Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan tambahan fertilitas

Fertilitas
• Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata
dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.

• Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu


terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda
kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain
sebagainya
Faktor-Faktor Mempengaruhi Fertilitas

 Tahap hubungan kelamin (intercrouse)


 Tahap konsepsi (conseption)
 Tahap kehamilan (gestation)
Tahap Hubungan Kelamin (Intercrouse)

Umur memulai hubungan kelamin


 Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan
hubungan kelamin
Lamanya berstatus kawin
Abstinensi sukarela
Berpantang (abstinensi) terpaksa (misal: sakit, berpisah sementara)
Frekuensi hubungan seksual (senggama)
Tahap konsepsi (conseption)

Kesuburan (fekunditas) atau kemandulan (infekunditas) yang disebabkan hal-hal yang tidak
disengaja

Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi: Menggunakan cara-cara


mekanik dan atau bahan-bahan kimia, Menggunakan cara-cara lain.

Kesuburan (fekunditas) atau kemandulan (infekunditas) yang disebabkan hal-hal yang


disengaja (misal, sterialisasi)
Tahap Kehamilan (Gestation)

Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja


Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja
Faktor – faktor yg mempengaruhi infertilitas :

Faktor laki- laki (produksi sperma, cacat, kesulitan inseminasi) 30- 40%

Faktor ovulasi 5- 25 %
Faktor tuba atau uterus 15- 25%
Faktor serviks/ imunologik 5-10%
Faktor lainnya 10 – 25
Fertilitas Dipengaruhi Umur
Fertilitas menurun setelah usia 35 tahun (wanita) :

 Wanita 16- 20 th : 4,5 % infertil

 Wanita 35- 40 th : 31,3% infertil

 Wanita >40 th : 70% infertil


Infertilitas Disengaja
Suami:
 Coitus Interuptus
 Kondom
 Sterilisasi
Istri :
 Pantang Berkala
 Cara-cara mekanis
 Hormonal
 Sterilisasi
Infertilitas Tidak Disengaja

Suami :
 Spermatogenesis (Testis, Endokrin)
 kelainan mekanis (Sperma)
 Ketidak mampuan ejakulasi (hipospadia, epispadia, deviasi penis)
 Istri : Gangguan Ovulasi
Pemeriksaan

Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan ovulasi
Pemeriksaan lendir serviks
Pemeriksaan tuba
Pemeriksaan endometrium
1. Pemeriksaan semen dan sperma
• Analisis semen merupakan tes untuk mengukur jumlah semen dan sperma seorang pria. Semen
merupakan cairan berwarna putih kental berisi sperma yang dilepaskan saat ejakulasi. Pengumpulan
sampel sperma dapat diambil melalui masturbasi untuk kemudian dimasukan ke dalam kontainer
steril. Juga, dapat dikumpulkan selama persenggamaan dengan menggunakan kondom khusus.
• Persiapan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan ini adalah tidak melakukan aktivitas seksual yang
menyebabkan ejakulasi dalam 2-3 hari sebelum tes. Tes ini penting untuk mengevaluasi fertilitas
seorang pria. Dengan tes ini dapat ditentukan apakah permasalahannya karena gangguan produksi
sperma atau kualitas sperma yang menyebabkan infertilitas.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

Pemeriksaan sampel harus dilakukan dalam 2 jam sejak pengumpulan sampel. Semakin
cepat diperiksa, hasilnya semakin akurat.
 Koagulasi cairan (menjadi bentuk padat) dan pencairan
 Kekentalan cairan, keasaman dan kandungan gula
 Resistensi terhadap aliran (viskositas)
 Pergerakan sperma dan motilitas
 Jumlah dan struktur sperma
 Volume semen
Pada analisis semen dan sperma, hasilnya dapat disimpulkan normal apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

• Volume antara 1,5-5 mililiter tiap ejakulasi


• Jumlah sperma antara 20 sampai 150 juta sperma tiap mililiter
• Sedikitnya 60% sperma dalam bentuk normal dan menunjukan pergerakan
maju yang normal (motilitas)
Faktor Infertilitas pada wanita

Gangguan ovulasi
Kerusakan tuba yg mencegah perjalanan sperma
Faktor uterus
Penolakan lendir serviks
2. Pemeriksaan Ovulasi

Pencatatan suhu basal : setelah ovulasi suhu basal meningkat


Pemerisaan vagina smear : progesteron menimbulkan perubahan sitologis
sel- sel superfisial
Pemeriksaan lendir servik : progesteron menyebabkan lendir servik > kental
Pemeriksaan endometrium : gambaran histologis khas endometrium pd fase
sekresi
Pemeriksaan hormon estrogen : FSH, LH, estrogen, progesteron.
Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method)

• Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai


oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran
suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya.
• Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer
basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui
dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
• Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi,
suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian
tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi
masa subur/ovulasi.
• Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian
akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu
tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
• Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak
terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak
adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya,
jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa
subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel
telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
Penyebab Gangguan Ovulasi

Susunan syaraf pusa tumor, disfungsi hipotalamus, disfungsi hipofisis,


psikogen.

Faktor Intermediate : gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis


Faktor ovarial : gangguan fungsi ovarium, turner sindrom
3. Pemeriksaan Lendir serviks

Kekentalan servik
PH lendir servik
Enzim proteolitik
Jenis, dan kadar imunoglobulin
Mikroorganisme pada servik
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah

a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa


adalah lendir yang cair.

b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.

c) Enzim proteolitik.

d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.


Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
• Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan
ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal,
estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.

• Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner
Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
4. Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a) Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.

b) Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri,


bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.

c) Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.

e) Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
5. Pemeriksaan Endometrium

• Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium
tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.

• Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika


bila terjadi infeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai