PENDAHULUAN
3. pembentukan kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena
kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini
diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telahdilaksanakan
kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan
bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan
berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
calon kader yang kan dilatih
waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
adanya perlengkapan yang memadai
pendanaan yang cukup
adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab
terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan
ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga
kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis
materi yang disampaikan adalah:
1. pengantar tentang posyandu
2. persiapan posyandu
3. kesehatan ibu dan anak
4. keluarga berencana
5. imunisasi
6. gizi
7. penangulangan diare
8. pencatatan dan pelaporan
Kelebihan dan Kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
1. Kelebihan
· Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
· Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
· Persalinan dilakukan di rumah
· Biaya murah dan tidak ditentukan.
2. Kekurangan
· Dukun belum mengerti teknik septik dan anti-septik dalam menolong persalinan.
· Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program
pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992).
b. Azas Mezzo.
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan
dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.Pendidikan dan pelatihan,
dinamika kelompok,biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
kesadaran.Pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinnya.
c. Azas Makro.
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system-strategy),
karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye,aksi sosial, lobbying, pengorg anisasian
masyarakat, manajemen nkonflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan
ini.StrategiSistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan
strategi yang tepat untuk bertindak
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya
menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan
sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan (Adi,
2000).
Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak
berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan hidup ketingkat
yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri
untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang
lebih baik lagi (Diana, 1997).
2. Penguatan (empowering)
Berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat
(capacity building). Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberikan
masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta
bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang
didampinginya, membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi,
melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah
beberapa tugas yang berkaitan fungsi penguatan.
3. Perlindungan (protecting)
Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga- lembaga
eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Dalam kaitan
dengan fungsi ini seorang pendamping bertugas mencari sumber – sumber melakukan
pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat dam
membangun jaringan kerja sebagai konsultasi.
4. Pendukungan (supporting)
Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung
terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Dalam hal ini pendamping dituntut
tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisai
kelompok,melainkan pula mampu melaksanakan tugas – tugas teknis sesuai dengan
berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis social, mengelola dinamika
kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur
sumber dana.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia, adalah persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik yang
tinggal di pedesaan maupun perkotaan sekalipun lebih senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut
disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat. Masalah kesehatan bagi penduduk di kota
maupun di pedesaan Indonesia masih saja merupakan masalah yang pelik.
Upaya untuk meyakinkan sasaran agar dapat menerima pelayanan kesehatan yang
memberi manfaat bagi mereka tidak lain adalah melalui promosi kesehatan.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti
mengenai isi dari makalah, yaitu tentang Pembinaan Dukun Bayi, Pemberitahuan Ibu Hamil
untuk Bersalin di Tenaga Kesehatan (Promosi Tenaga Kesehatan).
DAFTAR PUSTAKA
Machfoedz, Ircham, dkk, Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan, Fitramaya,
Yogyakarta, 2007, Hal. 78-106.
Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi
Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika