Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BENTUK KORUPSI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

OLEH

KELOMPOK 1

1 Agnes Silva Gusmao 11. Porince Banunaek


2 Citra Solia Lau 12 Ribka Nifu
3 Dina Debora Misa 13 Theresa Arias Vivianti
4 Betseba Hingkoil 14 Sarina E. Aulu
5 Fera Wastri Nissi 15 Yohana Lodia Karata
6 Eva Yulistia Bareut 16 SollyYulista Selan
7 Habrita Djoro 17 Yokalia Safitri Otemusu
8 Indra W. N. Nalle 18 Naomi Jumetan
9 Irna Fay 19 Sandra Anggriani Bani
10 Margarita Halla 20 Indri Otu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahNya, Kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Antikorupsi.

Komunitas yang berjudul “BENTUK KORUPSI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”.


Makalah sangat erat kaitannya dengan bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan .Dengan
terselesainya makalah ini saya menyadari bahwa banyak kekurangan ,oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan 
bagi kita semua. Terutama dalam ilmu kebidanan. Amin.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………........... 1
Daftar Isi…………………………………………………………………........ 2
BAB 1 : PENDAHULUAN…………………………………………….......... 3
 Latar Belakang………………………………………………….......... 3
 Rumusan Masalah………………………………………………......... 3
 Tujuan…………………………………………………………........... 3
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………............ 4
 Peran dan Tanggung Jawab Bidan di Rumah Sakit………………...... 4
 Tugas Utama Bidan Di Komunitas………………………………...... 6
 Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan……………………….. 12
 Mengidentifikasi Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan…….. 14
BAB III………………………………………………………………………... 20
 Kesimpulan…………………………………………………………….. 20
 Saran……………………………………………………………………… 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam  mendampingi dan menolong ibu melahirkan.
Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi
semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dapat merawat
bayinya dengan baik.Sebagai seorang bidan janganlah memilih-milih klien miskin atau kaya karena
tugas seorang bidan adalah membantu ibu, bukan mengejar materi.Pasien wajib memberikan hak
kepada ibu bidan yang telah menolong persalinan ibu melahirkan.Di makalah ini kami akan membahas
tentang peran dan fungsi bidan yang mana dalam pelaksanaan profesinya,bidan memiliki banyak tugas
serta peran-perannya.
Praktek pelayanan bidan merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup
besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari
pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan
melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan
kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu tugas bidan dalam pelayanan kebidanan di rumah sakit?
2. Apa itu tugas bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas?
3. Apa itu bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?
4. Mengidentifikasi bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tugas bidan dalam pelayanan kebidanan di rumah sakit.
2. Untuk mengetahui tugas bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas?
3. Untuk mengetahui bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?
4. Untuk Mengidentifikasi bentuk korupsi dalam pelayanan kebidanan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran dan Tanggung Jawab Bidan di Rumah Sakit

Peran dan fungsi bidan di RS tidak jauh berbeda dengan peran dan fungsi bidan praktek swasta
pada umumnya yaitu : Karena Tugas dari seorang bidan yakni untuk menolong pasien yang akan
melahirkan dengan baik. Tugas dari seorang bidan yaitu untuk mempersiapkan kelahiran baru dalam
kehidupan baru yang akan dimulai pada saat kelahiran anak. Tugas seorang bidan adalah
menyelamatkan ibu dan anak yang sedang dalam perjuangan untuk melahirkan anaknya. Tugas
seorang bidan bukan terletak pada pekerjaan untuk mencari uang tetapi terlebih pada panggilanya yang
mengutamakan kenuraniannya dalam melakukan pekerjaannya. Dengan demikian maka tempat
bukanlah suatu ukuran bagi bidan untuk mengabdi, tetapi bagaiman di setiap tempat seorang bidan
dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Peran  Bidan  di Rumah Sakit

