Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL THINKING, MANAJEMEN KONFLIK

DAN CHANGE OF AGENT DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN PROBLEM SOLVING

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mutu Pelayanan
Kebidanan di Prodi D IV Kebidanan Tasikmalaya)

Topik : Critical Thinking dalam Pelayanan Kebidanan

Disusun Oleh
Aini Musyidah Taslim Q P2.06.24.5.17.001
Alvin Alvani Tresna A P2.06.24.5.17.002
Aulia Rahmawati P2.06.24.5.17.003
Chintia Dwi Ayu L P2.06.24.5.17.004
Darajati Septia Wijayanti P2.06.24.5.17.005
Devia Nadila P2.06.24.5.17.007
Dila Septi Rosdiani P2.06.24.5.17.008
Elvira Nafiani P2.06.24.5.17.009
Febydiana Hastuti P2.06.24.5.17.010
Gina Lestari P2.06.24.5.17.011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam. Limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya yang berlimpah dan tiada akan pernah habis terhitung.
Sungguh, maha besar Allah karena telah meridhai penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah tentang “Critical Thinking, Manajemen Konflik Dan Change
Of Agent Dalam Pelayanan Kebidanan Problem Solving dengan topik Critical
Thinking dalam Pelayanan Kebidanan”.
Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mutu
Pelayanan Kebidanan dalam kegiatan pembelajaran Program Studi D IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya. Rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapakan kepada
1. Ketua Jurusan Kebidanan Ibu Nunung Mulyani APP, M.Kes,
2. Ketua Program Studi DIV Kebidanan Ibu Hj. Yulia Herliani, SST, M.Keb,
dan
3. Dosen Pembimbing Ibu Siti Patimah, S.ST, M.Keb.

serta banyak pihak yang terkait dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami barharap semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi seluruh mahasiswa dan pembaca. Kami menyadari
bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu kami menerima kritik
dan saran yang membangun.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Tasikmalaya, April 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

A. Pengertian pengertian berpikir kritis (critical thinking) ............................ 3

B. metode berpikir kritis (critical thinking) ................................................... 3

C. karakteristik berpikir kritis (critical thinking) ........................................... 4

D. proses berpikir kritis (critical thinking) .................................................... . 5

E. berpikir kritis dalam kebidanan ................................................................ . 9

F. manfaat berpikir kritis dalam kebidanan ................................................... . 10

G. model dan bentuk berpikir kritis ............................................................... . 10

H. faktor yang mempengaruhi berpikir kritis ................................................ 12

ii
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 15

A. Kesimpulan ................................................................................................ 15

B. Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang
terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar
dan kritis dari berbagai sudut pandang.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan
yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-
ide dan membuat kesimpulan yang alid, semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan.
Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan
sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses
berfikir kritis.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pengkajian masalah dalam makalah ini, penulis
membuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian berpikir kritis (critical thinking)?
2. Bagaimana metode berpikir kritis (critical thinking)?
3. Bagaimana karakteristik berpikir kritis (critical thinking)?
4. Bagaimana proses berpikir kritis (critical thinking)?
5. Bagaimana berpikir kritis dalam kebidanan?
6. Bagaimana manfaat berpikir kritis dalam kebidanan?
7. Bagaimana model dan bentuk berpikir kritis?

1
8. Bagaimana faktor yang mempengaruhi berpikir kritis?

C. Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui critical thinking, manajemen konflik dan change of
agent dalam pelayanan kebidanan problem solving.
2. Untuk mengetahui critical thinking, manajemen konflik dan change of
agent dalam pelayanan kebidanan problem solving khususnya pada
critical thinking dalam pelayanan kebidanan.

D. Manfaat penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah
mahsiswa mampu menjelaskan dan memahami critical thinking,
manajemen konflik dan change of agent dalam pelayanan kebidanan
problem solving terutama pada critical thinking dalam pelayanan
kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Berpikir Kritis (Critical Thinking)


Bertfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu
dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk
membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Pery dan Potter, 2005).
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang
kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan
membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari
sebuah proses berpikir dan belajar. Berfikir kritis dalam kebidanan adalah
komersial untuk kebidanan professional karena cara berfikir ini terdiri dari
atas pendekatan holisik untuk pemecahan masalah.

B. Metode Berpikir Kritis (Critical Thinking)


Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking :
1. Debate
Metode yang digunakan untuk mencari, membantu dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam
proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
Contoh: Debat antara bidan A dan bidan B mengenai aborsi.
2. Individual decision
Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil
keputusan.
Contoh: Berdebat dalam hati.
3. Group discussion
Sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah.
Contoh: Diskusi para bidan mengenai kesehatan reproduksi remaja
Indonesia.

