Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

N 36 TAHUN
G5P2A2 HAMIL 36+1MINGGU KALA II DENGAN TRIPLET DAN
PRESENTASI KAKI DI RSUD MAJENANG
TAHUN 2019
Oleh : Elvira Nafiani
TINJAUAN TEORI
KEMBAR/TRIPLET
Hukum Hellin menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan
ganda dan tunggal adalah 1: 89,
untuk triplet 1 : 892, untuk
kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya.
Kehamilan tersebut selalu menarik
Kehamilan multipel dapat berupa perhatian wanita itu sendiri, dokter
kehamilan ganda/ gemelli (2 janin), dan masyarakat pada umumnya.
triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 ( Fellman J. 2017)
janin ), Quintiplet ( 5 janin ) dan
seterusnya dengan frekuensi
kejadian yang semakin jarang sesuai
dengan hukum Hellin.
ETIOLOGI

Umur > 35 tahun

Keturunan

Metode bayi tabung

Riwayat kehamilan
PATOFISIOLOGIS
◦ Kehamilan kembar dibagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan
dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar,
sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu
bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan
dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma,
lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan
13 hari atau lebih.
◦ Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi
waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan
dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.
JENIS KEHAMILAN KEMBAR
Besar uterus
melebihi usia
kehamilan atau
lamanya
amenorea
Kepala janin
relatif lebih kecil

DIAGNOSIS dibandingkan
dengan ukuran
uterus
Pemeriksaan
USG terdapat
2 janin atau
Karena pada
hamil kembar lebih
umumnya
Teraba 2
plasenta besar
balotemen atau
atau ada 2
lebih
plasenta, maka
produksi HCG
akan tinggi Terdengar lebih
dari satu denyut
jantung bayi
dengan
menggunakan
stetoskop fetal
PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI 2013:
◦ Tatalaksana Umum
◦ Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
◦ Persalinan untuk kehamilan ganda sedapat mungkin dilakukan ri rumah sakit dengan fasilitas seksio sesare.
◦ Janin pertama
◦ Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi.
◦ Pasang infus dan berikan cairan intravena.
◦ Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin. Jika denyut jantung janin 180 kali/menit, curigai
adanya gawat janin.
◦ Jika presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor persalinan dengan partograf. u Jika
presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio sesarea.
◦ Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
◦ Janin kedua atau janin berikutnya
◦ Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan letak janin kedua atau
berikutnya.
◦ Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua memanjang.
◦ Periksa denyut jantung janin.
◦ Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan: presentasi janin kedua, selaput ketuban masih utuh atau
sudah pecah, ada tidaknya prolapsus tali pusat.
◦ Jika presentasi verteks: • Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah. • Periksa denyut
jantung janin antara kontraksi uterus untuk menilai keadaan janin. • Jika his tidak adekuat setelah kelahiran
bayi pertama, berikan infus oksitosin dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi
dalam 10 menit, dengan lama stiap his lebih baik 40 detik). • Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his
yang baik, atau terdapat tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin 180 kali/menit), lakukan seksio sesarea.
u Jika presentasi bokong: • Apabila taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama dan serviks tidak
mengecil, rencanakan partus spontan. • Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin pertama,
berikan infus oksitosin secara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, dengan
lama setiap his lebih dari 40 detik). • Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan
bokong sudah turun. • Periksa denyut jantung janin di antara 2 kontraksi uterus. Jika 180 kali/menit, lakukan
ekstraksi bokong • Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.
◦ Tatalaksana Khusus
Jika letak lintang:
◦ Apabila selaput ketuban utuh, lakukan versi luar.
◦ Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban masih utuh, lakukan versi dalam
dan lanjutkan dengan ekstraksi (lakukan versi dalam podalik).
◦ JANGAN lakukan versi dalam jika penolong persalinan tidak terlatih, selaput ketuban telah pecah dan
cairan amnion telah berkurang, atau jika ada jaringan parut pada uterus. Jangan teruskan jika janin
tidak dapat berputar dengan mudah
◦ Dengan memakai sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan satu tangan ke dalam
uterus dan raihlah kaki janin.
◦ Secara perlahan tarik janin ke bawah.
◦ Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang.
◦ Periksa denyut jantung janin di antara his.
◦ Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal, segera lakukan seksio sesarea.
◦ Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1 menit setelah bayi terakhir
lahir dan teruskan penanganan aktif kala III untuk mengurangi perdarahan pascapersalinan.
SUNGSANG
Sungsang adalah posisi
dimana bayi di dalam
rahim berada dengan
kepala di atas sehingga
pada saat persalinan
normal, pantat atau kaki si
bayi yang akan keluar
terlebih dahulu
dibandingkan dengan
kepala pada posisi normal
(Kemenkes RI 2013)
ETIOLOGI

prematurita Kehamilan Anomali Anomali Leimioma Polaritas Riwayat


Aneuploidi
s miltipel kongenital mullerian uterus placenta sungsang

◦ Penyebab tersering adalah prematuritas karena insiden presentasi bokong yang lebih tinggi ditemukan
pada minggu-minggu awal kehamilan. Hal ini disebabkan oleh ukuran janin yang lebih kecil dan volume
cairan ketuban yang relatif lebih besar yang memungkinkan janin untuk menjalani versi spontan dengan
menendang gerakan sampai 36 minggu ketika posisi menjadi stabil ketika rasio volume minuman keras
menurun (Umoh A.V, Abah M.G, Umoiyoho A.J.2015)
PATOFISIOLOGIS
◦ Anomali Mullerian: Rahim sepi, uterus bikornuata, dan uterus didelphys 
◦ Plasentasi: Plasenta previa saat plasenta menempati bagian inferior rongga uterus. Oleh karena itu, bagian presentasi
tidak dapat terlibat
◦ Leiomioma uterus: mioma yang lebih besar terutama terletak di segmen rahim bawah, sering intramural atau
submukosa, yang mencegah keterlibatan bagian presentasi.
◦ Prematuritas
◦ Aneuploidies dan kelainan neuromuskuler janin biasanya menyebabkan hipotonia janin, ketidakmampuan untuk
bergerak secara efektif.
◦ Anomali kongenital: Teratoma sacrococcygeal janin, gondok tiroid janin 
◦ Polihidramnion: Janin sering dalam kebohongan yang tidak stabil, tidak dapat terlibat
◦ Oligohidramnion: Janin tidak dapat beralih ke verteks karena kekurangan cairan
◦ Kelemahan dinding perut ibu: Rahim jatuh ke depan, janin tidak dapat terlibat dalam panggul.
◦ Risiko prolaps tali pusat bervariasi tergantung pada jenis sungsang. Sungsang yang tidak lengkap atau footling
memiliki risiko prolaps tali pusat tertinggi yaitu 15% hingga 18%, sedangkan sungsang lengkap lebih rendah pada 4%
hingga 6%, dan sungsang terbuka jarang terjadi pada 0,5%. (Gray J. C, Shanahan M. M. 2019)
Footling (presentasi kaki)
apabila bagian bawah janin
adalah kaki atau paha. Bisa
satu kaki atau kedua kaki,
KLASIFIKASI
bisa kaki dan paha atau
kedua lutut.
Complete breech (bokong-
SUNGSANG
kaki) apabila bagian bawah
janin adalah bokong
lengkap disertai kedua paha
yang tertekuk atau kedua
lutut tertekuk (duduk dalam
posisi jongkok).
Frank breech (bokong
murni) apabila bagian
bawah janin adalah bokong
saja tanpa disertai lutut atau
kaki. Terjadi ketika kedua
paha janin fleksi dan
ekstremitas bawah ekstensi.
Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.

Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong


pada daerah pelvis, auskultasi menunjukkan denyut jantung
janin lokasinya lebih tinggi.

DIAGNOSIS
Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai
adanya mekonium.

Pada USG : presentasi bokong sempurna, presentasi bokong


murni, dan presentasi kaki (footling).
PENATALAKSANAAN
◦ Tatalaksana Umum
◦ Persalinan lama pada presentasi sungsang adalah indikasi seksio sesarea.
◦ Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada: Presentasi bokong pada primigravida • Double
footling breech • Pelvis yang kecil atau malformasi • Janin yang sangat besar • Bekas seksio sesarea
dengan indikasi CPD • Kepala yang hiperekstensi atau defleksi
◦ Persalinan pada presentasi kaki sebaiknya dilahirkan dengan seksio sesarea. Persalinan pervaginam
hanya bila: • Persalinan sudah sedemikian maju dan pembukaan sudah lengkap • Bayi preterm yang
kemungkinan hidupnya kecil • Bayi kedua pada kehamilan kembar
◦ Tatalaksana Khusus
◦ Pada upaya persalinan pervaginam, lakukan langkah berikut:
◦ Tentukan apakah persalinan pervaginam mungkin dilakukan. Persalinan pervaginam oleh tenaga
penolong yang terlatih akan cenderung aman bila: Pelvis adekuat • Presentasi bokong lengkap/murni •
Kepala fleksi • Tidak ada riwayat seksio searea karena CPD • Janin tidak terlalu besar
◦ Sebelum in partu, usahakan melakukan versi luar apabila syarat dipenuhi, yaitu: • Pembukaan serviks
masih kurang dari 3 cm • Usia kehamilan ≥ 37 minggu • Ketuban intak dan air ketuban cukup • Tidak
ada komplikasi / kontraindikasi (IUGR, perdarahan, bekas seksio, kelainan janin, kehamilan kembar,
hipertensi) • Persalinan pervaginam masih mungkin dilakukan
◦ Melahirkan Bokong Dan Kaki
◦ Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap, suruh ibu meneran bersamaan dengan
his.
◦ Jika perineum sangat kaku, lakukan episiotomi.
◦ Biarkan bokong turun sampai skapula kelihatan.
◦ Pegang bokong dengan hati-hati. Jangan lakukan penarikan.
◦ Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan jalan: o Tekan belakang lutut o Genggam
tumit dan lahirkan kaki o Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
◦ Pegang pinggul bayi tetapi jangan tarik dan lahirkan lengan dengan teknik Bracht.
◦ Melahirkan Lengan
◦ Lengan berada di dada bayi
◦ Biarkan lengan lahir spontan satu demi satu. Jika perlu berikan bantuan.
◦ Jika lengan pertama lahir, angkat bokong ke arah perut ibu agar lengan kedua lahir spontan.
◦ Jika lengan tidak lahir spontan, tempatkan 1 atau 2 jari di siku bayi dan tekan agar tangan turun melewati muka
bayi
◦ Lengan lurus ke atas kepala atau terjungkit di belakang kepala (nuchal arm)
◦ Gunakan perasat/cara Lovset : o Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan o
Putar bayi 1800 sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang
menjungkit, sehingga lengan posterior berada di bawah simfisis (depan). o Bantu lahirkan dengan memasukkan
satu atau dua jari pada lengan atas serta menarik tangan ke bawah melalui dada sehingga siku dalam keadaan fleksi
dan lengan depan lahir. o Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 1800 ke arah yang berlawanan ke kiri/ke
kanan sambil ditarik sehingga lengan belakang menjadi lengan depan dan lahir di depan
◦ Badan bayi tidak dapat diputar
◦ Jika badan bayi tidak dapat diputar, lahirkan bahu belakang/posterior lebih dahulu dengan jalan:
◦ Pegang pergelangan kaki dan angkat ke atas.
◦ Lahirkan bahu belakang/posterior.
◦ Lahirkan lengan dan tangan.
◦ Pegang pergelangan kaki dan tarik ke bawah.
◦ Lahirkan bahu dan lengan depan.
◦ Melahirkan Kepala (dengan cara Mauriceau Smellie Veit)
◦ Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina.
◦ Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-oleh menunggang kuda (untuk penolong kidal
letakkan badan bayi di atas tangan kanan).
◦ Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan jari tengah di dalam mulut bayi.
◦ Tangan kanan memegang/mencengkam tengkuk bahu bayi, dan jari tengah mendorong oksipital sehingga kepala
menjadi fleksi.
◦ Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan gerakan memutar sesuai dengan
jalan lahir.
◦ Catatan: Minta seorang asisten menekan atas tulang pubis ibu sewaktu melahirkan kepala.
◦ Angkat badan bayi (posisi menunggang kuda) ke atas untuk melahirkan mulut, hidung, dan seluruh kepala.
◦ Kepala yang menyusul
◦ Kosongkan kandung kemih.
◦ Pastikan pembukaan lengkap.
◦ Bungkus bayi dengan kain dan minta asisten memegangnya.
◦ Pasang cunam biparietal dan lahirkan kepala dalam keadaan fleksi seperti gambar berikut.
◦ Jika cunam tidak ada, tekan suprasimfisis agar kepala fleksi lahir.
◦ Presentasi Kaki (Footling Breech)
◦ Janin dengan presentasi kaki sebaiknya dilahirkan dengan seksio sesarea.
◦ Persalinan janin bokong kaki per vaginam dibatasi pada: o Dalam fase akhir persalinan dan pembukaan
lengkap o Bayi prematur yang tidak diharapkan hidup o Anak kedua pada persalinan ganda
◦ Cara persalinan per vaginam: o Genggam pergelangan kaki o Tarik bayi hati-hati dengan memegang
pergelangan kaki sampai bokong kelihatan o Lanjutkan persalinan dengan melahirkan bahu dan kepala
◦ Perawatan Pascasalin
◦ Isap lendir mulut dan hidung bayi.
◦ Berikan oksitosin 10 unit IM dalam 1 menit sesudah bayi lahir.
◦ Klem dan potong tali pusat.
◦ Lanjutkan penanganan aktif kala III.
◦ Periksa keadaan pasien dengan baik.
◦ Lakukan penjahitan robekan serviks atau vagina atau episiotomi
IKTERUS

