Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“WAWANCARA”
Mata Pelajaran Etika dan Hukum Kebidanan

Disusun oleh :

1. Elva Marentika P3.73.24.2.18.051


2. Fatimah Wafa Viola E P3.73.24.2.18.053
3. Nabila Intan K P3.73.24.2.18.064
4. Syita Maidah Haly P3.73.24.2.18.076

PROGRAM STUDI : D-III KEBIDANAN


II.B

POLTEKNIK KESEHATAN JAKARTA 3


TAHUN AJARAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan studi kasus dengan judul “Kode Etik
Profesi Bidan di Tingkat Nasional dan Internasional”.

Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kebidanan.Di dalam sub bab makalah ini sudah ada uraian & teori pendukung yang menjelaskan
tentang asuhan kebidanan. Bagian lampiran di sajikan secara sistematis dan di sertai dengan
gambar-gambar yang relevan,sehingga mempermudah untuk memahami maksud dari isi makalah
ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, Oktober 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
1.1 Pengambilan Keputusan dalam dalam menghadapi Dilema/Etik Moral Pelayanan Kebidanan.........4
1.2 Teori-teori Pengambilan Keputusan..................................................................................................8
1.3 Teori Etika.........................................................................................................................................8
1.4 Pengertian Kode Etik......................................................................................................................11
1.5 Kode Etik Bidan Indonesia.............................................................................................................11
BAB II.......................................................................................................................................................14
WAWANCARA........................................................................................................................................14
2.1 Pertanyaan.......................................................................................................................................14
2.2 Jawaban...........................................................................................................................................16
BAB III KESENJANGAN TEORI............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21

3
BAB I
TEORI

1.1 Pengambilan Keputusan dalam dalam menghadapi Dilema/Etik Moral Pelayanan


Kebidanan

Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
Ada 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan:
1.   Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh
2.  Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus
3.  Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas
5.  Rasional, keputusan bersifat obyektif, trasparan, konsisten
Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1.      Posisi/kedudukan
2.      Masalah, terstruktur, tidak tersruktur, rutin,insidentil
3.      Situasi:faktor konstan, faktor tidak konstan
4.      Kondisi, faktor-faktor yang menentukan daya gerak
5.      Tujuan, antara atau obyektif

Kerangka Pengambilan Keputusan


Sistim pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktek suatu profesi.
Keberadaan yang sangat penting, karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena dipengaruhi oleh
2 hal :
1.   Pelayanan ”one to one” : Bidan dan klien yang bersifat sangat pribadi dan bidan bisa
memenuhi kebutuhan.
2.  Meningkatkan sensitivitas terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan.
Mengapa AKI AKB di Indonesia masih tinggi ? ada 3 keterlibatan pengambilan keputusan :
1.   Terlambat mengenali tanda – tanda bahaya kehamilan sehingga terlambat untuk
memulai pertolongan

4
2.  Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
3.  Terlambat mendapat pelayanan setelah tiba di tempat pelayanan.
Contoh : - Dokter tidak ada, persediaan darah di PMI  habis
Tingkatan Kerja Pertimbangan Moral Dalam Pengambilan Keputusan Ketika
Menghadapi Delima Etik.
Tingkatan I
Keputusan dan tindakan :  Bidan merefleksikan pada pengalaman atau pengalaman rekan kerja.
Tingkatan II
Peraturan : berdasarkan kaidah kejujuran ( berkata benar), privasi, kerahasiaan dan kesetiaan
( menepati janji). Bidan sangat familiar, tidak meninggalkan kode etik  panduan praktek profesi.
Tingktan III
Ada 4 prinsip etik yang digunakan dalam perawatan praktek kebidanan:
1.   ANTONOMY, memperhatikan penguasaan diri, hak kebebasan dan pilihan individu.
2.  BENETICENCE, memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat
terbaik untuk orang lain.
3.  NON MALETICENCE, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan
apapun kerugian pada orang lain.
4. YUSTICE, memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan keuntungan. ( Beaucamo
& Childrens 1989 dan Richard, 1997)
                                                
Dasar Pengambilan keputusan :
Ketidak  sanggupan ( bersifat segera)
Keterpaksaaan karena suatu krisis, yang menuntut sesuatu unutuk segera dilakukan.
Bentuk pengambilan keputusan :
1) Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan, rencana dan masa depan,
rencana bisnis dan lain-lain.
2) Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik, dan komunitas.
3) Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh standart praktik
kebidanan.

5
Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan :
1) Mengenal dan mengidentifikasi masalah
2) Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dan sekarang.
3) Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
4) Mempertimbangkan pilihan yang ada.
5) Mengevaluasi pilihan tersebut.
6) Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.

Pengambilan  Keputusan  Yang  Etis


Ciri- Ciri:
1.Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2.Sering menyangkut pilihn yang sukar
3. Tidak mungkin dielakkan
4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

Mengapa Kita Perlu Mengerti Situasi:


1.Untuk menerapakan norma-norma terhadap situasi
2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan

Kesulitan Dalam Mengerti Situasi :


1.      Kerumitan situasi  dan keterbatasan pengetauan kita
2.      Pengertian kita terhadp situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka dan faktor 2
subyektif lain.

 Bagaimana Kita Memperbaiki Pengertian Kita Tentang Situasi:


   1.Melakukan penyelidikan yang memadahi
   2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
   3. Memperluas pandangan tentang situasi
   4. Kepekaan terhadap pekerjaan
   5.Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

6
Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis :
1.   Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh sendiri atau dengan orang lain.
2.  Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
3.  Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
4. Pilih solusi yang lebih baik.
5.  Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan kebutuhan dan


masalahyang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi, atau rutin.
Pengambilan Keputusan Klinis Tergantung:
1.   Pengetahuan
2.  Latihan Praktek
3.  Pengalaman
Pengambilan Keputusan Klinis yang benar dan tepat:
1.   Menghindari pekerjan atau tindakan rutin yamng tidak sesuai dgn kebutuhan klien
2.  Meningkatkan efektitivitas dan efesiensi pelayanan yang diberikan
3.  Membiasakan Bidan berfikir dan bertindak sesuai standart
4. Memberikan kepuasan pelanggan
Dalam Kasus Emergensi Dan Menghadapi Situasi Panik : ada 2 Hal
a.       Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa Lampau
b.      Meninjau simpanan pengetahuan yg relevan dgn keadaan tersebut

Langkah 2 Pengambilan Keputusan Klinis Menggunakan


1.      Penilaian ( pengumpulan informasi)
2.      DX ( Penafsiran)
3.      Perencanan
4.      Intervensi
5.      Evaluasi

7
1.2 Teori-teori Pengambilan Keputusan

1.      Teori  Utilitarisme:


            Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.
2.      Teori Deontology
Menurut Immanuel Kant: sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh bila berjanji
ditepati, bila pinjam hrus dikembalikan
3.      Teori Hedonisme:
Menurut Aristippos , sesui kodratnya, setiap  manusia mencari kesenangan dan menghindari
ketidaksenangan.
4.      Teori Eudemonisme:
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu
tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kiata

1.3 Teori Etika


Teori etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis tertentu
1.   KONSEKUENSIALISME
Menjawab pertanyaan” apa yang harus saya lakukan ?” dengan memandang konsekuensi dari
berbagai jawaban.
Konsekuensi yang membawa paling banyak hal yang menguntungkan
Keuntungan :
a. Memperhatikan dampak aktual sebuah keputusan dan bertanya bagaimana orang
terpengaruh kepadanya.
b. Konsekuensialisme sesuai dengan nuansa kehidupan dan berusaha bersikap
responsif terhadapnya.
Kekurangan :
Tidak menyediakan standar ( pegangan ) untuk mengukur hasil satu terhadap hasil lain.
Contoh kasus :
Ibu meminum minyak kelapa pada saat persalinan dengan maksud untuk memperlancar proses
persalinan.
Keputusan etik : Konsekuensialisme

8
Bidan membiarkan hal tersebut karena bila dilarang dapat membuat keluarga tersinggung dan
yang paling penting bidan berpikir hal tsb tidak mengganggu kemajuan persalinan serta tidak
membahayakan ibu & janin.
2.  DEONTOLOGI
Keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas.
Dalam pengambilan keputusan ini perhatian utama pada tugas.
Keuntungan :
a)Kejelasan dan kepastian dari titik tolaknya.
b) Mengenal aturan dan mengetahui kewajiban, serta jelas apa yang etis dan apa yang tidak.
Kerugian :                                
a) Tidak peka terhadap konsekuensi-konsekuensi perbuatan
b) Dengan hanya berfokus pada kewajiban, orang tidak melihat beberapa aspek
penting sebuah problem.

Contoh kasus :
Pertolongan persalinan pada Ibu Inpartu yang menderita AIDS.
Keputusan etik : Deontologi
Bidan tetap melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
3.  HAK
Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda dengan
keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
Tuntutan-tuntutan moral seseorang yaitu haknya ditanggapi dengan serius.
Keuntungan :
Teori hak ini pantas dihargai terutama karena tekanannya pada nilai moral seorang manusia dan
tuntutan moralnya dalam suatu situsi konflik etis.
Kerugian :
a.Teori ini tidak menjelaskan bagaimana konflik hak antara individu-individu harus
dipecahkan.
b. Teori menempatkan hak individu dalam pusat perhatian tanpa menerangkan bagaimana
memecahkan konflik hak yang bisa timbul.

9
Contoh kasus :
Pada saat pertolongan persalinan bayi prematur seorang bidan melihat bahwa otot-otot perineum
ibu sangat kaku dan diperlukan tindakan episiotomi. Setelah dijelaskan pada ibu ternyata ibu
menolak dilakukan episiotomi.
Keputusan etik : Hak
Bidan tidak melakukan tindakan episiotomi. Karena kalau tetap dilakukan berarti bidan dapat
dianggap melanggar hak pasien. Tetapi disini bidan harus mengajukan pernyataan penolakan
tindakan ( Informed Consent ) untuk ditandatangani oleh pasien agar bidan tidak digugat suatu
saat nanti bila terjadi komplikasi.
4. INTUISIONISME
Memecahkan dilema-dilema etis dengan berpijak pada intuisi
I ntuisi kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu
baik atau buruk.
Perasaan moral
Bukan berdasarkan :
a.Situasi
b. Kewajiban
c.Hak
Keuntungan :
Intuisi moral biasanya memberi keteguhan hati yang besar
Kekurangan :
Walaupun intuisionisme dapat menyajikan keberanian untuk tetap berpegang pada keyakinan
kita, tapi tidak memberikan cara untuk meyakinkan orang lain bahwa jalan itu benar.
Contoh kasus :
Seorang penderita kangker meminta pada bidan untuk mengakhiri hidupnya ( euthanasia ) karena
ia merasa beban yang ditanggungnya terlalu berat dan menambah beban bagi keluarganya.
Keputusan etik : Intuisionisme
Bidan menolak melakukan tindakan euthanasia. Euthanasia merupakan suatu pembunuhan, oleh
karena itu hal ini dianggap pelanggaran terhadap nilai religi dan nilai moral

10
1.4 Pengertian Kode Etik

Kode etik adalah norma-norma yanh garus diindahkan olehs etiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat.norma tersebut berisi petunjuk bagi
anggota profesi tetntang begaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan, yaitu
ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak bolehdiperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik merupakan
suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai&nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota
dalam melaksanakan pengabdian profesi.

1.5 Kode Etik Bidan Indonesia

Bab 1 : Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat


1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya, menjungjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.

11
Bab 2 : Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

Bab 3 : Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya


1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Bab 4 : Kewajiban Bidan terhadap Profesinya


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra profesinya
dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

Bab 5 : Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri


1) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.

12
2) Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Bab 6 : Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa, & Tanah Air
1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga dan masyarakat.
2. Setiap bidan melalui profesinya, berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Bab VII : Penutup


Setiap bidan dalam melaksanakan tugassnya sehari-hari, senantiasa mengahayati dan
mengamalkan kode etik bidan Indonesia.

13
BAB II

WAWANCARA
2.1 Pertanyaan

1. Bagaimana upaya bidan dalam meningkatkan kinerja agar terhindar dari pelanggaran


etik dimasyarakat ? 

2. Sejauh mana bidan menngetahui resiko pelanggaran etik yang bisa 


terjadi dalam masyarakat ? 

3. Bagaimana etika yang seharusnya di terapkan oleh bidan di depan pasien? 

4. Bagaimana sikap seorang bidan jika ada seseorang klien yang hamil diluar nikah
datang ke bpm untuk melakukan aborsi ?

5. Siapa   yang   lebih   mendominasi   pengambilan   keputusan   untuk merujuk pasien


bila terjadi kegawat daruratan ? 

6. Bagaimana tindakan/langkah langkah bidan dalam menangani pasien bila tidak ingin di
rujuk? 

7. Bagaimana strategi bidan dalam mengambil keputusan jika mendapatkan pasien yang
pasif atau menjawab sekedarnya saja ? 

8. Bagaimana tanggapan ibu, apabila melihat seorang bidan yang melakukan pelanggaran
kode etik? 

9. Bagaimana cara bidan membela profesinya di pengadilan jika terdapat pasien yang
meninggal saat persalinan yang ia tangani?

14
10. Menurut ibu. Seperti apa tugas/tindakan yang sesuai dengan kode etik? Contohnya? 

11. Bagaimana cara seorang bidan menangani dilema etik dalam pengambilan keputusan?

12. Adakah hal kecil yang tanpa sadar bidan lakukan dan ternyata termasuk ke dalam
pelanggaran kode etik?

13. ketika ibu hamil berkonsultasi dengan bidan kemudian telah mendapatkan solusi dari
bu bidan, tapi terkadang mereka hanya iya iya saja dan kemungkinan besar tidak begitu
paham dengan apa yg sudah dijelaskan, bagaimana cara bidan untuk menjelaskan lebih
dalam dan bisa di terima oleh ibu hamil tersebut?

14. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

Pertanyaan:
Ketika seorang bidan keceplosan atau tidak sengaja berbicara tentang masalah kliennya
terhadap rekan sejawatnya dan merasa sudah melanggar kode etik tersebut, apa yang
akan di lakukan bidan lain? Apakah akan merahasiakan kesalahan teman sejawatnya atau
bagaimana?

15. Langkah-langkah apa yang akan ditempuh seorang bidan jika suatu saat terjadi
kesalahan dalam memberikan asuhan kebidanan?

16. Apa saja hambatan bidan dalam menghadapi masalah hukum dan etik?

15
2.2 Jawaban

1. Upaya yang dilakukan bidan adalah pendeketan terhadap lingkungan masyarakat,


masalah kesehatan apa yang sedang terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut.
Kemudian yang kedua kita dapat melakukan promosi kesehatan terhadap masyarakat
dengan adanya pendeketan terhadap masyarakat tadi kita pun sebagai tenaga kesehatan
dimudahkan dalam melakukan promosi kesehatan di sekitar lingkungan. Dan yang
terakhir adalah berikan informasi informasi terbaru mengenai isu isu kesehatan yang
sedang terjadi di masyarakat dan sering dianggap sepele oleh masyarakat.

2. Sebagai contoh aborsi, sering terjadinya kasus seperti ini dilingkungan masyarakat
dengan adanya resiko yang terlalu sering terjadi kita sebagai tenaga kesehatan patut
memberikan sebuah promosi kesehatan mengenai kasus aborsi, bagaimana seorang
perempuan menjaga kerhormatan dalam dirinya, bagaimana cara bergaul yang baik antar
lawan jenis sehingga tidak sampai terjadinya kasus aborsi. Dengan adanya promosi
kesehatan tersebut pengetahuan masyrakat akan minimya tentang aborsi semakin
bertambah akan pengetahuan abosri tersebut sehingga masyrakat lebih berhati-hati dan
resiko terhadap aborsi bisa berkurang dilingkungan masyarakat.

3. Etika yang seharusnya diterapkan didepan pasien adalah etika yang sesuai dengan
kode etik kebidanan dalam melakukan pelayanan asuhan kebidanan pada pasien.

4. Jika adanya yang melakukan aborsi sebaiknya kita sebagai bidan memberikan sebuah
dukungan kepada pasien karena dengan adanya peristiwa tersebut psikologis baik secara
fisik dan emosional pasien dalam keadaan sedang menurun dengan adanya dukungan kita
sebagai tenaga kesehatan setidaknya kita mengurangi resiko terjadnya bunuh diri,
kemudian tidak hanya pada pasien kita pun memberikan dukungan kepada keluarga agar
keluarga bisa menerima pasien dengan segala kekurangannya dan tidak perlu
mengucilkan pasien, dan sebisa mungkin kita memberikan pilihan apa saja yang dapat
terjadi jika kita melakukan atau tidak melakukan sebuah aborsi jangan sampai pilihan
yang diambil menjadi kesalahan yang kedua bagi sang pasien ataupun keluarga.

16
5. Pertama memberitahukan kepada keluarga kegawatdaruratan apa yang sedang terjadi
pada pasien sebelum dilakukan nya tindakan rujukan, berikan pilihan yang terbaik kepada
keluarga dalam mengambil keputusan dan kemungkinan- kemungkinan apa saja yang
terjadi jika kita melakukan atau tidak melakukan tindakan tersebut,kemudian setelah
dilakukan pengambilan keputusan segera untuk melakukan tindak lanjut yaitu rujukan
kepada pasien dengan memberikan pengertian kepada pasien samapai pasien mengerti
mengapa akan dilakukan tindakan rujukan, dan yang terakhir adalah pihak keluarga
mentanda tangani sebuah surat yang dimana pihak keluarga dan pasien menyetujui
sebuah tindakan rujukan karena bagaimana pun dengan adanya bukti tertulis maka jika
ada hal yang tidak kita inginkan yang dapat terjadi bukti tertulis itulah yang dapat kita
pegang jika dibutuhkan dalam sebuah pengadilan.

6. Pertama yang kita lakukan memberitahukan dengan tegas bahwa jika tidak dilkukan
sebuah rujukan akan banyak hal yang terjadi pasien dan itu semakin memperburuk
keadaan sang pasien, kalau pun pihak keluarga tetap ingin tidak dilakukanya sebuah
rujukan, keluarga juga harus mentanda tangani sebuah surat bahwa kelurga tidak ingin
dilakukan rujukan kepada pasien dan akan menerima semua resiko yang akan terjadi pada
pasien tersebut, dengan surat tersebut juga sebagai bukti kita jika ada hal yang tidak kita
inginkan dapat terjadi.

7. Kalau menemui pasien yang pasif, sebisa mugkin kita ajak mengobrol di luar hal
mengenai kesehatan, sampai pasien merasa terbuka dan nyaman dengan kita untuk
mengobrol, yang paling penting adalah buat pendeketan kepada pasien dengan senyaman
mugkin dan pasien tidak merasa tersudutkan. Kuncinya jalin komunikasi yang baik
kepada pasien.

8. Kita berikan saran ataupun nasehat bahwa kita sebagai bidan jangan sampai melakukan
hal atau tindakan tersebut untuk kedua kalinya karena bagaimana pun itu sudah
melanggar kode etik dan sumpah kita sebagai seorang bidan, jika bidan tersebut masih
melakukan pelanggaran kode etik bidan maka kita ajak bidan tersebut untuk mempelajari
kode etik bidan yang benar dan mempraktikkan secara langsung.

17
9. Kalau kita sudah melakukan langkah langkah yang sesuai dengan asuhan kebidanan
berati kita bisa jadikan itu sebagai bukti kemudian kita pun juga bisa memperlihat hal-hal
yang seharusnya menjadi rahasia pasien kita dapat berikan tersebut sebagai bukti
pengadilan bahwa kita tidak melakukan sebuah kesalahan dalam melakukan asuhan
kebidanan kepada pasien dan kita juga bisa sebagai bukti membela profesi kita.

10. Melakukan langkah langkah persalinan sesuai dengan APN, kemudia memberikan
pelayanan yang baik meskipun kadang dalam keadaan sedang bermasalah tapi kita tetap
harus memberikan yang terbaik buat pasien walaupun pasien juga merespon kepada kita
seadanya , kemudian ada orang yang datang ingin melanggar kode etik kita sepatutnya
berikan nasehat yang baik dan mudah dimengerti agar kejadian tersebut tidak terulang

11. Sebagai contoh terdapatnya pasien yang harus melakukan sebuah rujukan tetapi dari
ekonomi yang dia punya tidak mencukupi untuk dilakukannya sebuah rujukan, kita
sebagai bidan harus berpikir secara logis dalam mengambil keputasan sesuai dengan
kewenagan kita sebagai bidan dengan mempertimbangkan dampak baik buruknya bagi
sang pasien

12. Sejauh ini jangan sampai hal kecil kita lupa sebagai kesehatan sebisa mungkin untuk
dihindari dan tidak untuk melakukan nya

13. Sebagai contohnya pada ibu hamil baru trimester pertama mungkin kita memberikan
pemahaman mengenai hal hal yang sering terjadi pada trimester 1 apa apa saja yang patut
kita berikan dalam melakukan asuhan, kemudian resiko apa saja yang dapat terjadi jika
ibu tidak melakukan apa yang kita beritahu. apabila ibu mengerti kita bisa mengujinya
pada kunjungan kedua, kita tanya apakah nasehat nasehat yang kita berikan saat
pertemuan pertama apakah ibu mengerti dan melaksanakan jika dari pertanyaan tersebut
ibu bisa menjawab maka ibu benar benar melaksanakan apa yang kita katakan.

14. Mungkin untuk yang pertama kalinya kita bisa memberikan nasehat yang patut
diberikan kepada teman kita bahwa tindakan tersebut dapat melanggar kode etik jangan
sampai identitas pasien sampai bocor atau kecoplosan saat berbicara karena dengan
tindakan tersebut sama saja kita melanggar sumpah kita saat diangkat menjadi bidan, jadi

18
sebaik mungkin berikan pengertian agar mudah dipahami dan tidak sampai terulang
kembali

15. Lebih memperdalam lagi apa saja yang selalu menjadi kesalahan dalam melakukan
asuhan pelayanan kebidanan, sehingga keselahan yang dapat terulang esoknya tidak
kembali terulang oleh kita sebagai bidan dalam melakukan pelayanan.

16. Hambatan bidan dalam melakukan tindakan pada jaman sekarang sudah makin
banyak ya batas - batasnya sesuai dengan kode etik yang ditetapkan seperti menolong
melahirkan plasenta (retensio plasenta atau atonia plasenta) , mungkin dibpm kota
mungin masih dibolehkan karena dapat melakukan rjukan kepada rumah sakitdengan
fasilitas yanglebih tinggi tetapi untuk bidan didaerah terpencil seperti pedesaan mungkin
sudah tidak boleh lagi karena dapat terjadinya resiko yang berbahaya pada ibu dan
rujukan yang didapat seperti ruah sakit jaraknya sangat jauh dari pemukiman desa.

19
BAB III
KESENJANGAN TEORI

Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan kebidanan tergantung bagaimana struktur social budaya masyarakat dan termasuk
kondisi social ekonomi, social demografi.
Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yg diambil berdasarkan kebutuhan dan
masalah yang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan bidan dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat emergensi, antisipasi, atau rutin.

Wawancara yang dilakukan kelompok kami bersama bidan siti nurkhayati ahwa kode etik
yang diterapkan sesuai dengan kode etik bidan dan dalm pengambilan keputusan yang dilakukan
sesuai dengan masalah dan kebutuhan yangdihadapi oleh pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Suryani. 2008. Etika Kebidnaan & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/149/2010 Tentang
Izin Dan PenyelenggaraanPermenkes No. 5380/IX/1963
Peraturan Pemerintah

21

Anda mungkin juga menyukai