1. Peran sebagai Pelaksana


a) Tugas Mandiri, meliputi :     
(1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan
(2) Memberikan pelayananan dasar dan asuhan kebidanan kepada klien sesuai kewenangannya
(3)
(4) Melakukan dokumentasi kegiatan pelayanan
b) Tugas Kolaborasi
(1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga
(2) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
(3) Melakukan dokumentasi kegiatan pelayanan
2. Peran Sebagai Pengelola
Rumah Sakit merupakan tanggung jawab bidan, biasanya selain sebagai pelaksana bidan juga
menjadi pengelola Rumah Sakit tersebut, meliputi  :
(a) Mengelola kegiatan pelayanan kebidanan sesuai dengan rencana
(b) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan kebidanan dengan  memanfaatan
sumber yang ada pada program dan sektor terkait
(c) Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi
(d) Melakukan dokumentasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
3. Peran Sebagai pendidik
(a) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien dan  keluarga tentang
penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA dan KB
(b) Melatih dan  membimbing siswa bidan/keperawatan yang melakukan  Praktek kerja lapangan di
Rumah Sakit tersebut
(c) Membina dukun yang melakukan rujukan ke Rumah Sakit tersebut.
4. Peran sebagai peneliti
Bidan di Rumah Sakit juga dapat melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:
(a) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
(b) Menyusun rencana kerja pelatihan
(c) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
(d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
(e) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
(f) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau
pelayanan kesehatan.

Fungsi bidan di Rumah Sakit

1. Fungsi Pelaksana
a) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
b) Memberikan imunisasi pada bayi dan  ibu hamil
c) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam  masa nifas
d) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
2. Fungsi  Pengelola
a) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan  masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat
b) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya
c) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan
d) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
e) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan
3. Fungsi  Pendidik
a) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana
b) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan
c) Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyaraka
d) Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya
4. Fungsi 
a) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan  sendiri atau
berkelompok dalam  lingkup pelayanan kebidanan
b) Melakukan penelitian kebidanan klien dan keluarga yang berkunjung ke Rumah Sakit
B. Tugas Utama Bidan Di Komunitas
Bidan Komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di wilayah kerja tertentu.
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu
dan anak.

Menurut Suryani (2007) tugas utama bidan di komunitas disesuaikan dengan peran bidan sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti, tugas tersebut antara lain:
Dalam menjalankan peran sebagai pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan, bidan memiliki
tugas mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup:
1)      Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien
2)      Menentukan diagnosis
3)      Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4)      Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
5)      Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6)      Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan
7)      Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan
b. Memberi layanan dasar pada pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan mereka
sebagai klien, mencakup:
1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan remaja dan wanita dalam masa pranikah baik
individu maupun di masyarakat
2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar
3. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien
4. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana
5. Mengevaluasi hasi tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien
6. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien
7. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan
c. Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal di masyarakat, mencakup:
1) Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil baik individu maupun di
masyarakat
2) Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana bersama yang telah disusun
5) Mengevaluasi hasi asuhan yang telah diberikan bersama klien
6) Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien
7) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan
8)
d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan melibatkan keluarga, mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan
2) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
4) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas
masalah
5) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien
6) Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioritas
7) Membuat asuhan kebidanan
Di masyarakat bidan harus menentukan jadwal kunjungan rumah pada keluarga.
Adapun dalam pelaporan bidan wajib melaporkan tindakan dalam persalinan baik di desa,
kecamatan, puskesmas maupun dinas kesehatan kabupaten/kota.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup
1) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga
2) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas
4) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
5) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan
6) Membuat rencana tindakan lanjut
7) Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan
Langkah yang harus diingat adalah jadwal kunjungan pada BBL, laporan tentang
kelahiran dan kelengkapan surat kelahiran.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga,
mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
2) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan dengan prioritas masalah
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
5) Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
6) Membuat rencana tindakan lanjut asuhan kebidanan bersama klien
7) Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan
8)
Informasi yang dapat diberikan pada klien dan masyarakat adalah:
1) Masalah gizi yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan pada ibu nifas
2) Informasi yang berkaitan dengan pemberian makanan baik ASI maupun pendamping
ASI (PASI)
3) Informasi tentang latihan bagi ibu nifas, salah satunya adalah senam nifas
4) Informasi tentang keluarga berencana
g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana, mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan pelayan KB pada PUS (pasangan usia subur) di masyarakat
wilayah kerja
2) Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan
3) Menyusun rencana tindakan pelayanan KB sesuai dengan prioritas masalah bersama
klien
4) Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
5) Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
6) Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien
7) Membuat pencatatan dan pelaporan
h. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
1)      Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien
2)      Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan
3)      Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien
4)      Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana
5)     Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah
diberikan
6)      Membuat rencana tindak lanjut bersama klien
7)      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan
i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
1)      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita
2)      Menentukan diagnosis dan prioritas masalah
3)      Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana
4)      Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah
5)      Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan
6)      Membuat rencana tindak lanjut
7)      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan
Tugas kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga:
1) Mengakaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi
2) Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta
kerjasama dengan klien.
4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan klien.
5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama dengan klien.
7) Membuat pencatatan dan pelaporan
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
1) Mengakaji kebutuhan asuhan yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
2) Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi.
3) Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
6) Menyusun rencana tindakan lanjut bersama klien.
7) Membuat catatan dan laporan.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawat daruratan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan
pertama sesuai prioritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga.
7) Membuat catatan dan laporan.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga :
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi
2) Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawat daruratan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan
pertama sesuai prioritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga.
7) Membuat catatan dan laporan
e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi yang melibatkan klien dan keluarga.
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawat daruratan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
yang memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan.
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien dan keluarga.
7) Membuat catatan dan laporan.
f. Memberikan asuhan kebidana pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi
serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bati balita dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan
kegawatdaruratan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai prioritas.
5) Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan.
6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien dan keluarga.
7) Membuat catatan dan laporan.
C. Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan

Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan kita harus bisa menjalankan amanah dan
janji yang telah disumpahkan kepada kita. Bukan hanya itu, sebagai bidan kita harus bisa
mempertanggung jawabkan tugasnya terhadap kode etik kebidanan. Kode etik ini dibuat bukan hanya
sebagai bahan bacaan saja tetapi digunakan sebagai tolok ukur untuk bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Selain itu, Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman.. Hati nurani
mengetahui perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan
dapat bersifat fisik ataupun secara verbal. Sedangkan untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi
yang sulit, bidan dapat berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih bisa
dipakai karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini. Bidan harus bisa bersikap adil dan
mengelola dana pembiyayaan dengan sebaik mungkin. Bidan tidak boleh membeda-bedakan
pasiennya. Misalnya jika pasien yang datang kaya maka dia akan memberikan KIE dengan panjang
lebar dan biyayanya dimahal-mahalkan. Sedangkan jika pasiennya kurang mampu, dia malas
memberikan KIE jadi seperlunya saja. Jelaslah bahwa itu melanggar hak asasi dan termasuk korupsi,
baik korupsi materi ataupun jasa.

Itulah mengapa dalam kebidanan terdapat pembelajaran tentang anti korupsi. Diharapkan
seorang bidan mampu menjaga jabatan profesinya dan tidak melakukan suatu bentuk penyelewengan
baik materi ataupun jasa. Bukan tidak mungkin, tahun demi tahun banyak penyelewengan tindakan
korupsi yang dilakukan oleh bidan. Mungkin anda sendiri pernah mendengar tentang kasus yang
berkenaan dengan korupsi dalam pelayanan kesehatan.
melekat pada jabatan/kedudukan tersebut dipidana dengan pidana Sebagai contoh dalam kasus
ini adalah di puskesmas. Saya mencoba mengungkap korupsi yang dilakukan pihak puskesmas
terhadap pelayanan kepada masyarakat yang saya ambil dari berita elektronik yang terjadi di salah satu
puskesmas ternama. Salah satu indikasinya adalah dalam proses pengadaan obat untuk puskesmas itu
sendiri. Biasanya puskesmas akan mengadakan tender pengadaan obat puskesmas untuk persediaan
obat yang puskesmas butuhkan. Akan ada distributor ataupun sales yang akan datang dan menawari
obat yang mereka butuhkan. Tender diadakan sesuai dengan prosedur pengadaan barang dan ini adalah
sah menurut hukum dan tidak terjadi penyimpangan. Namun biasanya pihak pemenang tender akan
memberikan bingkisan “terima kasih” kepada pihak yang telah memenangkan tender itu. Dalam hal ini
adalah kepala puskesmas yang berwenang untuk memberikan keputusan terhadap pemenang tender
yang dipilih. Setelah tender dimenangkan oleh salah satu pihak, maka ucapan “terima kasih” ini akan
diberikan. Ucapan ini biasanya dalam bentuk bingkisan ataupun berupa uang. Padahal dalam undang-
undang dikatakan bahwa dilarang menerima bingkisan apapun dari orang/ badan usaha tanpa tujuan
dan maksud yang jelas.
Seperti yang tertera dalam UU RI No.21 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
pasal 13, setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan/wewenang yang melekat pada jabatan/kedudukannya/oleh pemberi hadiah/janji dianggap
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah). Sehingga bagi pemberi hadiah atau bingkisan atau janji ataupun parcel dapat juga
dipidana atas pemberiannya kepada pejabat ataupun pegawai negeri yang memiliki kekuasaan ataupun
wewenang yang terdapat didalamnya.
Indikasi inilah yang menjadi pemicu adanya korupsi kecil-kecilan yang terjadi dalam
puskesmas yang menyimpang dari prinsip ketuhanan yang maha esa. Ada juga korupsi yang lain antara
lain penggunaan obat untuk kepentingan pribadi namun tidak dicatat dalam daftar pemakaian obat.
Meskipun ini sifatnya ringan namun hal ini akan menjadi sebuah budaya korupsi yang tidak akan
hilang dari Negara Indonesia.
Padahal akibatnya sangat serius bagi masa depan bangsa. budaya korupsi adalah penyebab
terjadinya kemunduran dan keterbelakangan suatu masyarakat. Sebuah bangsa akan hancur ketika
moralitasnya hancur. Memang korupsi yang terjadi dalam puskesmas itu sifatnya kecil, namun apabila
hal itu terus terjadi tidak menutup kemungkinan mengakibatkan kerugian Negara yang tidak kecil.
Meskipun ini diluar prosedur pelayanan untuk masyarakat, namun hal ini tentunya menjadi akar dalam
berbagai penyimpangan yang ada di puskesmas karena tidak menutup kemungkinan hal-hal diluar
prosedur dimanfaatkan sebagai lahan basah untuk korupsi.
Solusi dalam masalah ini adalah tiap-tiap kepala puskesmas mempunyai rekening bank tunggal
yang apabila dilakukan pemeriksaan akan terlihat jelas darimana asal semua transaksi yang masuk
yang berasal dari luar gaji sebagai kepala puskesmas. Audit untuk kasus ini akan lebih mudah karena
auditor tidak perlu memeriksa rekening yang lain sehingga audit menjadi lebih cepat selesai.
Untuk pemenang tender ataupun pihak mana saja yang ingin menang atas tender pengadaan
obat atau tender apa saja yang berkaitan dengan puskesmas, apabila ada indikasi penyuapan ataupun
pemberian bingkisan yang dirasa mempunyai maksud tertentu didalamnya, maka dapat ditindak
lanjuti. Sehingga bingkisan, hadiah ataupun janji yang diberikan kepada kepala puskesmas tidak akan
ada karena adanya dakwaan yang bisa diperkarakan di meja hijau.
D. Mengidentifasi Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan
Korupsi dalam tingkat kebidanan adalah, lebih memberikan perhatian kepada masyarakat yang
memiliki tingkat kemampuan ekonomi sebagai jaminan bagi bidan untuk membantu ibu melahirkan
dan anak (memberikan imbalan kepada bidan), sehingga segala perhatian penuh akan dilakukan oleh
bidan dalam menangani ibu yang akan melahirkan. Dengan demikian bidan mengambil keuntungan
dari pekerjaannya, terlebih tidak melihat bidang sebagai suatu panggilan dalam menolong orang lain
tetapi mencari keuntungan untuk diri sendiri.

1.Register Kohort

Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita
dengan tujuan Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di
rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
Jenis Register Kohort       :
a.       Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat
ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi
b.      Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal
c.       Register Kohort Balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun 
2.      PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat)

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah
kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi,
bayi, dan balita
Kegiatan PWS KIA terdiri dari :
o Pengumpulan
o Pengolahan
o Analisis
o Interpretasi data
o Penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak
lanjut
         Pengumpulan Data PWS KIA

A.    Data Sasaran

 Jumlah Seluruh ibu hamil


 Jumlah seluruh ibu bersalin
 Jumlah ibu nifas
 Jumlah seluruh bayi
 Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS

B.      Data Pelayanan

 Jumlah  K1 dan K4
 Jumlah persalinan yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan
 Jumlah  ibu nifas yang dilayani 3 kali ( KF 3 ) oleh Tenaga Kesehatan
 Jumlah Neonatus yang  mendapat  pelayanan kesehatan pada umur 6-48 jam
 Jumlah neonatus yang mendapat  pelayanan lengkap ( KN lengkap )
 Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dengan faktor resiko/komplikasi yang di
deteksi oleh Masyarakat
 Jumlah Kasus komplikasi obstetri yang ditangani
 Jumlah Neonatus dengan komplikasi yangg ditangani
 Jumlah bayi 29 hari – 12 bulan yang mendapat  pelayanan kesehatan sedikitnya 4 kali
 Jumlah anak balita (12–59 bulan) yang mendapat pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali
 Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
 Jumlah peserta KB aktif

 Manajemen Pelayanan Kebidanan

Defenisi operasional :

1. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan kebidanan
2. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik
3. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien
4. Ada diagnosa kebidanan
5. Ada rencana asuhan kebidanan
6. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan
7. Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan
8. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan
9. Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan
Langkah-Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan
Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.
Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, kordinasi dan pengawasan (supervisi dan evaluasi). 

         Langkah I        : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.      Anamnesa
a. Biodata ( Nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan)
b. Riwayat Menstruasi (menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar,
aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi
(metrorhagia, menoraghi), gejala premenstrual)
c. Riwayat Kesehatan ( Gambaran penyakit lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat kehamilan
sekarang )
d. Riwayat Perkawinan (kawin berapa kali, usia kawin pertama kali)
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
 Jumlah kehamilandan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup) 
 Riwayat persalinan : jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya
melahirkan,cara melahirkan 
 Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, Misalnya : Pre-
eklampsi, infeksi, dll
f. Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
g. Pengetahuan Klien 
2.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.      Pemeriksaan khusus (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
4.      Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, catatan terbaru dan sebelumnya) 

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah
5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari
hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu
memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan
kepada dokter.
         Langkah II      : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
1.      Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan        :
a.       Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b.      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
c.       Memiliki ciri khas kebidanan
d.      Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
e.       Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah  sering berkaitan  dengan  hal-
hal  yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
-          Diagnosa : kemungkinan wanita hamil
-          Masalah : wanita tersebut tidak menginginkan kehamilannya. 
2.      Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai.
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
  Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil 
  Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan. 
3.      Kebutuhan 
Hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data.
Hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data.
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar : Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan           :
  Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
  Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
         Langkah III     : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian  masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa/masalah  potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan
kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
1.      Besar dari masa kehamilan
2.      Ibu dengan diabetes kehamilan, atau
3.      Kehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-
siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri
karena pembesaran uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan
tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.

Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap
kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera
memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

         Langkah IV     : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan Segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.  Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat.
Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli
perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
klien.
         Langkah V      : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan
teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid
sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

         Langkah VI     : Melaksanakan Asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

         Langkah VII   : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Bidan Komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di wilayah kerja tertentu.
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu
dan anak.

Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan kita harus bisa menjalankan amanah dan janji
yang telah disumpahkan kepada kita. Bukan hanya itu, sebagai bidan kita harus bisa mempertanggung
jawabkan tugasnya terhadap kode etik kebidanan. Kode etik ini dibuat bukan hanya sebagai bahan
bacaan saja tetapi digunakan sebagai tolok ukur untuk bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Selain itu, Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman.

Hati nurani mengetahui perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran
etika oleh bidan dapat bersifat fisik ataupun secara verbal. Sedangkan untuk memecahkan suatu
masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat berpegang pada teori etika. Diharapkan seorang bidan
mampu menjaga jabatan profesinya dan tidak melakukan suatu bentuk penyelewengan baik materi
ataupun jasa. Bukan tidak mungkin, tahun demi tahun banyak penyelewengan tindakan korupsi yang
dilakukan oleh bidan. Mungkin anda sendiri pernah mendengar tentang kasus yang berkenaan dengan
korupsi dalam pelayanan kesehatan.
Padahal akibatnya sangat serius bagi masa depan bangsa. budaya korupsi adalah penyebab
terjadinya kemunduran dan keterbelakangan suatu masyarakat. Sebuah bangsa akan hancur ketika
moralitasnya hancur. Memang korupsi yang terjadi dalam puskesmas itu sifatnya kecil, namun apabila
hal itu terus terjadi tidak menutup kemungkinan mengakibatkan kerugian Negara yang tidak kecil.
Meskipun ini diluar prosedur pelayanan untuk masyarakat, namun hal ini tentunya menjadi akar dalam
berbagai penyimpangan yang ada di puskesmas karena tidak menutup kemungkinan hal-hal diluar
prosedur dimanfaatkan sebagai lahan basah untuk korupsi.
 Saran
 Kepada Pihak Rumah Sakit

Sebaiknya bukan hanya mempersiapkan bidan untuk turun dalam dunia kerja di rumah-rumah
sakit, di puskemas dll, tetapi terus mengontrol kerja mereka sehingga apakah mereka menggerjakan
tugas mereka sesuai dengan sumpah bidan atau tidak. Sehingga tidak terjadinya hal-hal yang
diinginkan seperti mencari keuntungan untuk diri sendiri. Pihak rumah sakit sebaiknya melakukan
evaluasi terus-menerus berkaitan dengan pekerjaan mereka, sehingga bisa mengetahui apa saja yang
dilakukan misalnya dalam satu bulan, seperti berapa banyak pasien yang ditangani, bentuk
pelayananya seperti apa dan hal lainnya yang berkaitan dengan tugas bidan di tempat kerja.

 Kepada Bidang

Menjadi seorang bidan adalah panggilan untuk menolong ibu dan anak. Maka dalam panggilan itu
tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu. sebagai seorang bidan nyawa ibu dan anak ada dalam
tangan seorang bidan dalam hal ini hidup dan mati seorang ibu dan anak dibawa kendali seorang bidan.
Karena itu seorang bidan harusnya menyadari keterpanggilannya dalam tugas yang ia jalani, sehingga
ia lebih berfokus pada pada tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan sumpah seorang bidan bukan
pada terletak kepada siapa yang akan ditolong jika demikian maka bidan anak membuat kategori
tersendiri soal siapa yang ia harus tolong dan apa keuntungan yang diperoleh dari pelayananya.
Dengan demikian maka tugas seorang bidan tidaklah efektif karena lebih mementingkan kepentingan
pribadi dari pada tugasnya dalam menolong ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian.L.D dan Sunarsih, Tri. 2011. Peran dan Tanggung Jawab Bidan di Rumah Sakit.
Jakarta:Salemba Medika.

Kemenkes RI, 2014. mothers day.Pdf. Peran dan Tanggung Jawab Bidan di Rumah Sakit), p.8.
Available at:http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/
pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf.diakses 14 Februari 2016

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Tugas Utama Bidan Di Komunitas, dan KB. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2012. Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan


1. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Mengidentifikasi Bentuk Korupsi Dalam Pelayanan Kebidanan

. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai