Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Sosial Budaya terhadap Kesehatan Ibu Hamil

A. Budaya atau Kebiasaan di Daerah Jawa terhadap Kesehatan Ibu Hamil


1. Ibu hamil harus membawa benda tajam kecil seperti (gunting kuku, gunting lipat,
jarum bundel, dan lain-lain. Agar terhindar dari gangguan mahluk halus misal: setan,
jin, gendruo dan lain-lain.
2. Suami dari ibu hamil di larang membunuh hewan, karena memiliki keyakinan akan
mengakibatkan cacat pada calon bayi
3. Tidak boleh mengejek atau mencacimaki kekurangan orang, karena berkeyakinan
akan terdapat kekurangan tersebut pada calon bayi.
4. Dilarang keluar malam, dikhawatirkan ibu hamil di culik mahluk halus.
5. Mitos wanita hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi
kembar siam.

B. Aspek Sosial terhadap Kesehatan Ibu Hamil


Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan
juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan
dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya
dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-
praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan
kesehatan si ibu, misalnya makan daun katuk agar air susu ibu bayi banyak, dan lain-lain.

C. Kebiasaan Adat Istiadat dan Perilaku yang Merugikan

Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan


penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku,
kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya:

1. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan,
2. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang amis, misalnya: ikan, telur,
3. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya
cepat keluar,
4. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut
darah kotor naik ke mata,
5. Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus diuraikan dan
persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan.
6. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.
D. Gangguan yang Datang Saat Hamil
Kehamilan ibarat sebuah keajaiban. Di dalam perut seorang ibu tumbuh janin.
Hampir dipastikan kehamilan ini kerap dibarengi kerewelan karena muncul berbagai
gangguan. Tapi secara medis, perubahan tubuh dalam kehamilan memang mengakibatkan
munculnya berbagai gangguan. Sebut saja, seorang ibu hamil menjadi lebih sering
keletihan. Secara logika pun ini bisa terjawab. Dengan beban yang berat seperti perut
membesar, pantaslah jika ia merasa begitu letih seperti :
1) Perubahan Pembuluh Darah.

Akan tampak garis biru yang samar-samar di bawah kulit, pada payudara, dan
perut. Itu adalah kondisi normal saat hamil. Jaringan pembuluh darah mengembang
untuk membawa darah lebih banyak bagi kehamilan.Tak perlu dikhawatirkan karena
umumnya akan menghilang dengan sendirinya setelah melahirkan.

Pembuluh darah balik (vena) yang normal dan sehat membawa darah kembali ke
jantung dari anggota tubuh. Karena harus bekerja melawan gaya berat, maka
pembuluh vena dirancang untuk memiliki serangkaian katup yang mencegah
membaliknya aliran darah. Bila katup ini hilang, darah cenderung berkumpul pada
vena di mana tarikan gaya beratnya besar (seperti kaki, anus/vulva). Masalah ini
lebih sering terjadi pada wanita yang kegemukan daripada pria, dan sering muncul
pertama kali saat hamil. Lantaran bertambahnya tekanan pada vena kaki, volume
darah yang bertambah, terjadinya relaksasi otot-otot pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh hormon kehamilan.

Varises pada kehamilan dapat dicegah, antara lain dengan menghindari:


kenaikan berat badan berlebih, duduk terlalu lama, mengangkat barang berat,
mengejan terlalu kuat saat buang air besar, menggunakan pakaian ketat, merokok,
dan sebagainya.

2) Guratan pada Perut.

Gurat-gurat di atas perut diakibatkan oleh meregangnya kulit. Biasanya karena


pertambahan berat badan yang terlalu banyak/cepat. Gurat-gurat ini memang sulit
untuk dihilangkan, tapi tak perlu berkecil hati. Anggap saja itu sebagai hadiah dan
bagian dari kesempurnaan Anda sebagai wanita yang telah melahirkan. Perlu para
ibu ketahui, perut hamil memang perut yang gatal dan akan bertambah gatal seiring
bertambahnya usia kehamilan. Ini disebabkan perut ibu membesar sehingga kulit
perut meregang. Akibatnya kulit menjadi kering. Kendati terasa gatal, hindari untuk
menggaruk. Cukup olesi dengan cairan pelembab kulit. Memang tak akan
menghilangkan sama sekali rasa gatal. Paling tidak, bisa mengurangi keadaan
tersebut.

3) Mual di Pagi Hari


Morning sickness atau mual dui pagi hari lumrah terjadi pada kehamilan.
Hampir semua ibu hamil mengalaminya. Biasanya terjadi pada tiga bulan pertama
kehamilan. Tetapi kadang ada yang sangat berlebihan, mual sepanjang 9 bulan
(hiperemesis gravidarum). Penyebab mual ini adalah akibat peningkatan kadar
hormon estrogen dan HCG (human chorionic gonadotrophine) dalam serum darah
ibu. Tak ada obat yang paling ampuh untuk menghilangkan rasa mual. Bisa dicegah
dengan menghindari makanan atau sumber penyebab mual tersebut.

4) Tak Suka Susu.


Banyak ibu yang khawatir dengan kondisi janin karena ia tak suka susu.
Sebetulnya yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil adalah janin tak perlu susu,
melainkan kalsium. Tentunya banyak bahan pengganti susu yang tak kalah
kandungan kalsiumnya.
Karena volume darah meningkat selama kehamilan, maka jumlah zat besi yang
dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah akan meningkat pula secara
bertahap. Untuk mencegah anemia kekurangan zat besi, ibu hamil dianjurkan makan
makanan yang kaya zat besi. Biasanya dokter akan memberi resep tambahan zat besi.
Bila kekurangan zat besinya ringan, mungkin tak terdapat gejala-gejala. Tapi ketika
sel darah merah pembawa oksigen makin bertambah kurang, ibu akan menunjukkan
gejala pucat, letih, lemah, berdebar, sesak napas, dan pingsan.
Jangan merasa diri sebagai wanita super, karena keletihan lumrah terjadi selama
kehamilan. Apalagi pada trimester ketiga. Beban kandungan yang makin berat,
ditambah mungkin ibu hamil kurang tidur. Rasa khawatir akan persalinan pun
membuat calon ibu merasa sangat letih. Karena itu perbanyak istirahat dan makan
cukup. Calon ibu perlu mewaspadai keletihan ini jika terjadi sangat berlebihan.
Misalnya, Anda sudah merasa cukup rileks, tak bekerja terlalu berat, tapi keletihan
tetap terjadi. Konsultasikan dengan dokter. “Saat konsultasi, calon ibu diharapkan
bisa menceritakan semua keluhan yang ada. Sehingga dokter bisa segera memberi
penanganan jika diperlukan.
Ada ibu hamil yang merasa kesemutan di daerah telapak tangan dan kakinya.
Kesemutan yang menyerang ibu hamil mungkin disebabkan: kekurangan vitamin B,
gangguan metabolisme tubuh penekanan ujung-ujung saraf tepi oleh penumpukan
cairan di daerah ujung-ujung jari. Bisa juga diakibatkan penekanan rahim yang
membesar terhadap kumpulan jaringan saraf di daearh rongga panggul. Mengubah-
ubah posisi biasanya akan mengurangi gejala ini. Kecuali itu perbanyaklah
mengkonsumsi sayuran dan vitamin-vitamin khusus untuk sistem saraf. Kondisi ini
tak perlu terlalu dikhawatirkan karena tak membahayakan ibu maupun janin. Bila
berlanjut terus, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter kandungan Anda.

5) Kejang kaki
Kejang kaki biasanya disebabkan kelebihan fosfor dan kelebihan kalsium dalam
darah. Biasanya dokter menyarankan untuk meminum tablet kalsium tanpa fosfor.
Bila ibu hamil mengalami kejang pada betis, luruskan kaki dan lekukkan mata kaki
serta jari-jari kaki ke atas ke arah hidung Anda. Lakukan beberapa kali menjelang
tidur. Atau bisa juga berdiri di atas permukaan yang dingin.

2.2 Budaya yang Masih dilakukan oleh Masyarakat Hingga Sekarang.


1. Kebiasaan Pijet Perut saat Hamil
Budaya dalam perawatan kehamilan masih melakukan pijat /kusuk ke dukun bayi,
dengan tujuan untuk mengetahui letak bayi disamping itu juga untuk mendapatkan rasa
nyaman. Dukun juga dianggap lebih mengerti masalah letak bayi dalam kandungan dari
pada bidan. Banyak yang mengatakan kalau pijatan saat hamil dapat berpengaruh pada
pertumbuhan bayi dimana, pertumbuhan bayi makin baik, makin lancar peredaran darah
asal tidak salah dalam pijatannya. Walaupun bidan sudah melarang, namun pijat perut ini
tetap dilakukan, hal ini karena faktor kebiasaan yang turun-temurun dari orang tua, selain
itu disebabkan ketidaktahuan ibu hamil dan dukun tentang bahaya pijet/kusuk terhadap
kehamilan yag sangat beresiko.

2. Upacara tiga bulanan atau Madeking


Upacara tiga bulanan sudah agak sulit ditemukan di kota besar. Dalam upacara Madeking
ini dihidangkan aneka jenis makanan yang berupa ketupat lalu nasi gurih, kali ini nasi
berwarna kuning dengan mencampur air kunyit saat menanak nasi dan di beri garam
sedikit dan santan sebelum dikukus. Untuk lauk pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi,
ada sambal goreng ati rempela, daging sapi dan sebagai kudapan dibuatkan kue apem.
Dalam pandangan Kebidanan: Nasi gurih dan ketupat sebagai hidangan ibu hamil adalah
salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu hamil agar terpenuhi
kebutuhan kalori. Kebutuhan protein sudah mulai diberikan seiring adanya peningkatan
selera makan menjelang kehamilan 4 bulan. Dengan menghidangkan aneka macam
daging dan cara pengolahannya. Protein sangat dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan
organ tubuh bayi . Upacara Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan
keselamatan bagi janin dalam Kandungan. Selamatan berupa doa – doa sesuai agama
masing – masing.

3. Upacara 7 bulanan, atau biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni


Berikutnya adalah upacara 7 bulanan, upacara inilah yang tidak pernah dilewatkan,
Hidangan khas yang paling dinantikan para tamu adalah rujak. Ada juga bubur merah
putih. Menurut tradisi bila rasa rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saat
upacara membelah kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam kandungan
perempuan. Dan hidangan berupa jajan pasar melengkapi hidangan (juadah pasar).
Pandangan Kebidanan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama
kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester
tiga, ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan
merasa tidak cantik. Namun tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan
memperbaiki body image seorang ibu hamil agar tampak begitu mempesona dalam
upacara siraman dan mandi bunga. Ibu hamil didandani dengan roncean bunga melati dan
ganti jarik 7 kali. Sedangkan untuk hidangan makanan yang diadakan merupakan suatu
sajian yang semakin komplit berbagai protein nabati dan hewani, berbagai sumber jenis
zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil senantiasa selamat dan terjaga
baik kondisi kesehatannya diiringi doa-doa para sanak keluaraga dan tetangga.

4. Ritual Suami Dalam Kehamilan


Kebiasaan-kebiasaan yang harus dilakukan suami pada saat istrinya sedang hamil antara
lain suami harus sering mengucapkan ‘amit-amit’ terutama jika melihat atau mendengar
hal-hal yang tidak disukai atau tidak menyenangkan. Hal ini agar bayi terhindar dari yang
tidak diinginkan. Selain itu, setiap matahari meredup atau datang waktu magrib, seorang
suami harus mengunyah ‘panglay’ (bumbu dapur sejenis lengkuas) lalu dimuntahkan di
setiap sudut rumah dan di depan pintu agar tidak ada yang mengganggu. Masyarakat
Karangsari meyakini bahwa jika ritual itu tidak dilakukan maka nyawa ibu dan bayinya
akan terancam dan banyak sekali gangguan yang dapat terjadi pada ibu maupun bayinya.
Masyarakat juga meyakini bahwa ada pantangan-pantangan yang harus diikuti suami
selama istrinya hamil. Beberapa pantangan tersebut antara lain para calon ayah dilarang
untuk menyembelih hewan seperti ayam, domba, ular dan sebagainya karena diyakini
bayi yang dilahirkan nanti lehernya akan merah-merah. Calon ayah juga dilarang
berbicara kasar/seenaknya, tujuannya untuk keselamatan ibu dan bayinya. Selain itu juga
calon ayah dilarang melilitkan handuk ke leher karena dipercaya leher bayi akan terlilit
tali pusat sehingga bayi akan sulit lahir pada saat persalinan. Selama istrinya hamil,
suami juga dilarang memancing karena dipercaya bayi yang dikandung istrinya dapat
mengalami cacat bibir sumbing. Meskipun ada pantangan-pantangan tersebut, namun
masyarakat meyakini bahwa pantangan itu boleh dilakukan asal calon ayah mengajak
bayi yang ada di dalam kandungan istrinya meskipun berjauhan misalnya calon ayah ada
di Bandung sementara istrinya yang sedang hamil di Garut, pada saat dia akan melakukan
satu kegiatan yang dilarang seperti memancing, dengan berkata “dede utun ayo mancing”
(adik bayi ayo memancing). Dengan mengajak ini maka dipercaya bahwa akibat yang
ditakutkan yaitu tali pusat melilit pada leher tidak akan terjadi pada bayinya. Serangkaian
ritual yang harus dilakukan oleh suami selama periode kehamilan, persalinan dan
postpartum istrinya yang dikenal dengan Ritual couvade merupakan bentuk keterlibatan
suami (Helman:2002, Cooper: 2005). Rasa empati suami pada istrinya seringkali muncul
dalam bentuk couvade syndrome baik dalam bentuk gejala fisik maupun psikologis
(Kazmierczak: 2013, Ganapathy: 2014). Pada masyarakat tradisional, kehamilan dan
persalinan merupakan proses yang normal dan sebagai identitas bagi seorang perempuan
(Hillier: 2003). Untuk meyakinkan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya,
masyarakat perlu memeriksakan kehamilannya ke bidan dan juga tetap memanfaatkan
paraji untuk memeriksa kehamilan, memimpin ritual upacara opat bulanan dan nujuh
bulanan dan juga memberikan saran-saran untuk keselamatan diri dan bayinya. Hal yang
dikemukakan di atas sejalan dengan hasil penelitian Agus et al (2012), Almutahar (2014)
dan Choguya (2014) yang mana dukun bersalin memiliki otoritas dalam kehamilan dan
persalinan. Dengan demikian, masyarakat memanfaatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan dengan tetap mempertahankan praktik-praktik tradisional yang didapatkan
secara turun-temurun, sesuai dengan hasil kajian Otoo (2015) dan Choudhury et al
(2012).

Anda mungkin juga menyukai