MAKANAN
Ruang Lingkup :
PENDAHULUAN
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat –
obatan dan substansi – substansi yang diperlukan untuk pengobatan (Anwar dalam Pohan
2009: 18). Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat
hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan
persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan
yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan. Makanan sehat selain ditentukan
oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak,vitamin dan mineral (Mukono, 2006 ). Agar makanan sehat maka makanan
tersebut harus bebas dari kontaminasi. Makanan yang ada dijual bebas saat ini dan tidak kita
olah sendiri rentan dengan kontaminasi serta kandungan mutunya yang mungkin saja tidak
masuk kategori sehat. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu sanitasi makanan yang
tidak baik. Maka alangkah baiknya untuk kita sebisa mungkin menghindari hal tersebut dan
mengetahui kandungan mutunya. Salah satu cara untuk mengetahui kandungan mutu pangan
adalah dengan melakukan uji pada pangan tersebut dengan mengambil sampel atau dikenal
metode sampling makanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makanan
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat –
obatan dan substansi – substansi yang diperlukan untuk pengobatan (Anwar dalam Pohan
2009: 18). Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat
hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan
persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan
yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan. Makanan sehat selain ditentukan
oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak,vitamin dan mineral (Mukono, 2006 ). Agar makanan sehat maka makanan
tersebut harus bebas dari kontaminasi. Makanan yang terkontaminasi akan menyebabkan
penyakit yang dikenal dengan food borne disease. Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011
telah ditetapkan makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari
cemaran fisik, kimia dan bakteri.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor kimia
dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung
pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik., temperatur ruangan yang
panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan yang disebabkan
oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat
penyimpanan makanan (Mulia, 2005). Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor
kimia karena adanya zat – zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan
makanan, obat – obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat – obat pertanian untuk
kemasan makanan dan lain – lain (Mulia, 2005). Sanitasi makanan yang buruk disebabkan
oleh faktor mikrobiologis karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
Akibat buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang
mengkonsumsi makanan tersebut (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya zat – zat
kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat – obat
penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat – obat pertanian untuk kemasan makanan
dan lain – lain (Mulia, 2005). Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor
mikrobiologis karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat
buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi
makanan tersebut (Mulia, 2005). Menurut Permenkes No. 942 Higiene sanitasi adalah upaya
untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Peran makanan dalam
penyebaran penyakit, adalah :
a. Makanan sebagai penyebab penyakit (agent) 3 Makanan sebagai penyebab penyakit
bisa terjadi apabila dalam makanan tersebut sudah mengandung bahan yang menjadi
penyebab langsung suatu penyakit, misalnya jamur beracun, ikan beracun dan adanya
racun yang secara alamiah sudah mengandung racun.
b. Makanan sebagai pembawa penyakit (Vehicle) Makanan dapat sebagai pembawa
penyakit apabila makanan tersebut tercemar oleh bahan yang membahayakan
kehidupan, misalnya mikroorganisme dan bahan kima beracun. Semula makanan tidak
berbahaya namun setelah terkontaminasi oleh mikrorganisme atau bahan kimia
beracun maka akhirnya makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan.
c. Makanan sebagai media Makanan yang terkontaminasi dengan keadaan suhu dan
waktu yang cukup serta kondisi yang memungkinkan suburnya mikrooorganisme atau
kuman penyakit, maka makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi
kuman untuk berkembang biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan
(Mukono, 2002).
Maka dari itu, salah satu cara untuk mengetahui apakah makanan itu termasuk
makanan sehat atau tidak, yaitu dengan melakukan pengujian terhadap makanan tersebut.
Pengujian terhadap makanan dilakukan dengan mengambil sampel dari makanan yang akan
diuji.
B. Tujuan Pengukuran Sampel Makanan
Makanan yang kita temui belum tentu semuanya makanan yang sehat. Terutama
makanan yang tidak kita olah sendiri seperti makanan yang dijual di luar. Kita tidak
mengetahui apakah makanan tersebut merupakan makanan sehat atau tidak. Maka dari itu
salah satu cara untuk mengetahui makanan tersebut makanan tersebut makanan sehat atau
tidak, maka dilakukan pengukuran terhadap makanan tersebut dengan mengambil sampel dari
makanan tersebut. Tujuan dari pengukuran sampel makanan ini sendiri yaitu untuk mengukur
parameter-parameter pada makanan apakah sesuai dan dapat dikatakan sebagai makanan
sehat atau tidak. Selain itu, tujuan pengukuran sampel makanan yaitu untuk pemeriksaan
produk pangan, pengendalian proses dan pengendalian mutu pangan tersebut. Parameter-
paramater pengukuran sampel makanan sendiri ada 3, yaitu berdasarkan parameter fisik, kimia
dan mikrobiologi.
d. Pembagian (dividing)
Proses untuk mendapatkan sampel yang representative dari gross
sampel tanpa memperkecil ukuran butir.
e. Metode
Untuk menentukan kadar kandungan yang terdapat dalam suatu sampel
makanan, digunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
bentuk fisik (padatan, cairan, gas) dan kandungan matriks sampel yang
berbeda. Oleh karena itu, digunakan suatu metode yang tepat untuk
menganalisis suatu sampel makanan. Kemudian dari setiap metode terdapat
perbedaan-perbedaan baik dalam teknik:
Pengambilan sampel
Preparasi sampel
Pengujian/analisis sampel
f. Pengabuan
Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung
dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit
sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas
garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal
organik dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa
dengan ion-ion negatif.
Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik
tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan,
serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan.
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan pada pengabuan, yaitu cara
kering (langsung) dan cara basah (tidak langsung). Cara kering digunakan
untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan tidak larut asam.
Sedangkan cara basah dilakukan untuk penentuan elemen mineral.
g. Penggerusan
Proses penggerusan merupakan cara untuk mendapatkan sampel yang
homogen dan mudah dilarutkan. Apalagi jika sampel adalah padatan yang
memiliki ukuran besar.
h. Pelarutan
Sampel yang berupa padatan dilarutkan dengan pelarut tertentu sesuai
dengan sifat kelarutan sampel.
i. Pengenceran
Penggunaan instrumen seperti spektrofotometer, HPLC, dan GC
membutuhkan konsentrasi sampel yang kecil untuk pemeriksaan. Oleh
karena itu, pengenceran dilakukan dilakukan menggunakan pelarut hingga
didapatkan konsentrasi yang dapat terbacaoleh instrumen.
j. Penambahan pereaksi
Asam lemak berantai panjang lebih sulit dianalisis dengan kromatografi gas
(GC) karena titik didihnya relatif tinggi. Untuk menurunkan titik didihnya,
asam lemak tersebut direaksikan dengan alkohol (metanol atau etanol)
sehingga terbentuk metil ester atau etil ester yang titik didihnya lebih
rendah.
k. Penyaringan
Kebanyakan metode analisis bersifat selektif. Pada metode yang bersifat
non-selektif, noise (unsur pengganggu) harus dipisahkan dari sampel agar
tidak mempengaruhi data analisis. Karena itu, filtrasi bertujuan pemurnian
dengan menghilangkan pengotor pada sampel. Metode yang paling mudah
untuk pemisahan unsur/senyawa pengganggu adalah endapan, ekstraksi
pelarut, dan atau kromatografi.
5) Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran adalah sifat
dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia maupun sifat fisikanya.
Pengukurannya dapat dilakukan dengan metode analisis volumetri (volum) atau analisis
gravimetri (berat). Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan
instrumen laboratorium yang lebih canggih.
6) Perhitungan, Pelaporan, dan Evaluasi Hasil Analisis
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadar analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhiatungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka harus
dilakukan pelaporan data. Biasanya data yang dilaporkan harus dibuat dalam bentuk tertulis
dengan mencantumkan hasil analisisnya.
Pada sampel sendiri, juga terdapat beberapa perlakuan yang umum dilakukan saat
preparasi sampel. Perlakuan-perlakuan tersebut diantaranya :
1) Ekstraksi
Perlakuan ini bisa dikerjakan dengan berbagai cara, baik secara fisik maupun secara
kimiawi. Secara fisik dapat dilakukan dengan pengepresan (pengempaan), penggilingan,
pengendapan fisik (kristalisasi), pengendapan kimiawi (penggumpalan), dan distilasi.
Secara kimiawi dilakukan dengan cara pelarutan dengan pelarut. Metode distilasi merupakan
ekstraksi dan pemisahan atas dasar perbedaan titik uapnya. Distilasi dapat dilakukan
dengan cara sederhana, misalnya distilasi air, distilasi uap, distilasi uap dan air, dapat pula
dilakuan dengan teknik fraksinasi (distilasi fraksinasi), atau distilasi vakum. Cara ekstraksi
lainnya yang relatif merupakan teknologi barn adalah penggunaan teknik superkritik (super
critical extraction).
2) Filtrasi
Cara untuk memisahkan dua komponen yang berbeda sifatnyaatau ukurannya
melalui sebuah membran permiabel yang poreus. Filtrasi dapat dilakukan dengan teknik
penyaringan. Penyaringan lazim digunakan untuk memisahkan padatan dan cairan yang
bercampur menjadi satu dan tidak lazim untuk memisahkan campuran dua macam cairan
yang berbeda berat jenisnya. Dalam praktek penyaringan dikerjakan dengan
menggunakan bahan penyaring yang berupa membran.
3) Sentrifugasi
Tujuan utama sentrifugasi adaiah memisahkan partikel-partikel padatan daricairan
yang bercampur menjadi terpisah satu dengan yang lainnya. Jadi pada hakekatnya seperti
filtrasi, tetapi pemisahan dengan sentrifugasi didasarkan pada perbedaan berat jenis
partikel. Dalam hal ini gaya sentrifugasi sangat berpengaruh pada hasil. Makin tinggi gaya
sentrifugasi makin terjadi pemisahan dengan baik.
4) Lisis
Biasanya dikerjakan untuk merusak atau memecah dinding sel tanaman, hewan,
atau mikroba. Pekerjaan ini dapat dilakukan secara fisik misalnya dengan penggilingan,
penggerusan, atau dengan sonikasi.
5) Dialisis
Perlakuanini merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan membran semi-
permiabel. Dialisis dapat berfungsi sebagai penyaring molekuler karena yang dapat melalui
membran umumnya adalah melekul yang ukurannya relatif kecil. Dialisis bekerja atas dasar
peristiwa osmosis. Partikel-partikel (molekul) yang kecil dapat melalui membran sampai
terjadi keseimbangan. Keseimbangan tercapai jika konsentrasi partikel dalam larutan
pada sisi-sisi yang bersebelahan dengan membran sudah mencapai rasio yang seimbang
dengan volume masing-masing larutan
6) Inaktivasi Enzim
Terdapatnya enzim dapat mengganggu hasil karena enzim yang masih aktif dapat
mengadakan perubahan-perubahan kimiawi. Misalnya pada elektroforesis, enzim protease
dapat menguraikan protein atau peptida-peptida selama proses elektroforesis berlangsung.
7) Modifikasi Kimiawi dan Enzimatik
Perlakuan ini bertujuan untuk mengubah struktur kimiawi sampel untuk suatu
tujuan tertentu yang memudahkan analisis.
D. Pengukuran dan Interpretasi Parameter Kualitas Fisik, Kimia, Biologi Makanan
Mutu makanan (food quality) adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman (UU
RI No.7 Tahun 1996). Untuk mengukur kadar kandungan dan mutu suatu pangan, maka salah
satu caranya yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap makanan tersebut dengan cara
mengambil sampel makanan tersebut. Mutu suatu pangan dapat ditetapkan dengan 3 standar,
yaitu :
1. Standar pertanian (IP)
2. Standar Perdagangan (SPD)
3. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Cara penilaian/pengukuran mutu makanan dibagi menjadi 2, yaitu secara subjektif dan
objektif. Secara subjektif. Secara subjektif, terdapat uji orgaoleptik. Sementara secara objektif
terdapat uji Fisik, Kimiawi dan Mikrobiologi.
a. Uji Subjektif
1. Uji Organoleptik
Kualitas produk diukur dengan penginderaan (mata, hidung, lidah, ujung jari tangan,
telinga). Kelebihan metode ini yaitu ekonomis, sederhana dan bersifat spesifik. Sementara
kekurangan metode ini yaitu sangat subjektif, dipengaruhi oleh latar belakang, tradisi,
kebiasaanm pengalaman, pendidikan prestisesi penelis serta hasil reaksi fisikologik kadang
sulit di deskripsikan.
Ruang bersih, kedap suara, bebas bising, bebas dari bau menggangu
(sampah,rokok,dll) suhu kamar 20-250 C, kelembaban 60% pencayahayaan baik, tidak
memungkinkan penyaji dan panelis unuk bertemu muka.
b. Uji Objektif
1. Uji Fisik
Kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan hal-hal fisik yang nampak dari
suatu produk. Kelebihan uji fisik secara objektif yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan
alat-alat yang sederhana. Kekurangan uji ini sendiri yaitu alat dan instrument harus selalu
terkalibrasi untuk menjamin keakuratan dan kecermatan hasil pengujian.
Prinsip uji ini yaitu :
1) Pengujian menggunakan alat/instrument tertentu.
2) Pengujian berhubungan dengan karakteristik bahan dan komponen fungsional di
dalamnya.
3) Sifat fisik : warna, volume, tekstur, viskositas/konsistensi/kekentalan,
keempukan,/kelipatan, bobot jenis.
Uji ini sendiri sering dikombinasikan dengn cara kimiawi dan dinamakan teknik fisiko-
kimiawi.
3. Mikrobiologi
Kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan keberadaan mikroorganisme yang
terdapat dalam suatu produk. Kelebihan uji mikrobiologi peran besar untuk mengetahui
higieni sanitasi makanan. Kekurangan uji ini yaitu risiko kontaminasi terhadap penguji, butuh
waktu lama karena mikroba harus diinkubasi. Uji ini merupakan analisa baik bahan baku (air)
maupun bahan kemas terhadap mikroorganisme pathogen yang bersifat racun dan apabila
dibiarkan berada dalam produk dapat member pengaruh buruk untuk kesehatan tubuh.
Prinsip :
1) Pengujian menggunakan alat/instrument tertentu dan metode terstandar.
2) Dalam melakukan pengujian kualitas secara kimia dibutuhkan dasar pengetahuan
mikrobiologi pangan.
3) Terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif mikroorganisme, seperti bakteri, kapang,
ragi, protozoa.
Islam hadir dimuka bumi dengan sungguh-sungguh memelihara jiwa dan akal.
Pemeliharaan jiwa dan akal itu dilakukan dengan memberikan makanan sehat sejak masa pra
konsepsi, pra kehamilan, kehamilan, kelahiran, kemudian sepanjang masa tahapan-tahapan
kehidupan berikutnya. Dalam ayat 24 Surat ‘Abasa,
Dalam agama Islam kita diperintahkan untuk memakan makanan yang halal. Makanan
yang halal berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya, tidak rusak (kadaluarsa) atau
tidak bercampur benda najis. Ada juga yang mengartikan sebagai makanan atau minuman
yang mengundang selera bagi yang akan mengkonsumsinya dan tidak membahayakan fisik
serta akalnya.
Makanan yang halal pasti akan bersifat toyyib, akan tetapi makanan yang toyyib belum tentu
besifat halal. Makanan yang bersifat aman artinya tidak menyebabkan penyakit, dengan kata
lain aman secara duniawi dan ukhrawi. Keamanan makanan ini dinyatakan dalam al-Qur’an.
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu,
dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Q.S. Al-maidah:88).
Ditemukan perintah yang sangat jelas bahwasannya manusia harus memperhatikan
apa-apa yang dimakannya. Walaupun ayat ini bersifat umum dan tujuan pokoknya adalah
mengantarkan manusia untuk beriman kepada Allah SWT, namun secara khusus dapat
dipahami adanya semacam anjuran untuk memilih makanan-makanan yang baik dan bergizi.
Pertama, prinsip halal: Seorang Muslim diperintahkan oleh Islam untuk makan-
makanan yang halal (sah menurut hukum dan diizinkan) dan tidak mengambil yang
haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang). Di dalam Al-Qur'an menyatakan:
"makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya".(QS.al-
Maaidah [5]:88). Di ayat lain, Al-Qur'an menyebutkan makanan haram: "Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah",...(QS.al-maaidah[5]3). Prinsip halal-haram juga berlaku bagi hal
lain selain makanan. Pemeluk Islam diharuskan membelanjakan pendapatannya hanya
pada barang yang halal saja dan dilarang membelanjakannya pada barang haram
seperti minuman keras, narkotika, judi, pelacuran, dan sebagainya.
Budiman. 2018. Ilmu kesehatan masyarakat dalam konteks kesehatan lingkungan. Jakarta ;
buku kedokteran.
Ikhtiar, Muhammad. 2018. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Makassar : CV Social Politic
Genius.
Budiman. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
EGC.