Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH DASAR KESEHATAN REPRODUKSI

KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KELUARGA BERENCANA

Oleh : Kelompok 5

Aisyah Gusti Hanifah 2011211010


Andama Rizky Maulana 2011211024
Caesar Rani Batavia 2011211042
Dela Desmita Sari 2011212064
Diandra Aurelia Batubara 2011213009
Fajri Razes 2011216003
Frisnaini Ayuputi Ratnaningtyas 2011212044
Gabriella Tessalonika 2011211004
Gina Syakila Intania 2011211012
Nada Nisrina 2011216001

Dosen Pengampu:
Dr. Yessy Markolinda, S. Si, M.Repro

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARATAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul "Kesehatan
Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana". Penulisan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah "Dasar Kesehatan Reproduksi/KIA". Disamping itu, makalah ini
diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan.

Penulis juga menyadari akan kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari cara
penyampaiannya. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah
ini kedepannya.

Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum wr. wb.

Padang, 16 Februari 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 4
2.1 Kesehatan Ibu dan Anak ........................................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ..................................................................... 4
2.1.2 Sejarah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) .......................................................................... 4
2.1.4 Ruang Lingkup Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ............................................................. 10
2.1.5 Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ...................................................................... 18
2.1.6 Tujuan Umum dan Khusus Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) .......................................... 20
2.2 Keluarga Berencana ............................................................................................................ 21
2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana (KB) ........................................................................... 21
2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana (KB) ................................................................................. 21
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jenis Keluarga Berencana (KB) ....................................... 22
2.2.4 Jenis Keluarga Berencana (KB) .................................................................................... 25
BAB III PENUTUPAN ............................................................................................................................ 29
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 29
3.2 Kritik dan Saran ................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Setiap tiga menit, di suatu tempat di
Indonesia, anak di bawah usia lima tahun meninggal. Selain itu, setiap jam seorang
perempuan meninggal karena melahirkan atau sebab-sebab yang berkaitan dengan
kehamilan (UNICEF, 2012). Sampai saat ini telah banyak program-program
pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan guna menanggulangi masalah-
masalah kesehatan ibu dan anak (Maas, 2004).
Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya
penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu.
Dalam menentukan derajat kesehatan, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan
antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan
hidup saat lahir (WHO, 2016).
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka
kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISPA, diare dan tetanus
yang sering diderita oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian
pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,
hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah
persalinan (Maas, 2004).
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana
mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa
dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan,
misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran
kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu (Maas, 2004).

1
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga
berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit kecil kehidupan bangsa
diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi pada pertumbahan yang seimbang. Dalam pengertian keluarga berencana
secara umum ialah, dapat diuraikan bahwa keluarga berencana suatu usaha yang
mengatur banyak jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya
dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langgsung dari kelahiran tersebut. Atau
meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam
kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya
pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur
(ovum) dari wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai faktor
yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor yang
menghambat penyebarluaskan program keluarga berencana di Indonesia antara lain
budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor
pendukung penyebarluaskan program keluarga berencana, antara lain adanya komitmen
politis, dukungan pemerintah, dukungan tokoh agama atau tokot masyarakat dan
dukungan masyarakat terkait masalah kependudukan (Lucky, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kesehatan ibu dan anak ?
2. Bagimana sejarah dari kesehatan ibu dan anak ?
3. Apa saja ruang lingkup dari kesehatan ibu dan anak?
4. Apa saja kegiatan dari kesehatan ibu dan anak ?
5. Apa tujuan dari kesehatan ibu dan anak ?
6. Apa pengertian dari keluarga berencana ?
7. Apa tujuan dari keluarga berencana ?
8. Apa faktor yang mempengaruhi jenis keluarga berencana ?
9. Apa saja jenis dari keluarga berencana?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan ibu dan anak
2. Untuk mengetahui sejarah dari kesehatan ibu dan dan anak
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dari kesehatan ibu dan anak
4. Untuk mengetahui kegiatan dari kesehatan ibu dan anak
5. Untuk mengetahui tujuan dari kesehatan ibu dan anak
6. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga berencana
7. Untuk mengetahui tujuan dari keluarga berencana
8. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keluarga berencana
9. Untuk mengetahui jenis-jenis dari keluarga berencana

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Ibu dan Anak


2.1.1 Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan
anak balita serta anak prasekolah.
Menurut WHO pengertian kesehatan ibu dan anak ialah kesehatan seorang
perempuan ketika masakehamilan, masa persalinan, dan pasca melahirkan. Dari
pengertian kesehatan ibu dan anak, ini mencakup adanya dimensi, kesehatan keluarga
berencana, prakonsepsi, kehamilan, dan perawatan postnatal.
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan
pemeliharaanibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita,
remaja, dan Lansia

2.1.2 Sejarah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari


sejarah kehidupan bangsa. Setelah indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services) dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah
“melindungi” masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan. Kesehatan adalah hak asasi
manusia yang juga tercantum dalam UUD 1945. Pemerintah mengembangkan
infrastruktur di berbagai wilayah tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi
masyarakat dari gangguan kesehatan. Program kesehatan yang dikembangkan adalah
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat (public health essential) terutama oleh penduduk
miskin.
Menurut WHO kesehatan ibu dan anak ialah kesehatan seorang perempuan ketika
masa kehamilan, masa persalinan, dan pasca melahirkan. Dari pengertian kesehatan ibu
dan anak, ini mencakup adanya dimensi, kesehatan keluarga berencana, prakonsepsi,
kehamilan, dan perawatan postnatal. Pada dasarnya kesehatan ibu dan anak lebih

4
diutamakan dalam pelayanan umum, bagi perempuan, anak-anak dan juga beserta
keluarga. Adapun faktor yang mengakibatkan kesehatan ibu terganggu ialah:
1. Faktor Kemiskinan
Kematian ibu (dari masa kehamilan hingga melahirkan) dapat disebabkan oleh
faktor kemiskinan dan kesehatan sang ibu yang akan berdampak bagi calon buah
hati yang akan terlahir. Pada kondisi masyarakat yang miskin dan kesehatan sang
ibu kurang diperhatikan maka sang ibu dapat beresiko akan kematian, karena
berbagai hal yang tidak terduga dapat saja terjadi di masa-masa kehamilan hingga
persalinan.
2. Pola hidup tidak sehat
Ibu yang berada dilingkungan tidak sehat dalam artian lingkungan yang
kumuh, serta diimbangi dengan kebiasaan yang buruk (merokok dan meminum
minuman keras) akan merugikan diri dan buah hati.
3. Minimnya perawatan prenatal
Perawatan prenatal merupakan perawatan sebelum melahirkan. Dalam
perawatan prenatal dapat meliputi perawatan medis dan pendidikan, sosial serta
adanya layanan gizi selama masa kehamilan. Jika seorang ibu kurang mendapat
perawatan prenatal maka dapat berdampak kurang baik bagi kesehatan ibu dan
calon buah hati.

Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan Ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, anak balita serta
anak prasekolah. Memfasilitasi masyarakat untuk membangun system kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek nonklinis terkait
kehamilan dan persalinan merupakan salah satu pemberdayaan masyarakat di bidang
KIA.

Menurut WHO angka kematian ibu (AKI) umumnya terjadi akibat komplikasi
saat, dan pasca kehamilan yang mencapai 100.000 per kelahiran hidup. Hingga pada
tahun 2018/2019 AKI di Indonesia masih sangat tinggi dengan 305 per 1000 kelahiran
hidup, "ungkap Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH.

5
AKI dapat disebabkan oleh perencanan kehamilan yang kurang matang, sehingga
perempuan melahirkan terlalu banyak, terlalu dekat, terlalu muda, dan kurang akan
pengetahuan tentang pentingnya kesehatan kehamilan.

Peran pemerintah dalam mengatasi masalah angka kematian ibu (AKI) di awali
dengan kesehatan di sekolah, kemudian terkait dengan reproduksi remaja. Selanjutnya ke
program tentang pelayanan anatal care, persalinan dan pelayanan kepada bayi. Selain itu,
Kemenkes juga melakukan perluasan akses serta mutu pelayanan seperti memperbanyak
tenaga kesehatan di daerah terpencil yang memang jangkauan pelayanannya masih dirasa
kurang. Di pulau Jawa, masih dirasa kurang untuk beberapa hal tertentu. Karena memang
yang hamil di pulau Jawa ini sangat banyak, lebih banyak di bandingkan daerah daerah
lain. Melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik fasilitas
kesehatan dasar maupun rujukan. Obat akan disediakan dalam satu kesatuan dengan
system layanan kesehatan.

Beberapa catatan penting dibawah ini, baik sebelum maupun sesudah indonesia
merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program kesehatan masyarakat
Indonesia.

Tahun 1924 : Pengembangan program pendidikan kesehatan masyarakat mulai dirintis


untuk peningkatan sanitasi lingkungan di wilayah Pedesaan.

Tahun 1952 : Pemgembangan balai kesehatan ibu dan anak ( KIA ) mulai dirintis dengan
didirikannya Direktorat KIA di lingkungan kementrian kesehatan RI.

Tahun 1956 : Proyek UKS mulai diperkenalkan diwilayah Jakarta.

Tahun 1959 : Program pemberantasan penyakit Malaria dimulai dengan bantuan WHO.

Tahun 1960 : UU pokok kesehatan dirumuskan.

Tahun 1969-1971 : Rencana pembangunan lima tahunan (repelita) Indonesia mulai


dibahas, Departemen Kesehatan menata kembali strategi pembangunan kesehatan jangka
panjang melalui:

6
1. RAKERNAS I dilangsungkan untuk merumuskan rencana pembanguna
kesehatan jangka panjang sebagai awal repelita I.
2. Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mulai diperkenalkan.

Perkembangan pembangunan puskesmas sudah dirintis dalam bentuk proyek


rintisan dibeberapa wilayah Indonesia. Pemerintah membangun Puskesmas dengan
berbagai pertimbangan strategis antara lain :

1. Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan,


sedangkan masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan.
2. Untuk memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana pelayanan
kesehatan kepada kelompok-kelompok penduduk yang membutuhkannya di
pedesaan. Sampai akhir tahun 60-an, sebagian besar pelayanan kesehatan
dilakukan melalui rumah sakit yang lebih banyak berlokasi di daerah perkotaan
dan bersifat konsumtif sehingga menyulitkan masyarakat, terutama yang tinggal
di desa untuk menjangkaunya. Program pencegahan dapat lebih dikembangkan
melalui program Puskesmas.
3. Untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan di RS dan
dokter praktik swasta yang lebih banyak bersifat kuratif (pengobatan) jauh lebih
mahal dibandingkan dengan program pencegahan. Pada dekade 60-an,
transportasi belum menjangkau wilayah pedesaan yang terpencil di Indonesia.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka kematian bayi (AKB), angka
kematian ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian balita (Depkes Rl, 1991).
OIeh karena itu, persalinan ibu hams mendapatkan fasilitas dan partisifasi seperti tenaga
profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat setempat dan lainnya.

Kematian ibu atau kematian maternal saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting. Tingginya angka kematian maternal
mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat (L. Ratna Budiarso et
al, 1996). Kematian seorang wanita saat melahirkan sangat mempengaruhi kelangsungan

7
hidup bayinya, karena bayi yang bersangkutan akan mengalami nasib yang sama dan
keluarganya bercerai berai (L. Ratna Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu angka
kematian maternal dapat digunakan sebagai salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia
dewasa ini masih tinggi. Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu
karena adanya komplikasi dan 28% diantaranya terjadi pendarahan. Apabila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara maju, maka angka
kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-6 kali AKI negara ASEAN dan lebih
dari 50 kali AKI negara maju (Anonimus, 1996/1997).

Pola penyakit penyebab kematian ibu 84% karena komplikasi obstetrik langsung
dan didominasi oleh trias klasik, yaitu perdarahan (46,7 %), toxemia (14,5%) dan infeksi
(8%). Kasus perdarahan yang paling banyak adalah perdarahan postpartum akibat uri
tunggal, sedangkan infeksi umunya merupakan komplikasi akibat ketuban pecah dini,
robekan jalan lahir, persalinan macet serta perdarahan (Sarimawar Djaja et al, 1997).
Faktor yang turut melatar belakangi kematian maternal adalah usia ibu pada waktu hamil
tcrlalu muda (<> 35 tahun), jumlah anak terlalu banyak (> 4 orang) dan jarak antar
kehamilan kurang dari 2 tahun. Berikut ini adalah makanan yang baik untuk ibu hamil:

• Daging tanpa Lemak


• Telur
• Ikan salmon
• Kacang
• Ubi jalar
• Walnut
• Sayuran Daun Berwarna Hijau Tua
• Buah-buahan dan sayuran Beraneka Warna
• Biji-bijian lainnya

Cara Perawatan Bayi di Dalam Kandungan yaitu:

1. Pemeriksaan kandungan secara rutin


Selalu rajin dalam mengontrol perkembangan bayi dengan memeriksakan
kandungan pada dokter kepercayaan Anda secara berkala. Semakin besar
kandungan Anda maka semakin sering pula harus melakukan pemeriksaan

8
kandungan. Saat kandungan memasuki trimester pertama dan kedua mungkin
Anda cukup melakukan pemeriksaan sebulan sekali. Tapi setelah memasuki usia
trimester ketiga, maka harus sering melakukan pemeriksaan, bisa dua minggu
sekali sampai seminggu sekali setelah mendekati masa persalinan.
2. Menghindari aktivitas fisik secara berlebihan
Selama mengandung ibu hamil tetap bisa menjalankan segala aktivitasnya
yang terbilang ringan dan aman. Bila Anda seorang wanita karier maka tetap bisa
menjalankan tugas pekerjaan Anda, tapi agak dikurangi intensitasnya. Apalagi
bila usia kandungan sudah mendekati masa persalinan. Jangan lupa untuk
melakukan istirahat dengan cukup, agar tubuh ibu hamil tidak terlalu kelelahan.
3. Selalu konsumsi makanan kaya gizi dan nutrisi
Ibu hamil harus senantiasa mendapatkan asupan makanan yang sehat dan
bergizi. Asupan makanan ini justru haru lebih banyak, karena nutrisi yang
didapatkan dari makanan akan dibagikan juga kepada janin di dalam
kandungannya. Jangan sekali-kali mengkonsumsi makanan yang mengandung
bahan kimia berbahaya yang bisa saja meracuni buah hati Anda. Jauhkan diri dari
kebiasaan merokok, termasuk menghindari lingkungan yang penuh dengan asap
rokok. Karena perokok pasif akan menghirup racun yang lebih berbahaya. Racun
yang terdapat di asap rokok akan masuk ke dalam tubuh ibu hamil dan
mengkontaminasi janin di dalam kandungan.
Kebutuhan cairan tubuh juga harus terpenuhi, oleh karenanya sedikitnya
dalam sehari ibu hamil mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas atau 2 liter dalam
sehari. Bila ibu hamil menderita dehidrasi maka sangat berbahaya bagi kesehatan
ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Jika ibu hamil merasa lemas karena
kekurangan darah bisa mengonsumsi suplemen penambah darah. Vitamin asam
folat juga bisa dikonsumsi ibu hamil agar janin bisa berkembang lebih sehat.
Supaya masa kehamilan Anda bisa terpantau dengan baik, maka Anda
tidak perlu ragu untuk selalu berkonsultasi dengan dokter kandungan. Tujuannya
untuk memastikan kesehatan Anda tidak terganggu, termasuk tumbuh kembang
buah hati Anda. Dengan begitu Anda bisa menghadapi masa persalinan dengan
lebih siap.

9
2.1.4 Ruang Lingkup Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. Kesehatan Maternal
AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh,dll di setiap 100.000
kelahiran hidup
Dalam menentukan derajat kesehatan, terdapat beberapa indikator yang dapat
digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan
angka harapan hidup waktu lahir. Kejadian kematian bayi terkait dengan kondisi ibu
karena terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama
kehidupan bayi. Tingginya angka kematian bayi dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, diantaranya adanya trauma persalinan, kelainan bawaan yang kemungkinan
besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat hamil, serta
kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan. Jika tidak ada masalah selama kehamilan seperti komplikasi kehamilan
dan didukung dengan pelayanan kesehatan yang bermutu maka dapat melahirkan
bayi hidup yang sehat.
WHO mendefinisikan kelahiran hidup sebagai peristiwa kelahiran bayi, tanpa
memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan; misalnya bernafas, ada denyut jantung,
atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot (Mantra, 1985). Berdasarkan hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi ibu selama kehamilan sampai dengan
melahirkan mempunyai peran untuk mendapatkan bayi lahir hidup. Berkaitan dengan
masa kehamilan maka pelayanan kesehatan yang hams dimanfaatkan ibu hamil
adalah pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian yang terkait dengan
ibu, janin, dan bayi
2. Kesehatan Perinatal dan Neonatal
Menurut Juniarni, dkk (2003) dalam Ritan (2008) periode perinatal
merupakan salah satu periode awal kehidupan manusia, yang dimulai pada saat umur
gestasi 22 minggu lengkap (154 hari) sampai 7 (tujuh) hari setelah dilahirkan.
Periode perinatal ini merupakan periode yang sangat penting dan mempunyai
pengaruh yang besar bagi periode selanjutnya. Masa perinatal adalah rangkaian dari

10
dua masa yang sangat berbeda bagi bayi, yaitu masa sebelum lahir hingga sesudah
lahir. Walaupun masa perinatal ini dimulai sejak umur gestasi 22 minggu lengkap
(154 hari), kenyataannya bahwa untuk melahirkan seorang anak yang berkualitas
tinggi, perlu adanya persiapan fisik maupun mental yang baik dari seorang ibu
sekurang-kurangnya semenjak konsepsi bahkan lebih baik lagi dilakukan enam bulan
sebelum konsepsi. Menurut kamus kedokteran tahun 2005, perinatal ini berkenaan
dengan atau terjadi dalam masa sesaat sebelum dan sesudah kelahiran.
Periode segera setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang
sangat berbeda. Di dalam uterus, janin hidup dan tumbuh dengan segala kenyamanan
karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya. Hal ini berarti janin
tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya (Surasmi, 2003). Di luar uterus
diawali dengan proses persalinan yang merupakan suatu keadaan tidak nyaman
(stresor) bagi bayi. Ia harus mampu hidup dengan upayanya sendiri. Jadi, hidupnya
tidak tergantung lagi pada ibunya. Proses penyesuaian kehidupan dari dalam uterus
ini merupakan masa yang sulit bagi bayi. Masa transisi ini adalah fase kritis bagi
kehidupan bayi. Umumnya, bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat
melewati masa tersebut dengan baik.
Sebaliknya bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur)
atapun bayi yang lahir disertai dengan penyulit atau komplikasi tentunya proses
adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan, seringkali
menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak
mampu melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya (meninggal).
Masalah kesehatan yang terjadi selama periode perinatal secara garis besar
dapat diuraikan dalam tiga periode, yakni periode antenatal, periode intranatal dan
periode postnatal.
a. Periode Antenatal
Antenatal adalah masa sebelum terjadinya kelahiran atau masa
kehamilan. Pada periode ini masalah kesehatan yang terjadi pada ibu menjadi
ukuran untuk menilai keadaan dan masalah kesehatan pada janin, karena pada
periode ini janin sepenuhnya bergantung pada keadaan ibu (Juniarni, dkk,
2003).

11
b. Periode Intranatal
Asrining, dkk (2003) berpendapat bahwa periode intranatal
merupakan masa selama terjadinya proses kelahiran, dimana pada periode ini
masalah pada bayi dapat disebabkan oleh adanya perlukaan pada saat lahir.
Infeksi pada periode ini terjadi karena kuman menulari janin dengan cara
kontak langsung dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman.
c. Periode Postnatal
Masa setelah terjadinya kelahiran disebut periode postnatal. Masalah
yang terjadi pada periode ini biasanya merupakan kelanjutan masalah dari
periode-periode sebelumnya. Disamping itu ada juga yang disebabkan oleh
infeksi yang diperoleh setelah lahir (Juniarni dkk, 2003).

Banyak konsep berkaitan dengan kematian perinatal. Ada yang mengatakan


bahwa kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan 28 minggu atau
lebih ditambah dengan kematian bayi usia satu minggu. Definisi lain mengatakan
bahwa kematian perinatal adalah jumlah lahir mati ditambah dengan kematian bayi
dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan menurut Moeslay dan Chen (1984)
dalam Ritan (2008), mengatakan bahwa kematian Perinatal merupakan kematian
bayi yang terjadi pada saat umur gestasi 22 minggu lengkap (154 hari) sampai tujuh
hari setelah dilahirkan.
Kematian perinatal merupakan ukuran kemampuan pelayanan kesehatan suatu
negara. Kematian perinatal juga dapat dipakai sebagai tolak ukur dari keberhasilan
suatu produk kehamilan (konsepsi). Pada suatu kehamilan dapat terjadi suatu
kegagalan, bila kegagalan ini terjadi pada suatu kehamilan maka disebut keguguran.
Hasil kehamilan yang lebih baik adalah bayi cukup bulan yang menunjukkan
pertumbuhan yang baik dalam kandungan.
Status kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak komponen, antara lain angka
kematian perinatal. Semakin tinggi angka kematian perinatal akan membuat status
kesehatan semakin rendah, demikian juga sebaliknya. Menurut Blum (1968), status
kesehatan masyarakat itu sendiri dipengaruhi oleh faktor hereditas, perilaku,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Apabila teori ini diterapkan dalam kejadian
kematian perinatal, berarti Angka Kematian Perinatal (AKP) dipengaruhi oleh faktor
hereditas maternal, perilaku maternal, lingkungan maternal dan pelayanan kesehatan
maternal. Variabel usia maternal, riwayat penyakit, riwayat persalinan dan status gizi

12
yang termasuk dalam faktor intrinsik ibu serta variabel custom/adat – kebiasaan dan
tradisi yang merupakan faktor sosial budaya. Ketiga faktor tersebut diduga
mempengaruhi ibu maternal berkaitan dengan kesehatan kehamilannya, anak yang
dikandungnya, proses persalinan dan kesehatan bayi yang berada dalam periode
perinatal.
Neonatal dini adalah bayi lahir hidup dalam masa 7 hari sejak dilahirkan. Neonatal
dini merupakan bagian dari bagian neonatal yang dibagi untuk mengidentifikasi
penyebab kematian pada kelompok neonatal (WHO, 2001). Neonatal adalah bayi
yang lahir hidup hingga 28 hari sejak dilahirkan. Neonatal merupakan bagian dari
interval bayi yang dimulai dari lahir sampai tahun pertama kehidupan (Benson &
Martin, 2009).
Keadaan bayi waktu lahir dipengaruhi oleh keadaan bayi sewaktu dalam rahim,
terutama selama kehamilan dan persalinan. Keadaan pada saat lahir bervariasi dari
bayi normal yang menangis dan aktif sampai bayi yang sama sekali tidak memberi
respon dan mungkin meninggal jika tidak diberi bantuan nafas atau resusitasi.
Penyediaan pelayanan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir harus siap untuk
memberikan pertolongan dan perawatan secara menyeluruh untuk bayi baru lahir
(Benson & Martin, 2009).
Perawatan neonatal yang optimal memerlukan pengetahuan mengenai riwayat
keluarga, riwayat kehamilan sebelumnya dan saat ini, serta keadaan waktu
persalinan. Kondisi seorang ibu memengaruhi keadaan dari neonatus yang
dilahirkan. Komplikasi kehamilan yang meningkatkan risiko pada kehamilan ibu dan
neonatal, komplikasi kehamilan, komplikasi medis maternal dan komplikasi obstetric
berpengaruh langsung pada neonatal sehingga kondisi morbiditas dan mortalitas dari
neonatal tersebut (Clarence et.al, 2014)
Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama
kehidupan bayi (WHO, 2001). Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah bayi
yang dilahirkan dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari
pertama kehidupannya (yaitu pada minggu pertama setelah kelahirannya). Kematian
neonatal lanjut adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal pada rentang waktu
antara 7 hingga 28 hari (yaitu dalam minggu kedua hingga keempat dari
kehidupannya). Setiap bayi yang lahir hidup mempunyai kondisi masa kehamilan,
proses kelahiran dan lingkungan yang mungkin juga berbeda serta akses pelayanan
terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga berbeda. Hal ini diperkirakan setiap
13
bayi mempunyai kelangsungan hidup yang berbeda-beda (Clarence et.al, 2014).
Angka kematian neonatal dini merupakan satu dari ukuran pelayanan perinatal yang
paling penting. Angka ini terutama menandai standar pelayanan kesehatan yang
diberikan pada ibu hamil selama persalinan dan bayi pada satu minggu pertama
kehidupannya. Standar pelayanan yang diberikan pada bayi merupakan faktor utama
yang menentukan angka kematian neonatal dini. Tingginya angka kematian neonatal
sangat menggambarkan buruknya standar pelayanan bagi bayi baru lahir.
Dalam rangka mengetahui penyebab kematian neonatal terutama neonatal dini
perlu dilakukan pengelompokan penyebab kematian neonatal. Penyebab utama
adalah masalah atau penyakit yang diderita ibu selama kehamilan maupun persalinan
yang berakibat pada meninggalnya bayi. Namun, penyebab akhir kematian neonatal
dini juga harus dilihat. Penyebab akhir yang dimaksud adalah masalah klinis yang
terjadi pada saat kematian bayi. Baik penyebab utama maupun penyebab akhir
kematian harus ditentukan pada tiap kematian neonatal (WHO, 2001).
Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah obstetrik selama
kehamilan maupun persalinan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyebab utama
kematian neonatal dini adalah:
a. Persalinan prematur.
b. Hipoksia intrapartum.
c. Perdarahan antepartum.
d. Hipertensi dalam kehamilan.
e. Infeksi.
f. Kelainan janin atau anomali.
g. Gangguan pertumbuhan intrauterin.
h. Trauma.
i. Penyakit sistemik pada ibu hamil
3. Kesehatan Bayi dan Anak
Seorang anak dapat dikatakan sehat apabila mempunyai kriteria perkembangan
dan pertumbuhan yang sesuai (sunarti,1994).
a. Kesehatan Fisik (badan, jasmani)
Kesehatan fisik yaitu terwujud apabila sesorang tidak merasa dan
mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak
tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan
14
b. Kesehatan Mental (psikis)
Kesehatan mental untuk bayi usia 0 sampai 6 bulan dapat dilihat dengan
perkembangan. Perkembangan adalah hal-hal yang lebih berkaitan dengan
fungsi-fungsi organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan
panca indera
2.2.1 Penilaian Perkembangan Anak dengan DDTK
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (1996)
mempermudah petugas kesehatan yang berada di lapangan
pemantauan perkembangan anak (Nursalam, dkk. 2005)
1) Definisi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
Adalah merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan,
secara komprehensif untuk menentukan penyimpangan
tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor
resiko pada balita (Depkes RI, 1995)
a) Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Dalam
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak digunakan KPSP
(Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) untuk memantau
perkembangan anak (Depkes RI & IDAI, 2005)
b) Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan
c) Manfaat
• Mengetahui tahap perkembangan anak
• Meningkatkan kesadaran orang tua anak untuk
berusaha menciptakan kondisi yang menguntungkan
bagi perkembangan anak

Menyusui Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu


diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang
ASI. Bahkan ibu buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun
demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah
tidaklah selalu mudah. (Roesli,2000) Menyusui adalah cara terbaik, namun ada
momen-momen ketika hal ini tidak mungkin dilakukan. Jika ibu terrinfeksi HIV,

15
jika kondisinya jadi sakit atau jika ibu mengadopsi seorang anak mungkin tidak
sanggup untuk memilih untuk tidak menyusui. Karena itu, susu formula adalah
suatu pilihan yang diambil (Klein,2008). Menyusui hendaknya dilakukan dalam
keadaan santai tidak dengan rasa malu atau takut, karena hal ini akan
mempengaruhi.

ASI (Air Susu Ibu) merupakan sebuah cairan berwarna putih yang
menyerupai susu, yang banyak sekali mengandung nutrisi, yang bersumber dari
ibu, ketika ibu tersebut sedang hamil dan biasanya dikeluarkan pada saat bayi
lahir. Air Susu Ibu merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Oleh sebab itu, pemberian ASI perlu diberikan secara Eksklusif sampai
umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (tahun).

Penggunaan susu buatan sering berakibat kurang baik terhadap kesehatan


anak balita, karena dapat menimbulkan alergi yang menyebabkan diare, atau
muntah. Dan yang lebih parah lagi dapat menyebabkan kematian, seperti yang
diungkapkan Knight, disebutkan oleh sebagian petugas kesehatan bahwa
sindroma kematian bayi secara mendadak kemungkinan terjadinya kurang pada
bayi-bayi yang mendapat ASI

4. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan
sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
suatu yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan
kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan,
dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses
(ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem
dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan

16
Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (BKKBN,1996).
Tujuannya memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak
reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan
dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat
membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.
Terdapat dua sasaran Kesehatan Reproduksi yang akan dijangkau dalam
memberikan pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara.
a. Sasaran Utama
Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri yang belum
menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang termasuk keluarga
prasejahtera.
Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja antara lain : seksualitas,
beresiko/menderita HIV/AIDS, beresiko dan pengguna NAPZA.
b. Sasaran Antara
Petugas kesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan, Perawat, Pemberi
Layanan Berbasis Masyarakat seperti : kader Kesehatan, dukun, tokoh
Masyarakat,tokoh Agama, LSM.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-


faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan
yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:

a. Faktor Demografis – Ekonomi


Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah ,
lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
b. Faktor Budaya dan Lingkungan

17
Faktor budaya dan lingkungan yang mempengaruhi praktek
tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,
kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling
berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama, status perempuan,
ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi,
persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi
individu, serta dukungan atau komitmen politik.
c. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman
sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat
dan dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena
ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria
yang membeli kebebasan secara materi
d. Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi
atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau
adanya keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak
buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya
penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan mendapatkan
hak-hak reproduksinya dan menjadikan kehidupan reproduksi menjadi
lebih berkualitas

2.1.5 Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


1. Kunjungan rumah bumil, bulin, bufas dan neonatus resti
Kegiatan dilakukan setiap bulan dan sasaran kurang lebih 10 bumil, bulin,
bufas dan neonatus. Kunjungan ini sebagai upaya untuk melakukan
pendampingan dalam mengatasi masalah yang terjadi pada bumil, bulin, bufas
dan neonatal
2. Kelompok Ibu Hamil Risti
Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam setahun. Kegiatan ini sebagai upaya
untuk melakukan komunikasi dan konseling secara efektif bersama kelompok ibu

18
hamil beresiko dengan harapan inu hamil tahu tentang masalah dan ada upaya
yang akan dilakukan dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Upaya ini juga
bisa menjadi saran untuk saling bertukar pengalaman sesama ibu hamil beresiko.
3. KIE Kesehatan Reproduksi Caten
Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Kegiatan ini dilakukan
sebagai upaya awal bahwa setiap calon manten akan menghadapi masalah
mengenai reproduksinya walaupun itu sangat tergantung individunya. Tetapi
dikelas ini kita bisa memberikan informasi mengenai reproduksi sehat pria dan
wanita, serta memberikan informasi tentang perawatan organ reproduksi yang
sehat sebagai upaya juga untuk menekan kejadian penularan penyakit menular
akibat hubungan seksual seperti syphilis, GO dan HIV/AIDS.
4. Gamet Berlin
Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Kegiatan ini dilaksanaka
sebagai upaya untuk meningkatkan persan serta keluarga (suami dan istri) dalam
merencanakan reproduksinya dengan upaya melaksanakan KB Pasca Salin,
sehingga diharapakan tidak ada kasus 4 T (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu
Dekat, Terlalu Banyak)
5. DTKB Bayi dan Balita
Kegiatan ini dilakukan 4 kali dalam satu tahun. Kegiatan ini dilaksanakan
sebagai upaya langkah awal untuk mendeteksi secara dini aspek tumbuh kembang
bayi dan balita. Dengan kegiatan ini diharapkan jika ada masalah/penyimpangan
dalam tumbuh kembang segera mendapatkan intervensi yang baik sehingga
tumbuh kembang bayi dan balita bisa optimal.
6. Kebugaran Kelas Ibu Hamil
Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan. Dengan kegiatan ini diharapkan
semua ibu hamil dapat menggunakan fasilitas ini untuk mendorong ibu hamil
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan puskesmas dan mengefektifkan
pemanfaatan buku KIA, sehingga setiap ibu hamil bisa secara mandiri mendeteksi
tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta mengoptimalkan P4K
(Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)
7. Kemitraan Dukun Bayi
Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan. Di era yang serba canggih ini
puskesmas tidak boleh meninggalkan adat dan budaya yang ada disekitar kita
bahwa keberadaan dukun bayi masih diperlukan, tetapi bukan untuk menolong
19
persalinan, tetapi didalam melakukan perawatan setelah bersalin, dengan bayinya
dan disertai bimbingan petugas puskesmas diharapakan dukun bayi bisa
melakukan teknik pijat bayi, bufa yang aman serta melestarikan adat budaya yang
masih kental dijawa. Misalnya: mitoni, puputan selapan yang aman.
8. Safari KB
Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam setahun. Kegiatan ini sebagai
langkah untuk mengenalkan dan membudayakan kepada Pasangan Usia Subur
(PUS) mengenai alat kontrasepsi jangka menengah, panjang dan selamanya.
Kegiatan ini sebagai upaya juga untuk menjarangkan dan mengakhiri
kehamilannya.

2.1.6 Tujuan Umum dan Khusus Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Tujuan Umum KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehatmelalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi
ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
2. Tujuan Khusus KIA
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan prilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, posyandu dan
sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehtan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, posyandu, serta taman kanak-kanak.
c. Meningkatnya jangkuan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyususi.
d. Meningkatnya mutu pelaynan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
menyusui bayi dan anak balita

20
2.2 Keluarga Berencana
2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Pengertian KB menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan


nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional.

Karena Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah yang dirancang


untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk, maka dari itu program
KB ini diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang.

Perlu diketahui, bahwa Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah


dianggap masyarakat dunia sebagai program yang berhasil menurunkan angka kelahiran
yang bermakna.

Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan yaitu


dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,
spiral, IUD, dan sebagainya.

2.2.2 Tujuan Keluarga Berencana (KB)


Pasangan yang menggunakan KB tentu memiliki tujuan masing-masing. KB tidak
hanya dilakukan untuk menekan jumlah kelahiran bayi. Lebih jelasnya, tujuan KB terbagi
menjadi dua bagian, di antaranya:
Menurut BKKBN :

• Membentuk keluarga kecil sejahtera, sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga


tersebut
• Mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak
• Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini

21
• Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau
tua akibat penyakit sistem reproduksi.
• Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan
jumlah penduduk di Indonesia

Tujuan Umum :
• Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan Khusus :

• Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.


• Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
• Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jenis Keluarga Berencana (KB)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan jenis KB yang


digunakan oleh masyarakat, diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Usia
Usia merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi kefektifan pemakaian
KB. Pasalnya usia akan berpengaruh pada kematangan struktur organ reproduksi
hingga komposisi biokimiawi dan hormonal pada seorang wanita. Perbedaan
tingkat kematangan struktur organ, biokimiawi serta hormonal ini akan
menyebabkan perbedaan jenis kontrasepsi yang efektif untuk digunakan. Terdapat
tiga pembagian jenis penggunaan KB yang rasional berdasarkan usia, yaitu
sebagai berikut:
a) Masa Menunda Kehamilan (kurun reproduksi muda (15-19 tahun)
Pada kasus pernikahan dini atau usia wanita yang belum mencapai
20 tahun dianjurkan untuk melakukan penundaan kehamilan. Hal ini
karena pada usia ini wanita dinilai belum siap baik dari segi fisik maupun
spsikis untuk menjalani kehamilan. Maka dari itu, dibutuhkan alat
komtrasepsi yang sesuai dengan usia ini, adapun ciri kontrasepsi yang
sesuai dengan usia ini ialah sebagai berikut:
22
• Terdapat jaminan kembalinya kesuburan yang tinggi. Hal Ini penting
karena akseptor belum mempunyai anak.
• Memiliki efektifitas yang tinggi. Hal ini penting karena kegagalan
akan menyebabkan tujuan KB tidak tercapai.

Prioritas kontrasepsi yang sesuai ialah Pil, AKDR, dan cara sederhana
(kondom, spermisida)

b) Masa Mengatur Kesuburan (kurun reproduksi sehat (20-35 tahun))


Usia melahirkan terbaik bagi seorang ibu ialah pada usia 20 - 35
tahun, dengan jarak kehamilan yang ideal 2-4 tahun. Adapun ciri
kontrasepsi yang sesuai ialah :
• Kembalinya kesuburan (reversibilitas) yang cukup.
• Efektifitas cukup tinggi.
• Dapat dipakai 2 - 4 tahun, sesuai dengan jarak kehamilan yang aman
untuk ibu dan anak.
• Tidak menghambat produksi ASI (air susu ibu).

Prioritas kontrasepsi yang sesuai adalah AKDR, suntikan, Norplant


(AKBK), pil dan Kontap (jika umur sekitar 30 tahun).

c) Masa Mengakhiri Kesuburan (kurun reproduksi tua (36-45)

Pada dasarnya setelah keluarga mempunyai 2 anak dan umur istri


telah melebihi 30 tahun, maka sebaiknya tidak hamil lagi. Adapun jenis
kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan ini ialah :

• Efektifitas sangat tinggi


• Dapat dipakai untuk jangka panjang
• Tidak menambah kelainan/penyakit yang sudah ada

Prioritas kontrasepsi yang sesuai ialah Kontap, AKDR, Norplant


(AKBK), Suntikan dan Pil.

2. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan


Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
serta mekanisme penerimaan informasi pada seseorang. Pendidikan juga akan

23
mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang tentang pentingnya suatu hal,
termasuk mengenai program KB.
Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah, keikutsetaannya
dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur kelahiran. Sementara itu
pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi, Keikutsertaannya dalam
program KB selain untuk mengatur kelahiran juga untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki
hubungan dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
3. Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi umumnya lebih mementingkan
kualitas anak daripada kuantitas anak. Sebaliknya, pada keluarga miskin, anak
dianggap memiliki nilai ekonomi dengan membantu kedua orang tuanya dalam
bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Dukungan Pasangan
Dukungan pasangan dalam pemakaian jenis kontrasepsi biasanya didapatkan
karena pasangannya ingin memberi jarak kelahiran anak atau ingin mengatur
ekonomi keluarga. Pasangan juga berperan dalam menentukan jenis kontrasepsi
yang memberi kenyamanan dan tidak mengganggu hubungan seksual.
5. Agama
Pandangan setiap agama terhadap KB berbeda-beda sesuai dengan ajarannya
masing-masing. Ada beberapa agama yang melarang pemakaian alat kontrasepsi,
namun ada juga yang melarang sebagian jenis nya saja. Misalnya jenis kontrasepsi
(IUD) yang dihindari oleh umat Islam karena untuk pemasangannya harus
membuka aurat.
6. Pekerjaan
Pekerjaan akan mempengaruhi tingkat kesibukan atau perhatian seseorang
akan suatu hal, sehingga masyarakat harus memilih jenis KB yang paling tepat
dengan kondisinya. Misalnya masyarakat yang memiliki kesibukan tinggi
cenderung memilih jenis KB suntik. Hal ini untuk mengantisipasi lupa atau tidak
punya waktu untuk minum pil dan sebagainya, sehingga mereka memilih untuk
melakukan suntik setiap sebulan sekali maupun tiga bulan sekali.

24
7. Pengalaman Efek Samping
Masyarakat yang pernah mengalami efek samping tertentu pada
penggunaan jenis kontrasepsi sebelumnya, akan beralih pada jenis kontrasepsi
yang dinilai lebih aman dan nyaman digunakan.

2.2.4 Jenis Keluarga Berencana (KB)

Pada dasarnya KB dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu temporer dan


permanent. Temporer berarti jika penggunaan alat kontrasepsi dihentikan, maka masih
terdapat kemungkinan pengguna dapat hamil kembali. Jenis KB ini biasanya digunakan
pada pasangan yang hanya ingin menunda kehamilan. Sementara permanent merupakan
jenis KB yang mengarah pada sterilisasi, sehingga seseorang tidak dapat melakukan
pembuahan lagi. Dimana jenis KB ini digunakan pada pasangan yang tidak ingin
menambah anak lagi.

Adapun beberapa jenis alat kontrasepsi ialah sebagai berikut :

1. PIL KB
Pil KB merupakan alat kontrasepsi berbentuk pil yang bersifat temporer.
Terdapat dua jenis pil KB, yaitu pil yang mengandung hormon progesteron dan pil
kombinasi progesteron-estrogen. Jenis alat kontrasepsi ini cukup banyak diminati
masyarakat, tetapi cukup merepotkan pasalnya harus diminum pada jam yang sama
setiap harinya. Meski demikian, tingkat tingkat kegagalannya hanya 8% dengan
penggunaan yang teratur. Terdapat beberapa efek samping dari penggunaan pil KB,
yaitu meningkatkan risiko darah tinggi dan penyakit kardiovaskular, Peningkatan
berat badan, sakit kepala dan terkadang ada rasa tidak nyaman pada payudara, dan
penurunan gairah seks.
2. Suntik KB
Sama hal nya dengan penggunaan pil KB, suntik Kb ini juga harus dilakukan
secara berkala, namun dalam jangka waktu yang lebih panjang, yaitu satu atau tiga
bulan sekali. Zat yang disuntikkan dalam metode ini ialah hormon progestin yang
mampu menghentikan terjadinya ovulasi untuk mencegah kehamilan. Jenis
kontrasepsi ini juga tergolong kotemporer dengan tingkat kegagalan berkisar 3%.
Terdapat beberapa efek samping dari penggunaan suntik KB, diantaranya yaitu

25
timbulnya rasa mual, peningkatan berat badan, penurunan gairah seks dan timbilnya
jerawat.
3. Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang praktis sehingga banyak digunakan
oleh masyarakat. kondom bersifat temporer dan dapat mencegah kehamilan Serta
mencegah penularan penyakit kelamin, seperti infeksi HIV/AIDS pada saat
melakukan hubungan seksual. Kondom terbuat dari bahan lateks dan bekerja
dengan cara menghalangi sperma masuk ke vagina dan mencapai sel telur. Namun
tingkat keefektifannya kurang, pasalnya kondom mudah terlepas sehingga
kehamilan tetap dapat terjadi. Efek samping yang dapat timbul berupa elergi.
4. Spermisida
Spermisida merupakan jenis kontrasepsi yang menggunakan alat berbentuk
jeli, krim dan sebagainya yang terbuat dari bahan kimia dan dapat membunuh
sperma. Pemakaiannya dapat dilakukan dengan cara memasukkannya ke dalam
vagina minimal 30 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Tingkat kegagalan
dari cara ini mencapai 29% dengan beberapa efek samping, salah satunya ialah
risiko terjadi iritasi pada organ intim bila terlalu sering digunakan.
5. Diafragma
Diafragma berupa alat kontrasepsi yang terbuat dari karet dan berbentuk kubah.
Alat ini berfungsi menghalangi sperma untuk masuk melalui mulut rahim.
Fungsinya beriringan dengan pemakaian spermisida. Terdapat beberapa
kekurangan dari alat ini, diantaranya ialah tidak memberikan perlindungan terhadap
penyakit menular seksual, tingkat kegagalan yang tinggi yaitu mencapai 16%,
terutama jika tidak dikenakan dengan tepat, pemasangan harus dilakukan dokter
dan harus dilepas ketika haid.
6. Implan/Norplant/Susuk
Jenis kontrasepsi ini dilakukan dengan menanam implan pada bagian bawah
kulit, biasanya pada bagian bawah lengan. Implan termasuk jenis KB kotemporer
dengan jangka waktu pencegahan kehamilan selama 3 tahun. Penggunaan implan
ini cukup efektif karena risiko kegagalannya hanya 1%. Terdapat beberapa efek
samping dari penggunaan jenis KB ini, yaitu rasa nyeri di bagian lengan atas atau
tempat implan ditanam, menstruasi tidak teratur, Peningkatan berat badan serta
kesulitan hamil kembali setelah implan dilepas.

26
7. IUD (Intra Uterine Device)
Alat kontrasepsi spiral digunakan dengan cara penanaman alat IUD di dalam
rahim untuk menghalangi sel sperma masuk ke sel telur. Terdapat dua jenis IUD,
yaitu IUD yang mengandung hormon untuk mencegah kehamilan selama 5 tahun
dan IUD dari tembaga untuk mencegah kehamilan selama 10 tahun. IUD menjadi
sangat diminati oleh masyarakat karena jangka waktunya yang panjang, tidak
memerlukan perawatan rumit serta tingkat kegagalan yang rendah. Adapun efek
samping dari penggunaan IUD ialah terjadinya risiko keram perut atau rasa sakit
pada bagian bawah perut, Pendarahan yang cukup banyak saat menstruasi, serta
dapat lepas atau bergeser ketika menstruasi yang dapat menyebabkan infeksi.
8. Vasektomi
Vasektomi merupakan tindakan KB yang dilakukan untuk menghentikan aliran
sperma dengan cara menutup saluran vas deferens pada pria. Hal ini memerlukan
tindakan medis atau operasi dan bersifat permanen. Tindakan ini bisanya dilakukan
oleh pasangan yang tidak ingin memiliki keturunan lagi. Terdapat beberapa efek
samping dari tindakan ini, yaitu terdapat darah di dalam air mani, memar pada testis
beberapa bulan pasca operasi, pendarahan atau pembekuan darah pada area testis,
infeksi pasca operasi dan perasaan tidak nyaman pasca operasi.
9. Tubektomi
Tubektomi merupakan tindakan KB permanent atau sterilisasi pada
perempuan, yang dilakukan dengan cara memotong atau menutup tuba falopi
sehingga sel telur tidak masuk ke dalam rahim, sekaligus menghalangi sperma
untuk masuk ke dalam tuba falopi. Terdapat beberapa efek samping dari tindakan
ini, yaitu nyeri pada panggul atau perut, infeksi pasca operasi, pendarahan, beberapa
orang juga dapat mengalami hamil ektopik (hamil diluar rahim).
10. Sistem KB kalender
KB kalender tidak memerlukan alat ataupun tindakan operasi, melainkan
dengan menggunakan perhitungan masa usia subur wanita dan tidak melakukan
hubungan seksual pada masa tersebut. Meskipun urah dan tidak memerlukan
penggunaan alat, namun jenis KB ini dirasa kurang efektif untuk dilakukan.
Pasalnya sering terjadi hal yang tidak diinginkan sehingga tingkat kegagalan
mencapai 20%.

27
11. Menyusui
Ibu yang memberikan asi kepada anaknya tidak dapat hamil hingga dalam
kurun waktu 10 minggu. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan hormon
yang bertugas untuk merangsang produksi ASI pada tubuh ibu, sehingga pelepasan
sel telur akan dihambat.

28
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan
pemeliharaanibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita,
remaja, dan Lansia. Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan Ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi,
anak balita serta anak prasekolah. Kesehatan ibu dan anak melingkupi diantaranya yaitu
kesehatan maternal, kesehatan perinatal dan neonatal, kesehatan bayi dan anak dan juga
kesehatan reproduksi.
Menurut WHO angka kematian ibu (AKI) umumnya terjadi akibat komplikasi
saat, dan pasca kehamilan yang mencapai 100.000 per kelahiran hidup. Hingga pada
tahun 2018/2019 AKI di Indonesia masih sangat tinggi dengan 305 per 1000 kelahiran
hidup, "ungkap Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH. Kemudian faktor yang dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan ibu diantaranya faktor kemiskinan, pola hidup
yang tidak sehat dan minimnya perawatan prenatal.
Kegiatan atau program dari kesehatan ibu dan anak ini bisa dengan mengunjungi
rumah bumil, bulin, bufas ataupun neonatus resti, kelompok ibu hamiil risti, KIE
kesehatan reproduksi caten, gamet berlin dan lain sebagainya.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional.
Program KB bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. KB memiliki beberapa jenis diantara
yaitu PIL KB, Suntik KB, kondom, spermisida, diafragma, implan, vasektomi, tubektomi
dan sistem KB kalender. Jenis jenis ini bisa dipengaruhi oleh usia seseorang, tingkat
pendidikan dan pengetahuan, tingkat kesejahteraan keluarga, dukungan pasangan, agama,
pekerjaan dan lainnya.
29
3.2 Kritik dan Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keliruan dalam apa yang penulis
tulis, baca, dan pahami. Oleh karena itu untuk menjadikan makalah yang penulis sajikan
ini lebih baik, penulis memerlukan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman
sebagai salah satu tanggung jawab ilmiah penulis. Semoga apa yang penulis tulis
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://lamongankab.go.id/dinkes/kesehatan-ibu-dan-
anak/#:~:text=Upaya%20kesehatan%20Ibu%20dan%20Anak,anak%20balita%20serta%20anak
%20prasekolah. Diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul 10.19 WIB

https://www.scribd.com/document/368833099/Pengertian-Kesehatan-Ibu-Dan-Anak-Dalam-
Hal-Ini-Adalah-Pemeliharaan-Terhadap-Ibu-Hamil Diakses pada tanggal 2 Februari 2021 pukul
10.29 WIB

https:// www.lamongankab.go.id

https://www.kompasiana.com.id

https://www.id.scribd.com,id

https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/KESEHATAN_IBU_DAN_ANAK.ppt#:~:text=KESEH
ATAN%20IBU%20DAN%20ANAK&text=upaya%20dibidang%20kesehatan%20yang%20me
nyangkut,anak%20balita%20serta%20anak%20prasekolah. Diakses pada hari Kamis, 11
Februari 2021 pukul 16.35

https://media.neliti.com/media/publications/82060-ID-indeks-kesehatan-maternal-sebagai-
indika.pdf Diakses pada hari Kamis, 11 Februari 2021 pukul 17.12 WIB

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/109/jtptunimus-gdl-tribudiast-5424-2-bab2.pdf. Diakses
pada hari Kamis, 11 Februari 2021 pukul 17.30 WIB

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-
Komprehensif.pdf. Diakses Jumat, 12 Februari 2021 pukul 18.00 WIB

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/downloadSuppFile/5812/293 . Diakses
Jumart, 12 Februari 2021 pukul 18.27 WIB

https://id.scribd.com/doc/193150110/Tujuan-Program-KIA-Dinkes

https://puskesmas.bantulkab.go.id/sedayu1/kia/
Putri,Rani Pratama., dkk.2019.Perbandingan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penggunaan
Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) dan Kontrasepsi Implant Pada Wanita Usia Subur.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2021, pukul 7.40, melalui link :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/2458/2409#:~:text=Ada

31
pun%20faktor%2Dfaktor%20yang%20mempengaruhi,dukungan%20suami%2C%20dan%20pe
layanan%20KB.
Indira, Laksmi. 2009. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN JENIS
KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN PADA KELUARGA MISKIN. Semarang. Diakses pada
tanggal 11 Februari 2021, pukul 08.23, melalui link :
http://eprints.undip.ac.id/18903/1/Laksmi_Indira_Kartini_Tedjo.pdf
Wijayanti, Adina Nugrahaeni.,dkk. 2018. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN
SEMANU KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA. Diakses pada tanggal 11 Februari
2021, pukul 11.35, melalui link : http://journal.uad.ac.id/index.php/Media-
Farmasi/article/download/12663/6270
http://eprints.ums.ac.id/35879/6/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 11 Februari 2021, pukul
13.50
https://health.kompas.com/read/2020/06/07/060200168/11-jenis-kontrasepsi-beserta-kelebihan-
dan-kekurangannya?page=all diakses pada tanggal 11 Februari 2021, pukul 14.43
https://www.alodokter.com/memilih-alat-kontrasepsi diakses pada tanggal 11 Februari 2021,
pukul 16.05
Putri,Rani Pratama., dkk.2019.Perbandingan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penggunaan
Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) dan Kontrasepsi Implant Pada Wanita Usia Subur.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2021, pukul 7.40, melalui link :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/2458/2409#:~:text=Ada
pun%20faktor%2Dfaktor%20yang%20mempengaruhi,dukungan%20suami%2C%20dan%20pe
layanan%20KB.
Indira, Laksmi. 2009. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN JENIS
KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN PADA KELUARGA MISKIN. Semarang. Diakses pada
tanggal 11 Februari 2021, pukul 08.23, melalui link :
http://eprints.undip.ac.id/18903/1/Laksmi_Indira_Kartini_Tedjo.pdf
Wijayanti, Adina Nugrahaeni.,dkk. 2018. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN
SEMANU KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA. Diakses pada tanggal 11 Februari
2021, pukul 11.35, melalui link : http://journal.uad.ac.id/index.php/Media-
Farmasi/article/download/12663/6270

32

Anda mungkin juga menyukai