KEHAMILAN PERSALINAN DAN NIFAS KELOMPOK 13 HIV MASALAH HIV DARI SEGI PERINATOLOGI
Dengan makin meningkatnya prevalensi pengidap
HIV di masyarakat maka prevalensi HIV pada ibu hamil juga akan meningkat. Penularan vertikal/perinatal HIV memegang peranan penting terhadap tingginya prevalensi HIV di masyarakat. Sampai sekarang belum didapatkan adanya vaksin untuk pencegahan HIV. Menyusui bayi merupakan salah satu cara penularan perinatal, sehingga perlu dilarang. Skrining HIV pada ibu hamil belum dilaksanakan. Penularan parenteral dari pasien ke petugas rumah sakit perlu menjadi perhatian. PENGARUH HIV TERHADAP KEHAMILAN
Sampai saat ini belum didapatkan adanya
pengaruh dari infeksi HIV terhadap kehamilan. Tetapi jika sudah terjadi AIDS didapatkan pengaruh yang besar dengan terjadinya prematuritas , kematian janin dalam kandungan. Diduga kondisi bayi dalamkandungan dipengaruhi oleh makin memberatnya infeksi HIV. Meskipun kehamilan dikatakan menambah beban terhadap sistim tubuh yang sudah berat menghadapi HIV, tetapi sampai sekarang belum ada bukti yang menunjukkan bahwa HIV makin menjadi progresif setelah adanya kehamilan. PENULARAN HIV Penularan Parenteral Terjadi melalui transfusi darah, tertusuk jarum suntik yang telah dipakai pada pengidap HIV atau bahan (jaringan atau cairan tubuh ) pengidap HIV. Penularan HIV pada petugas kesehatan di USA dilaporkan sebesar 0,3 % , lebih kecil dari kemungkinan penularan VHB yang sebesar 20-30%. Infeksi melalui kulit hanya terjadi melalui kontak yang intensif dan lama Penularan Seksual Kemungkinan seorang wanita tertular HIV dari laki-laki pengidap HIV 20 kali lebih besar dari kemungkinan seorang laki- laki tetular dari wanita pengidap HIV. Keadaan inikemungkinan karena pada cairan sperma terdapat titer HIV yang cukup tinggi. Penularan Perinatal Penularan HIV perinatal penularan HIV dari ibu ke bayi yang dapat terjadi in-utero atau intra uterin, perinatal / saat persalinan dan pasca persalinan melalui air susu ibu. Angka kejadian penularan perinatal di Eropa dan di New York dilaporkan 25- 33% sedangkan di Thailand melaporkan sebesar 19%. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai hal ini meskipun telah pernah dilaporkan beberapa persalinan dengan HIV (Jakarta, Yogjakarta dan Bali). Angka yang berbeda ini mungkin juga karena dikacaukan dengan adanya anti bodi terhadap HIV yang didapat dari ibu dan tetap ada dalam darah bayi sampai bayi umur 15 - 18 bulan Penularan In Utero Atau Intra Uterin HIV melalui plasenta masuk kedalam tubuh bayi. Penularan in utero ini diketahuikarena didapatkannya HIV pada jaringan thymus,lien , paru dan otak dari janin 20 minggu yang digugurkan dari ibu pengidap HIV.
Penularan Saat Persalinan
Terjadi karena bayi terkontaminasi darah ibu saat persalinan.
Penularan pasca persalinan
Terjadi penularan melalui ASI pada masa menyusui ,karena adanya HIV pada kelenjar payudara dan ASI pengidap HIV. Meskipun masih ada perbedaan pendapat mengenai hal ini karena hasil penelitian yang berbeda, tetapi karena belum adanya vaksin untuk HIV dan kemungkinan penularan ini tetap ada, maka disepakati pemberian ASI pada bayi tetap masih di larang. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penularan Perinatal
Secara umum faktor yang berpengaruh
adalah : Faktor virus makin tinggi titer virus , makin infeksius. Faktor Host (ibu hamil) ; sistim kekebalan tubuh , nutrisi, anemia. Faktor Obstetrik; lama dan cara persalinan. Faktor bayi; aterm/prematur dan adanya lecet pada bayi. PENANGANAN PASIEN HAMIL DENGAN HIV Penanganan Ante Partum 1. Konseling Pada konseling, ibu hamil diajak berkomunikasi dua arah , dengan memberikan informasi mengenai HIV dan hubungannya dengan kehamilan, tanpa mengarahkan , di mana kemudian ibu hamil ini dapat mengambil keputusan mengenai kehamilannya dan persalinannya.
Informasi yang perlu diberikan antara lain :
- Apa arti anti-HIV positif, Wester Blot positif. - Apa HIV, AIDS dan bagaimana prognosenya. - Pengaruh HIV pada kehamilan dan sebaliknya. - Risiko terjadinya penularan perinatal HIV terhadap bayi baru lahir. - Pemberian obat anti virus (AZT). 2. Pemeriksaan Ante Natal Dilakukan pemeriksaan ante natal seperti biasa, tetapi perlu dilakukan eksplorasi mengenai partner hubungan seksual, apakah pernah menderita penyakit hubungan seksual (STD), atau pernah mendapatkan transfusi darah, dan ditanyakan juga apakah sering mendapatkan pengobatan dengan suntikan. 3. Pemeriksaan Penunjang Selain pemeriksaan yang umum dilakukan pada ibu hamil , perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya infeksi oportunis dan pemeriksaan imunologik untuk mengetahui progresifitas infeksi HIV.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain;
Thorak foto untuk mengetahui adanya pneumonia Pemeriksaan imunologik; Th,Tc, IgA. Pemeriksaan; TOCH,Lues, GO, Candida, Chlamydia, VHB. 4. Pemberian Obat Anti Virus Pemberian obat anti virus pada ibu hamil dengan HIV akan menurunkan jumlah virus sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya penularan perinatal. Ada beberapamacam obat anti virus tetapi yang banyak dipakai adalah Zidovudin 3 Azido 2,3Dideoxy Thymidine (AZT). Dosis yang dianjurkan adalah 100 mg 4 kali sehari mulai dari kehamilan 14 34 minggu. Pada persalinan diberikan secara bolus 2 mg /kg BB, diteruskan dengan infus 1mg/kgBB/hari sampai terjadi persalinan. Bayi yang baru lahir diberikan syrup AZT 2mg/kgBB 12 jam post partum, setiap 6 jam sampai 6 minggu umur 6 minggu. Dengan cara ini penularan perinatal dapat diturnkan dari 25,5 % menjadi 8,3 %. Penanganan Intra Partum Kewaspadaan menyeluruh atau Universal Precaution harus diperhatikan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan dari ibu ke bayi, penolong maupun petugas kesehatan lainnya. Hindari memecahkan ketuban pada awal persalinan, terjadinya partus lama dan laserasi pada ibu maupun bayi. Karena itu pada kemacetan persalinan maka tindakan Seksio Sesarea adalah lebih baik dari memaksakan persalinan per vaginam. Petugas kesehatan harus memakai sarung tangan vynil, bukan saja pada pada pertolongan persalinan tetapi juga pada waktu membersihkan darah, bekas air ketuban dan bahan lain dari pasien yang melahirkan dengan HIV. . Penolong persalinan harus memakai kaca mata pelindung, masker, baju operasi yang tidak tembus air dan sering kali membersihkan atau mencuci tangan. Membersihkan lendir atau air ketuban dari mulut bayi harus memakai mesin isap, tidak dengan catheter yang diisap dengan mulut Bayi yang baru lahir segera dimandikan dengan dengan air yang mengandung dasinfectan yang tidak mengganggu bayi. Penanganan Pasca Persalinan Pada pasca persalinan dilakukan pencegahan terjadinya penularan melalui ASI, di samping penularan parenteral melalui suntikan dan luka atau lecet pada bayi. Pencegahan penularan melalui ASI sudah tentu dilakukan dengan mencegah pemberian ASI, tetapi untuk daerah yang sedang berkembang hal ini masih menjadi perdebatan karena dikhawatirkan bayi tidak mendapatkan pengganti ASI. Ibu pengidap HIV harus diadviskan mencegah kehamilan berikutnya dengan alat kontrasepsi. AIDS Jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia reproduksi. 80 % AIDS anak-anak mengalami infeksi perinatal dari ibunya. CDC ( Center for Disease Control ) Amerika memaparkan bahwa seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0%-1,7%, pada saat persalinan 0,4-2,3% dan 9,4%-29,6% pada ibu hamil yang menggunakan narkotika intravena. Penelitian di Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan bahwa resiko transmisi perinatal pada ibu hamil adalah 20-40%. Transmisi melalui plasenta, perlukaan pada proses persalinan, atau ASI. Manajemen ibu hamil penderita AIDS menuntut pengetahuan kita, apakah seorang ibu hamil seropositif tanpa gejala, atau dengan gejala. Setiap ibu hamil mendapat langkah- langkah pelaksaan sebagai berikut : 1. Indentifikasi risiko tinggi, yaitu pemakai narkotika intravena, pasangan seksualnya pemakai narkotika intravena, biseksual dengan HIV (+), penderita PHS, mempunyai pekerjaa sebagai WTS. 2. Dilakukan pemeriksaan darah terhadap HIV 3. Diberi peningkatan pengetahuan tentang AIDS 4. Konseling masalah AIDS 5. Pencegahan sumber infeksi Bila telah terdiagnosis AIDS, perlu pula dilakukan pemeriksaan adakah infeksi PHS lainnya, seperti gonorea, chlamydia, hepatitis, herpes ataupun infeksi toksoplasma, CMV, Tuberkulosis. CDC telah menetapkan sistem klasifikasi pasien yang mengalami infeksi HIV berdasarkan keadaan klinik yang dijumpai pada saat pemeriksaan pasien sebagai berikut : a. Grup I : infeksi akut, b. Grup II : infeksi asimptomatik c. Grup III : limfadenopati persisten generalisata d. Grup IV : penyakit lain subgrup A : penyakit konstitusional subgrup B : penyakit neurologik subgrup C : penyakit infeksi sekunder. Kelompok ini terbagi lagi dalam kategori C-1 dan C-2 tergantung jenis infeksi sekundernya. subgrup D : kanker sekunder subgrup E : kondisi lainnya Sampai saat ini belum ada pengobatan AIDS yang memuaskan. Pemberian AZT (Zidovudine) dapat memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta beratnya infeksi opportunistik. Dalam persalinan, seksio sesarea bukan merupakan indikasi untuk menurunkan risiko infeksi pada bayi yang dilahirkan. Penularan kepada penolong persalinan dapat terjadi dengan rate 0-1 % / tahun. Oleh karena itu dianjurkan upaya pencegahan terhadap penularan infeksi bagi petugas kamar bersalin sebagai berikut : 1. Gunakan gaun, sarung tangan dan masker yang kedap air dalam menolong persalinan. 2. Gunakan sarung tangan saat menolong bayi. 3. Gunakan tangan setiap selesai menolong penderita AIDS. 4. Gunakan pelindung mata 5. Peganglah plasenta dengan sarung tangan dan beri label sebagai barang infeksious. 6. Jangan menggunakan penghisap lendir bayi melalui mulut. 7. Bila curiga adanya kontaminasi, lakukan konseling dan periksa antibodi terhadap HIV serta dapatkan AZT sebagai profilaksis. Perawatan pasca persalinan perlu memperhatikan kemungkinan penularan melalui pembalut wanita, lokhia, luka episiotomi atau pun luka seksio sesarea. Untuk mengelola bayi, khusus dokter anak yang menangani kasus ini. Perawatan ibu dan bayi tidak perlu dipisah. Perawatan tali pusat harus dijalankan dengan cermat. Imunisasi yang menggunakan virus hidup sebaiknya ditunda sampai terbukti bahwa bayi tersebut tidak ada infeksi HIV. Antibodi yang didapat positif dari ibu akan dapat bertahan sampai 15 bulan. Jadi diperlukan pemeriksaan ulang berkala untuk menentukan adanya perubahan ke arah negatif atau tidak. Infeksi pada bayi mungkin baru tampak pada usia 12-18 bulan. HIV-AIDS pada masa Nifas (Puerperium) Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus RNA yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga memungkinkan terjadinya infeksi oportunistik. Konsep paparan maternal terhadap HIV pasca bersalin MASALAH Nifas terkait HIV-AIDS DAMPAK LAKTASI TERHADAP PERKEMBANGAN HIV-AIDS RESIKO 7 % (0-6 Dampak HIV pada ibu dan anak ANAK Gangguan tumbuh kembang Kematian meningkat Penyakit seumur hidup, isu kepatuhan berobat Stigma sosial Yatim piatu IBU Stigma sosial Kematian meningkat PEMBERIAN ARV UNTUK MENGURANGI PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYINYA
Kondisi Klinis Ibu Regimen untuk Ibu Regimen untuk Bayi
1 Odha dengan indikasi - AZT/d4T + 3TC + NVP
pengobatanARV, dan ada (harus hindari EFV) kemungkinan untuk hamil 2 Odha yang sedang -Lanjutkan regimen sebelumnya -AZT 1 minggu + NVP dosis tunggal menggunakan ARV, dan dalam 72 jam pertama; - Jika pakai EFV, ganti dgn NVP kemudian hamil atau atau PI pada trisemester I - AZT 1 minggu; -Lanjutkan dgn ARV yang sama atau selamadan sesudahpersalinan -NVP dosis tunggal 72 jam pertama 3 Odha hamil dengan indikasi - AZT/d4T + 3TC + NVP -AZT 1 minggu + NVP dosis tunggal pengobatan ARV dalam 72 jam pertama; -Hindari EFV pada trisemester I atau -Jika memungkinkan, hindari - AZT 1 minggu; ARV hingga trisemester I atau -NVP dosis tunggal 72 jam pertama 4 Odha hamil dan belum ada -AZT mulai 28 minggu + NVP -AZT 1 minggu + NVP dosis tunggal indikasipengobatan ARV dosis tunggaldi awalpersalinan dalam 72 jampertama; Regimen alternatif: -Hanya AZT mulai 28 minggu -AZT selama 1 minggu -AZT + 3TC mulai 36 minggu, -AZT selama 1 minggu selama persalinan, 1 minggu setelah kelahiran -NVP dosis tunggal di awal - NVP dosis tunggal72 jam pertama persalinan ACTG 076 Protocol Antepartum : AZT 300mg 2x/hr atau 200mg 3x/hr mg 14 sampai melahirkan