Anda di halaman 1dari 20

EPIDEMIOLOGI ANALITIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi


tugas kelompok Mata Kuliah: Dasar
Epidemiologi

Dosen Pengampu : dr. Astri Nurhandini, M.K.M

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10

Sem. III/IKM 4

Bagas Rizki Prioutomo (0801182298)

Nurul Hafifah (0801182185)

Rizki Fadhilah NST (0801183447)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat rahmat Allah.SWT ,karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar
Epidemiologi yang berjudul Epidemiologi Analitik.
Namun kami hanyalah manusia yang penuh dengan kekurangan menyadari akan
ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya saran dan kritik dari teman-teman dan dari dosen mata kuliah yang
bersangkutan, demi kesempurnaan makalah kami.
Sekian kata pengantar dari makalah kami. Terlebih dan terkurangnya kami
mohon maaf dan kami mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2019

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………....................1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Epidemiologi Analitik...........................................................................3
B. Jenis Penelitian Epidemiologi Analitik...................................................................3
1. Studi Observasional..........................................................................................4
2. Studi Eksperimental..........................................................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika ditinjau dari asal kata, Epidemiologi berarti ilmu yang memepelajari
tentang penduduk (yunani: epi = pada atau tentang, demos = penduduk, logos =
ilmu). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, Dep Dik Bud
1990: Epidemiologi adalah ilmu tentang penyebaran penyakit menular pada manusia
dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyebarannya. Penyebaran penyakit
disini merupakan penyebaran penyakit menurut sifat orang tempat dan waktu. Secara
sederhana, ada 2 (dua) model desain ilmu Epidemiologi. Kedua studi ini memiliki
manfaat/keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri sesuai dengan tujuan peneliti dalam
melaksanaan penelitian. Salah satunya Epidemiologi Analitik yang memiliki studi-
studi yang sangat berguna dalam penelitian.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang di atas, penulis menyusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu studi Epidemiologi analitik?
2. Ada berapa jenis studi Epidemiologi analitik?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan studi Epidemiologi analitik?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui pengertian studi Epidemiologi analitik.
2. Mengetahui jenis-jenis studi Epidemiologi analitik.

1
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan studi epidemiologi baik deskriptif
maupun analitik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi Analitik


Menurut lilienfeld, (1988) desain Epidemiologi dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu :
1. Epidemiologi deskriptif.
2. Epidemiologi analitik.
Epidemologi Analitik adalah jenis penelitian yang berkaitan dengan upaya
epidemologi untuk menganalisis faktor penyebab (determinan) masalah kesehatan.
Dengan kata lain, epidemologi analitik merupakan pencarian jawaban terhadap faktor
faktor penyebab yang dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa hubungannya
dengan akibat yang ditimbulkan. Contohnya setelah ditemukannya secara deskriptif
bahwa angka kejadian Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA) pada orang yang
merokok sangat tinggi maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok memang benar
penyebab terjadinya ISPA. Adapun ciri-ciri dari epidemilogi analitik yaitu :
1. Melakukan pengujian hubungan.
2. Mencari etiologi atau penyebab terjadinya masalah kesehatan.
3. Dilakukan uji hipotesis.

B. Jenis Penelitian Epidemiologi Analitik


Penelitian epidemiologi analitik sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Penelitian Observasional
Yaitu peneliti melakukan pengamatan atas perubahan alamia, tidak ada
mnipulasi perlakuan (exposure).

3
2. Penelitian Eksperimental
Yaitu peneliti melakukan pengamatan atas dampak perlakuan dan ada
manipulasi perlakuan ada. Seperti: eksperimen laboratorium dan
eksperiment lapangan. Biasanya penelitian ini di gunakan pada bidang
ilmu pasti, dimana ada upaya yang memungkinkan untuk mengontrol/
mengendalikan variabel penelitian sehingga ada faktor kontrol dan faktor
eksperiment.
Kemudian dari setiap jenis penelitian, dapat dibagi lagi
menjadi dua subkelompok (Kelsey, 1986), yaitu:

1. Studi observasional
a. Studi penampang (cross sectional study).
b. Studi kasus kontrol.
c. Studi kohort prospektif.
d. Studi kohort retrospektif.
2. studi intervensi yang terdiri atas jenis desain
a. Rancangan Eksperimen Murni.
b. Quasi Eksperimen.

