatakan atau dikemukaan oleh pihak-pihak yang
berkuasa.
2. Analisis kritis merupakan suatu kapesitas potensi yang dimiliki oleh
semua orang demikian analisis kritis tetap akan tumpul dan tidak
berkembang apabila tidak di asa atau dipraktekan
3. Analisis kritis merupakan upaya peribadi atau upaya kolektif
4. Analisis kritis menentukan kemungkinan sesuatu kesempatan yang lebih
baik ke arah langka untuk memperbaiki kenyataan atau situasi yang telah
dianalisis.
5. Peran terpenting untuk melaksanakan analisis kritis bukanlah serangkaian
langkah atau pertanyaan yang berangkat dari ketidak tahuan menuju
kepencerahan.
6. Analisis kritis juga mencoba memahami riwayat pernyataan situasi atau
masalah yang perlu dipahami. Analisis kritis mengkaji situasi atau
peristiwa yang tengah dalam proses perubahan.

E. konsep dan model Evidance Based Practice dalam keperawatan

Menurut ( Goode & Piedalue, 1999 ) : praktik klinis berdasarkan bukti


melibatkan temuan pengetahuan dan penelitian, review atau tinjauan kriti.
EBP didefinisikan sebagai intervensi daam keperawatan kesehatan yang
berdasarkan pada fakta terbaikyang didapatkan. EBP merupakan proses yang
panjang, adanya fakta dan produk hasil yang membutuhkan evaluasi
berdasarkan hasil penerapan pada praktek lapangan.

Clinical based evidence atau evidance based practice (EBP) adalah


tindakan yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti
(berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai
pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
(Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada
dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran,
keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan profesi kesehatan
dan sosial lainnya (Brings & Rzepnicki, 2004; Browson et al, 2002, Sackett et
jal, 2000).

EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur yang


merupakan prosesyang panjang dan aplikasi berdasarkan fakta terbaik untuk
pengembangan dan peningkatan pada praktek lapangan.pencetus dalamm
penggunaan fakta menjadi pedoman pelaksanaan praktek dalam memutuskan
untuk mengintegrasikan keahlian klinikal individu dengan fakta yang terbaik
berdasarkan penelitian sistematik.

Beberapa ahli telah mendefinisikan EBP dalam keperawatan sebagai :

1. Penggabungan bukti yang dipeloreh dari hasil penelitian daan praktek


klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis
(Mulhall, 1998).
2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasakan hasil penelitian
secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang
pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut
(Ingersoll G, 2000).

F. Model Implementasi Evidence Based Practice

1. Model Settler

Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk


meningkatkan penerapan Evidence based, 5 langkah dalam model Settler :

Fase 1 : Persiapan

Fase 2 : Validasi

Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan

Fase 4 : Translasi dan aplikasi

Fase 5 : Evaluasi

2. Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality


Care

Model EBP IOWA dikembangkan oleh marita G. Titler, PhD, RN,


FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu/masalah, pemicu/masalah ini
sebagai focus ataupun focus masalah. Jika terjadi suatu masalah mengenai
prioritas dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari
stokeholders, klinisian, staf perawat , dan tenaga kesehatan lain yang
dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutnya adalah
mensintesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti
yang mendukung untuk terjadinya perubahan, kemudian dilakukan evaluasi
dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett, 2004, Bernadetle Mazurek
Meinyk, 2011).

3. Model Konseptual Rosswum & Larrabee

Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change
yang terdiri dari 6 langkah, yaitu:

Tahap 1 : mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis

Tahap 2 : tentukan evidence terbaik

Tatap 3 : kritikal analisis evidence

Tahap 4 : design perubahan dalam praktek

Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perubahan

Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan alam praktek

Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke


lahan praktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan
dan kerellabilitasan metode yang digunakan serta penggunaan nomenklatur
yang standar.

G. Implikasi Evidence Basic Practice Bagi Perawat


Peran perawat melayani penting dalam memastikan dan menyediakan
praktik berbasis fakta. Mereka harus terus-menerus mengajukan pertanyaan,
“Apa fakta untuk intervensi ini?” atau “Bagaimana kita memberikan praktik
terbaik?” dan “Apakah ini hasil terbaik yang dicapai untuk pasien, keluarga
dan perawat?” Perawat juga posisi yang baik dengan anggota tim kesehatan
lain untuk mengidentifikasi masalah klinis dan menggunakan bukti yang ada
untuk meningkatkan praktik. Banyak kesempatan yang ada bagi perawat
untuk mempertanyakan praktik keperawatan saat itu dan penggunaan bukti
untuk melakukan perawatan lebih efektif.

H. Hubungan antara berpikir kritis dan praktik berbasis bukti (EBP)


EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini
untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, perawatan, sosial,
psikologi, public health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya
(briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; sacket et al., 2000).
Menurut (Goode & Piedalue, 1999) : praktik klinis berdasarkan
melibatkan temuan pengetahuan dari penelitian, review atau tinjauan kritis.
EBP didefinisikan sebagai intervensi dalam perawatan kesehatan yang
berdasarkan pada fakta terbaik yang didapatkan. EBP merupakan proses yang
panjang, adanya fakta dan produk hasil yang membutuhkan evaluasi
berdasarkan hasil penerapan pada praktik lapangan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan
untuk berfikir pada level kompleks dan menggunakan proses analisis dan
evalasi. Berfikir kritis melibatkan keahlian berfikir induktif seperti
mengenali hubungan,menganalisis masalah yang bersifat terbuka
,menentukan sebab dan akibat.

B. SARAN
Saran penulis, perawat sedapat mungkin harus selalu berpikir kritis
dalam penanganan pasien tentunya berdasarkan pada praktik berbasis
bukti dan tetap beracuan pada tugas dan peran perawat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Brunt, B.A. (2005). Models, measurement, and strategis in develoving critical thinking
skills. The journal of contuining education in nursing.

Knapp, R. (2007). Nursing education- the importance of critical thinking and Evidence
Basic Practice . http://www.articlecity.com/.articles/education/article 1327.shtml

Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; sacket et al., 2000. Goode &
Piedalue, 1999.

Jones & Bartlett, 2004, Bernadetle Mazurek Meinyk, 2011

Anda mungkin juga menyukai