N 36 TAHUN
G5P2A2 HAMIL 36+1MINGGU KALA II DENGAN TRIPLET DAN
PRESENTASI KAKI DI RSUD MAJENANG
TAHUN 2019
Oleh : Elvira Nafiani
TINJAUAN TEORI
KEMBAR/TRIPLET
Hukum Hellin menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan
ganda dan tunggal adalah 1: 89,
untuk triplet 1 : 892, untuk
kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya.
Kehamilan tersebut selalu menarik
Kehamilan multipel dapat berupa perhatian wanita itu sendiri, dokter
kehamilan ganda/ gemelli (2 janin), dan masyarakat pada umumnya.
triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 ( Fellman J. 2017)
janin ), Quintiplet ( 5 janin ) dan
seterusnya dengan frekuensi
kejadian yang semakin jarang sesuai
dengan hukum Hellin.
ETIOLOGI
Keturunan
Riwayat kehamilan
PATOFISIOLOGIS
◦ Kehamilan kembar dibagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan
dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar,
sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu
bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan
dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma,
lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan
13 hari atau lebih.
◦ Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi
waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan
dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.
JENIS KEHAMILAN KEMBAR
Besar uterus
melebihi usia
kehamilan atau
lamanya
amenorea
Kepala janin
relatif lebih kecil
DIAGNOSIS dibandingkan
dengan ukuran
uterus
Pemeriksaan
USG terdapat
2 janin atau
Karena pada
hamil kembar lebih
umumnya
Teraba 2
plasenta besar
balotemen atau
atau ada 2
lebih
plasenta, maka
produksi HCG
akan tinggi Terdengar lebih
dari satu denyut
jantung bayi
dengan
menggunakan
stetoskop fetal
PENATALAKSANAAN
Menurut Kemenkes RI 2013:
◦ Tatalaksana Umum
◦ Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
◦ Persalinan untuk kehamilan ganda sedapat mungkin dilakukan ri rumah sakit dengan fasilitas seksio sesare.
◦ Janin pertama
◦ Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi.
◦ Pasang infus dan berikan cairan intravena.
◦ Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin. Jika denyut jantung janin 180 kali/menit, curigai
adanya gawat janin.
◦ Jika presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor persalinan dengan partograf. u Jika
presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio sesarea.
◦ Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan plasenta sebelum janin kedua dilahirkan.
◦ Janin kedua atau janin berikutnya
◦ Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan letak janin kedua atau
berikutnya.
◦ Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua memanjang.
◦ Periksa denyut jantung janin.
◦ Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan: presentasi janin kedua, selaput ketuban masih utuh atau
sudah pecah, ada tidaknya prolapsus tali pusat.
◦ Jika presentasi verteks: • Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah. • Periksa denyut
jantung janin antara kontraksi uterus untuk menilai keadaan janin. • Jika his tidak adekuat setelah kelahiran
bayi pertama, berikan infus oksitosin dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi
dalam 10 menit, dengan lama stiap his lebih baik 40 detik). • Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his
yang baik, atau terdapat tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin 180 kali/menit), lakukan seksio sesarea.
u Jika presentasi bokong: • Apabila taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama dan serviks tidak
mengecil, rencanakan partus spontan. • Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin pertama,
berikan infus oksitosin secara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, dengan
lama setiap his lebih dari 40 detik). • Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan
bokong sudah turun. • Periksa denyut jantung janin di antara 2 kontraksi uterus. Jika 180 kali/menit, lakukan
ekstraksi bokong • Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.
◦ Tatalaksana Khusus
Jika letak lintang:
◦ Apabila selaput ketuban utuh, lakukan versi luar.
◦ Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban masih utuh, lakukan versi dalam
dan lanjutkan dengan ekstraksi (lakukan versi dalam podalik).
◦ JANGAN lakukan versi dalam jika penolong persalinan tidak terlatih, selaput ketuban telah pecah dan
cairan amnion telah berkurang, atau jika ada jaringan parut pada uterus. Jangan teruskan jika janin
tidak dapat berputar dengan mudah
◦ Dengan memakai sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan satu tangan ke dalam
uterus dan raihlah kaki janin.
◦ Secara perlahan tarik janin ke bawah.
◦ Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang.
◦ Periksa denyut jantung janin di antara his.
◦ Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal, segera lakukan seksio sesarea.
◦ Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1 menit setelah bayi terakhir
lahir dan teruskan penanganan aktif kala III untuk mengurangi perdarahan pascapersalinan.
SUNGSANG
Sungsang adalah posisi
dimana bayi di dalam
rahim berada dengan
kepala di atas sehingga
pada saat persalinan
normal, pantat atau kaki si
bayi yang akan keluar
terlebih dahulu
dibandingkan dengan
kepala pada posisi normal
(Kemenkes RI 2013)
ETIOLOGI
◦ Penyebab tersering adalah prematuritas karena insiden presentasi bokong yang lebih tinggi ditemukan
pada minggu-minggu awal kehamilan. Hal ini disebabkan oleh ukuran janin yang lebih kecil dan volume
cairan ketuban yang relatif lebih besar yang memungkinkan janin untuk menjalani versi spontan dengan
menendang gerakan sampai 36 minggu ketika posisi menjadi stabil ketika rasio volume minuman keras
menurun (Umoh A.V, Abah M.G, Umoiyoho A.J.2015)
PATOFISIOLOGIS
◦ Anomali Mullerian: Rahim sepi, uterus bikornuata, dan uterus didelphys
◦ Plasentasi: Plasenta previa saat plasenta menempati bagian inferior rongga uterus. Oleh karena itu, bagian presentasi
tidak dapat terlibat
◦ Leiomioma uterus: mioma yang lebih besar terutama terletak di segmen rahim bawah, sering intramural atau
submukosa, yang mencegah keterlibatan bagian presentasi.
◦ Prematuritas
◦ Aneuploidies dan kelainan neuromuskuler janin biasanya menyebabkan hipotonia janin, ketidakmampuan untuk
bergerak secara efektif.
◦ Anomali kongenital: Teratoma sacrococcygeal janin, gondok tiroid janin
◦ Polihidramnion: Janin sering dalam kebohongan yang tidak stabil, tidak dapat terlibat
◦ Oligohidramnion: Janin tidak dapat beralih ke verteks karena kekurangan cairan
◦ Kelemahan dinding perut ibu: Rahim jatuh ke depan, janin tidak dapat terlibat dalam panggul.
◦ Risiko prolaps tali pusat bervariasi tergantung pada jenis sungsang. Sungsang yang tidak lengkap atau footling
memiliki risiko prolaps tali pusat tertinggi yaitu 15% hingga 18%, sedangkan sungsang lengkap lebih rendah pada 4%
hingga 6%, dan sungsang terbuka jarang terjadi pada 0,5%. (Gray J. C, Shanahan M. M. 2019)
Footling (presentasi kaki)
apabila bagian bawah janin
adalah kaki atau paha. Bisa
satu kaki atau kedua kaki,
KLASIFIKASI
bisa kaki dan paha atau
kedua lutut.
Complete breech (bokong-
SUNGSANG
kaki) apabila bagian bawah
janin adalah bokong
lengkap disertai kedua paha
yang tertekuk atau kedua
lutut tertekuk (duduk dalam
posisi jongkok).
Frank breech (bokong
murni) apabila bagian
bawah janin adalah bokong
saja tanpa disertai lutut atau
kaki. Terjadi ketika kedua
paha janin fleksi dan
ekstremitas bawah ekstensi.
Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai
adanya mekonium.
Berdasarkan
• BLR : BB < Umur • Dismatur : terjadi
2500gr • Prematur : UK > dalam preterm,
• BBLSR : BB term dan post
37 mg, NKB- term. NKB-KMK,
1000-1500gr SMK
• BBLASR : BB NCB-KMK, NLB-
<1000 gr KMK
Berdasarkan Berdasarkan
BBL Umur
PENATALAKSANAAN
◦ Menjaga suhu lingkungan agar tetap hangat, salah satunya dengan perawatan metode kangguru;
mempersiapkan oksigenasi; meminimalisir terjadinya infeksi dengan cuci tangan serta memberikan ASI
sedini mungkin.
◦ Pemberian ASI, karena dapat mendukung pertumbuhan dan kenaikan berat badan. Jika ibunya tidak bisa
memberikan ASI, bayi dapat diberikan ASI dari donor.
Pemberian nutrisi yang adekuat
◦ 1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
◦ 2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet
◦ 3) Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang siang penduga/ sonde fooding.
TINJAUAN KASUS