Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia
tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, Aku hidup karena berpikir. Proses
berpikir merupakan suatu hal yang natural berada dalam lingkaran fitrah
manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun
merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya.
Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang
sesungguhnya bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang
sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana dia berpikir, sehingga dari
pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau
pun inovasi baru dalam hidupnya.
Menurut Paul dan Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi
seorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan dan
menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas. Seseorang
yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan
yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu,
dapat menggunakan ide untuk bisa membuat model penyelesaian masalah
secara efektif.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses
berpikir kritis adalah logika berpikir yang digunakan, keluasan sudut pandang,
kedalaman berpikir, kejujuran, kelengkapan informasi, dan bagaimana dari
solusi kita kemukakan. Oleh karena itu didalam makalah ini akan kami bahas
tentang berpikir kritis.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari berpikir kritis?


2. Apa saja karakteristik dalam berpikir kritis?
3. Bagaimana proses berpikir kritis?
4. Bagaimana berpikir kritis dalam kebidanan?
5. Apa saja manfaat berpikir kritis dalam kebidanan?
6. Apakah pengertian dari evedence based?
7. Apa manfaat dari evidence based practice?
8. Bagaimana etika pemanfaatan dari Evidence Based?
9. Apa saja Karakteristik evidence based?
10. Bagaimana pemanfaatan evidence based dalam asuhan kebidanan?

1.3. Tujuan
Makalah yang penulis susun bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan masyarakat mengenai berfikir kritis dan evidence based dalam masa
nifas dalam persalinan, dan indikator utamanya antara lain:
1. Memahami definisi dari Berfikir kritis dan evidence based practice
2. Mengetahui manfaat apa saja yang bida di dapat dari berfikir kritis dan
evidence based practice
3. Mengetahui karakterisitik evidenced based practice
4. Memahami peran serta pemanfaatan berfikir kritis atau evidence based
dalam asuhan kebidanan masa nifas
Dengan ditulisnya makalah ini, penulis berharap akan berguna bagi para
pembaca agar dapat memahami pokok bahasan tersebut serta susunan lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Berfikir Kritis Masalah Fisik dan Psikologis pada Masa Nifas
2.1.1. Pengertian Berfikir Kritis

Bertfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau


individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi
informasi

untuk

berdasarkan

membuat

kemampuan,

sebuah

penilaian

menerapkan

ilmu

atau

keputusan

pengetahuan

dan

pengalaman (Pery dan Potter, 2005).


Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan
yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi,
ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut
tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Berfikir kritis
dalam kebidanan adalah komersial untuk kebidanan professional
karena cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holisik untuk
pemecahan masalah.
2.1.2. Metode Berfikir Kritis
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking:
1) Debate : Metode yang digunaka untuk mencari, membantu dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau
kelompok

dimana

dalam

proses

terjadi

perdebatan

atau

argumentasi.
Contoh debat antara bidan A dan bidan B mengenai aborsi
2) Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya
sendiri dalam proses mengambil keputusan.
Contoh berdebat dalam hati
3) Group discussion : Sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah.
Contoh diskusi para bidan mengenai kesehatan reproduksi
remaja Indonesia
4) Persuasi : Komunikasi yeng berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, sikap dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an,
argument, atau bujukan

Contoh Iklan yang mengajak masyarakat untuk mengikuti


program KB
5) Propaganda : Komunikasi dengan menggunakan berbagai media
yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
Contoh ceramah bidan mengenai imunisasi melalui radio
6) Coercion : Mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
Contoh Bidan yang menjual produk susu untuk BBL
7) Kombinasi beberapa metode
Merupakan metode berfikir kritis dengan menggabungkan
beberapa metode lainnya.
Contoh propaganda dan coercion
2.1.3. Karakteristik Berfikir Kritis
Karakteristik berfikir kritis adalah :
1) Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu
konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan
mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek,
atribut

dan

sejenisnya.

Dengan

demikian

konseptualisasi

merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis


menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2) Rasional dan beralasan
Artinya argument yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3) Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi
atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan

waktu

untuk

mengumpulkan

data

menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.


4) Bagian dari suatu sikap

dan

Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir


kritis akan selalu menguji apakah sesuatu menguji apakah sesuatu
yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk disbanding yang lain.
5) Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua
isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6) Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7) Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi
dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternative
solusi tindakan yang akan diambil.

2.1.4. Proses Berfikir Kritis


Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,
merumuskan masalah.
Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta
maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi,
mengenali kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat,
mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi
mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi
yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan maslah/ kesimpulan
yang diambil.

Proses berfikir kritis tidak jauh berbeda dengan 7 langkah


manajemen Varney:
1) Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan

semua

data

yang

diperlukan

untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :


a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan
dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan

kepada

dokter

dalam

manajemen

kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.


2) Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan

sehingga

ditemukan

masalah

atau

diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan


pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
Masalah ini sering menyertai diagnose. Sebagai contoh
yaitu pada trimester ke 3 merasa takut terhadap proses
persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda
lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori
nomenklatur

standar

diagnose

tetapi

tentu

akan

menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian


lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk
mengurangi rasa sakit.
3) Mengidentifikasikan diagnose atau masalah potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
benar-benar terjadi.
4)

Mengiidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan / atau untuk di konsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan
hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama
bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut
dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan

keselamatan

ibu

atau

anak

(misalnya,

pendarahan kala 3 atau perdarahan segera setelah lahir,


distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu


situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang
lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter,
misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Loangkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose, atau
masalah yang telah di identifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah di identifikasikan dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan
penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,
kultur atau masalah psikologis.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-banar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak
akan dilakukan oleh klien.
6) Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti

yang

telah

diuraikan

pada

langkah

ke

dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa


dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan

dan sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh


klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen
yang efesien akan menyikat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7) Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan

yang

sudah

diberikan

meliputi

pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi


sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedangkan sebagian belum efektif.
2.1.5. Berfikir Kritis Dalam Kebidanan
Berfikir meliputi proses yang tidak statis , berubah setiap saat.
Berfikir kritis dalam kebidanan adalah komponen dasar dalam
pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan kebidanan.
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi bidan mencapai
sukses dalam berbagai aktivitas dan merupakan suatu penerapan
profesionalisme serta pengetahuan teknis atau keterampilan teknis
dalam memberikan asuhan kebidanan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang
merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban
dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
Bidan setiap hari mengambil keputusan. Bidan menggunakan
keterampilan berpikirin kritis dalam berbagai cara:

10

a. Bidan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari


lingkungannya.
b. Bidan menangani perubahan yang berasal dari stressor
lingkungan.
c. Bidan penting membuat keputusan.
Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis
dalam kebidanan diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis
dalam kebidanan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan
professional dan kualitas asuhan kebidanan. Pemikir kritis dalam
kebidanan menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual
perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan,
tekun, refleksi.
2.1.6. Manfaat Berfikir Kritis Dalam Kebidanan
Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam kebidanan
adlah sebagai berikut:
1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas kebidanan
sehari-hari
2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam
kebidanan
3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan
4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing
indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan
5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan
tindakan yang dilakukan
6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam kebidanan
7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
kebidanan
8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data
kebidanan
9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas
kebidanan

11

10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan


dan kesimpulan yang dilakukan
11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam
kebidanan
12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip aktivitas nilainilai keputusan
13) Mengevaluasi penampilan kinerja bidan dan kesimpulan
asuhan kebidanan
2.1.7. Model Berfikir Kritis Dalam Kebidanan
Dalam penerapan pembelajaran berfikir kritis di pendidikan
kebidanan, dapat digunakan tiga model, yaitu sebagai berikut :
1. Feeling model
Model ini menekankan pada rasa, kesan dan data atau fakta
yang ditemukan. Pemikiran kritis mencoba mengedepankan
perasaan dalam melakukan pengalaman, kepekaan dan
melakukan aktivitas kebidanan dan perhatian. Misalnya
terhadap aktivitas dalam pemeriksaan tanda vital, bidan
merasakan

gejala,

petunjuk,

dan

perhatian

kepada

pernyataan serta pikiran klien.


2. Vision model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi

dan

menerjemahkan

perasaan

untuk

merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang


permasalahan bidanan kesehatan klien. Berpikir kritis ini
digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan
peran sebagai pedoman yang tepa untuk merespon ekspresi.
3. Examine model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan
visi. Bidan menguji ide dengan bantuan criteria yang
relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang

12

tepat

untuk

analisis,

mencari,

menguji,

menlihat,

konfrimasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan,


sesuatu yang berkaitan dengan ide.
2.1.8. Bentuk-Bentuk Berfikir Kritis
a. Total recall : Mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana
dan mengapa kita menemukan sesuatu yang diperlukan
b. Habits : Kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa
mempunyai metode yang baru yang digunakan setiap saat
c. Inguiry : Menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan
yang segera menjadi suatu kenyataan. Ingury adalah cara
berpikir yang utama yang digunakan guna mengambil
keputusan
d. New idea and creativity : Ide yang baru dan kreatifitas adalah
merupakan
merupakan

hal yang penting dalam kebidanan sebab


hal

yang

penting

dalam

kebidanan

sebab

merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan


asuhan kebidanan
e. Knowing how you think : Jika bidan berada dalam suatu proses
mengetahui, maka bidan akan dapat mengetahui apa yang
dipikirkan
2.1.9. Penerapan Berfikir Kritis dalam Asuhan Nifas
Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan

asuhaan

kebidanan,

dalam

bingkai

manajemen

kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan


kepada

klien

dengan

menerapkan

prinsip-prinsip

manajemen

kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah


menerapkan proses berpikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan
ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care sesuai dengan
program maka bidan telah menerapkan proses berpikir kritis.

13

Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan


melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah
disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini
penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan, dengan proses kehamilan dapat berjalan dengan baik, ibu
dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.
Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam kebidanan
yaitu :
1) Penggunaan bahasa dalam kebidanan
Berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan
bahasa secara reflektif. Bidan menggunakan bahasa
verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea,
pikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya
terhadap klien sesame bidan, profesi. Secara nonverbal
saat melakukan pendokumentasian kebidanan. Dalam
hal ini berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan
bahasa secara reflektif. Lima macam penggunaan
bahasa dalam konteks berfikir kritis :
a. Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi
b. Mengekspresikan perasaan dan sikap
c. Melaksanakan perencanaan kebidanan atau ide-ide
dalam tindakan kebidanan
d. Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari
informasi,

mengekspresikan

keraguan

dan

keheranan
e. Mengekspreiskan pengandaian
2) Argumentasi dalam kebidanan
Sehari-hari bidan dihadapkan pada situasi harus
berargumentasi

untuk

menemukan,

kebenaran,

mengklarifikasi

penjelasan,

mempertahankan

isu,

menjelaskan
memberikan

terhadap

suatu

14

tuntutan/tuduhan. Badman (1988) argumentasi terkait


dengan konsep berfikir dalam kebidanan berhubungan
dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi
individu ataupun kelompok.
3) Pengambilan keputusan
Dalam praktik kebidanan, sehari-hari, bidan selalu
dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil
keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam
interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam
penyelesai masalah manajemen di ruangan.
4) Penerapan dalam proses kebidanan
a. Pengkajian : Mengumpulkan data, melakukan
observasi dalam pengumpulan data berpikir kritis,
mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan
ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan
diagnose
pengambilan

kebidanan

keputusan

yang

paling

Tahap
kritis,

menentukan masalah dan dengan argument yang


secara rasional
c. Perencanaan

kebidanan

Menggunakan

pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang


diharapkan, keterampilan guna mensitesa ilmu yang
dimiliki untuk memilih tindakan
d. Pelaksanaan kebidanan : Pelaksanaan tindakan
kebidanan adalah keterampilan dalam menguji
hipotesa, tindakan nyata yang menentukan tingkat
keberhasilan.
e. Evaluasi kebidanan : Mengkaji efektifitas tindakan
bidan harus dapat mengambil keputusan tentang
pemenuhan kebutuhan dasar klien
Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

15

1. Kondisi fisik
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik
adalah kebutuhan fisiologis yang paling dasar bagi manusia untuk
menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu,
sementara ia dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran
yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi
seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat
berkonsentrasi

dan berpikir

cepat

karena

tubuhnya

tidak

memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yang ada.


2. Keyakinan/motivasi
Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor
internal dan eksternal. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan
rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga seseorang agar
mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu yang
telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi
motivasi pada diri demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi
terlihat dari kemampuan atau kapasitas atau daya serap dalam
belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang
kondisi yang tidak mau berubah kearah yang lebih baik,
mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar, semakin
cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, memperlihatkan tekad
diri, sikap kotruktif, memperlihatkan hasrat keingintahuan, serta
kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
3. Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan emosional yang ditandai dengan
kegelisahan

dan

ketakutan

bahaya/kemalangan/nasib

buruk.

terhadap
Jika

terjadi

kemungkinan
ketegangan

hipotalamus dirangsang dan mengirim implus untuk menggiatkan

16

tubuh untuk bertindak. Kelelahan terjadi apabila penyebab


ketegangan keras sehingga pertahanan tubuh menurun.
Tingkat kecemasan terdiri dari :
a. Cemas ringan : yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran,
terangsang untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif,
sedikit mengalami peningkatan tanda vital.
b. Cemas sedang : yang ditandai dengan kondisi lebih tegang,
menurunnya konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya sempit,
sedikit mengalami peningkatan tanda vital, gejala fisik berkembang
seperti sakit kepala, sering berkemih, mual, papitasi (jantung berdebar)
dan letih.
c. Cemas berat : ditandai dengan persepsi menjadi terganggu, perasaan
tentang

terancam

ketakutan

meningkat,

komunikasi

menjadi

terganggu, mengalami peningkatan tanda vital lebih dramatis, terjadi


gejala diare, nyeri dada dan muntah.
d. Panik : ditandai dengan perasaan terancam, gangguan realitas, dapat
membahayakan diri sendiri/orang lain, kombinasi dari gejala fisik bisa
lebih buruk jika tidak segera diatasi.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :
a. Konstruktif : memotivasi individu untuk belajar, mengadakan
perubahan terutama perubahan pada perasaan yang tidak nyaman,
berfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif : menimbulkan tingkah laku yang mal adaptive, disfungsi
yang menyangkut kecemasan berat/panic
c. Perkembangan intelektual.
Perkembangan intelektual adalah suatu perkembangan kontinu dari
bagan / struktur inteligensi sebagai hasil interaksi antara kematangan dan
pengaruh luar berbentuk pengalaman dan integrasi dari setiap bahan baru
dan lama. Seseorang yang semakin cemas akan semakin cakap dalam
membuat tujuan, berinisyatif, tidak hanya menunggu perintah saja, tetap

17

pada tujuan, tidak mudah dibelokan oleh orang lain atau suasana lain, dan
semakin kritis.

2.2 Evidence Based Practice dalam Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
2.2.1 Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata
(Inggris)

maka evidence

Base dapat

berikut Evidence adalah Bukti atau fakta

diartikan

sebagai

dan Based adalah Dasar.

Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.


Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM
dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan
ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis.
EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate,
Inggris pada tahun 2003 (Hemming set al, 2003). Itu dirancang 'untuk
membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan
kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu
dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis
bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal
kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis
filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan
sistematis,

kohort

studi,

terstruktur,

logis

dan

transparan,

sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan
sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah
teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
2.2.2

Manfaat Evidence Based

18

a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan


berdasarkan bukti ilmiah.
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan
kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai
dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2.2.3

Etika Pemanfaatan Evidence Based Practice


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala
bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap
mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi
tantangan bagi profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan praktik kebidanan serta dalam
memberikan pelayanan berkualitas.
Sikap etis professional bidan akan mewarnai dalam setiap
langkahnya, termasuk dalam mengambil kepustusan dalam merespon
situasi yang muncul dalam usaha. Pemahaman tentang etika dan moral
menjadi bagian yang fundamental dan sangat penting dalam
memberikan asuhan kebidanan dengan senantiasa menghormati nilainilai pasien.
Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebijakan atau kejahatan yang berhubungan
dengan perilaku. Etika berfokus pada prinsip dan konsep yang
membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya
dilandasi nilai-nilai yang dianutnya.

2.2.4

Karakteristik Evidence Based Practice


Menurut Sackett et al. Evidence Based Medicine (EBM) adalah
suatu pendekatan medic yang di dasarkan pada bukti bukti ilmiah

19

terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan


demikian dalam praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan
pengalaman klinik dengan bukti bukti ilmiah terkini yang paling dapat
dipercaya. Pengertian lain dari EBM adalah proses yang digunakan
secara sistemik untuk menentukan, menelaah/ me-review dan
memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan
keputusan klinik.
Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan
antara (1) bukti-bukti ilmiah., yang berasal dari studi yang terpercaya
(best research evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertice)
dan (3) dan nilai nilai yang ada pada masyarakat (patient values).
Publikasi ilmiah adalah pempublikasian hasil penelitian atau hasil
pemekiran yang telah di telaah dan disetujui dengan beberapa
pertimbangan baik dari accountable aspek metodologi maupun
accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku
yang diakui.
Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara
langsung tentang suatu permasalahan dengan penelitian untuk
mendapatkan dasar yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Maksudnya adalah : melalui evidence based medicine kita
mengadakan survey tentang keluhan sejumlah penderita, kelainan fisik
sejumlah penderita penyakit tertentu dan mensurvei hasil terapinya.
Sedangkan accountable aspek metodologis adalah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara
tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah
dan diakui kebenarannya.
2.2.5

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Memanfaatkan


Evidence Based Practice
a. Pengertian Asuhan Postnatal Care

20

Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau


lebih dari 28 setelah persalinan. Dimana selama waktu itu
kehadiran yang continue dari bidan kepada ibu dan bayi sedang
di perlukan bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kompiliasi
dan penyulit pada masa postnatal.
b. Konsep dasar masa nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat alat kandung kembali seperti pra
hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 8 minggu (Mochtar,
1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil

yang

berlangsung

kira-kira

minggu.

(Abdul

Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam
masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

21

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta


keluarga.
3. Mendorong

ibu

untuk

menyusui

bayinya

dengan

meningkatkan rasa nyaman.


4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan
keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali
tanda-tanda

bahaya,

menjaga

gizi

yang

baik,

serta

mempraktekkan kebersihan yang aman.


7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan,

mencegah

komplikasi

dengan

memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.


8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan
dalam peranannya sebagai orang tua.
d. Tahapan Masa Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan

dimana

ibu

telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.


2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat
alat genetalia yang lamanya 6 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau
sempurna berminggu minggu, berbulan bulan atau
tahunan.
e. Perubahan Fisik Masa Nifas

22

1. Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan


2.
3.
4.
5.
6.
7.

rahim (involusi)
Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
Kelelahan karena proses melahirkan.
Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

Perubahan psikis masa nifas


1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah
melahirkan sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
2. Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat
bayi, muncul perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking
Hold (hari ke 3 10)
3. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya
disebut Fase Letting Go. (hari ke 10-akhir masa nifas)
f. Pengeluaran Locea
1. Lochea rubra : hari ke 1 2.Terdiri dari darah segar
bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
vernix
kaseosa, lanugo, dan mekonium
2. Lochea sanguinolenta : hari ke 3 7. Terdiri dari : darah
bercampur lendir, warna kecoklatan.
3. Lochea serosa : hari ke 7

14.

Berwarna

kekuningan.
4. Lochea alba : hari ke 14 selesai nifas. Hanya merupakan
cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut
lochea purulent.
g. Tujuan Kunjungan Masa Nifas
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

23

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi


pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

h. Kunjungan Masa Nifas


1. Kunjungan I : 6 8 jam setelah persalinan, tujuannya :
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
merujuk bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.


d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya :
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tandatanda demam

infeksi

atau

perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan
tanda tanda penyakit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari hari
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.

24

Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )


4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a) Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang
dialami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar,
1998).
i. Perkembangan Evidence

Base Dalam

Praktik

Kebidanan

Postnatal Care
Kebiasaan

Keterangan

Tampon Vagina

Tampon vagina menyerap darah


tetapi tidak menghentikan
perdarahan, bahkan perdarahan
tetap terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi

Gurita atau sejenisnya

Selama 2 jam pertama atau


selanjutnya penggunaan gurita
akan menyebabkan kesulitan
pemantauan involusio rahim

Memisahkan ibu dan


bayi

Bayi benar-benar siaga selama 2


jam pertama setelah kelahiran. Ini
merupakan waktu yang tepat
untuk melakukan kontak kulit ke
kulit untuk mempererat bonding
attachment serta keberhasilan
pemberian ASI

25

j. Asuhan Kebidan Postnatal


a) Deteksi dini komplikasi masa postnatal
b) Persiapan pasien pulang
c) Home visit dalam asuihan postnatal
d) Suport sistem dalam asudan postnatal
e) Breastfeeding
f) Peran menjadi orang tua
g) Kelompok ibu postpartum

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bertfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Pery dan Potter, 2005).
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki.
Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhaan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan.
Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan

26

terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berpikir kritis.


Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan
antenatal care sesuai dengan program maka bidan telah menerapkan proses
berpikir kritis. Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan
melaksanakan antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati
sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan proses
kehamilan dapat berjalan dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan
sehat dan selamat.
Evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti. Evidence Based
Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan
tubuh bidan berorientasi akademis.
3.2 Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua
yang membacanya dan dapat di mengerti oleh kita semua. Mohon maaf
apabila di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari, SST., M.Kes, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta : TIM,2016
Depkes RI. 2001. Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan. EGC :
Jakarta..
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal : Edisi Baru Dengan Resusitasi.
Jakarta.
Pusdiknakes WHO JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartum. Diperoleh dari
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-basedkebidanan-dalam.html#ixzz3Gx1S0jtk pada 26 September 2016.

28

Anda mungkin juga menyukai