Anda di halaman 1dari 50

MODUL PERKULIAHAN

FISIOLOGI KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN NIFAS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) SYEDZA SAINTIKA


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

serta nikmat kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan

dan NifasMahasiswa Prodi S1 Kebidanan STIKES Syedza Saintika Padang T.A 2019/2020.

Tujuan pembuatan Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas ini agar mahasiswa

dapat belajar secara manduru tanpa arahan atau bimbingan dosen. Ini menunjukkan bahwa modul dapat

digunakan untuk pembelajaran meskipun tidak ada pengajar. Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan

dan Nifas ini didesain sendiri dengan memperhatikan komponen-komponen yang tersusun secara sistematis

dalam sebuah model pembelajaran.

Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas ini tidak terlepas dari bantuan dan

sumbang pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan kami untuk mengucapka terima kasih

kepada :

1. Bapak Drs. H. Hasrinal, A. Md. Kep, MM, Ketua STIKES Syedza Saintika Padang.

2. Ibu Fenny Fernando,M.Keb, Ketua Program Studi S1 Kebidanan STIKES Syedza Saintika Padang.

3. Bapak/ Ibu Dosen pengajar pada Program Studi S1 Kebidanan STIKES Syedza Saintika Padang.

4. Seluruh staf STIKES Syedza Saintika Padang yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Modul

Perkuliahan ini.

Kami menyadari Modul Perkuliahan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun kami berharap dengan

kekuranfgan tersebut tidak mengurangi makna dan tujuan dari modul ini, dan kritik serta saran dari berbagai

pihak yang terkait sangat kami harapkan, sehingga dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan

bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata hanya kepada-Nya lah kita semua kembali, semoga kita semua mendapatkan karunia dan

ridho dari-Nya sehingga menjadi cendikiawan yang berguna, Amin.

Padang, September 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

PENDAHULUAN

KEGIATAN BELAJAR 1 : Perubahan Anatomi Fisiologi Ibu Hamil

KEGIATAN BELAJAR 2 : Perubahan Anatomi Fisiologi Ibu Bersalin

KEGIATAN BELAJAR 3 : Mekanisme Persalinan

KEGIATAN BELAJAR 4 : Perubahan Anatomi Fisiologi Ibu NIfas

KEGIATAN BELAJAR 5 : Perubahan Anatomi Fisiologi Bayi Baru Lahir

KEGIATAN BELAJAR 6 : Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

DAFTAR PUSTAKA
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Petunjuk untuk Dosen


1. Bimbinglah mahasiswa dalam melaksanakan proses perkuliahan
2. Bimbinglah mahasiswa dalam memahami konsep materi pada setip kegiatan belajar yang
disajikan dalam modul
3. Bimbinglah mahasiswa dalam melaksanakan tugas-tugas latihan yang ada dalam modul
4. Pandulah mahasiswa dalam memahami konsep dari prosedur kerja
5. Laksanakan evaluasi terhadap kemajuan belajar mahasiswa dan berikanlah reward pada
mahasiswa yang memahami konsep materi pada modul dan latihan/evaluasi dengan baik

B. Petunjuk untuk Mahasiswa


1. Bacalah dengan seksama kompetensi yang harus dicapai dan tujuan yang tertera dalam modul
2. Perhatikan dan pahamilah konsep materi yang disajikan pada modul
3. Lengkapilah latihan yang terdapat dalam lembar kerja mahasiswa untuk memahami konsep
yang ada dalam materi
4. Kerjakanlah tugas-tugas yang diberikan dosen dengan baik
5. Apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi yang ada dalam modul ini, silakan
diskusikan dengan teman atau dosen mata kuliah
PENDAHULUAN
Deskripsi mata kuliah

Mata kuliah ini


memberikan kemampuan
kepada mahasiswa untuk
mengidentifikasi tentangadaptasi
anatomi dan fisiologi dalam masa kehamilan, dalam masa persalinan, mekanisme persalinan, dan adaptasi pada
masa nifas, serta adaptasi dan fiisologi pada masa bayi baru lahir yang meliputi :adaptasi di setiap sistem tubuh,
hormon yang berpengaruh pada persalinan, mekanisme persalinan dengan versi kepala janin, perubahan sistem
reproduksi pada masa nifas serta asuhan segera bayi baru lahir. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan
pendekatan kompetensi dasar dan menggunakan metode ceramah, diskusi, penugasan dan praktik laboratorium.
.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentangadaptasi anatomi dan fisiologi dalam masa


kehamilan, dalam masa persalinan dan nifas.

Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi dalam kehamilan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi dalam persalinan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang mekanisme persalinan
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi dalam nifas
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi bayi baru lahir
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan segera bayi baru lahir
KEGIATAN BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR 1

PERUBAHAN ANATOMI FISIOLOGI IBU HAMIL

PERUBAHAN ANATOMI FISIOLOGI TRIMESTER I II DAN III

Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil yang meliputi Sistem
Reproduksi, Payudara, Sistem Endokrin, Sistem Kekebalan dan Sistem Perkemihan.
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil sebagian besar sudah terjadi segera
setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respon terhadap janin. Ibu hamil mengalami perubahan anatomi dan adaptasi
fisiologi, pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai
dengan trimester III kehamilan. Perubahan-perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan
sistem reproduksi, payudara, system endokrin, system kekebalan, dan system perkemihan.
Perubahan yang terjadi selama kehamilan tersebut akan kembali seperti ke keadaan sebelum
hamil,setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
 
SISTEM REPRODUKSI
a. Trimester I
1. Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara
produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi
akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama
tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.
Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan
bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir kehamilan ketebalanya hanya
sekitar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon
esterogen dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal
kehamilan tuba fallopi, ovarium,dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah
apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan
uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana
bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat
dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata.
Fenomena ini dikenal dengan tanda piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya
seperti buah alvokat. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan
korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12
minggu.
Istimus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri
yang mengakibatkan ithmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan
tanda Hegar. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding
abdominal mendorong usus seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh
dinding abdominal mendorong usus kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga
hampir menyentuh hati. Sejak trimester I kehamillan uterus akan mengalami kontraksi
yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
2. Serviks
Serviks menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak
jaringan ikat yang mengandung kolagen, kelenjar servikal membesar dan
mengeluarkan banyak cairan mukus karna pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda Chadwick
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progeteron dlam jumlah yang relatif minimal.
4. Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan
kebiruan (tanda chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5
menyebabkan rentan terhadap infeksi vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan
elemen epitel pada sel-sel vagina akibat stimulasi estrogen membentuk rabas vagina
disebut leukore (keputihan). Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya
distensi selama persalinan dengan produksi mukosa vagina yang tebal, jarinagn ikat
longar, hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina.
b. Trimester II
1. Uterus
Bentuk uterus pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat sedangkan pada akhir
kehamilan berbentuk bujur telur. Pada kehamilan lima bulan,rahim teraba seperti berisi
cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis. Posisi rahim antara lain:
1. Pada empat bulan kehamilan, rahim tetap berada pada rongga pelvis.
2. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai
batas hati.
3. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau
kiri
Pada kehamilan 16 minggu,kavum uteri seluruh nya di isi oleh amion dimana
desidua kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi TFU terletak
antara pertengahan simpisis pusat. Plansenta telah terbentuk seluruh nya. Pada kehamilan
20 minggu, TFU terletak 2-3 jari di bawa pusat. Pada kehamilan 24 minggu, TFU terletak
setinggi pusat.
2. Serviks
Serviks bertambah dan menjadi lunak (soft) yang di sebut dengan tanda Gooldell.
Kelenjar endoserfikal membesar dan mengeluarkan cairan mukus. Oleh karna
pertumbuhan dan pelebaran pembulu darah, warna nya menjadi lipid yang di sebut tanda
Chandwick.
3. Ovarium
Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuk
nya plasenta yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron ( kira-kira
pada kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdiameter kurang lebih 3
cm).
4. Vagina dan vulva
Terjadi peningkatan vaskularisasi vagina dan peningkatan sensitifitas yang
menyolok,serta meningkatkan libido.

c. Trimester III
1. Uterus
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram-1000 gram pada akhir kehamilan
empat puluh minggu. Pada kehamilan 28 minggu, TFU (Tinggi Fundus Uteri) terletak 2-3
jari diatas pusat, Pada kehamilan 36 minggu tinggi TFU satu jari dibawah Prosesus
xifoideus. Dan pada kehamilan 40 minggu,TFU berada tiga jari dibawah Prosesus
xifoideus. Pada trimester III , istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada
kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi lebih
lebar dan tipis (tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding
uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR.
2. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat
yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit
mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter,
sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus
uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah . Sesudah partus, serviks akan
tampak berlipat-lipat dan tidak menutup seperti spinkter.
Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan
tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan
kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih
banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan
keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu prostaglandin
bekerja pada serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks
menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
3. Ovarium
Ovulasi terhenti, fungsi pengeluaran hormon estrogen dan progesteron di ambil
alih oleh plasenta.
4. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh esterogen.akibat dari
hipervaskularisi,vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada
vagina atau portio serviks di sebut tanda chadwick.

PAYUDARA
1. Trimester I
Payudara (mamae) akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi sistem saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada
mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktralbumun
dan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu
dibawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-
alveolus,sehingga mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih
tegang dan tambah lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
Hipertropi kelenjar sebasea (lemak) yang mungul diareola primer dan disebut tuberkel
Montgomery. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola
mammae.
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai
timbul sejak minggu keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin
hamil. Sensivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam.
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh
darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan
jaringan biru dibawah permukaan kulit. Kongsti vena di payudara lebih jelas terlihat pada
primigravida. Striae dapat terlihat dibagian luar payudara.
2. Trimester II
Kolostrum mulai muncul, warnanya bening kekuning-kuningan. Pertumbuhan
payudara pun lebih besar lagi karena diperngaruhi oleh kelenjar mamae, dan berakhir
pada usia kehamilan 20 minggu.
3. Trimester III
Mammae semakin tegang dan membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat
pengaruh somatotropin, estrogen dan progesteron.Pada payudara wanita terdapat striae
karena adanya peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 % wanita hamil. Selama
trimester ini pula sebagian wanita mengeluarkan kolostrum secara periodik.

 
SISTEM ENDOKRIN
1. Trimester I
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum
(nifas). Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48
jam sampai kehamilan 6 minggu. Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan
terutama akibat produksi estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormone-hormon
yang dikeluarkan oleh janin. Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan
( dan trimester I sampai trimester III).
1. Estrogen
Produksi estrogen plaseenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan
kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
2. Progesteron
Produksi progesterone bahkan lebih banyak dibandingkan estrogen. Pada akhir kehamilan
produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone menyebabakan tonus otot polos
menurun dan juga diuresis. Progesterone menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan
sub kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan enrgi
baik pada masa hamil maupun menyusui.
3. Human chorionic gonadotropin (HCG)
Hormone ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan da merupakan dasar tes
khamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi.fungsi
utamanya adalah mempertahankan korpus luteim.
4. Human placental lactogen (HPL).
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari.
Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik,sehingga
kebutuhan insulin wanita hamil naik.
5. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan karena ditekan oleh
estrogen dan progesterone plasenta.
6. Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi estrogen.sekresi air susu
sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target organ.
7. Growth hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
8. TSH,ACTH, dan MSH
Hormone-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
9. Titoksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Tetapi T4 bebas
relative tetap, karena thyroid binding globulin meninggi, sebagai akibat tingginya
estrogen, dan juga merupakan akibat hyperplasia jaringan glandular dan prningkatan
vaskularisasi. Tiroksin mengatur metabolisme.
10. Aldosteron, Renin dan angiotensin
Hormone ini naik, yang menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
11. Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesterone dan HPL.
12. Parathormon
Hormone ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan.

2. Trimester II
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterone serta terhambatnya
pembentukan FSH dan LH. Ovum tidak terbentuk tetapi estrogen & progesteron yang
terbentuk. Ovulasi akan terjadi peningkatan sampai kadar relatif rendah.
1. Sekresi hipofisis, kelenjar hipofisis anterior membesar sedikikitnya 50% selama
kehamilan & meningkat kortikotropin tirotropin & prolaktin.
2. Sekresi kortikosteroid,meningkat selama kehamilan untuk membeantu mobilisasi
asam amino dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk sintesis jaringan janin.
3. Sekresi kelenjar tiroid, membesar sekitar 50% dan meningkat produksi tiroksin yang
sesuai dengan Pembesaran tersebut.
4. Sekresi kelejar paratiroid, membesar selama kehamilan terjadi bila ibu mengelamai
defisiensi Ca / kalsium dalam makanannya. Karna janin akan mengunakan Ca ibu
untuk pembentukan tulangnya sendiri.
5. Sekresi relaksin oleh ovarium. Agak diragukan fungsi nya karna mempunyai efek
perlunakan servik ibu hamil pada saat persalinan dan penghambatan mortilitas uterus.
3. Trimester III
Hormon Somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang mammae
semakin membesar dan meregang, untuk persiapan laktasi.

SISTEM KEKEBALAN
1. Trimester I
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin dalam kehamilan tidak berubah.
2. Trimester II
Janin sebenarnya merupakan benda asing bagi ibunya karena hasil pertemuan dua
gamet yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem imunitas tubuh, hal
ini merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran jelas tentang mekanisme sebenarnya
yang berlangsung pada tubuh ibu hamil. Imunologi dalam janin kebanyakan dari ibu ke janin
sekitar 16 mgg kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah, tetapi sebagian
besar lagi diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
3. Trimester III
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita hamil. Selain
itu, kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan, hingga
mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga trimester
terakhir. Perubahan –perubahan ini dapat menjelaskan penigkatan risiko infeksi yang tidak
masuk akal pada wanita hamil.

SISTEM PERKEMIHAN
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju
filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus
dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus
mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga
mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,
panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada
posisi rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil
berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga
dengan volume darah ginjal.
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar
dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia
kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama,
pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun
kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain
itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis
kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di
sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume
yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.

a.LATIHAN DAN SOAL


Ny T mengalami keluhan-keluhan pada saat kehamilannya. Pada bulan awal-awal, Ny T
mengalami keadaan yang tidak enak seperti mual, muntah, dan sering buang air kecil. Pada
bulan-bulan pertengahan, Ny T mengalami pertambahan berat badan yang begitu cepat dan
drastis, dan frekuensi berkemih semakin meningkat dengan semakin membesarnya perut dan
payudara.
Pada akhir-akhir kehamilannya, Ny T melihat perubahan- perubahan di tubuhnya khususnya
pada bagian perut tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis.

Analisis Kasus
Keluhan-keluhan yang di alami oleh Ny T di sebabkan karena perubahan anatomi dan
fisiologi pada sistem-sistem pada tubuh yakni sistem reproduksi, payudara, system
perkemihan dan system endokrin. Mual, muntah yang di alami oleh Ny T akibat kadar
hormon estrogen yang meningkat sehingga tonus otot-otot traktus digestivus menurun,
sehingga morbilitas seluruh taktus digestivusi juga kurang.
Bila organ lain seperti perut mengalami pembesaran maka organ lain akan mengalami
tekanan jadi tidak jarang dengan semakin besarnya perut akan mengalami gangguan
perkemihan dengan sering buang air kecil.Berat badan meningkat merupakan hal yang
lumrah untuk menyesuaikan keadaan otot-otot yang semakin melebar agar bisa menahan
berat si bayi, sedangkan payudara membesar untuk mempersiapkan ASI bagi bayi.
Pada bagian perut tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis dikarenakan adanya kontraksi otot-otot bagian atas uterus yang
menyebabkan segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan tipis.

.
KEGIATAN BELAJAR 2

PERUBAHAN ANATOMI FISIOLOGI IBU BERSALIN

Persalinan Kala II
1. Perubahan Fisiologis
a. Sifat kontraksi otot Rahim
 Setelah kontraksi, otot rahim tidak berelaksasi kembali seperti keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi, yang disebut retraksi. Dengan retraksi, ukuran rongga rahim akan
mengecil dan janin secara perlahan akan berangsur di dorong ke bawah dan tidak
naik lagi ke atas setelah his hilang.
 Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.
Sebagian dari isi rahim yang keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR
makin mengecil, sedangkan SBR makin teregang dan makin tipis, dan isi rahim
pindah ke SBR sedikit demi sedikit.
b. Perubahan bentuk rahim
 Adanya kontraksi mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah panjang,
sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.
 Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang berkurang, rahim
bertambah panjang. Hal ini merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.
c. Igamentum rotundum
Mengandung otot-otot polos dan jika uterus berkontraksi, otot-otot ini ikut
berkontraksi sehingga igamentum rotundum menjadi pendek.
d. Perubahan pada serviks
Agar janin dapat keluar dari rahim, maka perlu terjadi pembukaan dari serviks
Pembukaan serviks biasanya di dahului oleh pendataran dari serviks.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan serviks :


 Otot serviks menarik pada pinggir ostium
 Waktu kontraksi semen bawah rahim dan serviks teregang oleh isi rahim
terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks
 Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat di atas canalis cervicalis
ialah yang disebut ketuban
e. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
 Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina.
 Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul di timbulkan
oleh bagian depan anak. Oleh karena bagian depan yang maju tersebut, dasar
panggul teregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. Pada kepala sampai
di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas.
 Dari luar, pereganagan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol
dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
f. Perubahan fisik lain yang mengalami perubahan
1) Perubahan system reproduksi
Kontraksi uterus pada prsalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi
otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi keseimbangan
antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
estrogen dan progesterone menurun kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga
menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan
intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin
kuat seiring kemajuan persalinan.
2) Perubahan tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20
mmHg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring, perubahan
tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat
semakin meningkatkan tekanan darah.
3) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan
ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan aktivitas metabolic terlihat dari
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, denyut jantung dan cairan yang hilang.
4) Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Perubahan suhu dianggap normal bila peningkatan metabolism selama
persalinan.
5) Perubahan denyut nadi
Perubahan yag mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan,
penurunan selama titik puncak sampi frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi di
antara kontraksi dan pningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di
antara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita
berada pada posisi miring bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit
lebih meningkat dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolism yang terjadi selama persalinan.
6) Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan
metabolism yang terjadi. Hiperventelasi yang menunjang adalah temuan abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing).
7) Perubahan pada ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih
lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus
dan aliran plasma ginjal. Poliura menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini
membuat aliran urine berkurang selama persalinan.
8) Perubahan pada saluran cerna
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih berkurang. Apabila kondisi ini di
perburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran
cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung tetap
seperti biasa. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan
umum selama masa tansisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak makan
dalam posisi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul
guna mempertahankan energy dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi selama fase
transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan.
9) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
2. Perubahan Psikologis
1) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat
kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering, berkeringat dan mulas ini juga
menyebabkan ketidaknyamanan.
2) Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolism ibu meningkat denyut jantung
meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu
merasa lelah sekali kehausan ketika bayi sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk
meneran.
3) Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu.
Hal ini disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-
kontraksi pada uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
4) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan tujuannya sendiri
serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa bila mampu mengejan “terasa
lega”. Tetapi ibu lain sangat berat karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat
terjadi pada ibu karena mengedan, yaitu Exhaustion, ibu merasa lelah karena tekanan untuk
mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa dirinya distress dengan ketidaknyamanan
panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin. Tiga panik ibu akan panik jika janinnya tidak
segera keluar dan takut persalinannya lama.

B. Persalinan Kala III


1. Perubahan Fisiologis
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh, dan tinggi fundus biasanya terletak di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plsenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau berbentuk menyerupai buah pir
atau alpukat, dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan
di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di
antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka
darah akan tersembur keluar dari tepi placenta yang terlepas.
2.Perubahan Psikologis
a. Bahagia
Karena saat-saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu kelahiran bayinya dan
ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan,
memberikanan aku untuk suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia
karena bisa melihat anaknya.
b. Cemas dan Takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena persalinan di anggap
sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati. Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.

C. Persalinan Kala IV
1. Perubahan Fisiologis
a. Uterus
Uterus terletak di tengah abdomen kurang lebih 2/3 sampai ¾ antara simfisis pubis sampai
umbilicus. Jika uterus di temukan di bagian tengah, di atas umbilicus, maka hal tersebut
menandakan adanya darah dan bekuan di dalam uterus yang perlu di tekan dan dikeluarkan.
Uterus yang berada di atas umbilicus dan bergeser paling umum ke kanan, cenderung
menandakan kandung kemih penuh.
b. Serviks vagina dan perineum
Keadaan serviks, vagina dan perineum diispeksi untuk melihat adanya laserasi, memar, dan
pembentukan hematoma awal. Oleh karena inspeksi serviks dapat menyakitakan bagi ibu,
maka hanya di lakukan jika ada indikasi. Segera setelah kelahiran, serviks akan berubah
menjadi bersifat patulous, terkulai, dan tebal.
Tonus vagina dan tampilan jaringan vagina dipengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi
selama kala II persalinan. Adanya edema atau memar pada introitus atau area perineum
sebaiknya dicatat.
c. Plasenta, membaran, dan tali pusat
Inspeksi unit plasenta membutuhkan kemampuan bidan untuk mengidentifikasi tipe-tipe
plasenta dan insersi tali pusat. Bidan harus waspada apakah plasenta dan membrane lengkap,
serta apakah terdapat abnormalitas, seperti ada simpul sejati pada tali pusat
d. Penjahitan episiotomidan laserasi
Penjahitan episiotomi dan laserasi memerlukan pengetahuan anatomi perineum, tipe jahitan,
hemostasis, pembedahan asepsis dan penyembuhan luka. Bidan juga harus mengetahui tipe
benang dan jarum, instrument standar, dan peralatan yang tersedia dilingkungan praktik.

2. Perubahan Psikologis
Pada kala IV persalinan, setelah kelahiran bayi dan plasenta dengan segera ibu akan
meluapkan perasaan untuk melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, dimana
ibu mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah
dilahirkannya

Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam
melalui proses persalinan normal, karena dalam persalinan sejumlah perubahan-perubahan
fisiologi psikologi terjadi pada ibu yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan
untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan
penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak pada setiap kala. Agar
dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi
yang cukup.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus jeli dalam menilai perubahan-perubahan
keadaan fisiologi dan psikologis dari ibu dalam persalinan pada setiap kala persalinan agar
bidan dapat mengenal dengan baik faktor resiko yang akan terjadi pada ibu bersalin. Serta
dapat menentukan diagnosis dengan benar dan melakukan rujukan ibu atau bayi ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah
atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
KEGIATAN BELAJAR 3

MEKANISME PERSALINAN

Perubahan Dalam Proses Persalinan


Mekanisme persalinan merupakan pergerakan janin yang berturut-turut untuk
menyesuaikandiri dengan jalan lahir.

Sebab terjadinya mekanisme persalinan:


1)        Jalan kelahiran merupakan tabung yang melengkung ke depan.
2)        PAP dan PBP berlainan dalam ukuran melintang

Gerakan utama mekanisme persalinan:

Gambar : Gerakan Utama Mekanisme Persalinan

1)      Turunnya kepala (Engagement)


Sebetulnya janin mengalami penurunan terus-menerus dalam jalan lahir sejak
kehamilan trimester III, antara lain masuknya bagian terbesar kepala janin ke dalam Pintu
Atas Panggul (PAP) yang pada primigravida terjadi pada usia kehamilan 36 minggu dan pada
multigravida 38 minggu.
Tabel Penurunan Kepala dan Perlimaan Dalam Persalinan

2)      Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam sikap fleksi.
Dengan adanya his atau tahanan dari dasar panggul yang makin besar, maka kepala janin
akan makin turun dan semakin fleksi sehingga dagu janin menekan dada dan belakang
kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah, keadaan ini dinamakan fleksi maksimal.
3)      Putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan berputar
sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga panggul atau diameter antero
posterior kepala janin akan bersesuaian dengan diameter terkecil tranversal (oblik) Pintu
Atas Panggul, dan selanjutnya dengan diameter terkecil antero posterior Pintu Bawah
Panggul.
Hal ini dimungkinkan karena pada kepala jainin terjadi gerakan spiral atau seperti
skrup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala,
sehingga sumbu panjang bahu dengan sumbu panjang kepala akan membentuk sudut 45 0.
Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam dan ubun-ubun kecil berada di bawah
symfisis.
4)      Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada Pintu
Bawah Panggul mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya.
5)      Putaran paksi luar
Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar yang pada hakikatnya
kepala janin menyesuaikan kembali dengan sumbu panjang bahu, sehingga sumbu
panjang bahu dengan sumbu panjang kepala janin berada dalam satu garis lurus.
6)      Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah symfisis dan menjadi
hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan
selanjutnya seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.
KEGIATAN BELAJAR 4

PERUBAHAN
o FISIOLOGI ANATOMI IBU NIFAS

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini
sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa nifas tejadi
perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun interna,
dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini adalah:

A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI

Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses involusi, disamping itu
juga terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi.Organ dalam system reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:

1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar karena telah mengalami
perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan.

Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam
uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya,
maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan
bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.

Proses katabolisme sebagian besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

1) Ischemia Myometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta, membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot atropi.
2) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim
proteolitik dan makrofag akan memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.

Akhir 6 minggu pertama persalinan :

 Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram


 Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x 4cm.
 Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali pada keadaan seperti sebelum hamil.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table berikut :

Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara 1-1,5 cm atau
sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah
masuk di bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus sudah
tidak terba.

Involusi ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya cenderung miring ke belakang.


Kembali normal antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu keenam.
2. Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih
nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar,
dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.

3. Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum
bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak lapisan atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis,
sedangkan lapisan bawah yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik dan
menjadi lapisan endomerium yang baru. Bagian yang nekrotis akan keluar menjadi lochea.

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi basa/ alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir),
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea juga
mengalami perubahan karena proses involusi. Perubahan lochea tersebut adalah :

a) Lochea rubra (Cruenta)


Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum, warnanya merah mengandung
darah dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan chorion.

b) Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska persalinan.

c) Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.

d) Lochea Alba
Sejak 2 -6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan menngandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
4. Tempat Tertanamnya Plasenta

Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan relaksasi/ retraksi sehingga volume/
ruang tempat plasenta berkurang atau berubah cepat dan 1 hari setelah persalinan berkerut
sampai diameter 7,5 cm.

Kira-kira 10 hari setelah persalinan, diameter tempat plasenta ± 2,5 cm. Segera setelah akhir
minggu ke 5-6 epithelial menutup dan meregenerasi sempurna akibat dari ketidakseimbangan
volume darah, plasma dan sel darah merah.

5. Perineum, Vagina, Vulva, dan Anus

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot panggul, perineum, vagina,


dan vulva kearah elastisitas dari ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap
akan berguna jika ibu melakukan ambulasi dini, dan senam nifas.

Involusi cerviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira 2-3 minggu, cervik menjadi seperti
celah. Ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama dilalui oleh satu jari. Karena
hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.

Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas berdinding
licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara.
Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan
kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule
mirtiformis. Estrogen pascapartum yang munurun berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae.

Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai
menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan
penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)
menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Mukosa vagina
memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama
yaitu 4-6 minngu. Beberapa laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih
cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum akan pulih pada hari ke5-
6.

Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan ditambah gejala seperti rasa
gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu postpartum.

B. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin. Konstipasi dapat
menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya makanan dan pengendalian
diri terhadap BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang
pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.

Dalam buku Keperawatan Maternitas(2004), buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena
tonus otot usus menurun.

Selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang
makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang
dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.

C. Perubahan Sistem Perkemihan

Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis yang
banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu
postpartum tidak mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari
kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.

Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedema


dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung
kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung
kencing poenuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual.

Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.

D. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus.
Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita
melahirkan.

Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah menjadi halus/ samar,
garis putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena teregang
selama kehamilan. Semau ibu puerperium mempunyai tingkatan diastasis yang mana terjadi
pemisahan muskulus rektus abdominus.

Beratnya diastasis tergantung pada factor-faktor penting termasuk keadaan umum ibu, tonus
otot, aktivitas/ pergerakan yang tepat, paritas, jarak kehamilan, kejadian/ kehamilan denagn
overdistensi. Faktor-faktor tersebut menentukan lama waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan kembali tonus otot.

E. Perubahan Sistem Endokrin

a) Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan
jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan
pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b) Prolaktin

Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior
bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang
menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam
ovarium ditekan.

c) HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone

Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL, estrogen,
dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.

d) Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi

Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20 minggu, dan tidak
terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang
tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu.

Perubahan Tanda-tanda Vital


Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal. Temperatur kembali ke normal dari
sedikit peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama
postpartum. Nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan persalinan sulit.

Dalam buku Keperwatan Maternitas, terdapat table perubahan tanda-tanda vital sebagai
berikut :
G. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih lanjut setelah kala III,
ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi. Penurunan setelah hari
pertama puerperium dan kembali normal pada akhir minggu ketiga.

Meskipun terjadi penurunan dei dalam aliuran darahke organ setelah hari pertama, aliran darh
ke payudara meningkat untuk mengdakan laktasi. Merupakan perubahan umum yang penting
keadaan normal dari sel darah merah dan putih pada akhir puerperium.

Pada beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen, dan factor
pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu untuk melakukan
koagulasi denagn peningkatan viskositas, dan ini berakibat meningkatkan resiko thrombosis.

H. Perubahan Sistem Hematologi

Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000 selama persalinan, tetap
meningkat pada beberapa hari pertama post partum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat
lebih lanjut sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu mengalami partus lama.
Hb, Ht, dan eritrosit jumlahnya berubah di dalam awal puerperium

I. Perubahan Berat badan

Kehilangan 5 sampai 6 kg pada waktu melahirkan

Kehilangan 3 sampai 5 kg selama minggu pertama masa nifas

Faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada masa nifas diantaranya adalah
peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja di luar
rumah, dan merokok. Usia atau status pernikahan tidak mempengaruhi penurunan berat
badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum.
J. Perubahan Kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmenrtasi kulit pada bebrapa tempat karena prose hormonal.
Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpimentasi kulit sekitar payudara,
hiperpigmentasi kulit dinding peryrt (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal
berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perutakan menjadi putih
mengkilap yaitu”striae albikan”.
KEGIATAN BELAJAR 5

PERUBAHAN ANATOMI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR

ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR

I. PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN

Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut
setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas
sepanjang trimester kedua dan ketiga (Varney’s, halaman 551). Ketidakmatangan paru-paru
terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia
kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.

Awal adanya nafas

Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi.


1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan. Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal.

Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :


1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-
paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat
sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan

Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang
bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan
beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru
lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu.

Funsi system pernapasan dalam kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang
terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

II. PERUBAHAN SISTEM SIRKULASI

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua
perubahan besar:
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh
tubuh. Ingat hokum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah-daerah yang
mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh
pada aliran darah.
Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau
kita ingt bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen
(asfiksia).

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah :


1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran
darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan
tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.
Dengan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale
secara fungsional akan menutup.

Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara
funsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan

III. PERUBAHAN SISTEM TERMOREGULASI

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin
yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk
membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi
yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada
neonatus adalah 36 5 – 370 C.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak
kedinginan.

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi
yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang
selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat
namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.

Gejala hipotermia:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.

Mekanisme terjadinya Hipotermia:


Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi
melalui:
1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih
dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap,
misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak
dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung
diganti.
4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi,
misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
IV. PERUBAHAN SISTEM METABOLISME

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam).

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :


1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu
ASI secepat mungkin setelah lahir).
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen,
terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang
mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting
menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua
persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru
lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress janin
merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang halus,
sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat
bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia
ialah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak.

V. PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan
refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri
sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memeberi ASI on
demand.

Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat
berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air disbanding
orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus.

VI. PERUBAHAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang didapat.

Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
2. Fungsi saringan saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru
lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih
belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tuges
utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman
dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi
menjadi sangat penting.
KEGIATAN BELAJAR 6

ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR

ASUHAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Memberikan asuhan pada bayi segera setelah lahir pada masa:


1. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan diluar uterus
Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan merupakan
perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh
bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi terhadap kehidupan
diluar kandungan meliputi :
a.    Awal pernafasan
       Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri.Bayi harus dapat melakukan
transisi hebat ini dengan tangkas.Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif
dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam
kandungan ke lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).
b.    Adaptasi paru
       Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal
melalui paru maternal dan placenta.Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah
pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan
hidup.Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran
gas.Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu
sendiri.Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju
jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding
alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis (Myles, 2009).
c. Adaptasi kardiovaskular
       Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran gas
dan ekskresi sisa metabolik.Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi
bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak
mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi.Hal ini melibatkan beberapa
mekanisme, yang dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan
resistensi bantalan vaskular paru.
       Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru
melalui arteri pulmonalis.Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vaskular paru,
hampir semua curah jantung dikirim menuju paru.Darah yang berisi oksigen menuju
kejantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri.Pada saat yang hampir
bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir
melewati tali pusat.Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale. Selama
beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel , pembukaan dapat
kembali terjadi bila resistensi vaskular paru tinggi, misalnya saat menangis, yang
menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu pada
tahun pertama kehidupan dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada
sebagian individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
d. Adaptasi suhu
       Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan suhu
kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7°C.
Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari
kulit.Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas.Perbandingan
antara area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas,
khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa tubuh.Lapisan lemak subkutan tipis
dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan panas
inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi pendinginan darah.Selain
kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi
terpajan dengan permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran
udara dingin pada permukaan tubuh.
2.   Perlindungan termal (termoregulasi)
       Perlindungan termal dapat dilakukan dengan pencegahan kehilangan
panas.Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi
sempurna.Oleh karena itu jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangna panas
tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia.Bayi dengan hipotermia,
sangat beresiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan
kematian.Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif
hangat (Pusdiknakes, 2003).
Mekanisme kehilangan panas BBL ke lingkungannya menurut APN 2007.
a.   Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri,
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi
pada bayi yang lahir terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan
dan diselimuti
b.   Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apa bila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
c.   Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin
akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
d.   Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

Mencegah terjadinya kehilangan panas :


a. Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh
bayi.Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu.
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil
untuk membantu bayi memulai pernapasannya
b. Selimuti bayi dengan atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti
handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi
dengan selimut atau kain yang hangat dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi
dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau
kain yang baru.
c.    Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d.    Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas.Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
e.    Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
       Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti dengan kain
atau selimut bersih dan kering.Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi
pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
f.     Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
       Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di
tempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi
bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

Menjaga kehangatan bayi sangat penting karena:


a. Penurunan suhu yang cepat pada bayi baru lahir disebabkan oleh ketidak mampuan
bayi untuk menghasilkan panas yang cukup untuk mengimbangi kehilangan panas
pada proses kelahiran.
b. Setiap bayi yang lahir memiliki sistem pengendalian suhu bang belum matang. Dan
pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gram) serta pada bayi yang
premature tidak terdapat lemak yang cukup untuk menghasilkan panas tubuh.
c. Bayi-bayi yang mengalami gawat dingin akan memerlukan gas oksigen yang lebih
banyak serta akan menghabiskan cadangan glycogennya untuk mempertahankan suhu
tubuh yang kritis. Walaupun demikian, bayi yang sehat pun bisa segera menjadi bayi
yang sakit jika terjadi kehilangan panas yang berlebihan.
Pemeliharaan pernapasan
Bila bayi tidak segera bernapas sebaiknya mengeringkan bayi dengan selimut atau
handuk yang hangat dan dengan lembut menggosok punggung bayi yang sudah
dikeringkan.Kemudian meletakkan bayi dalam posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi
(dapat diletakkan terlentang diatas perut ibunya jika hal itu tidak membuat lehernya
mengalami hiperekstensi. Hal ini juga akan membuatnya tetap hangat). Bayi hendaknya
dibuat seakan ia sedang mencium bau sesuatu. Hisap hidung dan mulut bayi dengan alat
bantu. Akan tetapi jangan terlalu rutin melakukan penghisapan, karena hal itu bisa
menyebabkan bradycardia dan masalah-masalah lain.

Langkah-langkah yang tidak boleh dianjurkan :


Langkah-langkah Alasan tidak dianjurkan
menepuk pantat bayi trauma dan cedera
menekan dada patah (fraktur), pneumothorax,
gawat nafas, kematian
menekan kaki bayi ke bagian merusak pembuluh darah dan
perutnya kelenjar pada hati/limpa,
perdarahan
membuka spincter anusnya merusak atau melukai
spincterani
menggunakan bungkusan membakar/menimbulkan
panas/dingin atau air hipothermia
meniupkan oksigen atau udara hipothermia
dingin pada tubuh atau wajah
bayi
memberi minuman air bawang membuang waktu, karena
tindakan resusitasi yang tidak
efektif pada saat yang kritis
                                                                        (Sumber : Pusdiknakes, 2003)

Pemotongan tali pusat


Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama
setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat
diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang
dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke
daerah persalinan.Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik.Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah
berlebih dari bayi.Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera
setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan geografis.Waktu
optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih belum jelas. Beberapa
pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga pernapasan bayi stabil
dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah mendapatkan transfusi placenta
sebanyak 70 ml darah.akan tetapi pendapat ini dibantah oleh para ahli yang berpendapat
bahwa transfusi placenta yang didapat dengan cara demikian dapat mengakibatkan ikterus
pada neonatus. Hal yang disepakati bersama bahwa bayi aterm dapat diletakkan diatas perut
ibu, tetapi tidak terlalu tinggi dan bayi prematur dapat diletakkan setinggi placenta.Hal ini
disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi tingi placenta dapat menyebabkan anemia,
dan jika bayi diposisikan lebih rendah dari placenta dapat mengakibatkan bayi menerima
transfusi darah (Pusdiknakes, 2003).

Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali  pusat menurut
Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan
sebelum menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah
kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan
hangat
d. Memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah
didesinfeksi tingkat tinggi
e. Pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. Jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. Hindari pembungkusan tali pusat
h. Evaluasi nilai APGAR

Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan mengeringkan


kulit, yang dapat membantu meminimalkan kehilangan panas. Bidan harus melakukan
pengkajian kondisi umum bayi pada menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai
APGAR. Pengkajian pada 1 menit pertama penting untuk penatalaksanaan resusitasi
selanjutnya. Namun terbukti bahwa pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat dipercaya sebagai
prediktor resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan status neurologi anak serta
resiko disabilitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik
pula nilai bayi.Nilai APGAR harus didokumentasikan dengan lengkap di catatan bayi.

Kepanjangan nilai APGAR adalah :


A Appearance   :  penampilan(warna kulit)
P Pulse              : nadi (frekwensi jantung)
G Grimace        : meringis (respon terhadap rangsangan)
A Active            : aktif (tonus)
R Respiration     : pernapasan

Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.Bantuan medis diperlukan jika
nilai kurang dari 7.Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5, bantuan
medis diperlukan jika nilai kurang dari 6.
Tanda 0 1 2
frekuensi jantung tidak < 100x/mnt < 100x/mnt
ada
upaya pernapasan tidak lambat, tidak baik atau
ada teratur menangis aktif
tonus otot lunglai fleksi aktif
ekstremitas
respons reflek tidak meringis batuk atau bersin
terhadap mrangsang ada minimal
Warna biru, tubuh merah seluruh tubuh
pucat muda, merak muda
ekstremitas
biru

Resusitasi

Pada asfiksia ringan, apnea merupakan gejala klinik utama.Pada kasus-kasus yang berat bayi
baru lahir tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut jantung lambat.
Tujuan resusitasi menurut Myles (2009) yaitu :
1. Menetapkan dan mempertahankan kebersihan jalan nafas, dengan ventilasi dan
oksigenasi
2. Memastikan sirkulasi efektif
3.   Mengoreksi asidosis
4.   Mencegah hipotermia, hipoglikemia dan perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Kusmiati, Yuni dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Pantika, Ika dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Tiran, Denise. 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC
Cooper, P, 2008. Manajemen masalah bayi baru lahir. Jakarta. EGC
Depkes RI 2012 Diakses pada : 21-11-2013 pukul 18;21 WIB
Eka Y, 2010. Penyakit pada neonatus dan balita. Yogyakarta. Fitramaya
Jenny, 2013, Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Erlangga
Kurniawati D, 2009. Obgynacea. Yogyakarta. Tosca Enterprise
Kusmiyati, Y , 2010. Perawatan Ibu hamil. Yogyakarta. Fitramaya
Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan. penyakit Kandungan dan KB. Jakarta. EGC
Mitayani,2011. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta.Salemba medika
Nurhayati, 2008. Buku Saku Asuhan bayi normal, Jakarta. Trans info media
Proverawati, A , 2010. Berat badan lahir rendah. Yogyakarta. Nulia Medika
Retna, E , 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta.Mitra Cendika pres Kebidanan Nifas.
Yogyakarta.Mitra Cendika pres
Sarwono, 2009. Buku Acuan Nasional pelayanan kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta.
YBP-SP
Sudarti, 2013. Asuhan neonatus resiko tinggi dan kegawatan. Yogyakarta. Nuhamedika
Sukarni I, 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta. Nuhamedika
Sulistyawati, A , 2011. Pelayanan keluarga berencana. Jakarta. Salemba Medika
Yeyeh, A , 2013. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta. Trans info media

Anda mungkin juga menyukai