Anda di halaman 1dari 39

Makalah Asuransi dan Jaminan Kesehatan

Pelaksanaan BPJS Dalam Rangka Program JKN di Indonesia

Oleh :
Kelompok 3
Andama Rizky Maulana 2011211024 Najla Esawiyuda 2011212054
Fina Rahma Aulia 2011211022 Nurroahmi Devi 2011212032
Gina Syakila Intania 2011211012 Retna Sri Mulyani 2011213024
Khairunnisa Alzara 2011213011 Robi Tri Nanda 2011212042
Lieona Fibra Asha 2011211038 Silvia Amanda Lodi 2011212024
Luvita Aura Putri 2011212008 Syarifa Ayuni 2011212021

Dosen Pengampu :
Dr. Syafrawati, S.KM., M. Comm Health Sc

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Asuransi dan
Jaminan Kesehatan, yaitu Ibu Dr. Syafrawati, S.KM., M. Comm Health Sc yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan para anggota dan para pembaca.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat baik bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya, Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan ataupun kata yang
kurang berkenan dari makalah ini dan mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Padang, 4 Desember 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

2.1 Jaminan Kesehatan Nasioanl (JKN) ............................................................................ 3

2.1.1 Defenisi ................................................................................................................ 3

2.1.2 Visi dan Misi ........................................................................................................ 3

2.1.3 Manfaat ................................................................................................................ 4

2.1.4 Tujuan .................................................................................................................. 7

2.1.5 Pelayanan JKN ..................................................................................................... 8

2.1.6 Kepesertaan JKN ................................................................................................. 8

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ........................................................... 21

2.2.1 Defenisi .............................................................................................................. 21

2.2.2 Tujuan dan Prinsip BPJS ................................................................................... 21

2.2.3 Fungsi BPJS ....................................................................................................... 22

2.2.4 Tugas BPJS ........................................................................................................ 22

2.2.5 Wewenang BPJS ................................................................................................ 22

2.2.6 Perkembangan BPJS .......................................................................................... 23

2.2.7 Perbandingan BPJS Tahun – Ketahun ............................................................... 27

2.2.8 Landasan Hukum BPJS...................................................................................... 29

iii
2.2.9 Keunggulan BPJS .............................................................................................. 30

BAB III .................................................................................................................................... 33

PENUTUP................................................................................................................................ 33

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 33

3.2 Saran .......................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, maka kesehatan
adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar.
Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk mencapai
kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya
merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera.Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan kepada masyarakat, terutama
pada orang miskin, yaitu mulai dari Jamkesmas, namun program tersebut dianggap
belum efektif berjalan, sehingga akhirnya Pemerintah membentuk Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan
Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha lainnya ataupun rakyat
biasa.Program jaminan kesehatan nasional (JKN) merupakan suatu program
pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh
bagi setiap masyarakat Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Program ini merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
bersifat wajib bagi seluruh masyarakat melalui Badan Penyelenggara Jaminan (BPJS)
Kesehatan. Implementasi program JKN oleh BPJS Kesehatan dimulai sejak 1 Januari
2014

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan bagaimana JKN di Indonesia?
2. Apa itu BPJS dan bagaimana BPJS di Indonesia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang ada di Indonesia
2. Untuk mengetaui tentang BPJS di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jaminan Kesehatan Nasioanl (JKN)


2.1.1 Defenisi
Jaminan sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. JKN yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan yang bersifat wajib berdasarkan UU No. 40
Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2.1.2 Visi dan Misi


Visi:
1. Terwujudnya Jaminan Kesehatan (JKN-KIS) yang berkualitas dan
berkesinambungan bagi seluruh penduduk Indonesia, berlandaskan
gotong royong yang berkeadilan melalui BPJS Kesehatan yang handal,
unggul, dan terpercaya.

Misi:

1. Meningkatkan kualitas layanan yang berkeadilan kepada peserta,


pemberi pelayanan kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya
melalui sistem kerja yang efektif dan efisien.
2. Memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia
melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan
dan mendorong partisipasi masyarakat serta meningkatkan kepatuhan
kepesertaan.
3. Menjaga kesinambungan JKN-KIS dengan mengoptimalkan
kolektibilitas iuran, sistem pembayaran fasilitas kesehatan dan
pengelolaan kauangan secara transparan adan akuntabel.

3
4. Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS melalui
peningkatan kerja sama antar lembaga, kemitraan, koordinasi, dan
komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan.
5. Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan didukung
dengan SDM yang professional, penelitian, perencanaan dan evaluasi,
pengelolaan proses bisnis dan manajemen risiko yang efektif dan efisien
serta infrastruktur dan teknologi informasi yang handal.

2.1.3 Manfaat
JKN menjamin pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai dari
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan sakit (preventif), pengobatan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk obat-
obatan dan bahan medis habis pakai.
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi
pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang diberikan oleh:
a. Puskesmas atau yang setara
b. Praktik Mandiri Dokter
c. Praktik Mandiri Dokter Gigi
d. Klinik pertama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan
tingkat pertama milik TNI/Polri
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
f. Faskes Penunjang: Apotik dan Laboratorium
2. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
Manfaat yang ditanggung
a. Pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan (promotif
preventif):
• Penyuluhan kesehatan perorangan;
• Imunisasi rutin
• Keluarga berencana meliputi konseling dan pelayanan
kontrasepsi, termasuk vasektomi dan tubektomi bekerja
sama dengan BKKBN

4
• Skrining riwayat kesehatan dan pelayanan penapisan
atau skrining kesehatan tertentu, yang diberikan untuk
mendeteksi risiko penyakit dengan metode tertentu atau
untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan risiko penyakit tertentu
• Peningkatan kesehatan bagi peserta penderita penyakit
kronis
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif (pengobatan) mencakup:
• Adminitrasi pelayanan;
• Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;
• Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
• Pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai;
• Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pratama
3. Pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat
pertama.
Prosedur pelayanan
a) Peserta datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
tempat peserta terdaftar dan mengikuti prosedur pelayanan
kesehatan, menunjukkan kartu identitas peserta JKN-KIS/KIS
Digital dengan status aktif dan/atau identitas lain yang
diperlukan (KTP, SIM, KK).
b) Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat
peserta terdaftar.
c) Apabila peserta melakukan kunjungan ke luar domisili karena
tujuan tertentu yang bukan merupakan kegiatan yang rutin, atau
dalam keadaan kedaruratan medis, peserta dapat mengakses
pelayanan RJTP pada FKTP lain yang di luar wilayah FKTP
terdaftar, paling banyak 3 (tiga) kali kunjungan dalam waktu
maksimal 1 (satu) bulan di FKTP yang sama.

5
d) Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh
masing-masing FKTP.
e) Atas indikasi medis apabila peserta memerlukan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan, peserta akan dirujuk Ke Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sesuai dengan sistem
rujukan berjenjang secara online.
4. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Manfaat yang ditanggung
a. Pendaftaran dan administrasi;
b. Akomodasi rawat inap;
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif;
e. Pelayanan kebidanan, ibu, bayi dan balita meliputi:
1) Persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
2) Persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam
bagi puskesmas PONED (pelayanan obstetri neonatus
esssensial dasar);
3) Pertolongan neonatal dengan komplikasi;
f. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; dan
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pratama.
5. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub
spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat
lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus, yang diberikan
oleh:
a. Klinik utama atau yang setara.
b. Rumah Sakit Umum baik milik Pemerintah maupun Swasta
c. Rumah Sakit Khusus
d. Faskes Penunjang: Apotik, Optik dan Laboratorium.
6
6. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
Manfaat yang ditanggung
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar yang
dilakukan di unit gawat darurat;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik;
d. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah
sesuai dengan indikasi medis;
e. Pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai;
f. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan (laboratorium,
radiologi dan penunjang diagnostik lainnya) sesuai dengan
indikasi medis;
g. Rehabilitasi medis; dan
h. Pelayanan darah.
7. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
Manfaat yang ditanggung
a. Perawatan inap non intensif; dan
b. Perawatan inap intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU)
8. Pelayanan Gawat Darurat
9. Pelayanan Ambulance
Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien
rujukan dengan kondisi tertentu antar fasilitas kesehatan untuk menjaga
kestabilan kondisi dan keselamatan pasien yang meliputi pelayanan
ambulan darat dan ambulan air.

2.1.4 Tujuan
Tujuan penyelenggaraan JKN adalah menjamin peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 Ayat 2).
Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan agar
semua penduduk terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, dalam
rangka:

7
1. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta
di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan kepada peserta secara
menyeluruh, terstandar, dengan sistem pengelolaan yang terkendali
mutu dan biaya.
3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel.

2.1.5 Pelayanan JKN


Prosedur Pelayanan JKN yaitu :
• Peserta datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, menunjukkan
kartu identitas peserta JKN-KIS/KIS dengan status aktif dan/atau
identitas lain yang diperlukan
• Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat peserta
terdaftar
• Apabila peserta melakukan kunjungan ke luar domisili, peserta dapat
mengakses pelayanan RJTP pada FKTP lain yang di luar wilayah FKTP
terdaftar, paling banyak 3 (tiga) kali kunjungan dalam waktu maksimal
1 (satu) bulan di FKTP yang sama
• Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanan yang disediakan oleh masing-
masing FKTP
• Atas indikasi medis apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, peserta akan dirujuk Ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
sesuai dengan sistem rujukan berjenjang secara online

2.1.6 Kepesertaan JKN


Semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta JKN-KIS yang
dikelola oleh BPJS Kesehatan termasuk orang asing yang telah bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia dan telah membayar iuran, yang dibagi atas
jenis kepesertaan sebagai berikut:
1. Pekerja Penerima Upah (PPU)
a. PPU Penyelenggara Negara

8
Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU
PN/Pegawai Negeri Sipil) adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negara,
atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:
1) Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada
Kementerian/Lembaga, Kesekretariatan Lembaga Tinggi
Negara, Instansi Vertikal di daerah Provinsi/Kabupaten/Kota,
Kepaniteraan Pengadilan, atau PNS dipekerjakan untuk tugas
negara lainnya.
2) Pegawai Negeri Sipil Diperbantukan adalah PNS yang
diperbantukan pada Instansi Pusat lainnya atau Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota atau Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang gajinya dibayar oleh
instansi yang menerima perbantuan.
3) Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan adalah PNS yang
dipekerjakan pada Instansi Pusat lainnya atau Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota atau instansi lainnya yang gajinya
dibayar oleh instansi induknya.
4) Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah PNS Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
5) Pegawai Negeri Sipil TNI adalah PNS TNI Angkatan Darat, TNI
Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara yang gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
6) Pegawai Negeri Sipil Polri adalah PNS pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan
maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
9
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga)
sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di
daftarkan sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar
iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak memilih kelas
perawatan tertinggi.

b. Prajurit
Prajurit adalah personil/prajurit alat negara di bidang pertahanan
yang melaksanakan tugasnya secara matra di bawah pimpinan Kepala
Staf Angkatan atau gabungan di bawah Pimpinan Panglima TNI
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan
maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga)
sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di
daftarkan sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar
10
iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak memilih kelas
perawatan tertinggi.

c. POLRI
Anggota Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang melaksanakan fungsi kepolisian.
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan
maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga)
sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di
daftarkan sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar
iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak memilih kelas
perawatan tertinggi.

d. Pejabat Negara
Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara
sebagaimana dimaksudkan dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan pejabat negara yang ditentukan
oleh Undang-Undang, terdiri dari:
1) Presiden dan Wakil Presiden;
2) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat;
3) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;

11
4) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada
Mahkamah Agung, serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada
semua Badan Peradilan;
5) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung;
6) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
7) Menteri dan jabatan yang setingkat Menteri;
8) Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang
berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh;
9) Gubernur dan Wakil Gubernur;
10) Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan
11) Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang
12) Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah di Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia.
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan
maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga)
sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di
daftarkan sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar
iuran

12
e. Kepala Desa
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Desa.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2018, Kepala
Desa dan Perangkat Desa menjadi bagian dari segmen Pekerja Penerima
Upah dalam Program JKN-KIS. Adapun yang termasuk dalam
kelompok perangkat desa adalah :
1) Sekretariat Desa
Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu
oleh unsur staf sekretariat. Sekretariat Desa paling banyak
banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan yaitu urusan tata usaha dan
umum, urusan keuangan, dan urusan perencanaan, dan paling
sedikit 2 (dua) urusan yaitu urusan umum dan perencanaan, dan
urusan keuangan. Masing-masing urusan dipimpin oleh Kepala
Urusan.
2) Pelaksana Kewilayahan
Pelaksana Kewilayahan dilaksanakan oleh Kepala Dusun
atau sebutan lain yang ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan
Bupati/Walikota
3) Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis paling banyak terdiri dari 3 (tiga) seksi
yaitu seksi pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi
pelayanan dan paling sedikit 2 (dua) seksi yaitu seksi
pemerintahan serta seksi kesejahteraan dan pelayanan
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan
maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.

13
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga)
sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan
sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran.
Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak memilih kelas perawatan
tertinggi.

f. PPNPN
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) adalah
Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Honorer, Staf Khusus dan pegawai lain
yang dibayarkan oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Pegawai tersebut merupakan
pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan
tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional
dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi.
Contoh antara lain:
1) Pegawai Honorer adalah pegawai yang diangkat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian atau Pejabat lain dalam pemerintahan
untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah atau
yang penghasilannya menjadi beban APBN atau APBD.
2) Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat untuk
jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan
administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
organisasi.
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan
maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;

14
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga)
sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan
sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran.
Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak memilih kelas perawatan
tertinggi.

g. PPU Badan Usaha


1) Defenisi
Pekerja Penerima Upah (PPU) Badan Usaha adalah
setiap orang yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima
Gaji atau Upah pada suatu Badan Usaha.
Pekerja Penerima Upah Selain Penyelenggara Negara
(PPU BU) terdiri atas:
a) Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah
pegawai pada badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
b) Pegawai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah
pegawai pada badan usaha yang didirikan dan dimiliki
oleh Pemerintah Daerah.
c) Pegawai Badan Usaha Swasta (BU Swasta) adalah
pegawai pada badan usaha yang dimiliki oleh swasta.
Badan Usaha ini sepenuhnya dikelola dan
permodalannya dari pihak swasta dan berbadan hukum.
Beberapa jenis BU Swasta yang ada di Indonesia seperti

15
Perusahaan Perorangan, Perusahaan Persekutuan,
Perusahaan Perseroan, Yayasan, dan lain-lain.
Anggota Keluarga Yang Ditanggung
Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah
dan maksimal 3 (tiga) orang anak, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3
(ketiga) sudah tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat
digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran
dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang
anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja
Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di
daftarkan sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan
membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak
memilih kelas perawatan tertinggi.
2) Seputar PHK
a) Defenisi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara Pekerja/buruh dan Pemberi Kerja berdasarkan
peraturan perundang-undangan
b) Ketentuan PHK Dalam Program JKN-KIS
Peserta PPU yang mengalami PHK tetap
memperoleh hak Manfaat Program JKN-KIS paling lama
6 (enam) bulan sejak di PHK, tanpa membayar Iuran.
Manfaat Program JKN-KIS yang diberikan berupa
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.

16
Adapun kriteria PHK yang ditanggung dalam
Program JKN-KIS yaitu:
1) PHK yang sudah ada putusan pengadilan
hubungan industrial, dibuktikan dengan
putusan/akta pengadilan hubungan industrial;
2) PHK karena penggabungan perusahaan,
dibuktikan dengan akta notaris;
3) PHK karena perusahaan pailit atau mengalami
kerugian, dibuktikan dengan putusan kepailitan
dari pengadilan; atau
4) PHK karena Pekerja mengalami sakit yang
berkepanjangan dan tidak mampu bekerja,
dibuktikan dengan surat dokter.
Apabila terjadi sengketa atas PHK yang diajukan
melalui lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial, baik Pemberi Kerja maupun Pekerja harus
tetap melaksanakan kewajiban membayar Iuran sampai
dengan adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap.
2. PD Pemda
Penduduk yang Didaftarkan oleh Pemerintah Daerah (PD Pemda)
adalah Penduduk yang belum diikutsertakan sebagai Peserta Jaminan
Kesehatan, yang didaftarkan dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam program Jaminan
Kesehatan pada BPJS Kesehatan.
Pendaftaran penduduk dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama
(PKS) antara BPJS Kesehatan dengan pemerintah daerah provinsi dan/atau
pemerintah kabupaten/kota
3. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP)
a. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja
atau berusaha atas risiko sendiri, terdiri dari:
1) Pekerja di Luar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri antara
lain:
a) Berskala mikro dengan modal kecil;
b) Menggunakan teknologi sederhana/rendah;
17
c) Menghasilkan barang dan atau jasa dengan kualitas
relatif rendah;
d) Tempat usaha tidak tetap;
e) Mobilitas tenaga kerja sangat tinggi;
f) Kelangsungan usaha tidak terjamin;
g) Jam kerja tidak teratur;
h) Tingkat produktivitas dan penghasilan relatif rendah dan
tidak tetap
i) Tidak mempunyai perjanjian/kontrak kerja
2) Pekerja yang termasuk kelompok bukan penerima upah antara
lain:
a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang
terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,konsultan,
notaris, penilai, dan aktuaris.
b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,
bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara,
kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
c) Olahragawan.
d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator.
e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f) Pengawas atau pengelola proyek.
g) Mahasiswa dari PerguruanTinggi atau lembaga sejenis,
santri, saksi dan korban dalam perlindungan Lembaga
Hukum, Penghuni Lembaga Permasyarakatan Negara,
Panti Sosial, Lembaga atau Badan Amal, Lembaga atau
Badan Sosial yang sejenis.
h) Warga Negara Asing yang bekerja atau berusaha atas
risiko sendiri di Negara Kesatuan Republik Indonesia
minimal 6 (enam) bulan dan dilengkapi dengan surat izin
kerja yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
sesuai ketentuan perundang-undangan.

18
Peserta PBPU wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarga
sebagaimana terdaftar dalam Kartu Keluarga (Suami/Istri/anak/anggota
keluarga lain). Pendaftaran dilakukan dikelas rawat yang sama untuk
seluruh anggota keluarga yang terdaftar dalam Kartu Keluarga
Pendaftaran bagi Peserta PBPU atau Peserta BP yang dilakukan
secara sendiri-sendiri, pembayaran Iuran pertama dapat dilakukan
setelah 14 (empat belas) hari kalender sejak pendaftaran dan dinyatakan
layak berdasarkan verifikasi pendaftaran dan selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak pendaftaran melalui mekanisme auto debit

b. Bukan Pekerja (BP) terdiri atas:


1) Investor yaitu perorangan yang melakukan suatu investasi
(bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang
dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.
2) Pemberi Kerja yaitu orang perseorangan yang mempekerjakan
tenaga kerja, dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
3) Penerima Pensiun, terdiri atas:
a) Penerima Pensiun Pejabat Negara; yaitu Pejabat Negara
yang berhenti dengan hak pensiun termasuk
janda/duda/anak yatim piatu dari pejabat negara yang
mendapat hak pensiun.
b) Penerima Pensiun Pegawai Negeri Sipil; yaitu Pegawai
Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun termasuk
janda/duda/anak yatim piatu dari Pegawai Negeri Sipil
yang mendapat hak pensiun.
c) Penerima Pensiun Prajurit/anggota Polri; yaitu anggota
TNI/Polri yang berhenti dengan hak pensiun termasuk
janda/duda/anak yatim piatu dari anggota Prajurit/Polri
yang mendapat hak pensiun.
d) Veteran adalah warga negara Indonesia yang bergabung
dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh
pemerintah yang berperan secara aktif dalam suatu
peperangan menghadapi negara lain dan atau gugur dalam
19
pertempuran untuk membela dan mempertahankan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau
warga negara Indonesia yang ikut serta secara aktif dalam
pasukan internasional di bawah mandat PBB untuk
melaksanakan misi perdamaian dunia, yang telah
ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan Veteran
Republik Indonesia.
e) Perintis Kemerdekaan adalah Pejuang yang diangkat,
ditetapkan, diakui dan disahkan sebagai Perintis
Kemerdekaan dengan surat Keputusan Menteri Sosial RI
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan
Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan.
f) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau
Perintis Kemerdekaan;
g) Bukan Pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan
angka 6 yang mampu membayar iuran
4. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK)
Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK) adalah
Peserta yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya
dibayarkan oleh Pemerintah.
a. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai
sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata
pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau
keluarganya.
b. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah yang hanya mampu memenuhi
kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran
Jaminan Kesehatan bagi dirinya dan keluarganya.
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan harus memenuhi syarat:
a. WNI
b. Memiliki NIK yang terdaftar di Dukcapil
c. Terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
20
Kepesertaan PBI JK berlaku terhitung sejak didaftarkan oleh
Kementerian Kesehatan berdasarkan Penetapan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Sosial kecuali untuk bayi
yang dilahirkan dari ibu kandung dari keluarga yang terdaftar sebagai PBI
JK otomatis sebagai peserta, sebagaimana ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


2.2.1 Defenisi
Menurut UU nomor 44 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional dan UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan (BPJS), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan sebuah badan hukum
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak (Pemerintah
Republik Indonesia, 2011)

2.2.2 Tujuan dan Prinsip BPJS


BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta
dan/atau anggota keluarganya.
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan
prinsip:
a. Kegotongroyongan; g. Kepesertaan bersifat wajib;
b. Nirlaba; h. Dana amanat; dan
c. Keterbukaan; i. Hasil pengelolaan Dana Jaminan
d. Kehati-hatian; Sosial dipergunakan seluruhnya
e. Akuntabilitas; untuk pengembangan program dan
f. Portabilitas; untuk sebesar-besar kepentingan
Peserta.

21
2.2.3 Fungsi BPJS
Adapun fungsi dari BPJS yaitu:
1. BPJS Kesehatan
Dalam Undang-Undang BPJS telah dijelaskan bahwa BPJS
Kesehatan memiliki fungsi untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas,
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.
2. BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan berfungsi berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program
jaminan pensiun, dan jaminan hari tua.
2.2.4 Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi, BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
3. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
6. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan
Sosial kepada Peserta dan masyarakat.
2.2.5 Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugas, BPJS berwenang untuk:
a. Menagih pembayaran Iuran;
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,
solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

22
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan
Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f. Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja
yang tidak memenuhi kewajibannya;
g. Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.
2.2.6 Perkembangan BPJS
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem
jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk
badan hukum publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba,
keterbukaan, kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat
wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan
seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk
kepentingan Peserta. Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional maka dibentuk Badan
penyelenggara Jaminan Sosial melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dengan Undang-Undang ini
dibentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan
pada tanggal 1 Januari 2014 dan merupakan transformasi kelembagaan PT
Askes (Persero).

23
Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1 Tahun 1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang mengatur pemeliharaan kesehatan bagi
pegawai negara dan penerima pensiun beserta keluarganya.

Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) ~ 1968


Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas
mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun
(PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di
lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada
waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai embrio Asuransi
Kesehatan Semesta.
Selang beberapa waktu kemudian, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 dan 23 Tahun 1984. BPDPK pun berubah status dari
sebuah badan di lingkungan Departemen Kesehatan menjadi BUMN, yaitu
PERUM HUSADA BHAKTI (PHB), yang melayani jaminan kesehatan bagi
PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis kemerdekaan, dan anggota keluarganya.

Perusahaan Umum Husada Bhakti ~ 1984-1991


Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan
Bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara)
beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada
Bhakti. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan
program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota
keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan
kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.

Pada tahun 1992, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero)


melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero) mulai

24
menjangkau karyawan BUMN melalui program Askes Komersial. Pada Januari
2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk melaksanakan program
jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) yang selanjutnya dikenal
menjadi program Askeskin dengan sasaran peserta masyarakat miskin dan tidak
mampu sebanyak 60 juta jiwa yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.

PT Askes (Persero) ~ 1992 - 2013


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status
Perusahaan Umum (Perum) diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero)
dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada
Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan
manajemen lebih mandiri. Pada tahun 2004 sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, PT
Askes (Persero) sebagai salah satu calon Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/Menkes/XI/2004 PT Askes (Persero) ditunjuk sebagai penyelenggara
Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM). PT Askes
(Persero) mendapat penugasan untuk mengelola kepesertaan serta pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan. Di tahun 2008, Pemerintah mengubah nama
Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). PT Askes (Persero)
berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI Nomor 112/Menkes/II/2008 mendapat
penugasan untuk melaksanakan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas
yang meliputi tatalaksana kepesertaan, tatalaksana pelayanan dan tatalaksana
organisasi dan manajemen. Untuk mempersiapkan PT Askes (Persero)
bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan atas diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka dilakukan pemisahan
Program Askes Sosial dan Askes Komersial. Dan tahun 2008 dibentuk anak
perusahaan PT Askes (Persero) yaitu PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia,
yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun 2008, tanggal 6
Oktober 2008 dengan perubahan Nomor 7 tanggal 18 Desember 2008 dengan
Akta Nomor 4 tanggal 13 Maret 2009. Pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-38/KM.10/2009 PT Asuransi

25
Jiwa InHealth Indonesia selaku anak perusahaan dari PT Askes (Persero) telah
memperoleh ijin operasionalnya.

Dengan dikeluarkannya ijin operasional ini maka PT Asuransi Jiwa


InHealth Indonesia mulai beroperasi secara komersial pada 1 April 2009. PT
Askes (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2009
ditugaskan untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi para menteri dan
pejabat tertentu (Program Jamkesmen). Berdasarkan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Dewan Komisaris
dan Direksi PT Askes (Persero) sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan
ditugasi untuk:

a. Menyiapkan operasional BPJS Kesehatan untuk program jaminan


kesehatan
b. Menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan
kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan ~ 2014 – sekarang


Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial maka pada tanggal 1
Januari 2014 PT Askes (Persero) bertransformasi kelembagaan menjadi BPJS
Kesehatan. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program,
aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Sejak beroperasinya BPJS
Kesehatan, Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan masyarakat, Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional
Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan
program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan
kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden dan PT Jamsostek (Persero) tidak lagi
menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.

Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat


(JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah

26
kita untuk memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan
kesehatan yang komprehensif, adil, dan merata.

2.2.7 Perbandingan BPJS Tahun – Ketahun


1. Cakupan Kepesertaan
Selama periode 3 tahun cakupan kepesertaan terus mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah cakupan peserta antara lain disebabkan
semakin efektifnya program pemasaran sosial yaitu melalui kegiatan
sosialisasi secara langsung (sosialisasi kepada komunitas, pekerja/pemberi
kerja, tokoh masyarakat/tokoh agama/masyarakat umum, dan forum
komunikasi para pemangku kepentingan utama) maupun tidak langsung
(kegiatan promosi melalui berbagai media). Cakupan kepesertaan di
Indonesia dalam rangka mencapai universal health coverage (UHC) dalam
periode 3 tahun telah berkembang cukup pesat.
Sampai dengan 31 Desember 2016 mencapai 171.939.254 jiwa. Pada
tahun 2016, jumlah peserta mengalami sebesar 9,66% dibandingkan tahun
2015.

2. Perkembangan FKTP Mitra 2014-2016


Sejalan dengan bertambahnya jumlah peserta, sebagai upaya
meningkatkan pelayanan kepada peserta maka terus dilakukan perluasan
kerjasama dengan fasilitas kesehatan. Dalam upaya meningkatkan
hubungan kemitraan dengan FKTP, telah dilaksanakan beberapa program

27
yaitu Supervisi FKTP, Pertemuan Koordinasi dengan Faskes Tingkat
Pertama dan Pertemuan Kemitraan dengan Dinas Kesehatan/ Pemerintah
Daerah Provinsi. Untuk faskes tingkat pertama, sampai dengan 31
Desember 2016 jumlah FKTP (termasuk FKTP Gigi) yang bekerjasama
sebanyak 20.708 FKTP atau meningkat sebesar 3,70% dari tahun 2015
(19.969 FKTP).

3. Perkembangan FKRTL Mitra 2014-2016


Dalam upaya meningkatkan hubungan kemitraan dengan FKRTL, telah
dilaksanakan beberapa program yaitu Supervisi Program Faskes Rujukan,
Pertemuan Kemitraan FKRTL, Pertemuan Forum Kemitraan Tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Pertemuan Nasional dengan
Manajemen RS.
Untuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL), sampai
dengan 31 Desember 2016 jumlah FKRTL yang bekerjasama sebanyak
2.068 FKRTL atau meningkat sebesar 11,97% dari tahun 2015 (1.847
FKRTL), dengan rata rata penambahan jumlah FKRTL bekerjasama per
triwulan sebanyak 55 FKRTL.

28
4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Jumlah kunjungan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) merupakan
jumlah peserta yang melakukan pemeriksaan ke FKTP. Jumlah kunjungan
RJTP sampai dengan 31 Desember 2016 mencapai 120.922.433 kunjungan
atau meningkat sebesar 20,18% bila dibandingkan realisasi pada periode
yang sama tahun 2015 (100.617.378 kunjungan), dengan rate kunjungan
RJTP tahun 2016 sebesar 65,31‰. Rata-rata kunjungan RJTP per bulan
selama periode tahun 2016 sebanyak 10.076.869 kunjungan.

2.2.8 Landasan Hukum BPJS


Landasan Hukum BPJS Kesehatan :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
3. Menimbang :
a. bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan
martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil dan makmur;
b. bahwa untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh,
negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi
seluruh rakyat Indonesia;

29
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
d. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial

4. Menimbang :
a. bahwa sistem jaminan sosial nasional merupakan program
negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat;
b. bahwa untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional
perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan
hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba,
keterbukaan, kehati- hatian, akuntabilitas, portabilitas,
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan
dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program
dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta;
c. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, harus dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi keempat
Badan Usaha Milik Negara untuk mempercepat
terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh
rakyat Indonesia;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

2.2.9 Keunggulan BPJS


Keunggulan BPJS Kesehatan
1. Semua Penyakit Ditanggung BPJS Kesehatan
Semua pelayanan kesehatan yang sifatnya pengobatan terhadap
peserta BPJS, maka dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Intinya,
penyakit yang masuk dalam indikasi medis sesuai dengan prosedur JKN.

30
Sesuai dengan pedoman pelaksanaan JKN yaitu Permenkes
nomor 28 tahun 2014 yang menyatakan bahwa semua penyakit akan
ditanggung kecuali yang disebutkan secara eksplisit tidak masuk
pertanggungan, seperti estetika, infertilitas, alternatif, dan
komplementer.
2. BPJS Kesehatan Menjamin Penyakit yang Dikecualikan
BPJS Kesehatan yang masih tergolong baru jika dibandingkan
dengan jaminan kesehatan atau asuransi lainnya, sehingga mungkin
masih banyak peraturan yang masih membuat para pesertanya
kebingungan.
Walaupun begitu, BPJS Kesehatan merupakan asuransi
kesehatan yang memberikan premi termurah yang siap menanggung
penyakit yang dikecualikan banyak asuransi pada umumnya. Seperti
penyakit kanker, penyakit hormonal, penyakit kongenital, hemodialisis,
dan penyakit jiwa.
3. Dapat Menanggung Tanpa Melihat Kondisi Sebelumnya
BPJS Kesehatan yang menerapkan sistem gotong royong, yaitu
yang sehat membantu yang lemah, BPJS Kesehatan akan membantu
peserta BPJS yang sakit tanpa melihat kondisi sebelumnya dan tanpa
batasan penyakit.
BPJS kesehatan akan membantu peserta yang mengalami sakit
seumur hidup atau penyakit besar, seperti thalassemia, gagal ginjal
kronis, kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya yang tidak ada di
asuransi lain.
4. Premi Tergolong Murah
Premi yang tergolong murah, dibandingkan dengan asuransi
kesehatan lainnya. Namun patut digaris bawahi murah bukan berarti
murahan dengan keuntungan yang dapat diberikan BPJS Kesehatan
kepada semua peserta.
Adapun Iuran BPJS Kesehatan yang telah ditetapkan yaitu untuk
Kelas 1 Rp 80.000, Kelas 2 Rp. 51.000 dan kelas 3 Rp 25.500. Dengan
iuran tersebut, Anda sudah bisa dicover untuk banyak penyakit, rawat
inap, pembedahan, obat, dan melahirkan. Bahkan, cuci darah juga dapat
ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
31
5. Pembayaran Mudah
Diera teknologi saat ini, BPJS Kesehatan telah bekerjasama
dengan beberapa platform pembayaran yang dapat digunakan selama
membayar iuran premi bulanannya.
Kita tidak harus membayar premi melalui mesin ATM, namun
kini dengan beberapa fitur lengkap seperti myBills dari Traveloka App.
Layanan internet banking dan mobile banking juga dapat digunakan
untuk membayar premi BPJS Kesehatan. Beberapa partner e-commerce
dan pembayaran digital yang lainnya juga telah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan seperti bukalapak, Tokopedia, Gopay, dan lain-lainnya.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jaminan sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
JKN menjamin pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai dari peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan sakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk obat-obatan dan bahan medis habis pakai.
Kepesertaan JKN terdiri dari Pekerja Penerima Upah (PPU), PD Pemda, Pekerja Bukan
Penerima Upah (PBPU) dan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga (badan
hukum) publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di
Indonesia berlandaskan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2011. BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya
pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta
dan/atau anggota keluarganya. BPJS terdiri atas dua, yaitu BPJS Kesehatan adalah
perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT. Askes dan BPJS
Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja).
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan nama programnya, sedangkan BPJS
merupakan badan penyelenggara yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan
Jaminan Sosial Nasional).

33
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya dan
dapat di pertanggungjawabkan. Oleh sebab itu penyusun mengharapkan adanya kritik
dan saran dari pembaca untuk memaksimalkan keberhasilan makalah selanjutnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/BUKU_PANDUAN_JKN_BAGI_POPULASI_
KUNCI_2016.pdf diakses pada 30 November 2021 pukul 15.00 WIB

https://www.scribd.com/document/340198446/visi-misi-BPJS-Kesehatan diakses pada 30


November 2021 pukul 15.35 WIB

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/11 diakses pada 1 Desember 2021 pukul


21.13
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Diakses
melalui https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40787 pada Selasa, 30 November
2021 pukul 22.35 WIB.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan.


Diakses melalui https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39268 pada Selasa, 30
November 2021 pukul 22.30 WIB.

Solechan. 2019. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai Pelayanan
Publik. Adminitrative Law & Governance Journal: (2)4; 2621 – 2781. Diakses melalui
htpps://ejournal2.undip.ac.id pada Selasa, 30 November 2021 pukul 22.25 WIB.

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/0b39109dea70b55a221953e28d55e948.pdf
Diakses pada tanggal 30 November 2021 pukul 16.00 WIB

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2013/4 Diakses pada tanggal 30 November 2021


pukul 16.05 WIB

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/5

35

Anda mungkin juga menyukai