Anda di halaman 1dari 57

PROSES ADAPTASI

PSIKOLOGI IBU MASA NIFAS


DAN
PROSES ADAPTASI
KELUARGA TERHADAP BAYI

Ernawati Anggraeni, SST.,MM


1. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI IBU MASA NIFAS
Fase adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Post partum Blues (Baby Blues)
Kesedihan dan duka cita

2. RESPON KELUARGA TERHADAP BAYI


 Bounding Attacment
 Respon ayah terhadap BBL
 Sibling Rivalry
Proses adaptasi ibu
post partum,
Adaptasi dimana pada saat
psikologi ini ibu akan lebih
s masa sensitive dalam
nifas segala hal, terutama
yang berkaitan
dengan dirinya serta
bayinya.
Adaptasi psikologis
merupakan
suatu proses penyesuaian, baik
secara fisik maupun psikologis dari
orang tua baru terhadap peran yang
berkaitan dengan kehadiran bayi baru
lahir (Bobak, Lowdermik dan Jansen,
1995).
 Peran bidan sangat penting dalam hal
memberi pengarahan pada keluarga tentang
kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang
dilakukan bidan pada pada ibu nifas agar
tidak terjadi perubahan psikologis yang
patologis.
 Dorongan serta perhatian anggota keluarga

lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu.


Reva Rubin (1977) Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami 3 fase
sebagai berikut:
◦ taking in
◦ taking hold
◦ letting go
1. Taking In (berlangsung hari 1-2
POSTPARTUM)
 Waktu refleksi bagi ibu-ibu cenderung pasif,
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan sehari.
 Hal ini disebabkan karena ibu mengalami ketidak
nyamanan fisik setelah persalinan, seperti nyeri
perineum, hemoroid, afterpain.
 Pada akhirnya ibu tidak mempunyai keinginan untuk
merawat bayinya.
 Ibu masih fokus pada persalinan dan merasa kagum
pada bayinya. Apakah benar bayi tersebut adalah
anaknya? Apakah persalinan telah berakhir?
 Ibu membutuhkan istirahat untuk memulihkan
kekuatan fisiknya.
 Meminta ibu untuk menceritakan pengalaman
persalinan dapat membantu ibu melewati fase ini.
2. Taking Hold 3-10 hari post partum
 Setelah melewati fase pasif, ibu memulai fase aktifnya, dimulai
dengan memenuhi kebutuhan sehari dan dapat mengambil
keputusan.
 Selama fase taking hold, ibu mulai tertarik merawat bayinya.
 Pada fase ini ibu juga dapat diberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan bayi dan mempraktekkan dengan pengawasan,
seperti menyusui dengan benar, atau menyendawakan bayi.
 Reinforcement positif dapat diberikan pada ibu supaya ibu dapat
meningkatkan kemampuannya dalam merawat bayi.
 Jika ibu mendapatkan dukungan maka Ibu tidak merasa khawatir
akan ketidak mampuannnya dalam merawat bayi.
 Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi
ibu muda atau primipara karena pada fase ini seiring dengan
terjadinya post partum blues.
3. Letting go (setelah 10 hari post partum)
 Pada fase ketiga, ibu mulai mendefinisikan

kembali perannya. Ibu mulai melepaskan


perannya yang dulu, dari mempersiapkan
kelahiran, menjadi ibu yang memiliki anak.
Ibu menerima anak tanpa membandingkan
dengan harapan terhadap anak pada saat
menanti kelahiran.
 Ibu yang berhasil melewati fase ini akan

mudah melakukan peran barunya sebagai


seorang ibu
Adaptasi lain yang secara psikologis
dialami oleh ibu post partum
1. Abandonment
 Perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat
setelah persalinan, sebagai pusat perhatian semua
orang menanyakan keadaan dan kesehatannya.
 Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di
sekitar mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada
bayi.
 Saat pulang ke rumah, ayah akan merasakan hal yang
sama dengan ibu, karena istri akan lebih fokus pada
bayi.
 Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu
secara bersamaan, bagaimanapun juga peran orang tua
adalah sama dalam perawatan bayi. Melakukan
perawatan bayi secara bersamaan akan membantu
orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan
bayi.
2. Disappointment
Perasaan kecewa terhadap kondisi bayi
karena tidak sesuai yang diharapkan
saat hamil. Orang tua yang
menginginkan bayi yang putih,
berambut keriting, dan selalu
tersenyum akan merasa kecewa ketika
mendapati bayinya berkulit gelap,
berambut tipis dan menangis terus.
 Bidan harus membantu orang tua
untuk dapat menerima bayinya, dengan
menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi,
seperti, sehat, mata yang bersinar dan
kondisi yang lengkap tanpa cacat.
Post partum Blues (Baby Blues)
 80% wanita post partum
mengalami perasaan sedih
yang tidak mengetahui
alasan mengapa sedih. Ibu
sering menangis dan lebih
sensitif. Post partum blues
juga dikenal sebagai baby
blues. Kejadian ini dapat
disebabkan karena
penurunan kadar estrogen
dan progesteron.
 Gejala PPD ringan termasuk kesedihan,
kecemasan, selalu menangis bercucuran
air mata, dan kesulitan tidur.
 Postpartum blues pada umumnya
terjadi sekitar hari ke 3 hingga ke 5
post partum dan hilang 10-12 hari
setelah melahirkan.
 Biasanya satu-satunya pengobatan yang
dibutuhkan adalah kepastian dan
bantuan pekerjaan rumah tangga serta
mengurus bayi. Sekitar 20% dari wanita
yang memiliki baby blues akan
mengalami depresi yang lebih lama.
 Penting diketahui dokter jika
mengalami sindrom “blues”yang
berlangsung lebih dari dua minggu.
 Apa sajakah gejala depresi postpartum (baby blue
syndrome)?
Gejala depresi postpartum (PDD) dapat dibagi
menjadi tiga kategori:
 Blues Postpartum(“baby blues”): Sangat pendek

durasinya, mungkin tidak memerlukan pengobatan


formal tetapi perawatan suportif saja.
 Depresi Postpartum: Berlangsung lebih lama, lebih

melemahkan, dan membutuhkan perawatan medis.


 Psikosis Postpartum: bentuk paling parah,

memerlukan perawatan kejiwaan agresif karena


sudah timbul halusinasi dan gejala psikosis lainnya
 Penyebab Blues Postpartum (“baby blues”)
yang menonjol adalah :
 Kekecewaan emosional yaitu ketakutan yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan
dan persalinan.
 Rasa sakit pada masa nifas.
 Kelelahan karena kurang tidur selama
persalinan.
 Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi
setelah pulang dari rumah sakit.
 Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
Ada banyak kemungkinan gejala depresi
postpartum, termasuk berikut:

 Sulit tidur atau malah tidur lebih banyak dari


biasanya
 Perubahan nafsu makan
 Kekhawatiran ekstrim dan khawatir tentang bayi
atau kurangnya minat atau perasaan untuk bayi
 Merasa tidak mampu mencintai bayi atau
keluarga
 Kemarahan terhadap bayi, pasangan, atau
anggota keluarga lainnya
 Kecemasan atau serangan panik
 Takut takut ditinggal sendirian di rumah dengan bayi.
 Kesedihan atau menangis berlebihan
 Kesulitan berkonsentrasi atau mengingat
 Perasaan ragu, rasa bersalah, tak berdaya, putus asa, atau
gelisah
 Letargi atau kelelahan ekstrim
 Kehilangan minat pada hobi atau kegiatan biasa lainnya
 Perubahan suasana hati yang berlebihan dan terendah
 Merasa mati secara emosional
 Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki
 Sesak napas
 Terlalu sering ke dokter anak dengan ketidakmampuan
untuk diyakinkan
 Pikiran berulang tentang kematian, yang dapat mencakup
berpikir tentang atau bahkan berencana bunuh diri
 pikiran obsesif-kompulsif dan perilaku yang mengganggu
 Panggil dokter jika:
Jika memiliki gejala atau tanda-tanda depresi yang telah
berlangsung lebih dari dua minggu setelah melahirkan atau
justru dimulai dua bulan setelah melahirkan.
 Cari bantuan darurat jika memiliki salah satu dari gejala berikut:

◦ halusinasi dan delusi tentang diri Anda atau bayi Anda; jangan menunggu,
ini darurat.
◦ Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi; ini juga hal yang darurat dan
membutuhkan bantuan segera.

PERINGATAN:
 Pikiran atau upaya untuk bunuh diri (niat atau usaha untuk

membunuh diri sendiri) dan pikiran atau upaya membunuh (niat


atau mencoba untuk membunuh orang lain) merupakan risiko
yang sangat serius dan nyata dari depresi postpartum.
 Gejala-gejala ini bukan mitos atau khayalan semata, dan

beberapa kasus telah dipublikasikan dengan baik secara medis.


Cari perawatan medis segera jika ibu memiliki pikiran untuk
bunuh diri atau membunuh.
 Bagaimana mencegah depresi postpartum?
Karena depresi postpartum (PPD) mungkin terkait
dengan fluktuasi hormon setelah melahirkan,
pencegahan tidak mungkin dilakukan.
 Namun, beberapa pendekatan dapat membantu
menjaga terhadap kondisi tersebut. Salah satu hal
terbaik untuk dilakukan adalah belajar sebanyak
mungkin tentang apa yang diharapkan secara fisik
dan psikologis selama kehamilan, persalinan, dana
pengasuhan anak.
 Ini dapat membantu Anda mengembangkan harapan
yang realistis untuk diri sendiri dan bayi Anda.
 Ambil kelas ibu hamil dan bersosialisasi dengan
wanita hamil lainnya dan ibu baru tentang
pengalaman mereka.
 Wanita yang memiliki riwayat depresi mungkin
berisiko lebih tinggi untuk mengalami PPD, dan
wanita yang mengalami depresi sebelum atau
selama kehamilan mungkin mengalami gejala yang
sama setelah melahirkan.
 Setelah ibu melahirkan, dapatkan bantuan dari

teman dan keluarga, tapi batasi juga bantuan itu


agar ibu memiliki waktu untuk mengasuh anak
sendiri juga.
 Jangan terlalu khawatir dengan tugas-tugas yang

tidak benar-benar harus dilakukan.


 Seringlah tidur siang untuk tetap beristirahat,
 Makan makanan sehat
 Mendapatkan berolahraga yang cukup.
 Penanganannya antara lain :
◦ Komunikasikan segala hal yang ingin diungkapkan
◦ Bicarakan rasa cemas yang dialami
◦ Bersikap tulus iklas dan menerima peran baru setelah melahirkan
◦ Bersikap fleksibel tidak perlu perfecsionis dalam mengurus bayi atau
rumah tangga
◦ Belajar tenang dengan menarik napas panjang dengan meditasi
◦ Kebutuhan istirahat yang cukup, tidurlah ketika bayi cukup
◦ Berolahraga ringan
◦ Bergabunglah dengan kelompok ibu-ibu baru
◦ Dukungan tenaga kesehatan
◦ Dukungan suami, keluarga dan teman sesama ibu
◦ Konsultasikan kepada dokter yang profesional agar dapat
meminimalisirkan faktor resiko laninnya dan membantu pengawasan.
Kesedihan dan duka cita
 Kesedihan adalah respon psikologi yg merugikan.
Kehamilan diharapkan pd akhirnya akan
mendatangkan kebahagiaan. Tetapi yang terjadi
harus melewati segala macam perubahan, rasa tidak
nyaman dan rasa nyeri untuk mencapai akhir dan
ketika segala penderitaan ini berakhir,
mengharapkan membawa pulang seorang bayi yang
sehat dan cantik. Namun yg terjadi tidak selalu
demikian.
 Jika kehilangan bayi karena keguguran, meninggal,

atau meninggal setelah lahir, akan masuk kesaat-


saat tersulit dalam hidupnya.
Ada 2 hal yang perlu diketahui mengenai
kesedihan
1. Individual, ibu dan ayah dan setiap teman
atau anggota keluarga sedih karena kejadian
yg dialami ibu, akan berduka cita dengan cara
mereka sendiri.
2. Tidak dapat diramalkan.
Tingkat kesedihan ada 3 yaitu :
1. Shock
2. Penderitaan
3. Keputusan
Ada dua macam perawatan depresi
1. Terapi bicara : sesi bicara dengan terapis, psikolog
atau pekerja sosial untuk mengubah apa yg difikir,
rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita
depresi.
2. Obat medis: obat anti depresan yg diresepkan oleh
dokter. Sebelum mengkonsumsi obat anti depresi,
sebaiknya didiskusikan benar obat mana yg tepat
dan aman bagi bayi untuk dikomsumsi oleh ibu
hamil atau ibu menyusui
PROSES ADAPTASI KELUARGA
TERHADAP BAYINYA DAN PROSES
BOUNDING ATTACMENT SETELAH
KELAHIRAN BAYI:
 Tanggung jawab terhadap peran baru
 Sikap terhadap adanya peran baru
 Penyesuaian hubungan dengan anggota
keluarga yang lain
 Secara biologik adaptasi ini dimulai sejak
pertemuan ovum dan sperma
 Pada periode pranatal ibu merupakan orang
utama yang memfasilitasi terciptanya
lingkungan sehingga janin dapat tumbuh
dan berkembang
 Proses parenting akan menyokong
kematangan seseorang
 Melibatkan semua unsur dalam keluarga
Menurut Steele and Pollack (1968) proses
menjadi orang tua mencakup:
1. Cognitif- motorik skill
 Berkaitan dengan perawatan bayi seperti
menyusui, menggendong, memakaikan
baju dll.
 Kemampuan tersebut tidak timbul secara
otomatis
 Dipengaruhi oleh budaya dan pengalaman
individu, sehingga beberapa ortu perlu
belajar bagaimana pelaksanaan tugas
perawatan bayi kepada: teman, nenek,
baca buku tetangga, perawat dll.
2. Cognitif – afektif skiil
 Merupakan komponen Psikologik baik ayah
–ibu sebagai dasar menjadi ortu
 Aspek kecintaan, menerima figur orang tua
mencakup sikap kehalusan, kelembutan,
kesadaran dan perhatian terhadap
kebutuhan bayi
 Berpengaruh terhadap lingkungan bayi
PARENTAL ATTACHMENT ( KASIH SAYANG )

 Dimulai selama kehamilan, bersifat terus


menerus konstan dan konsisten
 Mercer (1982) Menjelaskan lima pre
kondisi yang mempengaruhi kasih
sayang yaitu:
1. Kesehatan mental, emosi orang tua
( termasuk kemampuan percaya terhadap
orang lain)
2. Sistem suport dari lingkungan sosial,
teman ortu
3. Kemampuan berkomunikasi dan merawat
bayi
4. Pendekatan dan kedekatan ortu terhadap
bayi
5. Kecocokan ortu bayi (status bayi,
temperamen dan sex)
SENSUAL RESPON (RESPON MEMBERI KEPUASAN)

1. Touch (raba )
Digunakan secara meluas oleh orang tua atau
pengasuh sebagai cara untuk mengenal
dengan bayi sebagai anggota baru
- jari- jari  merupakan alat raba yang
sensitif
2. Eye to eye contack
Membantu perkembangan awal-
membentuk saling percaya
3. Suara( Voice)
Orang tua – bayi saling mengenal melalui
suara
4. Bau ( odor )
Ibu berkomentar terhadap bau bayinya
yang unik . Bayi belajar mengenal bau ibu
terutama terhadap bau asi.
KONTAK AWAL:

 Sangat penting di dalam perkembangan


hubungan di masa yang akan datang
 Segera dilakukan pada jam- jam pertama
sesudah kelahiran
 Keuntungan: - bagi ibu: meningkatkan
kadar prolaktin dan oksitosin
 Pada bayi: mempercepat reflek menghisap
Bounding Attachment

Pengertian Bounding Attachment


 Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi

secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada


beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
 Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi
sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah
lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang
meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan
fisik yang akrab.
 Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah
 untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh
ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah
interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu.
 Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan
antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment:
pencurahan kasih sayang di antara individu.
 Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara
orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan
pertama.
 Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan

suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi


lahir.
 Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau

membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang


dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam
hubungan orang tua dan bayi.
 Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih

sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.


 Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung

antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala


III sampai dengan post partum.
 Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
Tahap-Tahap Bounding Attachment

 Perkenalan (acquaintance), dengan
melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.
 Bounding (keterikatan)
 Attachment, perasaan sayang
yang mengikat individu dengan
individu lain. Menurut Klaus,
Kenell (1982), bagian penting dari
ikatan ialah perkenalan.
Elemen-Elemen Bounding Attachment
 Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai
secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir
dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan
ujung jarinya.
 Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara
fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua
dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan,
dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
 Suara – Saling mendengar dan merespon suara antara
orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
 Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak
memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry,
1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
 Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa.
Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.
Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif
kepada orang tua dan menegakkan suatu pola 
komunikasi efektif yang positif.
 Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru
lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas
bayi baru lahir ialah membentuk ritme
personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif. Hal
ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan
kesempatan bayi untuk belajar.
 Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada
beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
 Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.

 Reflek menghisap dilakukan dini.


 Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

 Mempercepat proses ikatan antara orang tua


dan anak (body warmth (kehangatan tubuh);
waktu pemberian kasih sayang; stimulasi
hormonal).
Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
 Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
 Sentuhan orang tua pertama kali.
 Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
 Kesehatan emosional orang tua.
 Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
 Persiapan PNC sebelumnya.
 Adaptasi.
 Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
 Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa
nyaman.
 Fasilitas untuk kontak lebih lama.
 Penekanan pada hal-hal positif.
 Perawat maternitas khusus (bidan).
 Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.
 Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
Keuntungan Bounding Attachment

 Bayi merasa dicintai, diperhatikan,


mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
 Bayi merasa aman, berani mengadakan

eksplorasi.
Hambatan Bounding Attachment

 Kurangnya support sistem.


 Ibu dengan resiko (ibu sakit).

 Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit,

bayi dengan cacat fisik).


 Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Respon ayah terhadap BBL
A. Kecemburuan
B. Gembira dan penuh kasih sayang
C. Tidak menerima
a. Kecemburuan
Kadang-kadang pria jadi cemburu terhadap
hubungan antara pasangan dengan anak
mereka sendiri. Pria merasa disingkirkan.
b. Gembira dan penuh kasih sayang
- Bayi yang dilahirkan dalam keadaan
sehat/ tidak cacat
- Sesuai yang diingini.
c. Tidak menerima karena:
- Jenis kelamin tidak sesuai dengan yang
diinginkan
- Anak yang dilahirkan dalam keadaan
tidak sehat
- Perekonomian keluarga kurang
Sibling Rivalry
 Pengertian Sibling Rivalry
 Kamus kedokteran Dorland ( Suherni, 2008 ) : sibling ( anglo-

saxon sib dan ling bentuk kecil ) anak-anak dari orang tua
yang sama, seorang saudara laki-laki atau perempuan,
disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau
antagonisme.
 Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung

untuk mendapatkan cinta kasih, dan perhatian dari satu atau


kedua orang tua atau untuk mendapatkankan pengakuan
atau suatu yang lebih ( Suherni, 2009 ).
 Faktor penyebap terjadinya sibling rivalry, antara lain : Rasa

cemburu antara anak dalam keluarga, Usia anak,


Pengetahuan orangtua terhadap anak, Urutan kelahiran, Jarak
usia anak , Jenis kelamin anak Sifat dan egoisme anak.
Persaingan cemburu antara saudara
 Toddler membutuhkan kejelasan dan
gambaran tentang BBL
 Pindah kamar di tempat tidur yang
dilakukan secara dini
 Rutinitas akan tetap berjalan seperti biasa.
Mis : jalan-jalan, membaca cerita
 Toddler (1-3 tahun) membutuhkan
penjelasan sederhana tentang persalinan.
Perilaku Sibling Rivalry
 Reaksi yang paling kuat saat anak mengalami

sibling rivalry adalah cemburu dan benci. Rasa


cemburu bisa menimbulkan beberapa hal yang bisa
muncul sesekali antara lain : Kemunduran tingkah
laku ke tahap sebelumnya, Antisosial, Cari
perhatian, Melawan, Cengeng, dan Penolakan.
 Terdapat dua macam reaksi sibling rivalry adalah

secara langsung yaitu biasanya berupa perilaku


agresif seperti memukul, mencubit, atau bahkan
menendang. Reaksi yang lainnya adalah yang sulit
dikenali yaitu reaksi tidak langsung seperti
munculnya kenakalan, rewel, mengompol atau
pura-pura sakit ( Hurlock, 2002 )
Ciri-ciri
 Mendorong bayi dari pangkuan ibunya
 Menjauhkan botol susu atau payudara ibunya dari

mulut bayi.
 Tergantung pada botol susu.
 Mengompol BAB di celana
 Ingin selalu dimandikan atau disuapi
 Marah/ merengek
 Berbohong
 Memukul bayi
Penyebab Sibling Rivalry
 Hasil penelitian (Ayu,dkk 2013) faktor yang

mempengaruhi sibling rivalry yaitu:
 Perbedaan usia yang dekat antara kakak dan adik

 Pemutusan ASI secara mendadak

 Kesibukan orang tua

 Kurangnya persiapan yang diberikan dalam

menghadapi datangnya adik oleh kedua orang tuanya


 Pola asuh yang over protective

 Perilaku spesial dari orang tua

 Karakter anak

 Menurut Boyle (Priatna&Yulia:2006: 7) Terdapat

berbagai macam reaksi sibling rivalry yaitu reaksi


positif dan negatif.
Segi Negatif Sibling Rivalry
 Perilaku agresif seperti memukul, mencubit, melukai

adiknya, dll
 Merasa kurang percaya diri karena selalu

dibandingkan dan kurang diperhatian


 Pendendam dan mudah tersinggung.

Segi Positif Sibling Rivalry


 Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan

mengembangkan beberapa keterampilan penting.


 Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.

 Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

 Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat

dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.


Dampak Sibling Rivalry
Sibling rivalry yang tidak di atasi pada masa awal anak-anak dapat
menimbulkan delayed effect, yaitu dimana pola perilaku tersimpan di
bagian alam bawah sadar pada usia 12 tahun hingga 18 tahun dan
dapat muncul kembali bertahun-tahun kemudian dalam berbagai
bentuk dan perilaku psikologikal yang merusak (Boyle:2004: 8).
 Menurut (Ayu,dkk 2013) dampak Sibling rivalry pada anak usia dini

ada 3 yaitu dampak yang pada diri sendiri, sodara dan orang lain.
 Dampak sibling rivalry pada diri sendiri misalnya adanya tingkah laku

regresi, self efficacy rendah sedangkan sibling rivalry terhadap


saudara yaitu agresi, tidak mau berbagi dengan saudara, tidak mau
membantu saudara dan mengadukan saudara.
 Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak kepada

saudara, sibling rivalry juga berdampak pada orang lain. Ketika pola


hubungan antara anak dan saudara kandungnya tidak baik maka
sering terjadi pola hubungan yang tidak baik tersebut akan dibawa
anak kepada pola hubungan sosial diluar rumah
Cara Mengatasi Sibling Rivalry

 Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua


untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak
dapat bergaul dengan baik, antara lain:
 Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
 Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka

sendiri.
 Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
 Membuat anak-anak mampu bekerja sama

daripada bersaing antara satu sama lain.


 Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain

ketika konflik biasa terjadi.


 Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk
mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
 Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain
berbeda.
 Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi
semua orang.
 Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan
kebebasan mereka sendiri.
 Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat
tanda-tanda akan kekerasan fisik.
 Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak
menyalahkan satu sama lain.
 Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai