Anda di halaman 1dari 12

Nama : Abelia Apriyantini

NIM : 110119004

Dosen Pembimbing : Dwi Maryanti, S.ST.,M.Keb

Hari : Rabu, 29 Apri 2020

Perbedaan Nasihat dan Konseling

A.      Nasehat

Nasehat secara bahasa diambil dari kata-kata “An Nush-hu” yang berarti memurnikan,
membersihkan, juga berarti memperbaiki. Adapun secara istilah nasehat adalah kalimat yang
menyeluruh yang bermakna memberikan tuntunan perbaikan untuk orang yang dinasehati.

Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan
kebaikan bagi yang dinasehati.

Nasihat merupakan gagasan seseorang yang disampaikan kepada pihak lain dan
dianjurkan untuk dilaksanakan karena dianggap dapat menyelesaikan masalah (Latipun,
2006: 8).

Nasihat merupakan cara-cara komunikasi yang tidak efektif guna membantu memecahkan
masalah orang lain (Gordon dalam Latipun, 2006: 8).

Nasihat memberikan klien apa yang sebaiknya dialakukan, menghakimi perilakunya


dimasalalu dan kini. Pemberian nasehat berperan seakan dia seoranga hlidan memikul
tanggung jawab lebih besar terhadap klien dan lebih mengarahkan dan akbitnya mengambil
sebagian tanggung jawan klien.

Nasehat dilakukan dengan lembut dan sabar untuk meningkatkan perbaikan demi
kebaikan orang yang dinasehati tanpa mengabaikan harga diri dari keduanya. Nasehat
meningkatkan cara berfikir mejadi lebih baik, baik bagi orang yang menasehati dan orang
yang dinasehati, sehingga nasehat juga akan meningkatkan kecerdasan
emosional. Nasehat menimbulkan rasa kasih sayang dari orang yang dinasehati kepada orang
yang menasehati, atau sebaliknya. Sehingga bisa disimpulkan nasehat akan memberikan
manfaat dan kebaikan baik orang yang menasehati dan orang yang dinasehati.

B.      Konseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan


teknik-teknik bimbingan yang lain oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau
kelompok individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bertujuan pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien.

1
Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah yang dihadapi oleh klien (Mugiarso, 2009: 5)

Konseling adalah kontak antara dua orang (yaitu konselor dan konseli) untuk menangani
masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-
norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseli (Sukardi, 2008: 6).

 Ciri-ciri Pokok Konseling

1. Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang professional.

2. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien.

3. Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan
terarah pada pencapaian tujuan.

4. Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.

5. Konseling merupakan proses yang dinamis.

 Tujuan Konseling

Tujuan konseling berdasarkan penanganan oleh konselor, dikemukakan oleh Shertzer dan
Stone yang dikutip oleh Mc. Leod (2004) dapat diperinci sebagai berikut:

1. Mencapai kesehatan mental yang positif

Apabila kesehatan mental tercapai maka individu memiliki integrasi, penyesuain dan
identifikasi positif terhadap orang lain. Individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi
mandiri, dan mencapai integrasi tingkah laku.

1. Keefektifan individu

Seseorang diharapkan mempunyao pribadi yang dapat menyelaraskan diri dengan cita-cita,
memanfaatkan waktu dan tenaga serta bersedia mengambil tanggung jawab ekonomi,
psikologis dan fisik.

1. Pembuatan keputusan

Konseling membantu individu mengkaji apa yang perlu dipilih, belajar membuat alternative-
alternatif pilihan, dan selanjutnya menentukan pilihan sehingga pada masa depan dapat
membuat keputusan secara mandiri.

1. Perubahan tingkah laku

 Fungsi Konseling

1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya

2
2. Pencegahan, yaitu untuk membantu peserta didik mampu mencegah dan
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang menghambat perkembangan
dirinya

3. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi permasalahan


yang dialaminya

4. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik


memelihara dan menumbuh kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.

5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang dapat perhatian.

C. Contoh Soal Nasihat dan Konseling Dalam Sebuah Kasus

 Ali adalah salah satu mahasiswa di STIKES AIAIC pada semester 7 ini dia
seringkali tidak masuk dalam kegiatan perkuliahan dengan keterangan Alfa
padahal ia sebelumnya rajin masuk dan menjadi salah satu anak yang berprestasi
dalam cabang olahraga Tenis Meja.
JAWAB :
 Nasihat : Ada salah satu teman Ali bernama Bimo menasehati Ali. Yang
pertama dia bertanya sumber atau akar dari masalah tersebut, ternyata Ali
mengatakan bahwa dia seperti itu karena benci dan frustasi karena Ayah
Ibunya telah bercerai kemudian Bimo merasa kasihan dan mencoba
memberi masukan kepada Bimo “Kamu jangan patah semangat kamu
sudah semester 7 seharusnya kamu jangan seperti ini, ingat kamu masih
punya Allah, saya dan teman-teman yang lain, jika terjadi sesuatu jangan
sungkan untuk memberi tahuku siapa tahu aku bisa membantu. Dan yang
perlu kamu tahu mereka berpisah pasti memiliki alasan tersendiri kamu
yang sabar ya li, mulai besok pokoknya kamu harus berangkat ya li...
Semangat .” Jangan lupa nasehat dilakukan dengan lembut dan sabar
untuk meningkatkan perbaikan demi kebaikan orang yang dinasehati.

 Konseling : Ali di panggil secara langsung oleh PA(pembimbing


akademik). Ali berada di ruangan PA dan di wawancarai mengenai
mengapa di semester 7 ini dia sering membolos dll. Kemudian Ali
memberikan jawaban bahwa ayah dan ibunya telah bercerai, dan PA pun
memberikan sanggahan bahwa seharusnya Ali tidak seperti itu karena
setau PA Ali anak yang rajin dan baik. Dan PA memberikan pilihan
kepada Ali bertujuan agar dia masuk kuliah kembali “Jadi begini li kalau
ibu hitung kamu tidak masuk perkuliahan sudah hampir 20 hari
disemester 7 ini, ibu tau kamu sedang frustasi tetapi jika di biarkan
berlarut-larut bagaimana dengan perkuliahanmu kamu sudah semester 7
loh sebentar lagi selesai. Oke ibu akan memberikan pilihan jika kamu
masih ingin meraih cita-citamu silahkan masuk besok dan seterusnya
3
maka ibu tidak akan me-DO kamu dari STIKES ini, namun jika besok
kamu tidak berangkat maka hari itu juga Ibu akan mengeluarkan kamu
dari sini, bisa di pahami li? ”

PERBEDAAN INFORMASI DAN KONSELING BERDASAR PPT

A. INFORMASI

Secara Etimologi informasi berasal dari bahasa Perancis kuno informacion(1387)


yang diambil dari bahasa latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”.
Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan
yang dikomunikasikan”. Informasi juga dapat diartikan sebagai data yang telah diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.

Ciri Informasi yang berkualitas :

1. Akurat artinya mencerminkan keadaan yang sebenarnya


2. Tepat waktu artinya informasi harus ada pada saat yang di perlukan
3. Relevan artinya informasi yang di berikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan
4. Lengkap artinya informasi harus utuh dan tidak setengah-setengah

Fungsi Informasi :

1. Sumber Pengetahuan Baru, Informasi dapat menambah wawasan pengguna.


2. Menghilangkan Ketidakpastian, Kurangnya informasi menyebakan ketidakyakinan.
3. Media Hiburan, Bahasa yang ringan, gambar-gambar yang menarik akan mudah
memberikan informasi sebagai hiburan.
4. Sumber Berita, Suatu informasi tentang hal tertentu bisa menjadi suatu berita.
5. Sosialisasi Kebijakan, Informasi adalah komponen penting dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Salah satunya untuk menyampaikan kebijakan.

Jenis Informasi Secara Umum :

1. Absolute Information, merupakan “pohonnya” informasi yaitu jenis informasi yang


disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
2. Substitusional Information, jenis informasi yang merujuk pada kasus dimana konsep
informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam pengertian ini informasi
kadang kala diganti dengan istilah komunikasi.
3. Philosophic information, jenis informasi yang berkaitan dengan konsep-konsep yang
menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan.
4. Subjective information, jenis informasi yang berkaitandengan perasaan dan informasi
manusia. Kehadiran infomasi ini bergantung pada orang yang menyajikannya.
5. Objective information, jenis informasi yang merujuk pada karakter logis informasi
informasi tertentu.
6. Cultural information, informasi yang memberikan tekanan pada dimensi cultural

4
Jenis Informasi Berdasarkan Sifatnya :

1. Informasi faktual
merupakan suatu informasi berupa fakta/peristiwa nyata yang benar terjadi dan bisa
dibuktikan kebenaranya. Informasi faktual dibagi 2 yakni FAKTA UMUM &
FAKTA KHUSUS. Fakta umum tidak menjelaskan peristiwa detail. Fakta khusus
menyampaikan fakta atau peristiwa secara sangat detail, seperti siapa pelakunya, di
mana lokasi tempatnya, atau yang lain sebagainya.
2. OPINI/KONSEP
Informasi juga ada yang berbentuk opini maupun pendapat hasil pemikiran seseorang.
Contoh informasi opini sinetron yang akan dianggap berdampak buruk bagi kalangan
remaja di Indonesia.
3. Deskripsi
Informasi bersifat deskripsi akan menjelaskan bahwa segala sesuatu secara
rinci.Contohnya informasi yang menjelaskan tata cara mengerjakan soal ujan.
Biasanya informasi seperti ini juga akan dijelaskan secara sistematis maupun logis
agar bisa dimengerti oleh peserta-peserta ujian.

Jenis-Jenis Informasi Berdasarkan Sifat Keilmuannya :

a. Informasi Tidak Ilmiah, Informasi ini yang sifatnya umum dan juga sering ditemukan
di mana-mana dengan sangat mudah. Contohnya seperti informasi yang akan
ditampilkan dalam televisi ataupun media massa yang lainnya.
b. Informasi Ilmiah, Informasi yang bisa diperoleh dari hasil penelitian. Informasi ilmiah
dibagi menjadi 3 jenis yaitu informasi primer, informasi sekunder & informasi tersier.
Informasi primer diperoleh dari sumber pertama secara langsung, contohnya: laporan
hasil penelitian.
Informasi sekunder berupa kutipan/sejenisnya yang bertujuan untuk membahas suatu
informasi primer, Contoh : bibliografi penulis yang terkenal. Informasi tersier berupa
keterangan yang akan dibuat untuk dapat mempermudah proses pencarian informasi,
Contohnya merupakan index & katalog.

Jenis-Jenis Informasi Berdasarkan Kegunaannya :

a. INFORMASI YANG MENAMBAH PENGETAHUAN, Artinya informasi yang akan


disampaikan memiliki manfaat bagi pihak PENGGUNA.
Contoh: informasi dimana terjadinya bencana alam di kota A. Informasi seperti ini
juga biasanya viral dan akan diberitakan oleh banyak media massa karena bencana
dianggap bermanfaat atau menarik perhatian masyarakat.
b. INFORMASI YANG MENGAJARKAN SESUATU, Contohnya merupakan
informasi cara bermain sepak bola yang telah diajarkan oleh guru olahraga kepada
anak-anaknya di sekolah.

5
B. KONSELING

Secara Etimologis konseling berasal dari bahasa Latin yaitu COUNSELIUM artinya
“bersama” atau “bicara bersama-sama” yang dirangkai dengan “menerima” atau
“memahami”.

Counseling in English : is COUNSEL, yang mempunyai arti sebagai berikut: nasihat


(to obtion counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to task counsel). Dengan
demikian, counseling diartikan sebagai pemberian nasihat, pemberian anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Tujuan Konseling :

1. Membantu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan,


tuntutan positif lingkungannya dan predisposisi yang dimilikinya seperti kemampuan
dasar dan bakatnya, dalam berbagai latar belakang yang ada.
2. Membantu konseli mengenal dirinya sendiri, berupa potensi dan bagaimmana
memanfaatkannya.
3. Memberi kebiasan kepada seseorang untuk membuat keputusan sendiri dan memilih
jalurnya sendiri.
4. Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif, efisien dan sistematis
dalam memilih alternatif pemecahan masalah.
5. Konseling membantu individu untuk mengahapus/menghilangkan tingkah laku
maladaptif (masalah) menjadi tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien.

Asas-Asas Konseling :

1. Asas Keterpaduan, Dalam asas ini dibutuhkan kerjasama antara konselor dan
kliendimana satu sama lain saling menunjang, harmonis, dan saling terpadukan.

2. Asas Kekinian, Bimbingan dan konseling yang dilakukan adalah membahas tentang
permasalahan klien pada masa yang sekarang dialaminya.

3. Asas Kemandirian, klien diharapkan menjadi individu yang mandiridengan ciri


mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

4. Asas Kegiatan, klien dapat berpartisipasi aktif dalam melakukan layanan bimbingan
konseling. Usaha lain dilakukan oleh konselor dimana konselor harus mendorong dan
memotivasi klien untukdapat aktif dalam bimbingan konseling yang dilakukan.

5. Asas kerahasiaan, banyak orang yang tidak mau memberitahukan masalah yang
mereka hadapi selain diri mereka sendiri. kunci dalam bimbingan konseling

6. Asas kesukarelaan, klien yang mengalami masalah secara sukarela membawa


konselor kepada masalah yang ia hadapi

6
7. Asas Keterbukaan, dalam sikap penerimaan saran melainkan juga bersedia membuka
diri untuk penyuluhan tersebut baik dari pihak konselor maupunklien

8. Asas Keinginan, Masalah klien yang ditanggulangi dalam upaya bimbingan konseling
merupakana masalah-masalah yang dirasakan oleh klien saat ini.

Prinsip-Prinsip Konseling
Paduan Kajian Teoritik dan Lapangan utk menjadi pegangan dan pedoman dalam
seling.

1. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan, memperhatikan sepenuhnya tahap-


tahap dan aspek perkembangan, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, dan status sosial ekonomi melayani semua individu, serta berurusan dengan
sikap dan tingkah laku yang komplek dan unik.

2. Prinsip yang berkenaan dengan masalah individu, Kesenjangan sosial, ekonomi dan
budaya. Berurusan dengan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
klien terhadap penyesuaian diri di rumah, sekolah, kontak sosial, dan pekerjaan.

3. Prinsip Berkenaan dengan Program pelayanan, program pendidikan, pengembangan


klien yang fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga.

Keterampilan Konseling Agar Tercapai Tujuan Konseling yang Efektif :

1. Keterampilan attending, usaha konselor untuk membangun kondisi awal, mulai dari
upaya menunjukkan sikap empati, menghargai, dan mengetahui apa yang dibutuhkan
klien.

2. Keterampilan mengundang pembicaraan yang terbuka, membantu memulai


wawancara serta menguraikan masalah

3. Keterampilan parafrase, mengungkapkan kembali esensi atau inti dari ungkapan


konseling

4. Keterampilan refleksi perasaan, merespon keadaan perasaan klien terhadap situasi


yang sedang dihadapi.

5. Keterampilan konfrontasi, untuk pemberian tanggapan terhadap pengungkapan


kontradiksi dari klien.

7
Fungsi Konseling Individu :

1. Fungsi Pemahaman (Understanding Function), menghasilkan pemahaman bagi


konseli atentang dirinya, lingkungannya dan berbagai informasi yang dibutuhkan.
Pemahaman diri meliputi pemahaman tentang kondisi psikologis seperti ;
intelegensi,bakat, minat, dan ciri-ciri kepribadian, serta pemahaman fisik seperti
kesehatan fisik (jasmani). Dan pemahaman lingkungan seperti; lingkungan alam
sekitar dan lingkungan sosial.

2. Fungsi Pencegahan(Preventive Function), untuk mencegah atau menghindari


masalah-yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu, menghambat atau
menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerudian tertentu dalam kehidupan dan proses
perkembangan bagi klien

3. Fungsi Pengentasan (Curative Function), menghasilakn kemampuan konseli untuk


memecahkan masalah-masalah yang dialaminya dalam kehidupan dan atau
perkembangan klien

4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan (Development and Preservative),


menghasilkan kemampuan konseli untuk memelihara dan mengembangkan berbagai
kondisi atau potensi yang ada pada diri klien agar menjadi baik dan dikembangkan
secara seris dan berkelanjutan

5. Fungsi Advokasi, menghasilkan kondisi pembelaan terhadap berbagai bentuk


pengingkaran atas hak-hak atau kepentingan pendidikan dan perkembangan yang
dialami oleh klien

Karakteristik Hubungan Konseling :

1. Konseling sebagai suatu kegiatan bantuan, merupakan bantuan profesional dengan


memperhatikan berbagai pendekatan dan tekhnik konseling.

2. Konseling mendorong terjadinya perubahan, Perubahan yang terjadi dapat berupa


perubahan dalam cara berpikir, memandang suatu pokok masalah, sikap, menilai orla.

3. Kerahasian dalam konseling, konselor dituntut untuk menyimpang rahasia itu secara
bijakasana. Karena itu konselor perlu memerhatikan etika konseling.

4. Meningkatkan hubungan antar perorangan, Bantuan yang diberikan konselor kepada


klien harus didasarkan pada kebutuhan psikologik-sosial klien. Konselor harus
mendorong klien menjadi dirinya sendiri

5. Wawancara dalam konseling, wawancara yang digunakan adalah wawancara


konseling, yaitu wawancara yang dilakukan ketika konselor berhadap muka dengan
klien, dengan memerhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam konseing.  Melalui
wawancara,  konselor dapat menggali beberapa informasi dari klien dan melakukan
layanan bantuan profesional yang dibutuhkan klien. 

8
Catatan Konseling Berisi :

1. Data Pribadi dan Data ORTU Klien, nama, tempat dan tanggal lahir,  jenis kelamin,
pendidikan, agama, alamat, anak ke- dari jumlah saudara,  keterangan mengenai
saudara-saudara kandung,  tinggal bersama siapa,  dan lain-lain. 

2. Permasalahan Utama Klien, uraian masalah utama klien. 

3. Riwayat masalah klien, perjalanan masalah, perkembangan masalah, kesukaran


disekolah, usaha yang telah dilakukan, dan lain-lain. 

4. Catatan Konseling : tanggal pertemuan dengan klien atau orang tua klien, masalah
yang dikemukakan, perilaku klien, perilaku orang tua, kesimpulan, saran, rencana
tidak lanjut, dan lain-lain.

Rapport :

1. Definisi, suatu hubungan (relationship) yang ditandai keharmonisan, kesesuaian,


kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan,
kesejajaran, kesukaan, dan persamaan.

2. Cara Membangun Rapport 1, Pribadi konselor harus empati, merasakan apa yang
dirasakan kliennya. Dia juga harus terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai
rasa hormat dan menghargai.

3. Cara Membangun Rapport 2, Konselor harus mampu membaca perilaku nonverbal


klien. Terutama yang berhubungan dengan bahasa lisannya,

4. Cara Membangun Rapport 3, Adanya rasa kebersamaan, intim akrab, dan minat
membantu tanpa pamrih. Artinya ada keikhlasan, kerelaan, dan kejujuran pada diri
konselor.

5. Catatan 1. Hubungan konseling dapat dikatakan telah mencapai puncak apabila dalam
proses konseling terjadi rapport. Kondisi ini, sangat kondusif bagi keterbukaan klien.
Artinya klien sudah membuang resistensinya dan keenganannya, dan memasuki
keterbukaan.

6. Catatan 2. Jika klien sudah terbuka, maka dia akan terlibat dengan diskusi bersama
konselor. Sebab klien sudah mempercayai konselor

Hal-hal yang perlu dipelihara :

1. Kehangatan, Kehangatan,artinya konselor membuat situasi hubungan konseling itu


demikian hangat bergairah dan bersemangat

2. Hubungan yang empati, konselor merasakan apa yang dirasakan klien, dan memahami
akan keadaan diri serta masalah yang dihadapinya

9
3. Keterlibatan klien, klien terlihat bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling
dengan jujur mengemukakan persoalannya, perasaannya, dan keinginannya.
Selanjutnya klien bersemangatmengemukakan ide, alternatif, dan upaya-upaya

Resistensi, merupakan suatu sistem pertahanan klien yang berlawanan dengan tujuan
konseling atau terapi :

1. Dampak. Resistensi,Tertutup, Tidak Mau Terlibat

2. Gejala Resistensi 1, Klien berbicara amat formal, hanya dipermukaan saja, dan
menutup hal-hal yang sifatnya pribadi

3. Gejala Resistensi 2, Klien enggan untuk bicara, sehingga lebih banyak diam

4. Gejala Resistensi 3, Klien bersifat desentif, artinya bertahan dan tidak mau berbagi,
mempertahankan kerahasiaan, menghindar, atau menolak, dan membantah

5. Sebab Terjadi Resistensi 1, Klien dihadirkan secara paksa, mungkin atas desakan
orang tua atau guru

6. Sebab Terjadi Resistensi 2, Konselor bersikap kaku, curiga, kurang bersahabat, atau
konselor terlalu mendominasi proses konseling dengan banyak nasehat dankata-kata
yang kurang disenangi klien.

7. Sebab Terjadi Resistensi 3, Situasi ruang konseling kurang mendukung klien untuk
terbuka, misalnya dekat dengan ruang lain yang mudah mendengarkan pembicaraan,
atau tempat lalu lalang orang, atau ruangan disebelah bising dan sebagainya

8. Catatan, Upaya konselor mengatasi klien resistensi saat konseling adalah dengan cara
mengalihkan topik, memberi motivasi, atau menurunkan dan menaikkan level diskusi
tergantung tingkat kemampuan klien. Jika klien terus resistensi walaupun telah
diupayakan maka sebaiknya proses konseling di berhentikan secara baik-baik dengan
istilah Okun (1987) a sabbatica leave from helping (dicutipanjangkan atau dialihkan
kepada konselor yang cocok)

Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu:

(1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah);

(2) tahap inti (tahap kerja); dan

(3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).

1. Tahap Awal

Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai
konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya :

10
 Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan
dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.

 Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin


dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.

 Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir


kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai,
untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi klien.

 Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi:


(1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien
dan konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara
konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu
terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam
seluruh rangkaian kegiatan konseling.

2. Inti (Tahap Kerja)

Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah
memasuki tahap inti atau tahap kerja.

Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:

 Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah


dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah
yang sedang dialaminya.

 Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau


kembali permasalahan yang dihadapi klien.

 Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.

Hal ini bisa terjadi jika :

 Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.

 Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi


dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap
klien.

 Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada
saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.

11
3. Akhir (Tahap Tindakan)

Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :

 Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.

 Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah
terbangun dari proses konseling sebelumnya.

 Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).

 Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya

Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ;

(1) menurunnya kecemasan klien;

(2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis;

(3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan

(4) adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.

12

Anda mungkin juga menyukai