Anda di halaman 1dari 26

PENGELOLAAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PENGELOLAAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

1 PERANCANAAN

Pelayanan kebidanan komunitas merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Dalam konsep pelayanan kebidanan komunitas, bidan merupakan pemeran utama dalam layanan
kesehatan ibu dan anak di tingkat masyarakat sesuai ruang lingkup, fungsi, tugas dan tanggung jawab
serta kewenangan bidan di tingkat komunitas.

Tujuan utama pelayanan kebidanan adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Sasaran pelayanan
kebidanan adalah remaja, wanita usia subur, wanita pra hamil, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir, bayi, balita, anak pra sekolah, wanita dengan gangguan sistem reproduksi, wanita dengan
klimakterium dan menopause.

Secara umum suatu stuktur hirarkhi organisasi pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut:

a.Tingkat pelayanan yang paling rendah, yaitu pelayanan kebidanan di tingkat komunitas seperti bidan
praktik swasta (BPS), pondok bersalin desa (polindes), pos kesehatan desa (poskodes), klinik atau rumah
bersalin, dan balai pengobatan.

b.Tingkat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).

c.Pelayanan kesehatan dan rumah sakit daerah (rujukan tingkat pertama/primer).

d.Pelayanan kesehatan regional.

e.Tingkat pelayanan rumah sakit.

f.Tingkat lembaga nasional khusus.


g.Tingkat departemen kesehatan.

Kegiatan perencanaan pelayanan kebidanan komunitas merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan
sebelum muncul perencanaa, mengantisipasi sebanyak mungkin keputusan pelaksanaan dengan
meramalkan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menerapkan prinsip-prinsip serta menerapkan
aturan-aturan yang memecahkan permasalahan dalam kegiatan pelayanan kebidanan di tingkat
komunitas.

Dalam perencanaan pelayanan kebidanan, bidan harus merencanakan mengenai:

a.Tujuan dari apa yang direncanakan.

b.Pendekatan atau strategi untuk mencapai tujuan.

c.Kegiatan-kegiatan pelayanan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

d.Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.

e.Sumber daya yang akan digunakan.

f.Biaya kegiatan.

g.Jadwal pelaksanaan kegiatan yang terinci.

Ada beberapa dari bentuk perencanaan, yaitu:

1.Perencanaan berdasarkan kurun waktu pelaksanaan


a.Jangka panjang: alokasi waktu 25 tahun.

b.Jangka menegah: alokasi waktu 5 tahun.

Jangka pendek: disusun untuk kegiatan tahunan.

Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian pembangunan kesehatan. Oleh karena itu
perencanaan kebidanan komunitas mengikuti pada perencanaan pembangunan tersebut.

2.Perencanaan berdasarkan wilayah

a.Rencana pembangunan nasional (pusat)

b.Rencana pembangunan daerah, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

3.Perencanaan berdasarkan program

a.Rencana pembangunan kesehatan keluarga

b.Rencana penyuluhan kesehatan

c.Rencana pembangunan puskesmas

Keputusan perencanaan adalah menentukan masalah-masalah yang ada dan yang mana yang perlu
mendapat prioritas perhatian. Sebuah masalah mungkin dapat berupa kesenjangan antara apa yang ada
dan apa yang seharusnya. Bidan sebagai perencana juga bisa memutuskan siapa yang berisiko untuk
mengalami masalah tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan bermula sebagai sebuah gagasan atau sebagai respon
terhadap keadaan tertentu. Perencanaan dapat terjadi di semua tingkatan sistem kesehatan. Peranan
tim kesehatan dalam pelayanan kebidanan ini, adalah menerjemahkan kebijakan itu di tingkat
komunitas, merencanakan penerapannya, memastikan bahwa kebijaka tersebut terlaksana.

Benang merah dari langkah kegiatan perencanaan adalah:

a.Mengamati keadaan.

b.Mengenali masalah.

c.Menetapkan tujuan.

Menentukan tujuan berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi. Bila masalah yang ditemukan
tersebut banyak, maka bentuk-bentuk dari prioritasnya masalahnya berdasarkan:

a.Berdasarkan besar nya masalah

b.Berdasarkan luasnya masalah

c.Berdasarkan dampak masalah

d.Berdasarkan besarnya akibat masalah

e.Brdasarkan tingkat kemudahan dalam mengatasinya


Untuk mendukung pencapaian tujuan perlu identifikasi tentang kondisi lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan dan untuk menentukan tujuan suatu rencana dan strategi pelaksanaannya perlu
dipertimbangkan, sehingga:

a.Kekuatan yang dimiliki (Strength)

b.Peluang (Opportunity)

c.Kelemahan (Weakness)

d.Ancaman (Threat)

Didalam suatu perencanaan memiliki tujuan untuk menunjukkan keadaan yang akan dicapai, yaitu:
keadaan yang akan dicapai harus jelas dan dapat diukur baik kuantitas maupun kualitas. Dalam tujuan
suatu perencanaan sebaiknya dinyatakan jangka waktu, kondisi dan tempat kegiatan.

d.Mengkaji hambatan.

e.Menjadwalkan kegiatan.

Berdasarkan kegiatan pokok disusun program lebih rinci yang mencakup aktifitas-aktifitas, dilakukan
dengan target yang akan dicapai. Rencana kegiatan secara rinci mencakup latar belakang disusunnya
rencana. Tujuan yang akan dicapai:

a.Kegiatan yang akan dilakukan

Tempat pelaksanaan

c.Waktu dan penjadwalan pelaksanaan


d.Pelaksana yang bertanggung jawab

2 PENGORGANISASIAN

Tujuan pengorganisasian adalah untuk menjamin bahwa penerapan atau pelaksanaan akan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Uraian pekerjanaan (job description) merupakan salah satu cara untuk
membagi tugas dalam tim pelayanan kebidanan atau kesehatan pada umumnya.

Uraian pekerjaan menyatakan, bahwa:

a.Tujuan, kegiatan dan program bidan atau anggota tim dalam pelayanan kebidanan di komunitas.

b.Wewenang pemberi pelayanan, yaitu keputusan yang diharapkan diambil dan sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki.

c.Tanggung jawab pemberi pelayanan adalah tingkat pencapaian tugas dan fungsi yang diharapkan.

Dalam pengorganisasian perlu ditetapkan suatu indicator atau parameter standar. Standar
menerjemahkan tujuan dan sasaran dari tim kesehatan menjadi jumlah pekerjaan dan mutu pelayanan
yang diharapkan dari masing-masing pekerja kesehatan. Standar dapat ditetapkan dalam pekerjaan,
kinerja, produktivitas dan perilaku.

Setelah menetapkan indicator atau standar, selanjutnya diperlukan langkah mengkoordinasikan


kegiatan. Mengkoordinasikan kegiatan adalah menempatkan berbagai kegiatan dalam hubungan yang
sesuai antara satu dengan yang lannya, untuk memastikan bahwa semua yang perlu dikerjakan akan
dikerjakan, dan tidak ada dua orang mengerjakan tugas yang sama.

Agar kegitan pengorganisasian dapat efektif, maka dalam koordinasi harus diterapkan tujuh langkah
prinsip koordinasi, yaitu:
a.tujuan, masing-masing kelompok kerja harus memberi kontribusi kepada tujuan pelayanan secara
keseluruhan.

b.Batasan, masing-masing anggota tim harus didefinisikan dengan jelas mengenai tugas masing-masing.

c.Komando, masing-masing kelompok kerja harus mempunyai satu orang yang harus bertanggung
jawab, dan semua orang yang berkepentingan harus tau mengenai hal tersebut.

d.Tanggung jawab, orang yang memimpin tim harus bertanggung jawab pada semua anggotanya.

e.Wewenang, masing-masing orang bertanggung jawab harus mempunyai wewenang setara dengan
tanggung jawabnya.

f.Cakupan pengawasan, jangkauan pengawasan harus jelas batasan dan jumlahnya.

g.Keseimbangan, orang yang memimpin kelompok harus memperhatikan keseimbangan kelompok,


memperhitungkan dengan sumber daya yang dimiliki.

Dalam pelayanan kebidanan di komunitas kegiatan pengorganisasian meliputi dua aspek, yaitu:

a.Kegiatan pengorganisasian dengan anggota tim kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kebidanan,
hal ini sering disebut dengan kerjasama lintas program. Kerjasama dengan tim tenaga kesehatan yang
dapat terlibat dalam pelayanan kebidanan di komunitas misalnya kerjasama antara bidan dengan
dokter, perawat, PLKB (petugas lapangan keluarga berencana), ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan dll.

b.Kegiatan pengorganisasian dengan anggota diluar tim kesehatan yang terlibat dalam pelayanan
kebidanan, hal ini sering disebut kerjasama lintas sektoral. Kerjasama ini misalnya kerjasama antara
bidan dengan kader kesehatan, PPKBD (petugas pos keluarga berencana desa), pemerintahan desa,
tokoh masyarakat, ulama, ibu-ibu PKK dll.
Hasil pengorganisasian:

a.Terbentuklah suatu wadah (ENTITY), yang pada dasarnya merupakan perpaduan antara kegiatan yang
akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

b.Wadah yang terbentuk ini di kenal dengan nama ORGANISASI.

Kebidanan komunitas merupakan bagian dari kesehatan komunitas. Kegiatan kebidanan komunitas
ditentukan, diatur dan dilaksanakan bersama dengan upaya kesehatan komunitas.

Dari segi kebijaksanaan pembangunan kesehatan, kegiatan komunitas termasuk didalam upaya
kesehatan keluarga. Sistem pemerintahan Indonesia merupakan daerah otonomi yaitu daerah Tingkat I,
Tingkat II (Dinas Kesehatan Tingkat I dan II) yaitu unit-unit pelayanan yang melaksanakan pelayanan
Kesehatan ibu anak dan keluarga berencana dilaksanakan di puskesmas, pustu, polindes dan posyandu

3 PELAKSANAAN

Pelaksanaan pelayanan kebidanan di komunitas adalah merupakan bentuk pelaksanaan operasional


pelayanan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Bentuk pelaksanaan kegiatan, bisa berupa
kegiatan pelayanan kebidanan yang bersifat mandiri, kolaborasi maupun rujukan. Sasaran pelayanan
kebidanan komunitas dapat merupakan individu, keluarga atau masyarakat sesuai lingkup wewenang
bidan.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan berhubungan dengan empat hal, yaitu:


a.Koordinasi kegiatan sesuai dengan pembagian kerja dan pelimpahan.

b.Penempatan orang dalam jumlah yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, untuk menjalankan
kegiatan yang telah direncanakan dan diorganisasi.

c.Mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
tersebut.

d.Pengolahan informasi yang diperlukan dan cara komunikasinya untuk mendukung keputusan
terdahulu dan keputusan evaluasi.

Definisi bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah
dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi
untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Berikut ini merupakan contoh pelaksanaan pelayanan komunitas oleh bidan dalam bentuk pelayanan
asuhan antenatal di rumah pasien:

a.Kegiatan promosi kesehatan.

Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaaan kehamilan dan
imunisasi. TT pada ibu hamil. Menggunakan media yang diperlukan.

b.Kegiatan pelayanan antenatal, meliputi: memastikan kehamilan. Menimbang berat badan, mengukur
tekanan darah, memeriksa adanya anemi, mempersiapkan set pemeriksaan kadar hemoglobin,
memeriksa abdomen, memeriksa genitalia, memeriksa ukuran panggul, memeriksa protein urin dan
benedik, memperkirakan tanggal kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.
c.Sistem informasi

Bidan melakukan pencatatan terhadap seluruh pelayanan kebidanan dan mencatat didalam
dokumentasi asuhan kebidanan di tingkat komunitas.

d.Obat-obatan dan peralatan.

Bidan membawa set peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaaan antenatal, misalnya stetoskop,
metlin, jangka panggul, roboransia, tablet besi/Fe, set imunisasi TT, set pemeriksaaan genitalia jika ada
indikasi, dan vaksin imunisasi TT.

4 MONITORING DAN EVALUASI

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan baik sesuai dengan indicator dan standar
yang ditetapkan, maka perlu sistem monitoring dan evaluasi.

Tujuan monitoring adalah untuk sebagai berikut:

a.Memantau masukan: pekerjaan sesuai jadwal, tim tersedia sesuai tugas, pemakaian biaya dan sumber
daya sesuai dengan batas yang direncanakan, informasi yang diperlukan tersedia, dan kelompok
masyarakat atau perorangan berperan serta seperti yang diharapkan.

b.Memantau proses menjamin bahwa: fungsi, kegiatan yang diharapkan dapat berjalan sesuai dengan
norma yang ditetapkan, standar kerja dipenuhi, diadakan pertemuan sebagaimana perlunya dan telah
terjadi komunikasi sesuai kebutuhan.

c.Memantau keluaran atau hasil akhir, menjamin bahwa: produk atau hasil sesuai spesifikasi, pelayanan
diselenggarakan sesuai rencana, pelatihan menghasilkan keterampilan yang baru atau tingkat
keterampilan yang tinggi, keputusan yang cepat, tepat, pencatatan dapat dipercaya dan pelaporan
dikerjakan, serta masyarakat sebagai pengguna pelayanan dapat merasa puas terhadap pelayanan yang
diberikan bidan.

Selain ada kegiatan monitoring, juga dilakukan pengawasan, merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan beberapa hal, yaitu:

a.Tujuan pengawasan sesuai dengan kebutuhan.

b.Kinerja pengawasan pelaksanaan tugas.

c.Motivasi staf.

d.Peningkatan kompetensi staf.

e.Pengawasan sumber daya.

Perencanaan jadwal kunjungan pengawasan meliputi:

a.Menentukan seberapa sering kunjungan pengawasan perlu dilakukan.

b.Membuat daftar program.

c.Menentukan kebutuhan akan pengawasan.

d.Memperhatikan aspek-aspek pelayanan kesehatan yang memerlukan bantuan khusus.


Kegiatan berikut adalah evaluasi terhadap pelayanan kebidanan komunitas yang sudah dilakukan.
Program monitoring dan evaluasi berkala atau rutin yang sudah dilaksanakan oleh puskesmas sebagai
Pembina wilayah setempat pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
ibu dan anak adalah dalam bentuk PWS-KIA (pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak).
Tujuan evaluasi secara keseluruhan berfungsi secara pengukuran atau penilaian terhadap kegiatan
pelayanan yang telah dilakukan.

Pendekatan umum yang digunakan dalam evaluasi kegiatan adalah:

a.Pengukuran atas pencapaian yang diamati.

b.Perbandingan dengan norma, standar, indicator atau parameter yang diinginkan.

c.Penilaian sampai sejauh mana sejumlah nilai dapat dipenuhi.

d.Analisis penyebab kegagalan.

e.Keputusan (umpan balik).

Pendekatan umum dalam evaluasi terdiri dari lima langkah, yaitu:

a.Menentukan aspek apa dari program yang akan dievaluasi dan bagaiman cara pengukuran efektivitas.
b.Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memberikan bukti.

c.Membandingkan hasil dengan target atau tujuan.

d.Menentukan apakah dan sejauh mana target dan tujuan telah tercapai.

e.Menetapkan apakah program akan diteruskan tanpa perubahan, diubah, atau diberhentikan.

5 PENCATATAN

Pencatatan dalam pelayanan kebidanan di komunitas, mengacu pada dua pola, yaitu:

a.Pola pendokumentasian pelayanan kebidanan komunitas mengacu pada program kesehatan ibu dan
anak di wilayah kerja, misalnya pencatatan dan pelaporan dalam bentuk kohort ibu, kohort bayi, kohort
balita, PWS-KIA, buku bantu kesehantan ibu dan anak, balok SKDN posyandu, KMS ibu, buku KIA, KMS
balita, register asuhan ibu, register asuhan bayi, buku kunjungan kebidanan komunitas, buku imunisasi
bayi dan ibu, dan hasil survey mawas diri (SMD) kesehatan ibu dan anak di masyarakat.

Pola pendokumentasian mengacu pada pendokumentasian asuhan kebidanan pada individu sebagai
sasaran pelayanan kebidanan di komunitas, yaitu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita,
remaja, WUS, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, klimakterium/menopause, gangguan sistem reproduksi
ringan dan asuhan keluarga berencana pada konteks keluarga di tingkat komunitas.

Pendokumentasian asuhan kebidanan pada individu sesuai sasaran pelayanan kebidanan di tingkat
komunitas secara umum menggunakan pendekatan SOAP(subjektif, objektif, asesmen, planning) terdiri
dari empat langkah yang disarikan dari proses pemikiran manajemen kebidanan yang dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan klien dalam rekam medis klies sebagai catatan kemajuan.

Pendokumentasian asuhan kebidanan sangat penting, karena:

a.Menciptakan catatak permanen tentang asuhan yang diberikan pada pasien.


b.Memungkinkan berbagi informasi diantara pemberi asuhan.

c.Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.

d.Memungkinkan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan.

e.Memberi data untuk catatan nasional, penelitian dll.

f.Meningkatkan asuhan yang aman dan bermutu tinggi kepada klien.

SOAP harus dibuat setiap kali bertemu dengan pasien, dibuat pada setiap kunjungan, dan
pendokumentasian SOAP terdahulu harus dikaji untuk mengevaluasi kondisi yang sekarang.

Pendokumentasian secara SOAP, dilakukan sebagai berikut:

a.Untuk memperoleh data subjektif merupakan informasi apa yang dikatakan oleh klien atau data yang
diperoleh dari klien melalui wawancara.

b.Data yang diperoleh dari apa yang dilihat, dirasakan,diraba, diperiksa oleh bidan termasuk
pemeriksaan laboratorium.

c.Asesmen adalah kesimpilan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan objektif.

d.Planning adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai kesimpulan yang telah dibuat.
Pendokumentasian SOAP dalam asuhan kebidanan disarikan dari tujuh langkah metodologi manajemen
kebidanan menurut Helen Varney, yaitu:

a.Mengumpulkan data.

b.Identifikasi diagnosis, masalah, kebutuhan.

c.Identifikasi masalah potensial.

d.Menetapkan kebutuhan tindakan segera.

e.Menyusun perencanaan.

f.Pelaksanaan asuhan.

g.Evaluasi hasil asuhan.

Manfaat pencatatan:

1.Memberikan informasi tentang suatu keadaan, masalah, atau kegiatan.

2.Sebagai bahan proses belajar mengajar.

3.Sebagai bahan pertanggung jawaban.


4.Sebagai bahan pembuatan laporan.

5.Untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

6.Sebagai bukti hukum.

7.Sebagai alat komunikasi (penyampaian pesan).

8.Sebagai alat komunikasi serta untuk mengingatkan suatu kegiatan atau peristiwa khusus.

9.Sebagai bahan penelitian.

Bentuk pencatatan:

1.Berdasarkan isi

a.Catatan tradisional yaitu apa yang didengar dan dilakukan oleh sipencatat (catatan harian)

Catatan sistematik yaitu menggunakan format.

c.Identitas pasien, keluhan utama, pemeriksaan fisik, rencana dan tindakan, catatan perkembangan atau
status pasien.

2.Berdasarkan sasaran

a.Catatan indivdu seperti catatan ibu, bayi, anak balita.

b.Catatan keluarga seperti identitas keluarga, masalah keluarga, kunjungan rumah.


c.Catatan masyarakat seperti dalam kegiatan survei komuniti, bagian keadaan dan masalah komuniti,
rencana dan langkah yang dilakukan serta hasilnya merupakan dalam kebidanan komuniti lebih
diarahkan kepada ibu dan anak.

3.Berdasarkan kegiatan

a.Catatan pelayanan kesehatan anak.

b.Catatan pelayanan kesehatan ibu.

c.Catatan pelayanan kesehatan KB.

d.Catatan imunisasi.

e.Catatan kunjungan rumah.

f.Catatan persalinan.

g.Catatan kelainan

Catatan kematian ibu dan bayi

i.Catatan rujukan.

4.Berdasarkan proses pelayanan

a.Catatan awal/masuk

b.Catatan pengembangan berisi kemajuan/ perkembangan pelayanan.


c.Catatan pindah.

d.Catatan keluar.

Jenis Formulir standar yang digunakan dalam pencatatan adalah sebagai berikut :

Rekam Kesehatan

Keluarga ( RKK)

Rekam Keehatan Keluarga atau yang disebut family folder adalah himpunan kartu-kartu individu suatu
keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas. Kegunaan RKK adalah untuk mengikuti
keadaan kesehatan dan gambaran penyakit di suatu keluarga. Pengguna RKK diutamakan pada anggota
keluarga yang mengidap salah satu penyakit, misal penderita TBC, paru, kusta, atau keluarga dengan
resiko tinggi (BBLR). Dalam pelaksanaannya keluarga yang menggunakan RKK diberi alat bantu kartu
tanda pengenal keluarga (KTPK) untuk memudahkan pencarian berkas pada saat melakukan kunjungan
ulang.

Kartu Rawat Jalan Kartu Rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam medis klien merupakan
alat untuk mencatat identitas dan status klien rawat jalan yang berkunjung ke puskesmas

Kartu Indeks Penyakit Kartu Indeks penyakit merupakan alat bantu untuk mencatat identitas klien,
riwayat dan perkembangan penyakit. Kartu indeks penyakit diperuntukkan khusus penderita penyakit
TBC, Paru dan kusta

Kartu Ibu Kartu ibu merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan
riwayat kehamilan sampai kelahiran

Kartu Anak Kartu anak merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan,
pelayanan preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan prasekolah

KMS balita, Anak usia sekolah Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan, dan
pertumbuhan yang telah diperoleh balita dan anak prasekolah

KMS ibu hamil Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, dan mencatat perkembangan
kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.
Mekanisme Pencatatan

Gambar : alur pencatatan

6 PELAPORAN

Pelaporan merupakan catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya yang
disampingkan ke pihak yang berwenang atau berkaitan terhadap kegiatan tersebut.

Sesuai dengan keputusan direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat


No.590/BM/DJ/Info/V/96, Pelaporan puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu bulan januari-
Desember dalam tahun yang sama. Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuuhan dan
kemampuan atau beban kerja di puskesmas. Setiap diakhir kegiatan harus ada pembuatan laporan.
Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuuhan dan kemampuan atau beban kerja di
puskesmas. Setiap diakhir kegiatan harus ada pembuatan laporan. Laporan harus disampaikan keorang/
pihak lain. Proses laporan dilakukan secara tertulis.

Manfaat dari pelaporan:

1.Merupakan pertanggung jawaban autentik tentang pelaksanaan kegiatan.

2.memberikan informasi secara terdokumentasi kepada pihak lain atau terkait.


3.Dapat digunakan sebagai bahan bukti hukum. Dapat digunakan sebagai bahan pelayanan.

4.Dapat digunakan sebagai penyusunan rencana dan evaluasi.

5.Dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian.

Bentuk dari pelaporan:

1.Latar belakang, tujuan, ruang lingkup (pendahuluan).

2.Isi laporan: perecanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan secara nyata, masalah dan
hambatan, saran untuk tindak lanjut.

3.Bila perlu rekomendasi: masalah dan saran menyangkut kebijakan.

Jenis laporan dibagi menjadi dua, yaitu

1.laporan insidensial

Laporan insidensial adalah laporan kejadian luar biasa atau darurat yang memerlukan pelayanan dan
bantuan cepat,

2.laporan berkala
laporan berkala, misalnya harian, mingguan, bulanan, triwulan, kwartalan, dan tahunan.

Formulir laporan dari puskesmas ke daerah tingkat II adalah sebagai berikut :

1.Laporan Bulanan

a.Data Kesakitan (LB 1)

b.Data obat-obatan (LB 2)

c.Data Kegiatan gizi, KIA/KB, imunisasi, termasuk pengamatan penyakit menular

d.Data kegiatan Puskesmas

2.Laporan Sentinel

a.Laporan bulanan sentinel (LB 1). Laporan yang memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I), penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), serta diare menurut umur dan
status imunisai. Puskesmas yang memuat LB 1S adalah Puskesmas yang ditunjuk, yaitu satu puskesmas
dari setiap Dati II dengan periode laporan bulanan serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I, dan
Pusat ( Ditjen PPM dan PLP)

b.Laporan bulanan sentinel (LB 2). Dalam laporan ini memuat data KIA, Gizi,tetanus neonatorum, dan
penyakit akibat kerja. Laporan ini diberikan ke Dinas Kesehatan Dati I, Dati II, dan Pusat ( Ditjen
Binkesmas)

3.Laporan Tahunan

a.Data dasar PKM (LT-1)


b.Data Kepegawaian PKM (LT-2)

c.Data Peralatan (LT-3)

Alur Pelaporan:

Laporan dari dati II dikirirm ke Dinas Kesehatan Dati I dan Kanwil DepKes Propinsi serta Pusat ( Ditjen
Pembinaan Kesehatan Masyarakat ) dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP.

Laporan tersebut meliputi sebagai berikut

1.Laporan Triwulan :

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 1

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 2

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 3

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 4

2.Laporan Tahunan :

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 1

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 2

Hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 3

Frekuensi Pelaporan:
1.Laporan Triwulan

Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari laporan triwulan yang
dimaksud. ( contoh : laporan triwulan pertama tanggal 20 April 2012, maka laporan triwulan berikutnya
20 Mei 2012).

Laporan ini diberikan kepada dinas-dinas terkait sebagai berikut :

a.Kepala Dinas Kesehatan Dati I

b.Kepala kantor wilayah DepKes Propinsi

c.DepKes RI, tembusan ke Ditjen Binkesmas

2.Laporan Tahunan

Dikirim paling lambat akhir bulan februari ditahun berikutnya dan diberikan kepada dinas-dinas terkait
berikut

a.Kepala Dinas kesehatan Dati I

b.Kepala kantor wilayah DepKes Propinsi

c.Depkes RI, tembusan Ditjen Binkesmas

Mekanisme Pelaporan

1.Tingkat Puskesmas
a.laporan dari puskesmas pembantu dan bidan didesa disampaikan ke pelaksana kegiatan dipuskesmas

b.Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat, baik didalam maupun diluar gedung serta
laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan bidan desa

c.Hasil rekapitulasi pelaksana kegiatan dimasukkan ke formulir laporan sebanyak dua rangkap untuk
disampaikan kepada koordinator SP2TP

d.Hasil rekapitulasi pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan
untuk meningkatkan kinerja kegiatan.

2.Tingkat Dati II

Pengelola data SP2TP di Dati II menggunakan perangkat lunak yang ditetapkan oleh DepKes

b.Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima Dinas Kesehatan Dati II disampaikan kepada pelaksana
Sp2TP untuk direkapitulasi/entry data

c.Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan balik, bimbingan
teknis ke puskesmas, dan tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja program.

d.Hasil rekapitulasi data setiap tiga bulan dibuat dalam rangkap tiga (dalambentuk soft file) untuk
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I, Kanwil DepKes Propinsi dan Departemen Kesehatan

3.Tingkat Dati I

a.Pengelolaan dan pemanfaatan data SP2TP di dati I mempergunakan perangkat lunak sama dengan
Dati II

b.Laporan dari Dinkes Dati II, diterima oleh Dinkes Dati I dan Kanwil DepKes dalam Bentuk soft file
diteruskan ke pelaksana untuk dikompilasi/ direkapitulasi
c.Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelolaprogram Dati I untuk diolah dan dimanfaatkan serta
dilakukan tindaklanjut, bimbingan, dan pengendalian

4.Tingkat Pusat

Hasil olahan yang dilaksanakan Ditjen BinKesmas paling lambat dua bulan setelah berakhirnya triwulan
tersebut, kemudian disampaikan kepada pengelola program terkait dan pusat data kesehatan untuk
dianalisis dan dimanfaatkan sebagai umpan balik,kemudian dikirimkan ke Kanwil depKes Propinsi.

DAFTAR PUSTAKA
eni Puji Wahyuningsih, Ircham Mc, Anis Indriyani, Mina Yumei Santi.2009.Dasar-dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat Dalam Kebidanan.Fitramaya, Yogyakarta.

Eka,Arsita P.2011.ilmu kesehatan masyarakat.Nuha Medika:Yogyakarta

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2009.Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.Salemba
Medika:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai