Anda di halaman 1dari 5

KONSEP GENDER

UntukMemenuhi Mata KuliahDasarKespro/KIA

Dosenpengampu :DelfrianaAyu A, SST, M. Kes

Disusun oleh :

1. M. IchlasulAmal. ( NIM : 0801181107 )


2. Rizqi Nurhidayah Harahap ( NIM : 0801182223 )
3. Siti Nur aidah ( NIM : 0801181154 )

Kelas :

FKM – B Semester 3

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019 / 2020
KONSEP GENDER

A. Defenisi Gender
Kata Gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status, dan tanggung jawab pada laki-
laki dan perempuan sebagai hasil bentukan (konstruksi) social budaya yang tertanam lewat proses
sosialisasi dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Oleh karenanya gender bervariasi dari suatu tempat
ketempat lain dan dari suatu waktu kewaktu berikutnya. Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan
dapat di pertukarkan pada manusia satu kemanusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.
Beberapa pengertian gender menurut pustaka :
1. Gender diartikan sebagai suatu set hubungan yang nyata di institusi social dan dihasilkan kembali
dari interaksi antar personal. ( Smith 1987 : West & Zimmerman 1987 dalam Llyod et al. 2009:
p.8)
2. Gender bukan merupakan proferti individual namun merupakan interaksi yang sedang
berlangsung antar actor dan struktur dengan variasi yang sangat besar antara kehidupan laki-laki
dan perempuan ‘secara individual’ sepanjang siklus hidupnya dan secara structural dalam sejarah
ras dan kelas. ( Ferree 1990 dalamLlyod et al. 2009; p.8 )
3. Gender diartikan sebagai aspek-aspek social atau kemasyarakatan yang berkaitan dengan seks. Ia
mengambil dari sifat maskulin dan feminism yang dipengaruhi dengan kebudayaan, simbolik,
stereotaip dan pengenalan diri. ( Raymond J. Corsini, 1999 : 405 ).
Perbedaan konsep gender secara social telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki
dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggungjawab,
fungsi dan bahkan ruangtempat dimana manusia beraktifitas.
B. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah sebuah ketidak adilan akibat dari system dan structur social yang mana
perempuan maupun laki-laki dapat menjadi korban. Ketidak adilan gender terjadikarenakan adanya
keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk.
Bentuk- bentuk diskriminasi gender :
1. Marginalisasi ( peminggiran/pemiskinan) perempuan yang mengakibatkan kemiskinan, banyak
yang terjadi dalam masyarakat di Negara berkembang seperti penggusuran dari kampung
halaman, eksploitasi, banyak perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program
pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan pada petani laki-laki.
2. Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih
penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya. Ada pandangan yang menempatkan
kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
3. Stereotype merupakan penandaan yang sering kali bersifat negative seacara umum selalu
melahirkan ketidak-adilan pada salah satu jenis kelamin tertentu.
4. Kekerasan( violence ) artinya suatu serangan fisik maupun serangan non-fisik yang dialami
perempuan maupun laki-laki sehingga yang dialami akan terusik batinnya.
5. Beban kerja( double burden ) yaitu sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidak adilan gender
dimana beberapa beban kegiatan diemban lebih banyak oleh salah satu jenis kelamin.

C. Contoh Kasus Keseteraan Gender


Kasus I
Dari kasus yang kami ambil yaitu kasus ada seseorang Nenek yang bernama Asyani dari
Situbondo yang tidak mendapatkan keadilan dalam hukum di Indonesia karena mengambil
tujuh batang kayu milik perum perhutani. Dalam kasus tersebut sudah di jelaskan bahwa
membiarkan seorang perempuan tua dalam penjara selama itu dari sisi kemanusiaan tentu sulit
untuk diterima dimata hukum islam, semua orang pada memiliki kedudukan yang setara,
muslim atau non muslim pria ataupun wanita, kaya atau miskin, yang berkedudukan tinggi
atau rakyat biasa. Jadi, dalam kasus ini menganggap bahwa semua terlalu lemah menanggapi
kasus tersebut.
Malu rasanya apabila perempuan berteriak mengenai isu keseteraan gender apabila kita artikan
segala sesuatunya harus mutlak sama dengan laki-laki. Karena pada dasarnya, perempuan
tentunya tidak akan siap jika harus menanggung berat yang biasa di tanggung.

Kasus II
Sekolah Menengah Atas Al-Uswah sendiri merupakan sekolah swasta yang berbasis islam
pesantren. Di sekolah ini memiliki aturan dalam penggunaan seragam yang membedakan
antara laki-laki dan perempuan, untuk anak laki-laki menggunakan celana dan tidak boleh
ketat, sedangkan yang perempuan menggunakan seragam yang menutup aurat seperti bawakan
rok dan kerudung. Selain itu seragam juga ada peraturan yang mengatur tentang tata kelakuan
dari siswa-siswi yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan, seperti siswa laki-laki dan
perempuan tidak diperbolehkan duduk sebangku berdua, dan juga tidak boleh pacaran.
Aktivitas yang terjadi di dalam kelas antara murid laki-laki dan murid perempuan tidak adanya
pembedaan. Karena menurut murid-murid, mereka sama-sama memiliki status pelajar dan
bertujuan agar belajar bersama lebih menyenangkan, dan untuk mempermudah pergaulan dan
sosialisasi antara murid laki-laki dan perempuan.
Kasus III
Kalau dulu di masa abad ke-18 dan sebelumnya, perempuan tidak diperbolehkan sekolah
setinggi mungkin, bahkan tidak dibolehkan sekolah. Perempuan itu dianjurkan cepat menikah
walaupun masih berumur belasan tahun dan belum memilki kesiapan fisik dan mental. Fakta
ini masih sering dijumpai pada masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah.
Pada masa kini perempuan memiliki akses yang sama untuk sekolah setinggi mungkin. Seperti
contoh beberapa selebritas perempuan yang menempuh pendidikan hingga jenjang S-2 dan S-3.
Kenyataan ini juga bisa kita lihat secara keseluruhan, perempuan sudah diperbolehkan
menempuh pendidikan formal sampai tingkat tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal studi pemuda tentang pengembangan edukasi kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja dengan
metode game kognitif proaktif. September 2014.

Jurnal konsep, teori dan analisis gender oleh Puspitawati Herian departemen ilmu keluarga dan konsumen
fakultas ekologi manusia institut pertanian Bogor 2013.

Jurnal konsep dan isu gender dalam Islam oleh Lubis Aminuddin dosen tetap STAIS AL-HIKMAH
Medan Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai