Anda di halaman 1dari 10

KASUS KONSELING PADA REMAJA DAN PENYELESAINNYA

DENGAN TAHAP-TAHAP INTERPRETASI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal dalam Praktik Kebidanan
Dosen: Nova Winda SetIati S.ST.,MM.,M.Tr.Keb

Disusun oleh :
Dewi Sri Gamar Zakaria, CBR0190008
Dila Febriyanti, CBR0190010
Magfira Maulani CBR0190015
Putri Bunga Amelia CBR0190017
Siska Warnita CBR0190020

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
A. Contoh Kasus Konseling pada Remaja
Suatu hari ada seorang remaja datang seorang diri ke tempat Bidan Praktik Mandiri bidan
Tuti. Remaja itu sebut saja MB. Remaja yang baru berusia 18 tahun kelas dua SMA tersebut
datang ke kliniknya dan minta tolong diberi obat untuk menggugurkan kandungannya. MB
mencoba untuk meminta bantuan bidan untuk menggugurkan kandungannya yang kini sudah
berusia 2 minggu. MB bercerita bahwa yang menghamilinya laki-laki tersebut dia temui dan
kenal melalui sosial media. Mereka baru bekenalan sekitar 3 minggu. Panggil saja dia AG. AG
yang katanya berusia 22 tahun dia merupakan mahasiswa.
Dia tidak menginginkan kehamilan ini dan dia juga sangat menyesal sudah melakukan
perbuatan zina namun dia sangat malu karena dia masih sekolah. Orangtua MB juga tidak tahu
masalah ini karena MB sangat pendiam sangat jauh sekali dengan sikapnya di rumah yang
menyayangi keluarganya. Dia juga takut diasingkan dan dipermalukan dengan teman-temannya.
MB sudah bercerita kepada AG dan minta pertanggung jawaban. Namun sepertinya AG juga
kaget dan belum siap menerima. Meskipun begitu MB sangat mencintai AG meskipun baru
berkenalan 3 minggu begitupun juga AG mungkin bisa dibilang itu hanya kesalahan satu malam
yang fatal. Di sisi lain MB takut bercerita dan bilang kepada orangtuanya takut dimarahi dan
takut menyakiti hati kedua orangtuanya. Saat ini MB tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia
hanya berpikir pendek untuk menggugurkan kandungannya meminta bantuan bidan Tuti.
B. Penyelesaian Kasus dengan Tahap-tahap Interpretasi
1. Tahap Refleksi Perasaan
Refleksi Perasaan yaitu konselor tidak pergi jauh dari apa yang dikatakan klien, dengan
refleksi perasaan apa yang ada dihati klien didengar oleh konselor. Berdasarkan kasus
konseling pada remaja diatas, dalam tahap refleksi perasaan ini kita sebagai bidan bisa
menangkap perasaan, pikiran, dan sikap bahwa perbuatan atau tindakan yang dilakukan MB
dan AG ini dikarenakan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol membuat kedua
remaja ini berani untuk melakukan kegiatan seks pranikah hingga menyebabkan kehamilan
dan berniat ingin menggurkan kandungannya. Hal ini menjadi sumber malapetaka yang dapat
menghancurkan masa depan dan cita-cita mereka.
Adapun upaya bidan untuk menyelesaikan kasus konseling remaja dengan tahap refleksi
perasaan, yaitu:

MB : “Saya ingin menggugurkan kandungan ini bu, karena laki-laki (AG) yang
menghamili saya tidak menginginkan kehamilan ini dan saya takut menceritakan
kejadian kepada orang tua saya.

Bidan : “Baik saya mengerti perasaan yang Nn.MB alami saat ini, akan tetapi keputusan
yang Nn MB ambil dengan tindakan aborsi ini bukanlah hal yang baik dan bisa
berdampak buruk untuk kesehatan Nn MB juga, utamanya bisa menyebabkan
infeksi pada lapisan Rahim atau kanker leher Rahim.

MB : “Tapi saya takut, jika orang tua saya tahu dan bisa-bisa saya diusir atau tidak
dianggap sebagai anaknya.”

Bidan : “Begini saja coba untuk bicara baik-baik dengan orang tua Nn MB, mudah-
mudahan mau menerima dan membantu mencarikan jalan keluar yang terbaik.
Mengenai permintaan Nn. MB untuk mengaborsi kandungannya saya tidak bisa
lakukan karena melanggar Undang-undang juga”.

MB : “Baiklah bu saya akan lakukan dari ada apa yang ibu katakana, terimakasih atas
bantuan dan solusinya bu”.

Bidan : “Iya sama-sama, semoga berjalan dengan lancar”.

Dengan adanya refleksi perasaan dalam proses konseling ini dapat membantu klien untuk
merasa dipahami secara mendalam, membantu klien merasa bahwa perasaan menyebabkan
tingkah laku, memperjelas cara berpikir klien, dan menguji kedalaman motif-motif klien.
2. Tahap Klarifikasi
Klarifikasi yaitu menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien. Jadi dalam tahap
klarifikasi yaitu bidan mengungkapkan kembali isi pertanyaan klien dengan menggunakan
kata-kata baru dan segar. (Supriyono dan Mulawarman, 2006:25). Ada juga yang
memberikan penjelasan mengenai tahap klarifikasi ini yaitu memberikan penegasan atau
teknik menanggapi pembicara dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan.n
Tujuan dari tahap klarifikasi ini yaitu melakukan penegasan dan penajaman sehingga
wawancara konseling menjadi jelas dan terarah. Dengan adanya penajaman membantu
konseling dalam menggali pertanyaan-pertanyaan dan makna yang melekat dari kata-kata
yang dipergunakannya. Hal ini juga akan membantu konselor/bidan dapat memahami lebih
mendalam terkait masalahnya sehingga memudahkan untuk mencari solusi.Biasanya pada
tahap klarifikasi awalan kata yang digunakan bidan biasanya menggunakan kata sebagai
berikut; pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain.
Adapun yang harus kita perhatikan yaitu tingkah laku pasien baik verbal maupun
nonverbal. Seperti raut muka. Kita harus menatap matanya saat dia berbicara dan perhatikan
apa yang dia katakana benar atau tidak selain itu perhatikan juga intonasi suaranya apakah
tegas, lemah. Itu juga untuk nanti saat kita akan menjelaskan kepada klien jika intonasinya
lemah kita harus lemah lembut dan tenang menjelaskannya bisa saja dia sedang dalam
kondisi tegang. Jika tegas kita juga harus mengencangkan suara kita agar terdengar oleh klien
namun harus dengan nada yang tenang agar tidak terbawa emosi.
Adapun contoh cara menyampaikan atau berkomunikasi dengan klien pada tahap
klarifikasi yaitu sebagai berikut:
MB : “Saya harus bagaimana Bu saya tidak menginginkan kehamilan ini dan saya
belum siap menjadi Ibu namun saya takut berdosa. Tapi kalau saya
mempertahankan kehamilan ini saya pasti malu dan takut saya akan depresi”.
Bidan : “Pada dasarnya Nn MB ini sedang dalam dilema. Bingung apa yang harus mba
MB lakukan karena tidak ada seorangpun yang mengetahui sehingga tidak ada
yang memberi masukan atau solusi.
MB : “Saya harus seperti apa saya ingin menceritakan kepada orangtua tapi takut
mereka marah dan kecewa tapi saya tidak tahan dengan kebohongan ini mereka
tidak pernah mengetahui kelakuan saya bagaimana di luar”.
Bidan : “Singkat kata mungkin sikap Nn MB di rumah dan di luar itu berbeda dan juga
Nn MB ini pribadi yang tertutup jadi mba ragu untuk bercerita”.
MB : “Kemarin saya berpikir pendek ingin langsung menggugurkan bayi ini tapi
semakin hari saya semakin tidak tega jadi saya harus apa Bu?”
Bidan : “Nn MB bingung harus menggurkan bayinya namun takut dosa besar tapi di sisi
lain mba juga takut untuk mempertahankannya karena mba tidak tahu
kedepannya akan bagaimana”.
Bidan : “Pada dasarnya keinginan mba untuk mempertahakna lebih besar presentasinya
di banding dengan menggugurkan kandungan. Karena yang saya dapat lihat
semakin hari bayi yang ada di dalam kandungan ini memberikan kekuatan dan
energy yang positif pada mba jadi keinginannya sangat kuat untuk tetap hidup”.
Bidan : “Selain itu dengan aborsi malah akan membahayakan tubuh mba sendiri. Selain
itu anak yang ada dalam kandungan mba tidak bersalah sama sekali dia hanya
menjadi korban atas perbuatan orangtuanya”.
Bidan : “Nn MB juga sudah mengetahui bahwa aborsi ini haram dan dosar besar jika
dilakukan. Oleh karena itu mba hanya membutuhkan orang-orang yang dapat
meyakinkan Nn MB untuk mempertahankan kandungan ini”.
MB : “Tapi bagaimana cara mempertahankannya saya tidak tahu jalan dan cara apa
yang harus saya lewati”.
Bidan : “Singkat kata begini mba jika tidak ada yang mengetahui terutama orangtua
mba bagaimana untuk kedepannya siapa yang akan menguatkan Nn MB. Hanya
keluarga. Meskipun misalkan nanti akan marah pasti hati orangtua akan luluh
tidak akan marah lama”,
MB : “Jadi bagaimana Bu apa yang harus saya lakukan?”
Bidan : “Pertama mba harus cerita langsung jujur kepada orangtua mba dari ucapan Nn
MB langsung pasti akan terasa pahit. Namun pasti ada buah dari semuanya
sehingga nanti akan mendapatkan solusi. Jika orangtua mba sudah mengetahui
ajak orangtua Nn MB untuk berkonsultasi ke saya atau nanti saya yang akan
mengunjungi rumah mba untuk berbicara dengan orangtua dan keluarga Nn MB.
Supaya kita dapat sama-sama menerima kejadian ini meskipun pahit. Kita harus
lewati ini sama-sama agar kita kuat menghadapi untuk itu saya butuh berbicara
juga dengan orangtua mba jika nanti sudah mengetahui masalah ini”.
Bidan : “Selain itu obrolkan kembali dengan Tn AG karena kalian yang melakukan
perbuatan ini bersama-sama jadi harus selesaikan bersama-sama juga. Jika
memang Tn AG menyanyangi mba pasti dia akan mau diajak mencari solusi”.
Bidan : “Apakah orangtua Tn AG mengetahui Nn MB?”.
MB : “Tahu Bu saya juga tahu rumahnya hanya saja orangtua saya yang tidak saya
beri tahu tentang hubungan ini”.
Bidan : “Nah dengan kata lain Nn MB ini tertutup dengan keluarga. Coba mba untuk
lebih terbuka lagi”.
Bidan : “Di sisi lain Tn AG juga harus menceritakan ini kepada orangtuanya agar nanti
orangtua kalian bisa sama-sama mencari jalan keluarnya.
Bidan : “Untuk saat ini Nn MB coba dulu ceritakan kepada orangtua mba dan juga
minta berdiskusi dengan AG bagaimana solusinya saya akan siap membantu
kapanpun jika ada yang bisa saya bantu. Nanti saya akan berkunjung ke rumah
Nn MB. Saat ini saya tidak menyarankan untuk aborsi karena itu juga perbuatan
yang diharamkan melihat juga kandungan mba sudah berusia 2 minggu. Coba Nn
MB untuk lebih terbuka namun hanya kepada orang-orang yang mba percaya.
Bidan : “Oleh karena itu lebih baik sekarang diselesaikan saja dulu sesama keluarga
nanti bagaimana solusinya dan kedepannya mau bagaimana baik untuk Nn MB,
Tn AG dan bayinya. Besok atau setelah diceritakan kepada orangtua Nn MB, Nn
MB boleh berkunjung lagi ke sini atau saya boleh minta nomor dan alamat rumah
jika sewaktu Nn MB membutuhkan konsul dari saya”.
MB : “Baik Bu, terima kasih saya sekarang sudah lebih tenang”
Bidan : “Sama-sama”.
3. Tahap Refleksi
Refleksi yaitu penilaian konselor terhadap apa yang di ungkapkan klien. Berdasarkan
kasus konseling pada remaja diatas, dalam tahap refleksi kita sebagai bidan bisa memberikan
penilaian terhadap apa yang di ungkapan pasien. Akibat dari salah bergaul apa yang di
lakukan remaja tersebut sangat berakibat pada cita-cita dan masa depannya, apalagi keluarga
juga tidak mengetahui dan sudah pasti itu mencoreng nama baik keluarga.
Adapun upaya bidan untuk menyelesaikan kasus konseling remaja dengan tahap refleksi,
yaitu :
MB : "Saya ingin menggugurkan kandungan ini bu, karena yg laki-laki (AG) yang
menghamili saya tidak menginginkan kehamilan ini, dan saya takut menceritakan
kepada orang tua saya."
Bidan : "Baik saya mengerti, namun ada baiknya Nn MB menceritakan hal tersebut
dengan jujur kepada orang tua."
MB : "Tapi saya takut orang tua saya marah besar dan tidak mau mengakui saya
sebagai anaknya."
Bidan : "Kalau begitu tetaplah jujur kepada orang tua, karena bagaimanapun keluarga
harus tahu meskipun itu hal yang mungkin bisa di bilang dapat mencoreng nama
baik keluarga tetap harus di bicarakan, karna memang pada dasarnya berani
berbuat harus menanggung apapun yang terjadi kita harus menanggung resiko
apa yg telah dilakukan."
MB : "Baik lah bu, terima kasih atas masukan dan responnya."
Bidan : "Sama sama semoga orang tua dapat menerima dengan baik".
Dengan adanya refleksi dapat membantu klien dan menerima masukan dari orang lain.
4. Tahap Konfrontasi
Konfrontasi yaitu konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien tanpa disadari.
Akibat meningkatkannya dorongan seks remaja tersebut menyebabkan ia ingin segera
menyalurkan dorongan seks dalam satu tingkah laku seks. Sedangkan dilain pihak secara
psikologis remaja masih belum dewasa dan kurang berfikir panjang, sehingga masih banyak
di sekitar kita terjadi kasus kehamilan di luar nikah yang di alami oleh usia remaja saat ini.
Hal seperti malah mempermalukan pihak keluarga, tidak bisa menikmati masa-masa remaja
dan menghancurkan masa depan.
Adapun upaya bidan untuk menyelesaikan kasus konseling remaja dengan tahap refleksi,
yaitu:
MB : “Bu bidan, saya baru berusia 18 tahun kelas dua SMA ingin minta tolong untuk
menggugurkan kandungan saya. Saya bertemu dengan aki-laki (AG) yang
menghamilinya melalui sosial media. Laki-laki (AG) saya tidak menginginkan
kehamilan ini. Dan saya takut untuk bilang ke orang tua saya bu”.
Bidan : “Iya saya mengerti posisi Nn. MB yang alami saat ini, tapi bukannya Tindakan
aborsi itu di larang/tidak diperbolehkan iya melakukan aborsi merupakan
pelanggaran terhadap perintah allah. Apakah Nn. MB tidak tega melihat bayi
selucu ini di aborsi”.
MB : “Tapi bagaimana saya bilang ke orang tua saya nya bu bidan saya takut untuk
berbicara ke orang tua saya nanti yang ada mereka sangat marah kepada saya dan
tidak mengganggap saya anak nya lagi”.
Bidan : “Menurut saya begini saja kalian berdua temuin ke orangtua kalian masing-
masing dan berbicara baik-baik siapa tau nanti kedua orang tua Nn. Mb kebuka
pintu hati nya karna apapun yang dilakukan anak nya walaupun ini sudah
mengecewakan tapi orang tua pasti luluh Ketika anaknya berkata jujur apa yang
dilakukan nya dan ingin bertanggung jawab, karna saya disini sebagai bidan tidak
bisa melakukan Tindakan aborsi karna melanggar peraturan undang-undang
Kesehatan”.
MB : “Baik bu nanti saya akan lakukan apa yang ibu katakana tadi kepada saya,
sebelumnya saya terimakasih banyak karna sudah mendengarkan cerita saya dan
mengasih solusi untuk saya, awal nya saya sudah putus asa harus membesarkan
kandungan ini”.
Bidan : “Iya sama-sama, tidak apa-apa Nn.MB saya senang membantu anda semoga apa
yang Nn.MB lakukan berjalan dengan lancar dan jaga kandungan nya baik-baik
iya”.
MB : “Baik bu, bakal saya jaga baik-baik kandungan ini”.
5. Tahap Interpretasi
Interpretasi yaitu konselor memperkenalkan konsep-konsep, hubungan dan pertalian baru
yang berakar dalam pengalaman klien. Berdasarkan kasus konseling pada remaja diatas,
dalam tahap interpretasi ini kita sebagai bidan bisa menginterpretasikan/menafsirkan kejadian
yang terjadi dalam kasus yang dilakukan MB dan AG ini dikarenakan adanya dorongan
seksual yang tidak terkontrol membuat kedua remaja ini berani untuk melakukan kegiatan
seks pranikah hingga menyebabkan kehamilan dan berniat ingin menggurkan kandungannya.
Hal ini menjadi sumber malapetaka yang dapat menghancurkan masa depan dan cita-cita
mereka, dan kita sebagai bidan dapat menyimpulkan dari setiap tahapan yang telah terjadi.
Adapun upaya bidan untuk menyelesaikan kasus konseling remaja dengan tahap
interpretasi yaitu:
MB : "Bu bidan tolong, saya tidak tau harus cerita kepada siapa lagi, saya takut"
Bidan : "Apa yang terjadi sehingga Nn. MB begitu panik dan gelisah seperti ini?"
MB : "Saya sudah terbawa suasana yang menjerumuskan untuk melakukan suatu hal
yang fatal bu, saya sudah melakukan seks bersama pacar saya. Sehingga saya
sekarang hamil".
Bidan : "Apakah keluarga Nn. MB sudah mengetahui akan hal yang telah terjadi ini?"
MB : "Belum Bu, saya tidak berani untuk mengatakannya. Saya takut mereka marah".
Bidan : "Nn. MB tenanglah, semua masalah pasti ada jalannya. Untuk menemukan jalan
itu bagaimanapun juga keluarga atau orangtua Nn. MB harus mengetahui terkait
ini. Sehingga kita dapat menyelesaikan dan mencari jalan keluarnya bersama".
MB : “Bu bidan tolong saya, Saya ingin menggugurkan kandungan ini saja. Saya
tidak mau jika keluarga saya mengetahui kehamilan ini, apalagi tau jika laki-laki
(AG) itu tidak mau bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan kepada
saya.
Bidan : “Aborsi sangat berbahaya sekali jika dilakukan, resiko yang bisa saja terjadi
kedepannya ketika pasca melakukan aborsi seperti mengalami pendarahan,
kerusakan rahim, infeksi, demam, nyeri hebat".
MB : “Tapi saya takut, takut orang tua saya marah, dijauhi oleh teman-teman saya,
dan dapat cibiran yang tidak enak dari masyarakat”.
Bidan :"Iya saya paham, namun untuk melakukan aborsi ini tentu harus perlu
pertimbangan penuh. Yang tentunya itu akan berdampak buruk terhadap
kesehatan Nn. MB".
MB : "Tapi bu saya mau tetap menggugurkan kandungan ini saja".
Bidan : “Mohon maaf Nn. MB, saya tidak bisa jika harus melakukan aborsi terhadap
pasien saya. Karena itu memang bukan wewenang saya, dan tentu itu sudah
menjadi kebijakan dalam Undang-undang".
MB : "Baiklah bu, kalau begitu saya akan mencoba untuk berterus terang terhadap
keluarga saya. Terimakasih Bu informasi yang telah ibu sampaikan terhadap
saya".
Bidan : "Iya sama-sama Nn.MB"
Dengan adanya interpretasi dalam proses konseling ini konselor menjabarkan kembali
kejadian dan pembahasan yang terjadi.
C. Kesimpulan
Seks bebas merupakan salah satu permasalahan pada remaja saat ini, tidak sedikit para
remaja yang sudah terjerumus dalam permasalahan ini. Kurangnya informasi tentang edukasi
seks, serta lingkungan dan perannya Orangtua yang menjadi madrasah pertama bagi anak.
Sehingga, si anak dapat membentengi dirinya dari hal yang dapat merugikannya. Dengan adanya
konseling yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dan
diharapkan dapat mengurangi permasalahan yang terjadi pada remaja khususnya.
Jadi dapat kita simpulkan pada kasus di atas. Di sini klien masih ada harapan untuk ingin
mempertahankan kandunganya namun di sisi lain juga dia berpikir pendek untuk mengaborsinya
karena sangat takut dalam menghadapi ini. Orangtuanya pun tidak tahu masalah ini. Inilah yang
membuat dilema klien. Tugas bidan di sini yaitu menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga.
Ajak keluarga juga untuk memberikan semangat pada Nn. MB karena dengan adanya dukungan
dari keluarga masalah ini pun bisa kita hadapi bersama-sama dengan begitu beban pun akan
ditanggung bersama jika beban ini hanya ditanggung oleh Nn.MB ada kemungkinan dia menjadi
depresi bahkan ada kemungkinan juga untuk bunuh diri karena dari sifat Nn. MB ini yang
tertutup sekali dengan keluarga. Meskipun ini adalah kesalahan Nn. MB dan AG, meskipun
keluarga marah dan kecewa namun di sini bidan mencoba untuk terus berkomunikasi dan
memberikan konsultasi kepada keluaga dank lien juga supaya kita mencari solusinya bersama-
sama.
Pesan yang dapat diambil dari kasus di atas yaitu jangan coba-coba untuk melakukan
perbuatan zina. Karena selain dosa besar itu juga akan membuat kita sengsara baik di dunia
maupun akhirat. Dan dosa itu juga ditanggung oleh orangtua kasihan orangtua kita yang sudah
membesarkan kita malah mendapatkan dosa dari perbuatan kita. Islam memang sudah melarang
perbuatan zina. Khususnya bagi perempuan hendaklah kalian menjaga kemaluan kalian. Dan
yang terakhir untuk lebih terbuka dengan keluarga karena apapun masalahnya ujung-ujungnya
keluarga lah yang dapat membantu. Coba untuk ceritakan masalah kalian kepada orang-orang
yang kalian percaya dan jangan terlalu dipendam.

Anda mungkin juga menyukai