PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia
tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, Aku hidup karena berpikir. Proses
berpikir merupakan suatu hal yang natural berada dalam lingkaran fitrah
manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun
merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya.
Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang
sesungguhnya bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang
sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana dia berpikir, sehingga dari
pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau
pun inovasi baru dalam hidupnya.
Menurut Paul dan Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi
seorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan dan
menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas. Seseorang
yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan
yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu,
dapat menggunakan ide untuk bisa membuat model penyelesaian masalah
secara efektif.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses
berpikir kritis adalah logika berpikir yang digunakan, keluasan sudut pandang,
kedalaman berpikir, kejujuran, kelengkapan informasi, dan bagaimana dari
solusi kita kemukakan. Oleh karena itu didalam makalah ini akan kami bahas
tentang berpikir kritis.
1.3. Tujuan
Makalah yang penulis susun bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan masyarakat mengenai berfikir kritis dan evidence based dalam masa
nifas dalam persalinan, dan indikator utamanya antara lain:
1. Memahami definisi dari Berfikir kritis dan evidence based practice
2. Mengetahui manfaat apa saja yang bida di dapat dari berfikir kritis dan
evidence based practice
3. Mengetahui karakterisitik evidenced based practice
4. Memahami peran serta pemanfaatan berfikir kritis atau evidence based
dalam asuhan kebidanan masa nifas
Dengan ditulisnya makalah ini, penulis berharap akan berguna bagi para
pembaca agar dapat memahami pokok bahasan tersebut serta susunan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Berfikir Kritis Masalah Fisik dan Psikologis pada Masa Nifas
2.1.1. Pengertian Berfikir Kritis
untuk
berdasarkan
membuat
kemampuan,
sebuah
penilaian
menerapkan
ilmu
atau
keputusan
pengetahuan
dan
dimana
dalam
proses
terjadi
perdebatan
atau
argumentasi.
Contoh debat antara bidan A dan bidan B mengenai aborsi
2) Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya
sendiri dalam proses mengambil keputusan.
Contoh berdebat dalam hati
3) Group discussion : Sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah.
Contoh diskusi para bidan mengenai kesehatan reproduksi
remaja Indonesia
4) Persuasi : Komunikasi yeng berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, sikap dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an,
argument, atau bujukan
dan
sejenisnya.
Dengan
demikian
konseptualisasi
waktu
untuk
mengumpulkan
data
dan
semua
data
yang
diperlukan
untuk
kepada
dokter
dalam
manajemen
sehingga
ditemukan
masalah
atau
standar
diagnose
tetapi
tentu
akan
keselamatan
ibu
atau
anak
(misalnya,
yang
telah
diuraikan
pada
langkah
ke
yang
sudah
diberikan
meliputi
pemenuhan
10
11
gejala,
petunjuk,
dan
perhatian
kepada
dan
menerjemahkan
perasaan
untuk
12
tepat
untuk
analisis,
mencari,
menguji,
menlihat,
yang
penting
dalam
kebidanan
sebab
asuhaan
kebidanan,
dalam
bingkai
manajemen
klien
dengan
menerapkan
prinsip-prinsip
manajemen
13
mengekspresikan
keraguan
dan
keheranan
e. Mengekspreiskan pengandaian
2) Argumentasi dalam kebidanan
Sehari-hari bidan dihadapkan pada situasi harus
berargumentasi
untuk
menemukan,
kebenaran,
mengklarifikasi
penjelasan,
mempertahankan
isu,
menjelaskan
memberikan
terhadap
suatu
14
kebidanan
keputusan
yang
paling
Tahap
kritis,
kebidanan
Menggunakan
15
1. Kondisi fisik
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik
adalah kebutuhan fisiologis yang paling dasar bagi manusia untuk
menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu,
sementara ia dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran
yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi
seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat
berkonsentrasi
dan berpikir
cepat
karena
tubuhnya
tidak
dan
ketakutan
bahaya/kemalangan/nasib
buruk.
terhadap
Jika
terjadi
kemungkinan
ketegangan
16
terancam
ketakutan
meningkat,
komunikasi
menjadi
17
pada tujuan, tidak mudah dibelokan oleh orang lain atau suasana lain, dan
semakin kritis.
2.2 Evidence Based Practice dalam Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
2.2.1 Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata
(Inggris)
maka evidence
Base dapat
diartikan
sebagai
kohort
studi,
terstruktur,
logis
dan
transparan,
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan
sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah
teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
2.2.2
18
2.2.4
19
20
yang
berlangsung
kira-kira
minggu.
(Abdul
Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam
masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
21
ibu
untuk
menyusui
bayinya
dengan
bahaya,
menjaga
gizi
yang
baik,
serta
mencegah
komplikasi
dengan
memenuhi
dimana
ibu
telah
22
rahim (involusi)
Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
Kelelahan karena proses melahirkan.
Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
14.
Berwarna
kekuningan.
4. Lochea alba : hari ke 14 selesai nifas. Hanya merupakan
cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut
lochea purulent.
g. Tujuan Kunjungan Masa Nifas
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
23
infeksi
atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan
tanda tanda penyakit
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari hari
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
24
Base Dalam
Praktik
Kebidanan
Postnatal Care
Kebiasaan
Keterangan
Tampon Vagina
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bertfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Pery dan Potter, 2005).
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki.
Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhaan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan.
Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yusari, SST., M.Kes, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta : TIM,2016
Depkes RI. 2001. Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan. EGC :
Jakarta..
Depkes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal : Edisi Baru Dengan Resusitasi.
Jakarta.
Pusdiknakes WHO JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartum. Diperoleh dari
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-basedkebidanan-dalam.html#ixzz3Gx1S0jtk pada 26 September 2016.
28