Anda di halaman 1dari 12

METODA PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK DENGAN

MODELLING
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodik Khusus Semester 6 di Prodi
D IV Kebidanan Poltekkes Tasikmalaya)

Dosen pembimbing:
Wiwin Mintarsih P, S.SiT, M.Kes

Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Darajati Septia Wijayanti : P20624517005
2. Kamila Nur Khumairo : P20624517018
3. Ranti Nuriyanti : P20624517030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya telah meridhai penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah
tentang Metoda Pembelajaran Praktek dan Klinik dengan Modelling. Makalah ini
dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodik Khusus dalam kegiatan
Praktik Belajar Mengajar Program Studi D IV Kebidanan Politeknik Kementerian
Kesehatan Tasikmalaya.
Makalah Metodik Khusus ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Nunung Mulyani,APP,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
2. Dr. Meti WL, SST M,Keb selalu Ketua Prodi D IV Kebidanan
3. Wiwin Mintarsih P, S.SiT, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami
barharap makalah ini bemanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh
mahasiswa dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Tasikmalaya, Februari 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Manfaat Penulisan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Modelling 2
B. Peran Pembimbing 3
C. Kelemahan Modelling5
D. Kentungan Modelling 5
E. Proses Modelling 5
F. Hambatan Modelling 6
G. Prinsip Modeling 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Praktik Klinik adalah suatu proses transformasi
mahasiswa menjadi seorang bidan professional yang memberi kesempatan
mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya dengan perannya sebagai
bidan professional di situasi nyata pada pelayanan kesehalan klinik atau
komunitas (Nursalam & Ferry, 2009).
Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian model (contoh)
yang berhubungan dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan
siswa (Nuryatin, 2010). Pemodelan harus dilakukan secara terencana agar
memberikan sumbangan pada pemahaman dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi Modelling.
2. Mengetahui peran pembimbing dalam Modelling.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan Modelling.
4. Mengetahui proses Modelling.
5. Mengetahui hambatan Modelling.
6. Mengetahui prinsip Modelling.
7. Memenuhi tugas mata kuliah Metodik Khusus.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Peran Pembimbing, Definisi,
Kelemahan, Keuntungan, Hambatan dan Proses Pada Modelling.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Modelling
Pemodelan atau metode modelling adalah salah satu dari tujuh
komponen pembelajaran kontekstual (Senduk dan Nurhadi, 2003).
Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya
membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana
guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. (Nurachmah, 2005).
Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian model (contoh)
yang berhubungan dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan
siswa (Nuryatin, 2010). Pemodelan harus dilakukan secara terencana agar
memberikan sumbangan pada pemahaman dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.
Pemodelan dikatakan efektif apabila siswa menjadi lebih paham terhadap
materi yang dipelajari, terlibat dengan lebih antusias, memberikan variasi
situasi, biaya dan waktu lebih efisien.
Jadi dapat disimpulkan modeling sebagai proses belajar melalui
observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai
model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau
tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi
model yang ditampilkan.
Tujuan Modelling:
1. Memperoleh tingkah laku social yang lebih adaptif
2. Agar konseli bias belajar sendiri menunjukan perbuatan yang dikehendaki
tanpa harus lewat trial dan error
3. Membantu konseli untuk merespon hal-hal yang baru
4. Melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat/terhalang
5. Mengurangi respon-respon yang tidak layak

2
B. Peran Pembimbing
Dalam membelajarkan orang dewasa, seorang pendidik tepat
dikatakan sebagai pembimbing, karena pembimbing itu lebih mengutamakan
kegiatan belajar pada keaktifan peserta didik. Pendidik lebih banyak
membimbing peserta didik dalam kegiatan pendidikan orang dewasa.
Beberapa peran pembimbing, diantaranya:
1. Sebagai Pamong Belajar
Pamong belajar berarti orientasi pembelajaran berpusat pada
peserta didik (learner centered), akan tetapi ini tidak berarti bahwa di
dalam penerapan proses pembelajaran sesuai dengan segala keinginan
peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pendidik mempunyai tanggungjawab
menyediakan suatu pola kegiatan belajar, dimana pendidik mempunyai
dua peran, yaitu:
 Pamong bertindak sebagai warga kelompok belajar
 Pamong bertindak sebagai pemimpin kelompok belajar yang
dilakukannya secara luwes.
Tugas pendidik dalam peranannya sebagai pemimpin kegiatan
belajar antara lain ialah melakukan motivasi terhadap peserta didik,
sehingga menumbuhkan partisipasi secara maksimal dalam diri peserta
didik. Pendidik juga melakukan penjelasan atau memperjelas tujuan
belajar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Kemudian pendidik
juga merancang sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu menelaah
sendiri alternatif-alternatif pemecahan masalah. Peranan pendidik ialah
sebagai pengatur dan menciptakan suasana yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan pemikiran dan tindakannya
sesuai dengan hasil pemikiran mereka. Di samping itu, pendidik berperan
sebagai penunjuk jalan bagi peserta didik dan membekalinya dengan
teknik-teknik belajar yang cocok bagi diri si pelajar.
2. Sebagai Penyuluh
Istilah ini sering dipakai pada kegiatan penyuluhan kesehatan,
pendidikan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh, yang artinya

3
kegiatan yang dilakukan, sehinggan menjadikan seseorang / kelompok
terang (memahami) informasi-informasi yang disampaikan penyuluh
tersebut.
Penyuluhan adalah usaha yang dilakukan seseorang / kelompok
kepada orang lain dalam rangka memberikan informasi, penjelasan
sehingga orang lain tersebut menjadi paham tentang materi-materi yang
disampaikan. Misalnya; dikalangan Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana, pamong belajar dalam rangka melakukan penyuluhan tentang
imunisasi, penimbangan bayi, dan lain-lain. Pada penyuluhan, penyuluh
berfungsi sebagai orang yang aktif memberikan informasi, penjelasan
kepada orang lain.
3. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik atau memfasilitasi mereka sehingga mereka akan aktif
mengarahkan diri sendiri. Contoh dalam membangkitkan peran serta
peserta didik dalam mempelajari pesan-pesan pembangunan, digunakan
permainan simulasi. Kegiatan belajarnya dilakukan melalui kelompok
belajar. Untuk menggerakkan kegiatan belajar, permainan simulasi
tersebut keberadaan dan berfungsi sebagai fasilitator.
Fasilitator warga masyarakat di desa/wilayah dimana ia tinggal,
dilatih sebagai pemimpin kegiatan belajar pada kelompok belajar,
permainan simulasi untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat.
Fasilitator berfungsi menumbuhkan atau mendorong peserta permainan
pada kejar.
4. Sebagai Tutor
Pembelajaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan luar
sekolah, misalnya program Paket A, B, dan C, dan dibimbing oleh seorang
tutor. Sebagai pendidik , maka tutor memiliki peranan dan fungsi yang
hampir bersamaan dengan peranan dan fungsi pada pendidikan sekolah
(formal). Secara umum, tugas dan fungsi tutor adalah merencanakan

4
kegiatan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran.

C. Kelemahan Modeling
1. Kurang efesien dalam kegiatan belajar mengajar
2. Terbatasnya waktu
3. Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok
dengan keadaan yang ada di masyarakat.
4. Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara wajar
kurang terpenuhi.
5. Rasa malu dan tekut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam
memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi harapan.
(nuryatin, 2010).

D. Keuntungan Modeling
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan inspirasi,
ide, kreativitas, dan seluruh sikap intelektual yang ada pada dirinya.
2. Memupuk daya nalar siswa
3. Dapat melukiskan bentuk dan keadaan sebenarnya
4. Menghilangkan kebosanan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
(nuryatin, 2010).

E. Proses Modeling
1. Ambilah satu unit pembelajaran(dalam silabus) yang akan diterapkan
dalam pembelajaran.
2. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
tersebut.
3. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
5. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada
mahasiswa untuk mencapai tujuan dirumuskan.

5
6. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan
tujuan pembelajaran
7. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan
rumusan tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan menjadi menjadi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup,
8. Jika alokasi waktu untuk mencapai statu kompetensi dasar lebih dari 2
(dua) jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran lebih menjadi
satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada
satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe jenis materi pembelajaran.
9. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
10. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang
akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian
tugas berbentuk tugas, rumusankan tugas tersebut secara jelas dan
bagaimana rambu-rambu penilaiannya. Jika instrumen penilaian
berbentuk soal, cantumkan soal-soal tersebut dan tentukan rambu-rambu
penilaiannya dan/atau kunci jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk
proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya

F. Hambatan Modelling
1. Keberhasilan teknik modeling tergantung persepsi konseli terhadap
model. Jika konseli tidak menaruh kepercayaan pada model, maka
konseli akan kurang mencontoh tingkah laku model tersebut.
2. Jika model kurang bisa memerankan tingkah laku yang diharapkan, maka
tujuan tingkah laku yang didapat konseli bisa jadi kurang tepat.
3. Bisa jadi konseli menganggap modeling ini sebagai keputusan tingkah
laku yang harus ia lakukan, sehingga konseli akhirnya kurang begitu bisa
mengadaptasi model tersebut sesuai dengan gayanya sendiri.

6
G. Prinsip Modeling
Gantika Komalasari mengemukakan bahwa prinsip- prinsip modelling
adalah sebagai berikut:
1. Belajar bisa memperoleh melalui pegalaman langsung mauputidak
langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain.
2. Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan
mencontoh tingkah laku model yang ada.
3. Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontohkan
tingkah laku model.
4. Modelling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film dan alat
visual lainnya.
5. Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas
meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain. Prosedur
Modelling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi
perilaku.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian model (contoh)
yang berhubungan dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan
siswa (Nuryatin, 2010).
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses
pembelajaran yang penting diberikan kepada mahasiswa untuk
mempersiapkan diri menjadi tenaga kesehatan profesional. Melalui
pengalaman belajar klinik dan lapangan diharapkan dapat membentuk
kemampuan akademik dan profesional, mampu mengembangkan ketrampilan
dalam memberikan pelayanan atau asuhan yang sesuai dengan standar serta
dapat berorientasi dengan peran profesional.

B. Saran
Dari makalah tersebut apabila pembaca merasa kurang dengan materi
yang ada maka pembaca dapat mencari referensi yang lebih banyak lagi dan
up to date sehingga dapat menambah wawasan yang lebih luas terkait metode
modelling dalam pembelajaran praktek klinik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Gantika Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011 ),
hal. 178

Nurachmah, E( 2005). Metode Pengajaran Klinik Keperawatan. Makalah


pelatihan bimbingan klinik. Jakarta: EGC

Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang:


Yayasan Adhigama.

Nursalam. 2002.Manajemen Keperawatan : Aplikasi DalamKeperawatan
Profesional.

Senduk dan Nurhadi. 2003. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching


andLearning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai