Anda di halaman 1dari 14

Mengaplikasikan evidence

base dalam kebidanan


pada kasus kompleks
(ibu hamil dengan HIV)
Kelompok 7
1. Irawati
2. Reza Sri Lestari
3. Sri Rahayu
HIV
 HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4, sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
 Menurut WHO (2015) HIV merupakan virus yang menginfeksi, menghancurkan dan
merusak fungsinya. Sedangkan AIDS merupakan kumpulan dari gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh HIV (Kemenkes, 2014).
 Cara penularan HIV lebih sering melalui darah, semen, air susu, dan sekresi vagina
(Irianto, 2014).
Struktur HIV
Partikel HIV adalah virus RNA yang ber-envelop, berbentuk
bulat sferis dengan diameter 80-120 nm. Partikel yang
infeksius terdiri dari dua untai single stranded RNA positif
yang berada di dalam inti protein virus
(ribonukleoprotein) dan dikelilingi oleh lapisan envelope
fosfolipid yang ditancapi oleh 72 buah tonjolan (spikes)
glikoprotein. Pada permukaan dalam envelope lipid virus
dilapisi oleh proteinmatriks (p17), yang kemungkinan
berperan penting dalam menjaga integritasstruktural virion.
Envelope lipid terbungkus dalam protein kapsid yang
berbentuk ikosahedral (p24) dan matriks p17. Protein kapsid
mengelilingi inti dalam virionsehingga membentuk
'cangkang' di sekeliling material genetik. Protein
nukleokapsid terdapat dalam 'cangkang' tersebut dan berikatan
langsung dengan molekul-molekul RNA.
Faktor penyebab HIV

• Usia penderita yang didominasi oleh usia reproduksi menunjukan


bahwa perilaku seks berisiko telah dimulai pada usia yang sangat
belia.
• Pendidikan kurang dari 9 tahun akan meningkatkan risiko
kejadian HIV pada ibu hamil sebesar 1,4 kali dibandingkan ibu
dengan pendidikan yang cukup.
• Ibu dengan suami yang status sosial ekonominya rendah
mempunyai risiko terkena HIV
• Sosial ekonomi istri rendah meningkatkan risiko kejadian HIV
Gejala tahap pertama
● Demam
Gejala HIV
● Lemas
● Ruam kemerahan
● Sakit kepala
● Pembesaran kelenjar getah bening
● Nyeri tenggorokan

Gejala Tahap Kedua


Pada tahap kedua atau masa laten, HIV tidak menimbulkan gejala bahkan hingga tahunan. Selama tahap ini kekebalan
tubuh semakin menurun. Jika tidak mendapatkan pengobatan maka HIV akan berlanjut ke tahap ketiga.

Gejala tahap ketiga


● Penurunan berat badan drastis
● Batuk kering
● Demam berulang atau keringat malam
● Kelelahan berat
● Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, selangkangan atau leher
● Diare lebih dari satu minggu
● Bercak putih di lidah, mulut atau tenggorokan
● Pneumonia (infeksi paru)
Gejala HIV
● Bercak merah, cokelat, ungu di bawah kulit atau di dalam mulut, hidung atau kelopak mata
● Kesulitan mengingat, depresi dan gangguan saraf lainnya

Pada ibu hamil yang diketahui mengalami HIV positif, cara terbaik untuk menghindari penularan ke janin
di dalam kandungan ialah dengan mengonsumsi obat anti retroviral (ART). Tujuan dari pemberian obat ini
selain untuk melindungi kesehatan ibu hamil juga untuk mencegah penularan ke janin.
 
Selain itu penting bagi ibu hamil yang positif HIV untuk selalu mengecek jumlah virus di dalam tubuhnya.
Karena semakin tinggi jumlah virus dan semakin rendah jumlah sel CD4, maka kemungkinan penularan ke
janin semakin besar.
HIV pada ibu hamil
● Penularan HIV tertinggi umumnya terjadi pada saat persalinan ketika kemungkinan terjadi
percampuran darah ibu dan lendir ibu dengan bayi. Tetapi sebagian besar bayi dari ibu HIV positif tidak
tertular HIV.3 Jika tidak dilakukan intervensi terhadap ibu hamil HIV positif, risiko penularan HIV dari
ibu ke bayi berkisar antara 25-45%. Frekuensi rata-rata transmisi vertikal dari ibu ke anakdengan
infeksi HIV mencapai 25-30%.
● Ibu hamil dengan HIV mengalami peningkatan depresi dan kekhawatiran terhadap stigma masyarakat.
Adanya penurunan kondisi fisik dan psikologis tersebut mempengaruhi kondisi ibu hamil dengan
HIV yang sudah mengalami penurunan kondisi dari kehamilannya sendiri. Sehingga, ibu dengan
HIV/AIDS saat hamil mengalami penularan kondisi fisik dan psikologis yang tidak terjadi ibu hamil
sehat maupun penderita HIV/AIDS yang tidak hamil.
● Resiko penularan HIV dari ibu ke bayi cukup tinggi termasuk setelah melahirkan dan hal ini dapat
dihindari dengan tidak memberikan ASI dan diganti dengan PASI. Secara teori, ASI dapat
membawa HIV dan dapat meningkatkan transmisi perinatal, oleh karena itu WHO
tidak merekomendasikan pemberian ASI pada ibu dengan HIV positif meskipun mereka sudah
mendapatkan ARV (WHO, 2006).
Faktor Risiko Transmisi Virus HIV
Pada Ibu Hamil
Faktor risiko transmisi HIV pada ibu hamil antara lain adalah tingkat pendidikan
suami yang rendah, memiliki kondisi ginekologi, konsumsi alkohol, riwayat
dirawat di rumah sakit, suami bekerja berpindah-pindah tempat, dan tinggal di
perkotaan. Ibu hamil yang terinfeksi HIV memiliki risiko yang lebih besar untuk
mengalami aborsi spontan, kehamilan ektopik, dan terjadinya penularan HIV
dari ibu ke anak-anak. Penularan dapat terjadi pada masa kehamilan, saat
melahirkan, dan saat pemberian ASI.
Evidance Based Ibu Hamil dengan
HIV
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan ibu hamil
dengan HIV positif, salah satunya dengan melakukan relaksasi pernafasan dan dzikir.
Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan
karena kecemasan. Mengelola dirinya dengan menjaga ketenangan emosi.
Ketenangan emosi diperlukan agar seseorang memiliki waktu untuk melihat suatu
situasi yang sedang dialami dengan menggunakan sudut pandang yang lebih positif.
Ketenangan emosi bisa terwujud dalam keadaan aspek fisiologisnya juga berada
dalam keadaan rileks (Sellakumar, 2015). Penelitian yang terkait diantaranya adalah
Muller, Hammill & Hermann (2016) menemukan bahwa terapi relaksasi otot progresif
mampu menurunkan stres dan kecemasan pada ibu maternal. Terdapat perubahan
penurunan derajat kecemasan ibu hamil trimester III dengan menggunakan relaksasi
dan dzikir (Rohayati, 2017).
Evidance Based Ibu Hamil dengan
HIV
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa berbagai terapi relaksasi cukup
efektif untuk menurunkan kecemasan, artinya secara non farmakologis mampu menggantikan terapi
farmakologis, yang dikhawatirkan dapat memberikan efek samping tertentu yang tidak baik bagi
kesehatan ibu hamil dengan HIV positif. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka perawat spesialis akan
melakukan relaksasi Relaksasi pernafasan dan dzikir untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil
dengan HIV Positif. Relaksasi pernafasan merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas
secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Arlinghaus, Markofski, & Johnston, 2017).
Dzikir sebagai salah satu dari psikoreligius yaitu segala aktivitas yang berhubungan dengan ajaran
agama berdasarkan peraturan atau perudang-undangan yang terkandung di dalamnya, dimana aktivitas
keagamaan yang dilakukan itu mempunyai pengaruh terhadap kondisi mental seseorang termasuk
kecemasan ibu postpartum. Penelitian yang dilakukan oleh Maemunah & Retnowati (2011) menunjukkan
bahwa pelatihan relaksasi dengan dzikir secara signifikan dapat mengurangi kecemasan responden
dalam menghadapi kehamilan pertama.
Evidance Based Ibu Hamil dengan
HIV
Kelebihan penerapan EBNP ini adalah tehnik relaksasi yang dipilih merupakan relaksasi
pernapasan yang dinilai lebih aman bagi ibu hamil dengan HIV positif, lebih sederhana dan
mudah dipraktekkan. Selain itu, penerapan EBPN yang menggunakan relaksasi dengan
dzikir untuk menurunkan kecemasan ibu hamil dengan HIV positif.Penerapan EBPN ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi pernapasan dan dzikir dalam mengurangi
tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu hamil dengan HIV positif.
KESIMPULAN
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus dapat menyebabkan AIDS dengan cara
menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4, sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun. Gejala Pada tahap awal, gejala awal HIV tidaklah spesifik. Terkadang ada beberapa orang yang
tidak menimbulkan gejala namun pada beberapa orang dapat pula muncul gejala seperti selesma dan flu.
Pada tahap kedua atau masa laten, HIV tidak menimbulkan gejala bahkan hingga tahunan. Selama tahap ini
kekebalan tubuh semakin menurun. Gejala tahap ketiga, Pada tahap ini sistem kekebalan tubuh sudah
semakin turun dan mudah sekali terserang penyakit atau infeksi oportunistik seperti tuberkulosis, infeksi
jamur, meningitis, kanker dan lain sebagainya.
Penularan HIV tertinggi umumnya terjadi pada saat persalinan ketika kemungkinan terjadi
percampuran darah ibu dan lendir ibu dengan bayi. Tetapi sebagian besar bayi dari ibu HIV positif tidak
tertular HIV.3 Jika tidak dilakukan intervensi terhadap ibu hamil HIV positif, risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi berkisar antara 25-45%. Ibu hamil dengan HIV mengalami peningkatan depresi dan kekhawatiran
terhadap stigma masyarakat. Adanya penurunan kondisi fisik dan psikologis tersebut
mempengaruhi kondisi ibu hamil dengan HIV yang sudah mengalami penurunan kondisi dari kehamilannya
sendiri.
KESIMPULAN
Evidance practice Untuk mengurangi kecemasan ibu hamil dengan HIV positif, salah satunya dengan
melakukan relaksasi pernafasan dan dzikir. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut dapat
dinyatakan bahwa berbagai terapi relaksasi cukup efektif untuk menurunkan kecemasan, artinya
secara non farmakologis mampu menggantikan terapi farmakologis, yang dikhawatirkan dapat
memberikan efek samping tertentu yang tidak baik bagi kesehatan ibu hamil dengan HIV positif.
Relaksasi pernafasan merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas secara perlahan dan
dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan
dada mengembang penuh (Arlinghaus, Markofski, & Johnston, 2017). Kelebihan penerapan EBNP ini
adalah tehnik relaksasi yang dipilih merupakan relaksasi pernapasan yang dinilai lebih aman bagi ibu
hamil dengan HIV positif, lebih sederhana dan mudah dipraktekkan. Selain itu, penerapan EBPN yang
menggunakan relaksasi dengan dzikir untuk menurunkan kecemasan ibu hamil dengan HIV
positif.Penerapan EBPN ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi pernapasan dan dzikir
dalam mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu hamil dengan HIV positif.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai