Disusun Oleh :
LURIKE APRIYANI P05140420007
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kelompok 2 diberikan kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengambilan Keputusan dengan
berpikir kritis dan berpikir kreatif”. Meskipun dalam pembuatannya banyak
hambatan yang penulis alami, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa
mengucap doa, keluarga yang telah memberikan kontribusi ide yang baik, dan
teman-teman yang telah memberikan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang menunjang penulis untuk membuat makalah ini
dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas
mengenai konsep berpikir kritis untuk pengambilan keputusan di dalam bidang
keperawatan dan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu penulis berharap
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis mohon
maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan penulis menyadari masih
perlu ditingkatkan lagi mutunya. Karena itu, penulis sangat mengharapkan akan
pemberian saran dan kritik yang membangun.
(Kelompok 2)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengambilan keputusan klinis dalam praktik kebidanan?
b. Apa kompetensi berpikir kritis?
c. Apa model-model berpikir kritis?
d. Bagaimana proses keperawatan sebagai kerangka kerja praktik
kebidanan?
e. Apa definisi dari diagnosis kebidanan?
f. Bagaimana berpikir kritis dalam perumusan diagnosis kebidanan?
g. Bagaimana pernyataan diagnosis kebidanan?
h. Apa saja sumber-sumber kesalahan dalam perumusan diagnosis?
i. Apa kelebihan dan keterbatasan diagnosis kebidanan?
1
j. Bagaimana dokumentasi perencanaan asuhan kebidanan?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada
keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka dan Saylor, 1994
dalam Potter dan Perry, 2005).
Ada tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum, berpikir kritis
spesifik dalam situasi klinis, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan.
Kompetensi berpikir kritis umum mencakup metode ilmiah, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Pemecahan masalah mencangkup
mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang
terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Untuk membuat
keputusan, seseorang harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap
pilihan tersebut terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat
pilihan akhir (Potter dan Perry, 2005).
4
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis, mencakup
pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan keputusan
klinis. Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan mencakup pendekatan
sistematis yang digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah
kondisi klien, mengidentifikasi respon klien terhadap masalah kesehatan,
melakukan tindakan yang sesuai, dan mengevaluasi apakah tindakan yang
dilakukan telah efektif. Format untuk proses keperawatan adalah unik untuk
disiplin keperawatan dan memberikan bahasa dan proses yang umum bagi
perawat untuk “ memikirkan semua” masalah klien (Kataoka-Yahiro dan
Saylor, 1994). Proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematik,
komprehensif untuk asuhan keperawatan.
5
Model-model pemikiran kritis akan menjelaskan bagaimana
menerapkan elemen pemikiran kritis untuk mengkaji klien,
merencanakan tindakan yang akan diambil dan evaluasi hasil yang
didapat. Menerapkan tiap elemen dalam berpikir tentang seorang
klien dapat meningkatkan rasa percaya diri dan menjadi profesional
yang efektif.
6
Komponen keempat adalah perilaku. Perilaku menggambarkan
bagaimana pendekatan seorang pemikir kritis dalam menyelesaikan
sebuah masalah. Perilaku dalam berpikir secara kritis meliputi rasa
percaya diri, mandiri, adil, tanggung jawab, mau mengambil resiko,
disiplin, kreatif, memiliki rasa ingin tahu, integritas dan memiliki
sikap ramah. Jika diaplikasikan seorang perawat yang memiliki sifat
pemikiran kritis dalam praktik keperawatan yaitu perilaku rasa ingin
tahu yang meliputi kemampuan untuk mengenali adanya masalah dan
mencari data untuk mendukung kebenaran dari apa yang anda
pikirkan (Watson dan Gletser, 1980).
Selain itu dengan rasa percaya diri seorang perawat dapat belajar
bagaimana berbicara secara meyakinkan saat memulai perawatan
terhadap pasien dengan mempersiapkan segala sesuatu sebelum
melakukan tindakan keperawatan. Adanya rasa tanggung jawab dan
otoritas seperti merujuk pada aturan dan prosedur untuk melakukan
penanganan terhadap pasien. Perilaku disiplin seperti sistematis dalam
setiap hal dan rasa adil, seorang pemikir kritis dapat mengatasi segala
hal dengan adil.
7
Proses kebidanan merupakan metode perencanaan dan
pemberian asuhan kebidanan yang rasional dan sistematis secara
individual untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan klien,
masalah kesehatan yang aktual dan menyusun rencana serta intervensi
keperawatan untuk menyelesaikan masalah.
8
Implementasi merupakan fase dimana bidan melaksanakan
intervensi asuhan kebidanan yang direncanakan. Agar berhasil dalam
mengimplementasikan asuhan kebidanan, seorang bidan harus
memiliki keterampilan kognitif, interpersonal, dan teknis. Pada proses
implementasi ini biasanya mengkaji kembali klien, melakukan
supervisi terhadap asuhan yang didelegasikan dan
mendokumentasikan tindakan kebidanan.
B. Perumusan Diagnosis
1. Definisi Diagnosis
9
tertentu dari tanda fisik, gejala, riwayat medis klien, hasil pemeriksaan, dan
prosedur diagnostik. Dokter diizinkan untuk mengobati penyakit yang
diderita oleh pasien yang dapat digambarkan melalui pernyataan diagnosis
medis pasien tersebut.
10
pernyataan diagnosis. Fungsi berpikir secara kritis bagi seorang perawat
adalah Dapat membedakan sejumlah penggunaan dan isu dalam kebidanan
11
keperawatan risiko atau risiko tinggi yang dalam perumusannya
menggunakan tiga komponen utama dengan merujuk pada hasil
analisa data, meliputi: problem (masalah), etiologi (penyebab), dan
sign/symptom (tanda/ gejala).
12
b) Sumber-Sumber Kesalahan dalam Perumusan Diagnosis
13
pengelompokkan yang terlalu cepat yang terjadi saat membuat
diagnosis keperawatan sebelum mengelompokkan semua data, dan
yang terakhir yaitu kesalahan dalam pernyataan diagnosis, kesalahan
ini terjadi karena pemilihan label diagnosis yang salah, kejadian
dimana adanya diagnosis lain lebih disukai, kondisi masalah
kolaborasi, kegagalan untuk memvalidasi diagnosis keperawatan
dengan klien dan kegagalan mencari bantuan. Untuk mengurangi
kesalahan ini, pernyataan diagnosis harus menggunakan bahasa yang
sesuai, ringkas, dan tepat yang mencakup penggunaan terminologi
yang tepat yang mencerminkan respon klien terhadap penyakit atau
kondisi.
14
kelebihan dan keterbatasan tertentu. Kelebihan diagnosis
keperawatan, antara lain;
15
ii. Memberikan sebuah jalan untuk pengembangan teori dan
keperawatan penelitian
iii. Memungkinkan untuk pemberdayaan dari profesi bidan
iv. Menyediakan sarana untuk asuhan kebidanan individual
v. Memprioritaskan kebutuhan klien.
16
5) Menguatkan perhatian tentang masalah atau kebutuhan masa depan
6) Merangsang keingintahuan dan Hasrat untuk mengetahui
7) Mengenali hal yang aneh
8) Membebskan dari set yang terhambat
9) Melihat informasi yang sama dari sudut pandang yang berbeda
10) Merangsang pertanyaan untuk membuat pasien berpikir tentang
informasi dalam cara yang baru
11) Memprediksi dan informasi yang terbatas
12) Tujuan informasi dibuat jelas, menunujukan hubungan pasien yang
diharapkan dan masalah yang ada sekarang dan kedepannya
13) Hanya struktur yang tepat yang diberi kata kunci dan petunjuk
14) Mengambil Langkah selanjutnta diluat dari apa yang diketahui
15) Kesiapan jasmani untuk informasi yang akan di jelaskan
Tahap II
Menggali permasalahan, memperoleh informasi lebih, mengenal harapan
yang sebelumnya tidak diharapka, terus-menerus memupuk harapan baru :
1) Mengutamakan kesadaran terhadap masalah dan kesulitan
2) Menerima keterbatasan denan membangun sebagai tantangan daripada
kesinisan, meningkatkan dengan yang sesuai
3) Mendorong proses pemecahan masalah yang kreatif
4) Melatih proses pemecahan masalah yang kreatif dalam cara yang
sistematis dalam mengahadapi masalah dan informasi
5) Mengelaborasi berdasarkan informasi yang disajikan secara bebas dan
sistematis
6) Menampilkan informasi sebagai pertanyaan yang tidak lengkap dan
dimiliki untuk mengisi kekosongan
7) Mendekatkan elemen nyata yang tidak jelas
8) Mengeksplorasi dan mempelajari masalah dan mencoba
menyelesaikannya
9) Memelihara keterbukaan
10) Membuat hasil yang diprediksikan tidak lengkap
17
11) Memprediksi dari informasi yang terbatas
12) Menyakinkan untuk kejujuran dan realism
13) Mengidentifikasikan dan memberanikan diri menambah kemampuan
baru untuk menemukan informasi
14) Menguatkan dan mengelaborasi menggunakan hal yang
mengherankan
15) Memberi visualisasi
Tahap III
Melakukan sesuatu dengan informasi baru yang sedang dan akan dicari :
18
17) Menampilkan ketidaksambungan
18) Menciptakan kelucuan/lelucon dan melihat humor dari informasi yang
ditampilkan
19) Berani mengungkapkan pertimbangan yang ditunda dan keguanaan
dari beberapa prosedur yang tertib dari pemecahan masalah
20) Menghubungkan informasi terhadap informasi dalam berbagai disiplin
21) Mencari informasi yang sama dalam cara yang berbeda
22) Mendorong manipulasi dari ide dan atau objek
23) Mendorong banyak hipotensi
1) Tahap persiapan
2) Tahap inkubasi
3) Tahap iluminasi
4) Tahap verifikasi
5) Tahap aplikasi
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
Ada lima fase dalam proses bidan diantaranya pengkajian, analisis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22