1. Studi Observasional
a. Studi Penampang (cross sectional study)
Studi penampang (cross sectional study) adalah studi yang
dilaksanakan datam suatu wilayah administratif tertentu. Penelitian
ini dilakukan dengan memotong lintang suatu keadaan yang diteliti,
dengan melakukan pengamatan 'sepintas' atau semacam snapshot,
gambaran sesaat dari situasi yang diamati. Penelitian ini melakukan
potongan melintang situasi yang dalam populasi penelitian

4
sehingga yang ditemukan hanyalah keadaan pada saat itu. Dengan
demikian penelitian potong melintang dipakai untuk menguraikan
distribusi dan frekuensi karakteristik kesehatan dalam masyarakat
asosiasi karakteristik itu dengan variabel lainnya.dari sini dapat
diperoleh informasi yang dapat menjadi petunjuk lanjut tentang
penyebab suatu masalah kesehatan.
Penelitian ini biasa juga disebut penelitian prevalensi.
Biasanya dilakukan dalam bentuk yang dikenal dengan nama survei
(survey) dan penelitian korelasi (ecological study = penelitian
ekologi).
Studi ini terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. studi penampang deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
prevalensi penyakit atau masalah kesehatan.
b. Jenis studi penampang analitik yang berhljuan untuk
mengetahu hubungan antara faktor-faktor tertentu dan
masalah frekuensi penyakit atau masalah kesehatan.

Penelitian potong melintang ini mempunyai kelebihan maupun kekurangan.

Kelebihannya:

1. Cepat, dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan atau interview.


2. Murah, bahkan termurah disbanding dengan penelitian lainnya.
3. Berguna untuk informasi bagi perencanaan misalnya untuk menentukan lokasi
rumah sakit, penganggaran obat, dan peralatan medis, dan jenis-jenis
pelayanan yang diperlukan.
4. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variable yang ada.

Kekurangannya:

5
1. Tidak dapat memberikan gambaran hubungan kausal. Hanya memberikan
informasi tentang hubungan antara karaktersitik epidemiologis dengan
masalah kesehatan yang diamati.
2. Umumnya hanya menemukan kasus yang selamat. Tidak dapat menemukan
mereka yang mati karena penyakit yayng diteliti.
3. Sulit dilakukan terhadap penyakit atau masalah yang jarang dalam
masyarakat.
4. Sulit dipakai untuk penyakit yang akut, pendek massa inkubasi dan massa
sakitnya. Point prevalence kemungkinan tidak dapat menemukan kasus kalau
kejadian penyakit tidak berlangsung.

Contoh :

Sebagai contoh, cross-sectional study adalah suatu penelitian di Amerika Serikat


dengan nama Youth Risk Behavior survey. Penelitian national school-based ini
dilakukan untuk mengetahui prevalensi dari health-risk behavior remaja. Diperoleh
sampel nasional sebesar 11.631 siswa tingkat 9-12 di 50 negara bagian. Beberapa
hasilnya adalah:

1. Median umur first intercouerse adalah 16,1 pada pemuda dan 16,9 pada
pemudi.
2. 33,5% siswa pria dan 20% siswa wanita mulai melakukan aktivital seksual
pada usia sebelum 15 tahun.
3. 64,8% lelaki dan 52,4% wanita sudah mulai intercourse sebelum usia 17
tahun.
4. 19,0% melaporkan telah mempunyai 4 atau lebih sex partner selama masa
hidupnya.
5. Pria lebih sering dari wanita dalam mempunyai partner lebih dari empat.
Siswa pria kulit hitam (60,4%) lebih banyak mempunyai pasangan lebih dari
4.

6
6. Persentase mereka yang punya partner lebih dari 4 meningkat sesuai
peningkatan tingakat kelas sekolahnya.
7. 44,9% melaporkan menggunakan kondom dalam melakukan intercourse
dalam 3 bulan terakhir.

b. Studi Kasus Kontrol (Case Control Study)


Studi kasus kontrol adalah studi yang dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan dengan tujuan untuk mengetahui apakah satu
atau lebih variabel independen merupakan faktor risiko dari satu
variabel dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah
operasionalisasi dari faktor yang mungkin berhubungan secara
statistik dengan variabel dependen, yaitu operasionalisasi dari
masalah kesehatan termasuk penyakit.

Studi ini juga dinamakan penelitian retrospektif karena penjajakan hubungan


kausal dilakukan secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan dengan pertama-tama
memilih kasus dari penyakit yang diteliti, disusun dengan kelompok kontrolnya. Dari
subjek ini (kasus dan kontrol) dilakukan identifikasi keadaan faktor-faktor
keterpaparan yang telah terjadi pada mereka sehingga menddapat kemungkinan jatuh
sakit. Dalam memilih kasus dengan kontrol maka perlu dipakai kriteria diagnosis
untuk mendapatkan mereka yang benar-benar sesuai dengan statusnya, kasus atau
kontrol.

Penelitian ini menghasilkan perhitungan hubungan antara faktor keterpaparan


dengan kasus kontrol yang disebut odds ratio (ratio odds) yang mempunyai nilai nol
(netral) sebesar satu. Bentangan nilai odds ratio adalah antara nol sampai tak
terhingga. Jika nilainya kurang dari satu maka faktor keterpaparan disebut faktor

7
protektif. Jika nilai OR lebih besar dari satu maka faktor ketepaparan disebut faktor
risiko.

Kelebihan penelitian kasus kontrol, yaitu:

1. Kasus biasanya tersedia dan mudah didapatkan. Karena itu jenis penelitian
ini cocok untuk penyakit yang jarang atau untuk mempelajari perihal
klinik.
2. Dapat dilakukan dengan cepat dan murah dan dapat dilakukan di tempat
fasilitas klinik.
3. Hasil penelitian sudah menunjang kea rah dukungan hipotesis kausal
dengan menegakkan adanya asosiasi.
4. Data historis biasanya tersedia pada catatan medic pasien sehingga
memungkinkan memakai data sekunder.
5. Jumlah subjek lebih kecil disbanding kebutuhan sampel untuk penelitian
cross-sectional dan kohor.

Kelemahan penelitian kasus kontrol adalah:

1. Peka terhadap recall bias, karena informasi mengenai peristiwa-peristiwa


yang lalu tergantung kepada memori (daya ingat) subjek.
2. Data yang diperoleh, secara sekunder dari rumah sakit sering tidak
lengkap atau tidak dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan.
3. Kriteria diagnosis yang dipakai berbeda antar petugass kesehatan sehingga
terjadi perbedaan dalam hasil diagnosis kasus maupun control.
4. Kasus yang diperoleh adalah kasus yang selamat (selective surviver)
karena tidak dapat menemukan kasus yang telah meniggal. Dengan
demikian kasus yang diperoleh tidak representative.

8
5. Kasus yang diperoleh di rumah sakit mungkin tidak representative dari
populasi sakit (selection bias atau Berkson’s Fallacy).

Contoh:

Penelitian mengenai Baldness and Heart Attack di mana dihipotesiskan bahwa pola
kebotakan pria berhubungan dengan serangan infark miokard. Dilakukan suatu
hospital based penelitian kasus-kelola yang melibatkan pria usia 55 tahun ke bawah.
Kasusnya adalah pria yang masuk rumah sakit karena serangan pertama infark
miokard dan control adalah pria yang masuk rumah sakit yang sama karena penyakit
jantung yang lain. Dengan menghitung odds ratio setelah adjusting denan umur
ditemukan OR kebotakan frontal disbanding dengan kepala normal adalah 0,9 (95%
CI 0,6 – 1,3), sedangkan kebotakan belakang kepala mempunyai OR= 1,4 (95% CI
1,2- 1,9). Risiko serangan jantung meningkat sesuai dengan beratnya kebotakan
belakang kepala di mana kebotakan belakang kepala berat mencapat OR=3,4 (95% CI
1,7 – 7,0)

c. Studi Kohort

Apabila disebut studi kohor, yang dimaksud adalah studi kohort di kohort
prospektif (prospepective cohort), ada pula yang disebut dengan studi kohort di
kohort retrospektif (retrospepective cohort). Objektif dari studi kohort adalah untuk
membuktikan hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antara suatu faktor
dengan penyakit atau masalah. Kelebihan utama penelitian ini adalah metodenya
yang memungkinkan mengamatai bagaimana suatu faktor keterpaparan berlangsung
hingga memungkinkan terjadinya efek (penyakit).

9
Penelitian ini dimulai dengan memilih sampel kelompok sehat dari suatu
populasi. Mereka yang sehat ini akan diobservasi terhadap ada tidaknya keterpaparan
dalam suatu waktu tertentu. Setelah 5 tahun observasi, misal dihitunglah berapa yang
jatuh sakit dan berapa yang tetap sehat. Hasilnya memberikan nilai perhitungan
assosiasi yang disebut Relative Risk (Risiko Relatif) yang mempunyai nilai netral
sebesar 1. Arti RR adalah tidak ada hubungan jika nilainya 1, sama halnya dengan
nilai nol untuk Odds Ratio dari suatu penelitian kasus-kelola

Kelebihan penelitian kohor adalah:

1. Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden


dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
2. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko
dan penyakit.
3. Memberikan keterangan yang lengkap mengenai faktor risiko yang
dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.
4. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall
atau memori.
5. Masalah etika lebih sedikit disbanding dengan studi eksperimental.
6. Dapat dipakai langsung untuk mengukur incidence rate dari penyakit dan
risiko relative dari faktor risiko yang sedang diteliti.
7. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang bukan ahli
epidemiologi.
8. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi
kohor memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah
kesehatan yang semakin meningkat.
Kekurangan penelitian kohort adalah:
1. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit
yang sedikit di jumpai di masyarakat. Hendaklah dihindari dengan
memilih kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak komplek.

10
2. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih
penyakit-penyakit yang mempunyai masa inkubasi singkat.
3. Biaya yang diperlukan selama studi cukup besar dan mahal.
4. Follow up kadang-kadang sulit dilaksanakan dan loss of follow up dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
5. Studi kohort sering kali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi
yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tempat.
6. Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang
terjadi.
7. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan
atau faktor risiko akan dapat mengganggu analisis.
8. Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan
subjek terkena paparan yang dicurigai atau dianggap dapat merugika
subjek. Hendaknya memilih faktor risiko atau eksposure yang tidak
berbahaya.

Contoh penelitian kohort adalah:

Diambil contoh mengenai penelitian penharuh distribusi lemak tubuh dan


risiko kematian pada wanita. Untuk itu mengatur distribusi lemak dipakai ukuran
BMI (body mass index) dan waist/hip circumference ratio (WH ratio). Dilakukan
pengamatan berlanjut selama 5 tahun terhdapa 41.837 wanita di lowa usia 55-69
tahun. Ditemukan 1.54 yang mati dalam masa observasi follow-up 5 tahun. Hasilnya
menunjukkan adanya hubungan J-shaped antara BMI dengan kematian, di mana yang
sering sedikit tinggi kematiannya, lalu kembali mendatar pada mereka yang normal
berat badan, kemudian meningkat pada BMI tinggi. Sedangkan hasil WH rasio
menunjukkan hubungan positif linear yang kuat dengan kematian. Peningkatan 0,15
unit WH rasiomemberikan peningkatan risiko sebesar 60% kematian. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa WH rasio merupakan pengukuran yang lebih

11
tepat untuk prediksi kematian. Dan kaum ibu dianjurkan untuk mengontrol berat
badannya dengan mengukur WH rasionya.

d. Studi Kohort Retrospektif


Jenis desain studi kohort retrospektif mempunyai tujuan dan
indikator yang sama dengan studi kohort prospektif. Namun studi
kohort retrospektif menggunakan data yang sudah terkumpul
sebelumnya, jadi peneliti tidak lagi melaksanakan pengumpulan
data selama periode waktu selanjutnya. Pada contoh desain studi
kohort retrospektif dibawah ini, dari populasi umum, penderita
dengan berbagai penyakit dirawat inap atau rawat jalan di rumah
sakit, di mana datanya tersimpan secara sistematis dengan baik
sejak beberapa tahun yang lalu.
Contoh Penelitian Kohort Retrospektif :
Misalnya peneliti ingin mengetahui apakah hipertensi sebagai
penyebab dati penyakit jantung koroner (PJK) dapat dicegah dengan
mengobati hipertensi maka peneliti melakukan restruktur data
pengobatan hipertensi dan data PJK misalnya sejak 5 tahun yang
lalu.
Dalam kegiatan ini, peneliti mengidentifikasi penderita
hipertensi (pertensi+) yang diobati dengan obat baru yang dalam
waktu berikutnya menderita PJK (PJK +) dan yang tidak menderita
PJK (PJK-). Demikian pula, diidentifikasinya penderita hipertensi
yang diobati dengan obatlamayangdalam waktu berikutnya menjadi
PJK + dan PJK-.

