Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunianya kami bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang
Strategi Pemberdayaan Dukun. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah PPM.
Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami temui.
Namun atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu Nurul Fitriningsih, MPH selaku dosen pembimbing mata kuliah PPM
yang telah memberikan arahan, dorongan dan masukan selama penulisan
makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswi yang telah banyak memberikan saran dan masukan
untuk makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisan yang
mungkin saja belum mampu mencapai kata sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik dari rekan-rekan yang sifatnya membangun sangan kami butuhkan
untuk menyempurnakan makalah ini dan guna menjadi bekal acuan untuk
membuat makalah yang selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ..............................................................................................................2
B. Saran ..............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bukunya, Edi Suharto menjelaskan bahwa pemberdayaan
adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan
agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.
Peranan dukun di masyarakat dalam menolong seorang ibu dalam
masa kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan berkaitan erat dengan
budaya dan kebiasaan setempat. Dukun bayi kebanyakan merupakan
orang yang dikenal banyak di desa, dihormati, dianggap sebagai orang tua
dan dipercaya serta berpengalaman. Meskipun dukun mampu menolong
persalinan namun dukun tidak memiliki pengetahuan klinis mengenai
persalinan yang aman sehingga diperlukan adanya pembinaan dan
pemberdayaan pada dukun untuk menurunkan angka kematia ibu dan
anak.
Aras Mikro, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap klien
secara individu yang mana melalui bimbingan, konseling, stress management,
dan crisis intervention. Dengan tujuan untuk membimbing atau melatih klien
dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
Aras Mezzo, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap
sekelompok klien yang mana menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan keterampilan merupakan
strategi dalam meningkatkan kesadaran dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
Aras Makro, aras ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena
perubahannya lebih terhadap lingkungan yang lebih luas seperti perumusan
kebijakan, kampanye, aksi sosial, dan pengorganisasian masyarakat. Aras
ini juga memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan juga untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi mikro dalam pemberdayaan dukun?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami strategi mikro dalam pemberdayaan dukun
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2).
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong
persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan
cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah
penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.
Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan
kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari
keluarga dekat lainnya (Kusnada Adimihardja).
Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan
pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
3
2) Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah
terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan
belum dinyatakan lulus.
B. Fungsi Dukun
Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi,
ialah fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah
melaksanakan pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk
mendukung fungsi utamanya, maka fungsi tambahan dapat dikembangkan
setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan pelayanan
kesehatan. Dalam kerangka program KIA, fungsi dukun bayi meliputi:
1) Perawatan ibu hamil normal
2) Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit
kehamilan.
3) Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT
4) Persalinan yang aman
5) Perawatan masa nifas
6) Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi
Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan
mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat
keterlibatan dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri
dan pengaturan dukun bayi di masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan
kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan
masyarakat. dukun bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat
potensial dalam upaya tersebut.
C. Peran Dukun
1) Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang
4
dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena
bidan :
a) Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat
memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b) Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
c) Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat
dengan benar
d) Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda
bahaya dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara
tepat.
2) Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
3) Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya
5
E. Strategi Pemberdayaan Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stres manajemen, krisis intervensi. Tujuan utamanya
adalah membeimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat
pada tugas.
Pada aras mikro peran utama pekerja sosial adalah sebagai pialang
yang menghubungkan klien dengan sumber – sumber yang tersedia pada
lingkungan sekitar.
Sebagai pialang social utama yang dilakukan pekerja social adalah
manajement kasus (case manajement) yang mengkoordinasikan berbagai
pelayanan social yang disediakan oleh beragam penyedia. Beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan meliputi:
a. Melakukan assessment terhadap situasi dan kebutuhan khusus
klien.
b. Memfasilitasi pilihan – pilihan klien dengan berbagai informasi
dan sumber alternatif.
c. Membangun kontak antara klien dan lembaga – lembaga pelayanan
social.
d. Menghimpun informasi mengenai berbagai jenis dan lokasi
pelayanan social, parameter pelayanan, dan kriteria elijibilitas.
e. Mempelajari kebijakan- kebijakan , syarat – syarat ,prosedur dan
proses pemanfaatan sumber kemasyarakatan .
f. Menjalin relasi kerjasama dengan berbagai profesi kunci.
g. Memonitor dan mengevaluasi distribusi pelayanan.
6
persalinan (dengan melakukan ritual adat dan kegamaan untuk membuat
ibu merasa lebih tenang dan aman) dan merawat ibu dan bayi setelah
persalinan (masa nifas). Dalam kata lain kegiatan bidan mencakup aspek
medis dan kegiatan dukun mencakup aspek non medis. Peran kader
posyandu sangat besar, selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu
dan melaksanakan perilaku hidup bersih sehat dimana salah satu program
utamanya adalah kesehatan ibu dan anak kader posyandu juga bisa
menjadi elemen yang dapat memediasi pembetukan kemitraan antara
dukun dan bidan bahkan dalam jangka panjang peran kader posyandu
tersebut dapat juga menjaga komitmen dukun bayi untuk tetap bermitra.
Dalam tahapan ini kader posyandu akan mengajak dukun bayi
untuk memberdayakan tradisi setempat yang positif berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak dan menghilangkan kebiasaan buruk yang
dilakukan pada ibu hamil, menyusui, nifas, dan bayi baru lahir serta
mendorong dukun untuk mengunjungi posyandu, pustu, poskesdes
ataupun puskesmas sehingga dukun bayi dapat terlibat aktif dalam setiap
kegiatan rutin bulanan kader posyandu.
Jika ada kemungkinan dukun bayi tidak mau bermitra dengan
bidan, bidan dapat melakukan pendekatan dengan sering melakukan
kunjungan dengan dukun yang tidak mau bermitra (bisa dilakukan
bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dukun bayi yang sudah
bermitra, kader posyandu) untuk memberi pemahaman bahwa tidak
sepenuhnya digantikan oleh bidan dan menginformasikan berbagai
keuntungan yang didapat dukun bayi yang mau bermitra (insentif berupa
uang, pelatihan-pelatihan, sertifikat, seragam, perlengkapan penyuluhan,
kesempatan magang di pustu atau puskesmas dan lain-lain).
7
Pendidikan dan pelatihan ,dinamika kelompok , biasanya digunakan sebagai
strategis dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-
sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
8
G. Strategi Permberdayaan Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.
Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial.
Lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat
untuk bertindak.
9
9. Keputusan menteri kesehatan nomor 828/menkes/sk/IX/2008 tentang
petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
kabupaten/kota
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kader adalah seorang tenaga suka rela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Dukun adalah seseorang yang membantu masayarakat dalam
penyembuhan penyakit melalui kekuatan supranatural, kebudayaan dukun
serta kebudayaan manusiayang terbagi dalam berbagai macam aliran.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang dipimpin masyarakat,
perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh masyarakat tentang
berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset mereka.
Kemudian dari aspek dan keadaan tersebut masyarakat menyusun agenda
pembangunan yang disusun dalam bentuk RPJM desa dengan
memperhitungkan asset dan nilai serta potensi utama masyarakat.
Pemberdayaan yang kita berikan terhadap klien dapat secara individu
melalui bimbingan, konseling, management, krisis intervensi. Selain itu kita
juga dapat lakukan kepada sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan
dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi pendidikan dan
pelatihan. Dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan pembuatan makalah yang
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
menambah pengetahuan.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13