3
4. Persuasi
Komunikasi yeng berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan,
sikap dan nilai – nilai orang lain melalui berbagai alasan, argument,
atau bujukan.
Contoh: Iklan yang mengajak masyarakat untuk mengikuti program
KB.
5. Propaganda
Komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja
dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
Contoh: Ceramah bidan mengenai imunisasi melalui radio.
6. Coercion
Mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk
memaksakan suatu kehendak.
Contoh: Bidan yang menjual produk susu untuk BBL.
7. Kombinasi beberapa metode
Merupakan metode berfikir kritis dengan menggabungkan beberapa
metode lainnya.
Contoh: Propaganda dan coercion.

C. Karakteristik Berpikir Kritis (Critical Thinking)


Karakteristik berfikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu
konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental
tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut dan
sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran
abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan
disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan
Artinya argument yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.

4
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi
atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir
kritis akan selalu menguji apakah sesuatu menguji apakah sesuatu yang
dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk disbanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan
kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi
dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternative solusi
tindakan yang akan diambil.

D. Proses Berpikir Kritis (Critical Thinking)


1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,
merumuskan masalah.
2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun
opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali
kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali
kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

5
3. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi
mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi
yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan maslah/ kesimpulan
yang diambil.
Proses berfikir kritis tidak jauh berbeda dengan 7 langkah manajemen
Varney:
1. Pengumpulan data
Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnose. Sebagai contoh yaitu pada trimester ke 3 merasa takut
terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori
“nomenklatur standar diagnose” tetapi tentu akan menciptakan suatu

6
masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan
suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
3. Mengidentifikasikan diagnose atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial benar-benar terjadi.
4. Mengiidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk di konsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa
data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan ibu atau anak
(misalnya, pendarahan kala 3 atau perdarahan segera setelah lahir,
distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi
lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

7
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Loangkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnose, atau masalah yang telah di identifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah di identifikasikan dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau
masalah psikologis.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar – banar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efesien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen yang efesien akan menyikat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat

8
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan
sebagian belum efektif.

E. Berpikir Kritis Dalam Kebidanan


Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir
kritis dalam kebidanan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan
professional dan kualitas asuhan kebidanan. Berpikir kritis merupakan
jaminan yang terbaik bagi bidan mencapai sukses dalam berbagai aktivitas
dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan teknis
atau keterampilan teknis dalam memberikan asuhan kebidanan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi,
mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang
merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dengan
kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban. Bidan setiap hari
mengambil keputusan.
Bidan menggunakan keterampilan berpikirin kritis dalam berbagai
cara:
1. Bidan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari
lingkungannya.
2. Bidan menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
3. Bidan penting membuat keputusan

Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis dalam


kebidanan diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis dalam
kebidanan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan professional
dan kualitas asuhan kebidanan. Pemikir kritis dalam kebidanan
menunjukkan kebiasaan perasaan: percaya diri, kontekstual perspektif,
kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.

9
F. Manfaat Berpikir Kritis Dalam Kebidanan
Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam kebidanan adlah
sebagai berikut:
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas kebidanan sehari –
hari
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu dalam kebidanan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah kebidanan
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan
6. Menguji asumsi – asumsi yang berkembang dalam kebidanan
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam kebidanan
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data kebidanan
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas kebidanan
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai keputusan dalam kebidanan
12. Mencari alasan – alasan kriteria, prinsip-prinsip aktivitas nilainilai
keputusan
13. Mengevaluasi penampilan kinerja bidan dan kesimpulan asuhan
kebidanan

G. Model Dan Bentuk Berpikir Kritis


1. Mode berpikir kritis
Costa, dkk (1985) mengidentifikasikan model berfikir kritis:
a. Remembering: menggunakan pengalaman masa lalu untuk
mendekati pikiran saat ini.
b. Repeating: semakin sering menggunakan cara berfikir kritis dalam
menghadapi setiap persoalan kehidupan sehingga memudahkan
mengambil keputusan.

10
c. Reasoning: berfikir kritis yaitu pegambilan keputusan atas dasar
pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas alternative
yang ditetapkan.
d. Reorganizing: mengorganisasi kembali terhadap apa yang
sementara menjadi focus perhatian untuk mengidentifikasi secara
tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian utama.
e. Relating: menghubungkan dan menemukan relasi diantara
fenomenayang dipikirkan.
f. Reflection: mennunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan
menganalisa kembali secara hati – hati akan apa yang telah
dipertimbangkan.
2. Model berpikir kritis dalam kebidanan
Dalam penerapan pembelajaran berfikir kritis di pendidikan kebidanan,
dapat digunakan tiga model, yaitu sebagai berikut:
a. Feeling model
Model ini menekankan pada rasa, kesan dan data atau fakta
yang ditemukan. Pemikiran kritis mencoba mengedepankan
perasaan dalam melakukan pengalaman, kepekaan dan melakukan
aktivitas kebidanan dan perhatian. Misalnya terhadap aktivitas
dalam pemeriksaan tanda vital, bidan merasakan gejala, petunjuk,
dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
b. Vision model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,
mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan
hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan bidanan
kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari
prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepa
untuk merespon ekspresi.
c. Examine model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan
visi. Bidan menguji ide dengan bantuan criteria yang relevan.

11
Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk
analisis, mencari, menguji, melihat, konfrimasi, kolaborasi,
menjelaskan, dan menentukan, sesuatu yang berkaitan dengan ide.
3. Bentuk – bentuk berpikir kritis
a. Total recall: Mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana dan
mengapa kita menemukan sesuatu yang diperlukan.
b. Habits: Kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa
mempunyai metode yang baru yang digunakan setiap saat.
c. Inguiry: Menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan yang
segera menjadi suatu kenyataan. Ingury adalah cara berpikir yang
utama yang digunakan guna mengambil keputusan.
d. New idea and creativity: Ide yang baru dan kreatifitas adalah
merupakan hal yang penting dalam kebidanan sebab merupakan hal
yang penting dalam kebidanan sebab merupakan akar yang perlu
dikembangkan dalam memberikan asuhan kebidanan.
e. Knowing how you think: Jika bidan berada dalam suatu proses
mengetahui, maka bidan akan dapat mengetahui apa yang
dipikirkan.

H. Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Kritis


1. Kondisi fisik
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah
kebutuhan fisiologis yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani
kehidupan. Ketika kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia
dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran yang matang untuk
memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat
mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap
respon yang ada.
2. Keyakinan/motivasi Kort (1987) mengatakan motivasi merupakan hasil
faktor internal dan eksternal.

12
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan
ataupun pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau
memperlihatkan perilaku tertentu yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menciptakan minat adalah cara
yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi mencapai
tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas
atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab
pertanyaan, menentang kondisi yang tidak mau berubah kearah yang
lebih baik, mempergunakan kesalahan sebagai kesimpulan belajar,
semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan, memperlihatkan tekad
diri, sikap kotruktif, memperlihatkan hasrat keingintahuan, serta
kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
3. Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan emosional yang ditandai dengan
kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan
bahaya/kemalangan/nasib buruk. Jika terjadi ketegangan hipotalamus
dirangsang dan mengirim implus untuk menggiatkan tubuh untuk
bertindak. Kelelahan terjadi apabila penyebab ketegangan keras
sehingga pertahanan tubuh menurun.
Tingkat kecemasan terdiri dari:
1. Cemas ringan: ditandai dengan meningkatnya kesadaran, terangsang
untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif, sedikit
mengalami peningkatan tanda vital.
2. Cemas sedang: ditandai dengan kondisi lebih tegang, menurunnya
konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya sempit, sedikit
mengalami peningkatan tanda vital, gejala fisik berkembang seperti
sakit kepala, sering berkemih, mual, papitasi (jantung berdebar) dan
letih.
3. Cemas berat: ditandai dengan persepsi menjadi terganggu, perasaan
tentang terancam ketakutan meningkat, komunikasi menjadi terganggu,

13
mengalami peningkatan tanda vital lebih dramatis, terjadi gejala diare,
nyeri dada dan muntah.
4. Panik: ditandai dengan perasaan terancam, gangguan realitas, dapat
membahayakan diri sendiri/orang lain, kombinasi dari gejala fisik bisa
lebih buruk jika tidak segera diatasi.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat:
1. Konstruktif: memotivasi individu untuk belajar, mengadakan perubahan
terutama perubahan pada perasaan yang tidak nyaman, berfokus pada
kelangsungan hidup.
2. Destruktif: menimbulkan tingkah laku yang mal adaptif, disfungsi yang
menyangkut kecemasan berat/panik.
3. Perkembangan intelektual.
Perkembangan intelektual adalah suatu perkembangan kontinu dari
bagan/struktur inteligensi sebagai hasil interaksi antara kematangan dan
pengaruh luar berbentuk pengalaman dan integrasi dari setiap bahan
baru dan lama. Seseorang yang semakin cemas akan semakin cakap
dalam membuat tujuan, berinisatif, tidak hanya menunggu perintah
saja, tetap pada tujuan, tidak mudah dibelokan oleh orang lain atau
suasana lain, dan semakin kritis.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan
penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan
proses – proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi,
dan menilai/memutuskan.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir dan bekerja, serta membantu dalam menentukan keterkaitan
sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu
kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan
masalah/pencarian solusi, dan pengelolaan proyek.
Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan
manajemen asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan
dan tepatnya asuhan yang diberikan.
Berpikir kritis harus diintegrasikan kepada seluruh profesi bidan dan
dimulai pada mahasiswa kebidanan untuk setiap manajemen asuhan
kebidanan yang akan dilakukan sehingga menghasilkan asuhan yang tepat
dan bermutu.
B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan
mengerti tentang clinical thinking dalam memberikan asuhan kebidanan
sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari, SST., M.Kes, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :

TIM.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan. Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC

Costa, A. L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

ASCD. West Street Alexandria: Virginia.

www.jurnalbidandiah.com

16

Anda mungkin juga menyukai