12
Atas dasar data yang dikumpulkannya, peneliti melakukan
analisis data untuk menghitung angka insidensi PJK bagi mereka
denganhipertensi yang diobati dengan obat baru dan angka
insidensi PJK bagimereka dengan hipertensi yang diobati dengan
obat lama, sehinggadapat dihitung AR (attributable risk) dan RR
(rejative risk).
Keuntungan dari studi ini adalah hemat waktu dan sekaligus hemat
biaya, namun persoalannya adalah diperlukan catatan medis yang
terjamin kebenarannya bila tidak, maka validitas hasil penelitian
diragukan.

2. Studi Intervensi (Eksperimental)


a. Rancangan Eksperimen Murni

Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan


memanipulasi subjek penelitian dengan kontrol secara ketat. Tujuan penelitian
eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan
sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental dengan satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan
hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi
perlakuan
Ciri utama dari penelitian eksperimen meliputi:
a. Pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib-
ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan
randomisasi (pengaturan secara rambang).

13
b. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk
dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai
perlakuan eksperimental.
c. Memusatkan usaha pada pengontrolan varians dengan cara: pemilihan subyek
secara acak, penempatan subyek dalam kelompok-kelompok secara rambang,
dan penentuan perlakuan eksperimental kepada kelompok secara rambang.
d. Validitas internal merupakan tujuan pertama metode eksperimental.
e. Tujuan ke dua metode eksperimental adalah validitas eksternal.
f. Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting
diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja
dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Kelebihan:
1. Dapat melakukan kontrol maksimal terhadap situasi terhadap situasi
penelitian.
2. Memungkinkan terjadinya penyebaran secara acak penyebaran karakteristik
dasartermasuk faktor perancu dengan sebanding kepada eksperimen dan
kelompok kontrol.

Kekurangan:

1. Tidak bias bebas sepenuhnya dari faktor luar, human error, peran peluang.
Untukmengatasinya dilakukan stratifikasi blok. Blok yang dimaksud adalah
populasi homogen seperti keluarga, kelompok kerja, kelompok pasien atau
daerah geografis.
2. Randomisasi menjadi tidak etis ketika sekelompok subyek tidak
mendapatkanperlakuan sedangkan kelompok lain mendapatkan perlakuan
yang dipandang bermanfaat baik oleh peneliti maupun subyek penelitian.

b. Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen)

14
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu
dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah
satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi


yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan
jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti eksternal
rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi


yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan
jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validiti eksternal
rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut. Ciri
penelitian eksperimen semu meliputi:

a. Penelitian eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang


di dalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang
relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut.
b. Subyek penelitian adalah manusia, misalnya dalam mengukur aspek minat,
sikap, dan perilaku.
c. Tetap dilakukan randomisasi untuk sampel, sehingga validitas internal masih
dapat dijaga.

Kelebihan:
a. Lebih mudah diterapkan
b. Lebih murah

15
Kekurangan:
a. Karena tidak dilakukan randomisasi maka tidak mampu mengendalikan faktor
perancu.
b. Dapat mengakibatkan bias.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang
berkaitan dengan kesehatan. Epidemiologi analitik di samping meliputi pemahaman
terhadap dasar-dasar epidemiologi deskriptif juga mempunyai pembidangan yang
lebih khusus. Kekhususannya tersebut menekankan pada aspek analisis yaitu
mengkhususkan diri pada analisis hubungan antara fenomena kesehatan dengan
berbagai variabel lain. Epidemiologi analitik ini ditujukan untuk menentukan
kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan epidemiologi antara
pemapar dan akibat yang ditimbulkan.

16
B. Saran
Ilmu Epidemiologi merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari dan
memiliki peran yang besar dalam membantu sebuah penelitian, terutama dalam
bidangh kesehatan. Maka dari itu kita agar memahami ilmu ini sehingga dapat
diaplikasikan ke masyarakat dan membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

M. N. Bustan. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rinneka Citra.

Lapau, Bukhari. Birwin, Alib. 2017. Prinsip & Metode Epidemiologi. Depok:
Kencana

17

Anda mungkin juga menyukai