Ikterus (berasal dari bahasa


Yunani icteros) menunjukkan
pewarnaan kuning pada kulit,
sklera atau membran mukosa
sebagai akibat penumpukan
bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Kuning sering
ditemukan pada sekitar 60% bayi
baru lahir yang sehat dengan usia
gestasi > 35 minggu. (IDAI
2013).
Produksi bilirubin serum yang
berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan
bayi untuk mengeluarkannya, misalnya
Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah Gangguan dalam proses uptake dan
pada hemolisis yang meningkat pada
sel darah merah lebih banyak dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi
inkompatibilitas darah Rh, AB0,
berumur lebih pendek. hepar.
golongan darah lain, defisiensi enzim G-
6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup
dan sepsis.

Gangguan transportasi karena kurangnya Gangguan ekskresi yang terjadi akibat


albumin yang mengikat
bilirubin.Bilirubin dalam darah terikat
pada albumin kemudian diangkat ke
sumbatan dalam liver (karena infeksi
atau kerusakan sel liver). Gangguan ini
dapat terjadi akibat obstruksi dalam
ETIOLOGI
hepar. hepar atau diluar hepar.
PATOFISIOLOGIS
◦ Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh kerja heme
oksigenase,biliverdin reduktase,dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial.
◦ Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein intraseluler ‘’Y protein’’dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik dan adanya ikatan protein.
◦ Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin
diphosphoglucuronic acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar larut
dalam air (bereaksi direk).
◦ Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal dengan konjugasi bilirubin masuk
dalam empedu melalui membran kanalikular kemudian ke sistem gastointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri
menjadi urobilinogen dalam tinja dan urin. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
◦ Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut dalam lemak, tak terkonjugasi, non
polar (bereaksi indirek)
◦ Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya
glukuronil transferase. Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein
hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik.
◦ Jundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja glukoronil transferase
oleh pregnanediol atau asam lemak yang terdapat dalam ASI terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana
terdapat kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25 – 30 mg/dl selama minggu ke 2- ke 3
biasanya bisa mencapai usia 4 minggu dan menurun setelah 10 minggu.jika pemberian ASI
dilanjutkan,hyperbilirubinemia akan menurun berangsur angsur dapat menetap selama 3-10 minggu pada
kadar yang lebih rendah.jika pemberian ASI dihentikan,kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat
biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI dengan susu formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum
dengn cepat,sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin tidak kembali ke kadar
yang tinggi seperti sebelumanya.
◦ Bilirubin yang patologi tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama kelahiran.sedangkan untuk
bayi dengan ikterus fisiologis muncul antara 3-5 hari sesedah kelahiran
KLASIFIKASI IKTERUS
Ikterus fisiologis adalah :
1) Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu
kedua.
2) Tidak mempunyai dasar patologis
3) Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
4) Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus
5) Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
6) Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
◦ Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidah
menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus
(ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.(Sarwono,
2008)
Ikterus patologis ◦ 2) Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg
% atau lebih setiap 24 jam
◦ Adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi ◦ 3) Ikterus yang disertai :
untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
◦  Berat lahir kurang dari 2000 gram
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai
◦  Masa gestasi kurang dari 36 minggu
◦ hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin ◦  Asfiksia,hipoksia,dan sindroma gawat nafas pada
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% neonatus
pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg%
◦  Infeksi
dan 15 mg%. (Sarwono, 2002).
◦  Trauma lahir pada kepala
◦ 1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
◦  Hipoglikemia ,
◦ 2) Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada
neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus ◦  Hiperosmolaritas darah
kurang bulan. ◦  Proses hemolisis Ikterus klinis yang menetap
◦ 3) Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg setelah bayi berusia kurang dari 8 hari atau 14 hari
% per hari.
◦ 4) Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7
◦ 5) Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning
melebihi/melewati daerah muka
Ikterus yang cenderung menjadi patologik adalah :
◦ 1) Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah
PENATALAKSANAAN
◦ Pemberian ASI minimal 8-12 kali dalam 24 jam untuk membantu pembuangan Bilirubin melalui BAB
bayi. Kolostrum, yaitu ASI yang pertama kali keluar setelah persalinan dan memang jumlahnya sangat
sedikit sehingga harus sering-sering diberikan, mengandung zat laksatif, sehingga bayi cenderung lebih
sering BAB dan Bilirubin yang terdapat dalam BAB-nya dapat dikeluarkan.
◦ Terapi sinar Gartner dan Auerbach merekomendasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/dL pada bayi cukup
bulan, maka penting untuk menurunkan kadar bilirubin secepatnya. Terapi sinar harus segera dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan laboratorium darah untuk penegakan diagnosis
◦ Transfusi tukar dapat menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat
dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan
hemolisis
BBLR
Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah
bayi yang baru lahir
yang mempunyai berat
badan lahir kurang dari
2.500 gram tanpa
memandang masa
kehamilan.
ETIOLOGI
Terlahir dari ibu
Terlahir dari yang memiliki
ibu dengan masalah kesehatan
berat badan Kehamilan selama hamil,
misalnya
kurang kembar preeklamsia,
selama tekanan darah
tinggi,
kehamilan. atau kekuranagn gizi
Usia ibu saat
hamil kurang Adanya kelainan
Infesksi selama genetic atau cacat
dari 17 tahun kehamilan bawaan lahir pada
atau lebih bayi
dari 35 tahun.
PATOFISIOLOGIS
Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur :
◦ 1) Fetus: gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis, dan hidrops non-imun
◦ 2) Plasenta: disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta
◦ 3) Uterus: bentuk uterus bikornis, serviks inkompeten (dilatasi prematur)
◦ 4) Maternal: preeklampsia, penyakit kronis (ginjal, jantung), infeksi (infeksi saluran kemih, bakterial
vaginosis, korioamnionitis, group B streptococcus, Listeria monocytogenes)
◦ 5) Lain-lain:
◦ progesteron mempengaruhi miometrium, desidua, serviks, dan selaput janin. Progesteron dapat
mempengaruhi respons sitokin, inhibisi prostaglandin, sintesis nitric oxide, mengurangi sintesis
corticotrophin-releasing hormone, degradasi stromal dari serviks, dan meningkatkan sekresi matriks
protein dari stromal serviks. Dengan mengganggu fungsi serviks dari segi mekanik dan fisiologis, kinerja
dari serviks meningkat, sehingga dapat menyebabkan dilatasi serviks sebelum waktunya. Selain itu,
selama masa kehamilan (minggu ke – 7 hingga ke – 37), progesteron akan memicu limfosit untuk
melepaskan protein yang bernama progesterone induced blocking factor (PIBF). PIBF memiliki efek
antiabortus pada kehamilan. Pada minggu ke-41 masa kehamilan kadar PIBF akan menurun drastis.
Umumnya, bayi prematur akan memiliki berat badan lahir rendah. Selain itu, perkembangan beberapa
organ seperti paru-paru juga belum sempurna.
◦ penyebab dari IUGR adalah penurunan produksi hormon insulin atau gangguan pada level reseptor
insulin (Insulin-like growth factor / IGF). Hal ini terjadi terutama pada bayi yang memiliki defek pada
reseptor IGF-1, hipoplasia pankreas, dan diabetes neonatus sementara. Defek pada reseptor IGF-1
disebabkan oleh mutasi genetik yang mengganggu mekanisme pengenalan glukosa oleh sel islet pankreas
sehingga menyebabkan penurunan pelepasan insulin
KLASIFIKASI BBLR

Berdasarkan
• BLR : BB < Umur • Dismatur : terjadi
2500gr • Prematur : UK > dalam preterm,
• BBLSR : BB term dan post
37 mg, NKB- term. NKB-KMK,
1000-1500gr SMK
• BBLASR : BB NCB-KMK, NLB-
<1000 gr KMK
Berdasarkan Berdasarkan
BBL Umur
PENATALAKSANAAN
◦ Menjaga suhu lingkungan agar tetap hangat, salah satunya dengan perawatan metode kangguru;
mempersiapkan oksigenasi; meminimalisir terjadinya infeksi dengan cuci tangan serta memberikan ASI
sedini mungkin.
◦ Pemberian ASI, karena dapat mendukung pertumbuhan dan kenaikan berat badan. Jika ibunya tidak bisa
memberikan ASI, bayi dapat diberikan ASI dari donor.
Pemberian nutrisi yang adekuat
◦ 1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
◦ 2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet
◦ 3) Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang siang penduga/ sonde fooding.
TINJAUAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai