NIM : 110119004
A. Nasehat
Nasehat secara bahasa diambil dari kata-kata “An Nush-hu” yang berarti memurnikan,
membersihkan, juga berarti memperbaiki. Adapun secara istilah nasehat adalah kalimat yang
menyeluruh yang bermakna memberikan tuntunan perbaikan untuk orang yang dinasehati.
Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan
kebaikan bagi yang dinasehati.
Nasihat merupakan gagasan seseorang yang disampaikan kepada pihak lain dan
dianjurkan untuk dilaksanakan karena dianggap dapat menyelesaikan masalah (Latipun,
2006: 8).
Nasihat merupakan cara-cara komunikasi yang tidak efektif guna membantu memecahkan
masalah orang lain (Gordon dalam Latipun, 2006: 8).
Nasehat dilakukan dengan lembut dan sabar untuk meningkatkan perbaikan demi
kebaikan orang yang dinasehati tanpa mengabaikan harga diri dari keduanya. Nasehat
meningkatkan cara berfikir mejadi lebih baik, baik bagi orang yang menasehati dan orang
yang dinasehati, sehingga nasehat juga akan meningkatkan kecerdasan
emosional. Nasehat menimbulkan rasa kasih sayang dari orang yang dinasehati kepada orang
yang menasehati, atau sebaliknya. Sehingga bisa disimpulkan nasehat akan memberikan
manfaat dan kebaikan baik orang yang menasehati dan orang yang dinasehati.
B. Konseling
1
Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah yang dihadapi oleh klien (Mugiarso, 2009: 5)
Konseling adalah kontak antara dua orang (yaitu konselor dan konseli) untuk menangani
masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-
norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseli (Sukardi, 2008: 6).
2. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien.
3. Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan
terarah pada pencapaian tujuan.
4. Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
Tujuan Konseling
Tujuan konseling berdasarkan penanganan oleh konselor, dikemukakan oleh Shertzer dan
Stone yang dikutip oleh Mc. Leod (2004) dapat diperinci sebagai berikut:
Apabila kesehatan mental tercapai maka individu memiliki integrasi, penyesuain dan
identifikasi positif terhadap orang lain. Individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi
mandiri, dan mencapai integrasi tingkah laku.
1. Keefektifan individu
Seseorang diharapkan mempunyao pribadi yang dapat menyelaraskan diri dengan cita-cita,
memanfaatkan waktu dan tenaga serta bersedia mengambil tanggung jawab ekonomi,
psikologis dan fisik.
1. Pembuatan keputusan
Konseling membantu individu mengkaji apa yang perlu dipilih, belajar membuat alternative-
alternatif pilihan, dan selanjutnya menentukan pilihan sehingga pada masa depan dapat
membuat keputusan secara mandiri.
Fungsi Konseling
1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya
2
2. Pencegahan, yaitu untuk membantu peserta didik mampu mencegah dan
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang menghambat perkembangan
dirinya
5. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas
hak dan atau kepentingannya yang kurang dapat perhatian.
Ali adalah salah satu mahasiswa di STIKES AIAIC pada semester 7 ini dia
seringkali tidak masuk dalam kegiatan perkuliahan dengan keterangan Alfa
padahal ia sebelumnya rajin masuk dan menjadi salah satu anak yang berprestasi
dalam cabang olahraga Tenis Meja.
JAWAB :
Nasihat : Ada salah satu teman Ali bernama Bimo menasehati Ali. Yang
pertama dia bertanya sumber atau akar dari masalah tersebut, ternyata Ali
mengatakan bahwa dia seperti itu karena benci dan frustasi karena Ayah
Ibunya telah bercerai kemudian Bimo merasa kasihan dan mencoba
memberi masukan kepada Bimo “Kamu jangan patah semangat kamu
sudah semester 7 seharusnya kamu jangan seperti ini, ingat kamu masih
punya Allah, saya dan teman-teman yang lain, jika terjadi sesuatu jangan
sungkan untuk memberi tahuku siapa tahu aku bisa membantu. Dan yang
perlu kamu tahu mereka berpisah pasti memiliki alasan tersendiri kamu
yang sabar ya li, mulai besok pokoknya kamu harus berangkat ya li...
Semangat .” Jangan lupa nasehat dilakukan dengan lembut dan sabar
untuk meningkatkan perbaikan demi kebaikan orang yang dinasehati.
A. INFORMASI
Fungsi Informasi :
4
Jenis Informasi Berdasarkan Sifatnya :
1. Informasi faktual
merupakan suatu informasi berupa fakta/peristiwa nyata yang benar terjadi dan bisa
dibuktikan kebenaranya. Informasi faktual dibagi 2 yakni FAKTA UMUM &
FAKTA KHUSUS. Fakta umum tidak menjelaskan peristiwa detail. Fakta khusus
menyampaikan fakta atau peristiwa secara sangat detail, seperti siapa pelakunya, di
mana lokasi tempatnya, atau yang lain sebagainya.
2. OPINI/KONSEP
Informasi juga ada yang berbentuk opini maupun pendapat hasil pemikiran seseorang.
Contoh informasi opini sinetron yang akan dianggap berdampak buruk bagi kalangan
remaja di Indonesia.
3. Deskripsi
Informasi bersifat deskripsi akan menjelaskan bahwa segala sesuatu secara
rinci.Contohnya informasi yang menjelaskan tata cara mengerjakan soal ujan.
Biasanya informasi seperti ini juga akan dijelaskan secara sistematis maupun logis
agar bisa dimengerti oleh peserta-peserta ujian.
a. Informasi Tidak Ilmiah, Informasi ini yang sifatnya umum dan juga sering ditemukan
di mana-mana dengan sangat mudah. Contohnya seperti informasi yang akan
ditampilkan dalam televisi ataupun media massa yang lainnya.
b. Informasi Ilmiah, Informasi yang bisa diperoleh dari hasil penelitian. Informasi ilmiah
dibagi menjadi 3 jenis yaitu informasi primer, informasi sekunder & informasi tersier.
Informasi primer diperoleh dari sumber pertama secara langsung, contohnya: laporan
hasil penelitian.
Informasi sekunder berupa kutipan/sejenisnya yang bertujuan untuk membahas suatu
informasi primer, Contoh : bibliografi penulis yang terkenal. Informasi tersier berupa
keterangan yang akan dibuat untuk dapat mempermudah proses pencarian informasi,
Contohnya merupakan index & katalog.
5
B. KONSELING
Secara Etimologis konseling berasal dari bahasa Latin yaitu COUNSELIUM artinya
“bersama” atau “bicara bersama-sama” yang dirangkai dengan “menerima” atau
“memahami”.
Tujuan Konseling :
Asas-Asas Konseling :
1. Asas Keterpaduan, Dalam asas ini dibutuhkan kerjasama antara konselor dan
kliendimana satu sama lain saling menunjang, harmonis, dan saling terpadukan.
2. Asas Kekinian, Bimbingan dan konseling yang dilakukan adalah membahas tentang
permasalahan klien pada masa yang sekarang dialaminya.
4. Asas Kegiatan, klien dapat berpartisipasi aktif dalam melakukan layanan bimbingan
konseling. Usaha lain dilakukan oleh konselor dimana konselor harus mendorong dan
memotivasi klien untukdapat aktif dalam bimbingan konseling yang dilakukan.
5. Asas kerahasiaan, banyak orang yang tidak mau memberitahukan masalah yang
mereka hadapi selain diri mereka sendiri. kunci dalam bimbingan konseling
6
7. Asas Keterbukaan, dalam sikap penerimaan saran melainkan juga bersedia membuka
diri untuk penyuluhan tersebut baik dari pihak konselor maupunklien
8. Asas Keinginan, Masalah klien yang ditanggulangi dalam upaya bimbingan konseling
merupakana masalah-masalah yang dirasakan oleh klien saat ini.
Prinsip-Prinsip Konseling
Paduan Kajian Teoritik dan Lapangan utk menjadi pegangan dan pedoman dalam
seling.
2. Prinsip yang berkenaan dengan masalah individu, Kesenjangan sosial, ekonomi dan
budaya. Berurusan dengan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
klien terhadap penyesuaian diri di rumah, sekolah, kontak sosial, dan pekerjaan.
1. Keterampilan attending, usaha konselor untuk membangun kondisi awal, mulai dari
upaya menunjukkan sikap empati, menghargai, dan mengetahui apa yang dibutuhkan
klien.
7
Fungsi Konseling Individu :
3. Kerahasian dalam konseling, konselor dituntut untuk menyimpang rahasia itu secara
bijakasana. Karena itu konselor perlu memerhatikan etika konseling.
8
Catatan Konseling Berisi :
1. Data Pribadi dan Data ORTU Klien, nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
pendidikan, agama, alamat, anak ke- dari jumlah saudara, keterangan mengenai
saudara-saudara kandung, tinggal bersama siapa, dan lain-lain.
4. Catatan Konseling : tanggal pertemuan dengan klien atau orang tua klien, masalah
yang dikemukakan, perilaku klien, perilaku orang tua, kesimpulan, saran, rencana
tidak lanjut, dan lain-lain.
Rapport :
2. Cara Membangun Rapport 1, Pribadi konselor harus empati, merasakan apa yang
dirasakan kliennya. Dia juga harus terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai
rasa hormat dan menghargai.
4. Cara Membangun Rapport 3, Adanya rasa kebersamaan, intim akrab, dan minat
membantu tanpa pamrih. Artinya ada keikhlasan, kerelaan, dan kejujuran pada diri
konselor.
5. Catatan 1. Hubungan konseling dapat dikatakan telah mencapai puncak apabila dalam
proses konseling terjadi rapport. Kondisi ini, sangat kondusif bagi keterbukaan klien.
Artinya klien sudah membuang resistensinya dan keenganannya, dan memasuki
keterbukaan.
6. Catatan 2. Jika klien sudah terbuka, maka dia akan terlibat dengan diskusi bersama
konselor. Sebab klien sudah mempercayai konselor
2. Hubungan yang empati, konselor merasakan apa yang dirasakan klien, dan memahami
akan keadaan diri serta masalah yang dihadapinya
9
3. Keterlibatan klien, klien terlihat bersungguh-sungguh mengikuti proses konseling
dengan jujur mengemukakan persoalannya, perasaannya, dan keinginannya.
Selanjutnya klien bersemangatmengemukakan ide, alternatif, dan upaya-upaya
Resistensi, merupakan suatu sistem pertahanan klien yang berlawanan dengan tujuan
konseling atau terapi :
2. Gejala Resistensi 1, Klien berbicara amat formal, hanya dipermukaan saja, dan
menutup hal-hal yang sifatnya pribadi
3. Gejala Resistensi 2, Klien enggan untuk bicara, sehingga lebih banyak diam
4. Gejala Resistensi 3, Klien bersifat desentif, artinya bertahan dan tidak mau berbagi,
mempertahankan kerahasiaan, menghindar, atau menolak, dan membantah
5. Sebab Terjadi Resistensi 1, Klien dihadirkan secara paksa, mungkin atas desakan
orang tua atau guru
6. Sebab Terjadi Resistensi 2, Konselor bersikap kaku, curiga, kurang bersahabat, atau
konselor terlalu mendominasi proses konseling dengan banyak nasehat dankata-kata
yang kurang disenangi klien.
7. Sebab Terjadi Resistensi 3, Situasi ruang konseling kurang mendukung klien untuk
terbuka, misalnya dekat dengan ruang lain yang mudah mendengarkan pembicaraan,
atau tempat lalu lalang orang, atau ruangan disebelah bising dan sebagainya
8. Catatan, Upaya konselor mengatasi klien resistensi saat konseling adalah dengan cara
mengalihkan topik, memberi motivasi, atau menurunkan dan menaikkan level diskusi
tergantung tingkat kemampuan klien. Jika klien terus resistensi walaupun telah
diupayakan maka sebaiknya proses konseling di berhentikan secara baik-baik dengan
istilah Okun (1987) a sabbatica leave from helping (dicutipanjangkan atau dialihkan
kepada konselor yang cocok)
1. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai
konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya :
10
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan
dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah
memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada
saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
11
3. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah
terbangun dari proses konseling sebelumnya.
(2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis;
(3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya; dan
(4) adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
12