Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 6 :

DELLA EKHESY / F1121201014


VERAWATI / F1121201015

GENDER DAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


Pengertian Gender
Gender berasal dari bahasa latin, yaitu
''genus'', berarti tipe atau jenis. Gender
adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan
pada laki-laki dan perempuan yang
dibentuk secara sosial maupun budaya

GENDER
Ruang lingkup gender

- Gender adalah sifat yang melekat pada


laki-laki atau perempuan yang
dikonstruksikan secara sosial budaya

- relasi antara laki-laki dan perempuan

- adanya ketidaksamaan antara kesetaraan


gender antar wilayah/daerah
Pengertian pendidikan multikultural

Pendidikan multikultural adalah sebuah tawaran


model pendidikan yang mengusung ideologi yang
memahami, menghormati, dan menghargai harkat Pengertian
dan martabat manusia di manapun dia berada dan pen-didikan
dari manapun datangnya (secara ekonomi, sosial, multi-kultural
budaya, etnis, bahasa, keyakinan, atau agama, dan
negara).
Membangun sikap sensitive gender
Pandangan masyarakat yang selama ini melihat peran antara perempuan dan laki laki cenderung
patriakri, anggapan masyarakat perempuan adalah makhluk yang lemah secara fisik dan rentan
terhadap obyek dari berbagai macam tindakan, pandangan seperti inilah yang dapat menyebabka
n
masyarakat, secara kolektif dengan tidak sadar melegitimilasi dan menerapkan budaya tersebut
dalam kehidupan kesehariannya. Pada akhirnya dapat menimbulkan dampak yang tidak baik
seperti adanya meminggirkan hak hak perempuan, pemberian citra negatif terhadap perempuan,
pemberian beban yang berlebihan pada perempuan rumah tangga, serta sering terjadi tindak
kekerasan dalam rumah tangga.
Lanjutan

Dalam pendidikan multikultural sangat penting kiranya


membangun kesetaraan peran gender (laki laki dan perempuan)
yang bisa di mulai sejak dini, dengan menanamkan nilai nilai
persamaan hak, anti diskriminasi. Langkah kesadaran tersebut membangun
merupakan bagian penting dalam pendidikan multikultural, sikap sensitif
oleh karena itu seorang pendidik perlu memiliki wawasan yang gender
luas tentang keadilan gender agar tidak hanya terjadi transfer
pendidikan secara kognitif tetapi menanamkan nilai nilai
kehidupan khususnya keadilan gender.
Gender dan Kultur

Pandangan setiap kelompok masyarakat yang satu dan


lainnya terhadap peran gender antara laki laki dan
perempuan akan berbeda beda. Dalam masyarakat jawa
Gender dan
tradisional yang masih kental dengan kultur patriarki.
Kultur
Gender dan Agama

Adanya pen-subordinasian terhadap perempuan yang sering kita temui dalam


ajaran agama menurut sebagian feminis disebabkan oleh tiga hal. Yang
pertama adanya teks keagamaan yang pada dasarnya memang bias gender,
yang ke dua adanya misiinterpretasi terhadap ajaran agama, Gender dan
yang ke tiga adanya perlakuan menyimpang pribadi pribadi yang berlindung Agama
di balik institusi agama. Agama pada dasarnya tidak memposisikan
perempuan sebagai sub ordinat dari laki laki tapi justru agama memposisikan
perempuan dalam tempat yang setara dengan laki laki. Adanya
pen-subordinasian tersebut lebih disebabkan oleh pribadi pribadi dalam
menafsirkan ajaran agama dan dalam bertingkah laku.
Problem Gender
Problem yang berkaitan dengan gender penting untuk di ketahui dan
dipahami karena masalah ini menjadi masalah keseharian kita, akan tetapi
kita sering menyadarinya.

A.    Ketidakadilan Gender
Peminggiran hak hak perempuan, pen-subordinasian Problem Gender
(menomerduakan) perempuan, pembaerian label negatif
pada perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan
pemberian beban yang berlebihan pada perempuan dalam
mengurus rumah tangga.
B.    Peminggiran Hak Hak Perempuan

Adalah pembatasan terhadap perempuan untuk melakukan


aktivitas – aktivitas dalam beberapa bidang seperti
ekonomi, politik dan sosial. Sebagai contoh dibidang
ekonomi adanya anggapan bahwa perempuan yang baik Problem
adalah seorang istri yang selalu berada dirumah. Gender
Anggapan ini mengakibatkan hak perempuan untuk
bekerja menjadi hilang akibatnya mereka kehilangan
kesempatan untuk
bekerja.
Ketergantungan yang semacam ini sangat rentan terhadap
munculnya kesemena-menaan dari pihak laki-laki.
C.  Pengsubordinasian perempuan

Menomorduakan perempuan adalah menempatkan


perempuan pada posisi “ nomor dua “ setelah
laki – laki. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
adanya anggapan bahwa perempuan pada umumnya Problem
mempunyai kemampuan yang lebih rendah dari Gender
laki – laki dalam bidang tertentu seperti dalam bidang
politik, sosial dan ekonomi. Akibatnya kebijakan –
kebijakan yang dihasilkan di lembaga eksekutif dan
legislatif masih belum berpihak pada kaidah – kaidah
keadilan dan demokrasi bagi kehidupan perempuan.
D. Citra negatif terhadap perempuan

Pemberian citra negatif terhadap perempuan adalah


 
adanya anggapan kurang baik terhadap perempuan
yang mempunyai status tertentu. Contohnya perempuan
yang berstatus sebagai pekerja malam di klub malam
atau tempat – tempat hiburan tertentu. Adanya pemberian Problem Gender
label negatif dapat menyebabkan ruang gerak perempuan
untuk mendapatkan keadilan dan kesetaraan,
kesempatan maupun posisi dalam beberapa lingkup
kehidupan menjadi terbatas.
E.    Pemberian Beban Berlebihan terhadap Perempuan

Pemberian beban yang berlebihan terhadap perempuan


adalah
  pembagian pekerjaan yang tidak seimbang yang
diberikan pada perempuan dalam rumah tangga.
Contohnya seorang istri mempunyai peran ganda,
disamping bekerja sebagai tenaga kerja formal diluar
Problem Gender
rumah tetapi dituntut untuk mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Untuk itu perlu adanya pengertian dari
pihak suami untuk juga mengambil bagian dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga ada
pembagian pekerjaan yang seimbang.
F.  Kekerasan terhadap Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah kekerasan yang terjadi
pada perempuan yang terwujud dalam bentuk kekerasan fisik dan
psikhis.
  Contoh kekerasan fisik :  ketika seorang perempuan
dipaksa pacarnya untuk melakukan hubungan seksual diluar
pernikahan. Sedangkan contoh dari kekerasan psikhis yaitu ;
pemaksaan yang disertai ancaman dari pihak laki-laki apabila pihak
perempuan tidak mau melakukan hubungan seks, dia akan
ditinggalkan atau diputus sebagai pacar dari si lelaki. Problem Gender

Secara umum pelaku dari kekerasan terhadap perempuan ada 3


macam :
- Kekerasan yang dilakukan oleh keluarga, seperti suami, saudara
kandung atau keluarga lainnya
- Kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh masyarakat
- Kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh negara
G. Pemahaman Gender Tradisional

Adanya ketidak adilan gender yang kerap terjadi salah satunya


disebabkan
  oleh adanya pemahaman masyarakat yang kurang
tepat tentang gender antara laki-laki dengan perempuan. Dampak
negatif dari pemahaman peran gender tradisional pada laki-laki
dan perempuan sebagaimana yang dijelaskan Ritzer (1991) adalh
sebagai berikut :
- Menempatkan perempuan sebagai subordinat atau orang kedua Problem Gender
setelah laki-laki dan berkedudukan lebih rendah dari pada laki-laki
- Peran feminis gender yang melekat terhadap perempuan secara
tradisional manuntut perempuan untuk melakukan pengorbanan
yang lebih daripada laki-laki
- Peran kerja gender secara tradisional tidak pernah
menguntungkan dalam setiap atmospere kehidupan perempuan
terutama pada tempat yang disebut rumah tangga
Dampak negatif dari pemahaman peran gender tradisional
pada laki-laki adalah :
 
- Laki-laki tidak boleh menunjukan emosi kesedihan
karena akan terlihat “tidak jantan”
- Laki-laki dituntut untuk berani dan “macho”
- Laki-laki harus terlihat seksi dan jantan Problem Gender
- Laki-laki harus mempunyai pekerjaan sehingga
menganggur merupakan suatu hal yang memalukan bagi
laki-laki
- Laki-laki lebih dapat ditoleransi untuk melakukan
kontak yang jarang dengan anaknya karena adanya alasan
kesibukan bekerja
 
MEMBANGUN SENSITIVITAS GENDER DI SEKOLAH

Beberapa
  kasus perbedaan gender juga sering terjadi di
sekolah. Maka seorang guru harus dapat menghindari
sikap-sikap yang mengindikasikan adanya “pembedaan”
antara laki-laki dan perempuan. Seorang guru juga harus Membangun
dapat menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara Sensitivitas
perempuan dan laki-laki dalam hal kesempatan bicara. Gender di
sekolah
Langkah yang harus diperhatikan guru, adalah:
· Mempunyai wawasan yang cukup tentang
kesetaraan gender
· Tindakan dan sikap anti diskriminasi gender
· Sensitif terhadap permasalahan gender
Langkah yang harus diperhatikan dan dipraktekkan oleh
sekolah:
 
·   Sekolah harus mempunyai dan sekaligus menerapkan
Undang Undang Sekolah yang salah satu isinya adalah
melarang keras adanya diskriminasi gender Membangun
·   Sekolah harus berperan aktif untuk menberikan Sensitivitas
pelatihan gender Gender di
·   Sekolah dapat mengadakan acara-acara seperti sekolah
seminar atau kegiatan sosial lainnya yang berkaitan
dengan pengembangan kesetaraan dan keadilan gender
Peran Guru dalam Membangun Sensivitas Gender

Seorang guru mempunyai peran penting dalam


membangun kesadaran siswa terhadap nilai – nilai
kesetaraan
Peran Guru
gender dan sikap anti diskriminatif terhadap kaum dalam
perempuan disekolah. Oleh karena itu seorang guru harus Membangun
memperhatikan hal – hal sebagai berikut: Sensivitas
-  Seorang guru harus mempunyai wawasan yang luas Gender
tentang kesetaraan genser. Hala ini sangat penting karena
guru merupakan figur utama yang emnjadio pusat
perhatian murid didalam kelas., sehingga guru mampu
bersikap adil dan tidak diskriminatif terhadap peserta
didik perempuan dan laki – laki.
Sekian Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai