FISIOLOGI KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN NIFAS
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
serta nikmat kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan
dan NifasMahasiswa Prodi S1 Kebidanan STIKES Syedza Saintika Padang T.A 2019/2020.
Tujuan pembuatan Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas ini agar mahasiswa
dapat belajar secara manduru tanpa arahan atau bimbingan dosen. Ini menunjukkan bahwa modul dapat
digunakan untuk pembelajaran meskipun tidak ada pengajar. Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan
dan Nifas ini didesain sendiri dengan memperhatikan komponen-komponen yang tersusun secara sistematis
Modul PerkuliahanFisiologi Kehamilan, Persalinan dan Nifas ini tidak terlepas dari bantuan dan
sumbang pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan kami untuk mengucapka terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. H. Hasrinal, A. Md. Kep, MM, Ketua STIKES Syedza Saintika Padang.
2. Ibu Fenny Fernando,M.Keb, Ketua Program Studi S1 Kebidanan STIKES Syedza Saintika Padang.
3. Bapak/ Ibu Dosen pengajar pada Program Studi S1 Kebidanan STIKES Syedza Saintika Padang.
4. Seluruh staf STIKES Syedza Saintika Padang yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Modul
Perkuliahan ini.
Kami menyadari Modul Perkuliahan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun kami berharap dengan
kekuranfgan tersebut tidak mengurangi makna dan tujuan dari modul ini, dan kritik serta saran dari berbagai
pihak yang terkait sangat kami harapkan, sehingga dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan
Akhir kata hanya kepada-Nya lah kita semua kembali, semoga kita semua mendapatkan karunia dan
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Kompetensi Dasar
Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi dalam kehamilan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi dalam persalinan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang mekanisme persalinan
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi dalam nifas
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang adaptasi anatomi dan fisiologi bayi baru lahir
6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan segera bayi baru lahir
KEGIATAN BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR 1
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil yang meliputi Sistem
Reproduksi, Payudara, Sistem Endokrin, Sistem Kekebalan dan Sistem Perkemihan.
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil sebagian besar sudah terjadi segera
setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respon terhadap janin. Ibu hamil mengalami perubahan anatomi dan adaptasi
fisiologi, pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai
dengan trimester III kehamilan. Perubahan-perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan
sistem reproduksi, payudara, system endokrin, system kekebalan, dan system perkemihan.
Perubahan yang terjadi selama kehamilan tersebut akan kembali seperti ke keadaan sebelum
hamil,setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
SISTEM REPRODUKSI
a. Trimester I
1. Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara
produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi
akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama
tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.
Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan
bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir kehamilan ketebalanya hanya
sekitar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon
esterogen dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal
kehamilan tuba fallopi, ovarium,dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah
apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan
uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana
bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat
dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata.
Fenomena ini dikenal dengan tanda piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya
seperti buah alvokat. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan
korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12
minggu.
Istimus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri
yang mengakibatkan ithmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan
tanda Hegar. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding
abdominal mendorong usus seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh
dinding abdominal mendorong usus kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga
hampir menyentuh hati. Sejak trimester I kehamillan uterus akan mengalami kontraksi
yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
2. Serviks
Serviks menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak
jaringan ikat yang mengandung kolagen, kelenjar servikal membesar dan
mengeluarkan banyak cairan mukus karna pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda Chadwick
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progeteron dlam jumlah yang relatif minimal.
4. Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan
kebiruan (tanda chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5
menyebabkan rentan terhadap infeksi vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan
elemen epitel pada sel-sel vagina akibat stimulasi estrogen membentuk rabas vagina
disebut leukore (keputihan). Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya
distensi selama persalinan dengan produksi mukosa vagina yang tebal, jarinagn ikat
longar, hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina.
b. Trimester II
1. Uterus
Bentuk uterus pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat sedangkan pada akhir
kehamilan berbentuk bujur telur. Pada kehamilan lima bulan,rahim teraba seperti berisi
cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis. Posisi rahim antara lain:
1. Pada empat bulan kehamilan, rahim tetap berada pada rongga pelvis.
2. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai
batas hati.
3. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau
kiri
Pada kehamilan 16 minggu,kavum uteri seluruh nya di isi oleh amion dimana
desidua kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi TFU terletak
antara pertengahan simpisis pusat. Plansenta telah terbentuk seluruh nya. Pada kehamilan
20 minggu, TFU terletak 2-3 jari di bawa pusat. Pada kehamilan 24 minggu, TFU terletak
setinggi pusat.
2. Serviks
Serviks bertambah dan menjadi lunak (soft) yang di sebut dengan tanda Gooldell.
Kelenjar endoserfikal membesar dan mengeluarkan cairan mukus. Oleh karna
pertumbuhan dan pelebaran pembulu darah, warna nya menjadi lipid yang di sebut tanda
Chandwick.
3. Ovarium
Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuk
nya plasenta yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron ( kira-kira
pada kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdiameter kurang lebih 3
cm).
4. Vagina dan vulva
Terjadi peningkatan vaskularisasi vagina dan peningkatan sensitifitas yang
menyolok,serta meningkatkan libido.
c. Trimester III
1. Uterus
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram-1000 gram pada akhir kehamilan
empat puluh minggu. Pada kehamilan 28 minggu, TFU (Tinggi Fundus Uteri) terletak 2-3
jari diatas pusat, Pada kehamilan 36 minggu tinggi TFU satu jari dibawah Prosesus
xifoideus. Dan pada kehamilan 40 minggu,TFU berada tiga jari dibawah Prosesus
xifoideus. Pada trimester III , istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada
kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi lebih
lebar dan tipis (tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding
uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR.
2. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat
yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit
mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter,
sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus
uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah . Sesudah partus, serviks akan
tampak berlipat-lipat dan tidak menutup seperti spinkter.
Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan
tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan
kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih
banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan
keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu prostaglandin
bekerja pada serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks
menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
3. Ovarium
Ovulasi terhenti, fungsi pengeluaran hormon estrogen dan progesteron di ambil
alih oleh plasenta.
4. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh esterogen.akibat dari
hipervaskularisi,vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada
vagina atau portio serviks di sebut tanda chadwick.
PAYUDARA
1. Trimester I
Payudara (mamae) akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi sistem saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada
mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktralbumun
dan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu
dibawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-
alveolus,sehingga mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih
tegang dan tambah lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
Hipertropi kelenjar sebasea (lemak) yang mungul diareola primer dan disebut tuberkel
Montgomery. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola
mammae.
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai
timbul sejak minggu keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin
hamil. Sensivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam.
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh
darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan
jaringan biru dibawah permukaan kulit. Kongsti vena di payudara lebih jelas terlihat pada
primigravida. Striae dapat terlihat dibagian luar payudara.
2. Trimester II
Kolostrum mulai muncul, warnanya bening kekuning-kuningan. Pertumbuhan
payudara pun lebih besar lagi karena diperngaruhi oleh kelenjar mamae, dan berakhir
pada usia kehamilan 20 minggu.
3. Trimester III
Mammae semakin tegang dan membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat
pengaruh somatotropin, estrogen dan progesteron.Pada payudara wanita terdapat striae
karena adanya peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 % wanita hamil. Selama
trimester ini pula sebagian wanita mengeluarkan kolostrum secara periodik.
SISTEM ENDOKRIN
1. Trimester I
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum
(nifas). Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48
jam sampai kehamilan 6 minggu. Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan
terutama akibat produksi estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormone-hormon
yang dikeluarkan oleh janin. Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan
( dan trimester I sampai trimester III).
1. Estrogen
Produksi estrogen plaseenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan
kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
2. Progesteron
Produksi progesterone bahkan lebih banyak dibandingkan estrogen. Pada akhir kehamilan
produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone menyebabakan tonus otot polos
menurun dan juga diuresis. Progesterone menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan
sub kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan enrgi
baik pada masa hamil maupun menyusui.
3. Human chorionic gonadotropin (HCG)
Hormone ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan da merupakan dasar tes
khamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi.fungsi
utamanya adalah mempertahankan korpus luteim.
4. Human placental lactogen (HPL).
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari.
Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik,sehingga
kebutuhan insulin wanita hamil naik.
5. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan karena ditekan oleh
estrogen dan progesterone plasenta.
6. Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi estrogen.sekresi air susu
sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target organ.
7. Growth hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
8. TSH,ACTH, dan MSH
Hormone-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
9. Titoksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Tetapi T4 bebas
relative tetap, karena thyroid binding globulin meninggi, sebagai akibat tingginya
estrogen, dan juga merupakan akibat hyperplasia jaringan glandular dan prningkatan
vaskularisasi. Tiroksin mengatur metabolisme.
10. Aldosteron, Renin dan angiotensin
Hormone ini naik, yang menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
11. Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesterone dan HPL.
12. Parathormon
Hormone ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
2. Trimester II
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterone serta terhambatnya
pembentukan FSH dan LH. Ovum tidak terbentuk tetapi estrogen & progesteron yang
terbentuk. Ovulasi akan terjadi peningkatan sampai kadar relatif rendah.
1. Sekresi hipofisis, kelenjar hipofisis anterior membesar sedikikitnya 50% selama
kehamilan & meningkat kortikotropin tirotropin & prolaktin.
2. Sekresi kortikosteroid,meningkat selama kehamilan untuk membeantu mobilisasi
asam amino dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk sintesis jaringan janin.
3. Sekresi kelenjar tiroid, membesar sekitar 50% dan meningkat produksi tiroksin yang
sesuai dengan Pembesaran tersebut.
4. Sekresi kelejar paratiroid, membesar selama kehamilan terjadi bila ibu mengelamai
defisiensi Ca / kalsium dalam makanannya. Karna janin akan mengunakan Ca ibu
untuk pembentukan tulangnya sendiri.
5. Sekresi relaksin oleh ovarium. Agak diragukan fungsi nya karna mempunyai efek
perlunakan servik ibu hamil pada saat persalinan dan penghambatan mortilitas uterus.
3. Trimester III
Hormon Somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang mammae
semakin membesar dan meregang, untuk persiapan laktasi.
SISTEM KEKEBALAN
1. Trimester I
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin dalam kehamilan tidak berubah.
2. Trimester II
Janin sebenarnya merupakan benda asing bagi ibunya karena hasil pertemuan dua
gamet yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem imunitas tubuh, hal
ini merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran jelas tentang mekanisme sebenarnya
yang berlangsung pada tubuh ibu hamil. Imunologi dalam janin kebanyakan dari ibu ke janin
sekitar 16 mgg kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah, tetapi sebagian
besar lagi diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
3. Trimester III
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita hamil. Selain
itu, kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan, hingga
mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga trimester
terakhir. Perubahan –perubahan ini dapat menjelaskan penigkatan risiko infeksi yang tidak
masuk akal pada wanita hamil.
SISTEM PERKEMIHAN
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju
filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus
dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus
mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga
mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,
panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada
posisi rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil
berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga
dengan volume darah ginjal.
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar
dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia
kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama,
pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun
kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain
itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis
kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di
sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume
yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
Analisis Kasus
Keluhan-keluhan yang di alami oleh Ny T di sebabkan karena perubahan anatomi dan
fisiologi pada sistem-sistem pada tubuh yakni sistem reproduksi, payudara, system
perkemihan dan system endokrin. Mual, muntah yang di alami oleh Ny T akibat kadar
hormon estrogen yang meningkat sehingga tonus otot-otot traktus digestivus menurun,
sehingga morbilitas seluruh taktus digestivusi juga kurang.
Bila organ lain seperti perut mengalami pembesaran maka organ lain akan mengalami
tekanan jadi tidak jarang dengan semakin besarnya perut akan mengalami gangguan
perkemihan dengan sering buang air kecil.Berat badan meningkat merupakan hal yang
lumrah untuk menyesuaikan keadaan otot-otot yang semakin melebar agar bisa menahan
berat si bayi, sedangkan payudara membesar untuk mempersiapkan ASI bagi bayi.
Pada bagian perut tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis dikarenakan adanya kontraksi otot-otot bagian atas uterus yang
menyebabkan segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan tipis.
.
KEGIATAN BELAJAR 2
Persalinan Kala II
1. Perubahan Fisiologis
a. Sifat kontraksi otot Rahim
Setelah kontraksi, otot rahim tidak berelaksasi kembali seperti keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi, yang disebut retraksi. Dengan retraksi, ukuran rongga rahim akan
mengecil dan janin secara perlahan akan berangsur di dorong ke bawah dan tidak
naik lagi ke atas setelah his hilang.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.
Sebagian dari isi rahim yang keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR
makin mengecil, sedangkan SBR makin teregang dan makin tipis, dan isi rahim
pindah ke SBR sedikit demi sedikit.
b. Perubahan bentuk rahim
Adanya kontraksi mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah panjang,
sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.
Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang berkurang, rahim
bertambah panjang. Hal ini merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.
c. Igamentum rotundum
Mengandung otot-otot polos dan jika uterus berkontraksi, otot-otot ini ikut
berkontraksi sehingga igamentum rotundum menjadi pendek.
d. Perubahan pada serviks
Agar janin dapat keluar dari rahim, maka perlu terjadi pembukaan dari serviks
Pembukaan serviks biasanya di dahului oleh pendataran dari serviks.
C. Persalinan Kala IV
1. Perubahan Fisiologis
a. Uterus
Uterus terletak di tengah abdomen kurang lebih 2/3 sampai ¾ antara simfisis pubis sampai
umbilicus. Jika uterus di temukan di bagian tengah, di atas umbilicus, maka hal tersebut
menandakan adanya darah dan bekuan di dalam uterus yang perlu di tekan dan dikeluarkan.
Uterus yang berada di atas umbilicus dan bergeser paling umum ke kanan, cenderung
menandakan kandung kemih penuh.
b. Serviks vagina dan perineum
Keadaan serviks, vagina dan perineum diispeksi untuk melihat adanya laserasi, memar, dan
pembentukan hematoma awal. Oleh karena inspeksi serviks dapat menyakitakan bagi ibu,
maka hanya di lakukan jika ada indikasi. Segera setelah kelahiran, serviks akan berubah
menjadi bersifat patulous, terkulai, dan tebal.
Tonus vagina dan tampilan jaringan vagina dipengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi
selama kala II persalinan. Adanya edema atau memar pada introitus atau area perineum
sebaiknya dicatat.
c. Plasenta, membaran, dan tali pusat
Inspeksi unit plasenta membutuhkan kemampuan bidan untuk mengidentifikasi tipe-tipe
plasenta dan insersi tali pusat. Bidan harus waspada apakah plasenta dan membrane lengkap,
serta apakah terdapat abnormalitas, seperti ada simpul sejati pada tali pusat
d. Penjahitan episiotomidan laserasi
Penjahitan episiotomi dan laserasi memerlukan pengetahuan anatomi perineum, tipe jahitan,
hemostasis, pembedahan asepsis dan penyembuhan luka. Bidan juga harus mengetahui tipe
benang dan jarum, instrument standar, dan peralatan yang tersedia dilingkungan praktik.
2. Perubahan Psikologis
Pada kala IV persalinan, setelah kelahiran bayi dan plasenta dengan segera ibu akan
meluapkan perasaan untuk melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, dimana
ibu mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah
dilahirkannya
Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam
melalui proses persalinan normal, karena dalam persalinan sejumlah perubahan-perubahan
fisiologi psikologi terjadi pada ibu yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan
untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan
penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak pada setiap kala. Agar
dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi
yang cukup.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus jeli dalam menilai perubahan-perubahan
keadaan fisiologi dan psikologis dari ibu dalam persalinan pada setiap kala persalinan agar
bidan dapat mengenal dengan baik faktor resiko yang akan terjadi pada ibu bersalin. Serta
dapat menentukan diagnosis dengan benar dan melakukan rujukan ibu atau bayi ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah
atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
KEGIATAN BELAJAR 3
MEKANISME PERSALINAN
2) Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam sikap fleksi.
Dengan adanya his atau tahanan dari dasar panggul yang makin besar, maka kepala janin
akan makin turun dan semakin fleksi sehingga dagu janin menekan dada dan belakang
kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah, keadaan ini dinamakan fleksi maksimal.
3) Putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan berputar
sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga panggul atau diameter antero
posterior kepala janin akan bersesuaian dengan diameter terkecil tranversal (oblik) Pintu
Atas Panggul, dan selanjutnya dengan diameter terkecil antero posterior Pintu Bawah
Panggul.
Hal ini dimungkinkan karena pada kepala jainin terjadi gerakan spiral atau seperti
skrup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala,
sehingga sumbu panjang bahu dengan sumbu panjang kepala akan membentuk sudut 45 0.
Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam dan ubun-ubun kecil berada di bawah
symfisis.
4) Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada Pintu
Bawah Panggul mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya.
5) Putaran paksi luar
Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar yang pada hakikatnya
kepala janin menyesuaikan kembali dengan sumbu panjang bahu, sehingga sumbu
panjang bahu dengan sumbu panjang kepala janin berada dalam satu garis lurus.
6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah symfisis dan menjadi
hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan
selanjutnya seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.
KEGIATAN BELAJAR 4
PERUBAHAN
o FISIOLOGI ANATOMI IBU NIFAS
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini
sangat jelas yang merupakan kebalikan dari proses kehamilan.Pada masa nifas tejadi
perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-alat genitalia eksterna maupun interna,
dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses involusi, disamping itu
juga terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi.Organ dalam system reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:
1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar karena telah mengalami
perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan.
Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam
uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya,
maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan
bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut.
1) Ischemia Myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta, membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot atropi.
2) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim
proteolitik dan makrofag akan memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table berikut :
Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara 1-1,5 cm atau
sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah
masuk di bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus sudah
tidak terba.
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.
Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih
nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar,
dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.
3. Lochea
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum
bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak lapisan atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis,
sedangkan lapisan bawah yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik dan
menjadi lapisan endomerium yang baru. Bagian yang nekrotis akan keluar menjadi lochea.
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi basa/ alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir),
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea juga
mengalami perubahan karena proses involusi. Perubahan lochea tersebut adalah :
b) Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska persalinan.
c) Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.
d) Lochea Alba
Sejak 2 -6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan menngandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
4. Tempat Tertanamnya Plasenta
Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan relaksasi/ retraksi sehingga volume/
ruang tempat plasenta berkurang atau berubah cepat dan 1 hari setelah persalinan berkerut
sampai diameter 7,5 cm.
Kira-kira 10 hari setelah persalinan, diameter tempat plasenta ± 2,5 cm. Segera setelah akhir
minggu ke 5-6 epithelial menutup dan meregenerasi sempurna akibat dari ketidakseimbangan
volume darah, plasma dan sel darah merah.
Involusi cerviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira 2-3 minggu, cervik menjadi seperti
celah. Ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama dilalui oleh satu jari. Karena
hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.
Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas berdinding
licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara.
Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan
kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule
mirtiformis. Estrogen pascapartum yang munurun berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae.
Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai
menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan
penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)
menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Mukosa vagina
memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama
yaitu 4-6 minngu. Beberapa laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih
cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum akan pulih pada hari ke5-
6.
Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan ditambah gejala seperti rasa
gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu postpartum.
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin. Konstipasi dapat
menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya makanan dan pengendalian
diri terhadap BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang
pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.
Dalam buku Keperawatan Maternitas(2004), buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena
tonus otot usus menurun.
Selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang
makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang
dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis yang
banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu
postpartum tidak mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari
kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.
Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
Adaptasi system muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus.
Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita
melahirkan.
Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah menjadi halus/ samar,
garis putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena teregang
selama kehamilan. Semau ibu puerperium mempunyai tingkatan diastasis yang mana terjadi
pemisahan muskulus rektus abdominus.
Beratnya diastasis tergantung pada factor-faktor penting termasuk keadaan umum ibu, tonus
otot, aktivitas/ pergerakan yang tepat, paritas, jarak kehamilan, kejadian/ kehamilan denagn
overdistensi. Faktor-faktor tersebut menentukan lama waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan kembali tonus otot.
a) Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan
jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan
pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior
bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang
menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam
ovarium ditekan.
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL, estrogen,
dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20 minggu, dan tidak
terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang
tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu.
Dalam buku Keperwatan Maternitas, terdapat table perubahan tanda-tanda vital sebagai
berikut :
G. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih lanjut setelah kala III,
ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi. Penurunan setelah hari
pertama puerperium dan kembali normal pada akhir minggu ketiga.
Meskipun terjadi penurunan dei dalam aliuran darahke organ setelah hari pertama, aliran darh
ke payudara meningkat untuk mengdakan laktasi. Merupakan perubahan umum yang penting
keadaan normal dari sel darah merah dan putih pada akhir puerperium.
Pada beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen, dan factor
pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu untuk melakukan
koagulasi denagn peningkatan viskositas, dan ini berakibat meningkatkan resiko thrombosis.
Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000 selama persalinan, tetap
meningkat pada beberapa hari pertama post partum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat
lebih lanjut sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu mengalami partus lama.
Hb, Ht, dan eritrosit jumlahnya berubah di dalam awal puerperium
Faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada masa nifas diantaranya adalah
peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja di luar
rumah, dan merokok. Usia atau status pernikahan tidak mempengaruhi penurunan berat
badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum.
J. Perubahan Kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmenrtasi kulit pada bebrapa tempat karena prose hormonal.
Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpimentasi kulit sekitar payudara,
hiperpigmentasi kulit dinding peryrt (striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal
berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perutakan menjadi putih
mengkilap yaitu”striae albikan”.
KEGIATAN BELAJAR 5
Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut
setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas
sepanjang trimester kedua dan ketiga (Varney’s, halaman 551). Ketidakmatangan paru-paru
terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia
kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan. Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-
paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat
sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan
Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang
bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan
beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru
lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu.
Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang
terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua
perubahan besar:
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh
tubuh. Ingat hokum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah-daerah yang
mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh
pada aliran darah.
Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau
kita ingt bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen
(asfiksia).
Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara
funsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin
yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk
membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi
yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada
neonatus adalah 36 5 – 370 C.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak
kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi
yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang
selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat
namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Gejala hipotermia:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen,
terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang
mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting
menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua
persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru
lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress janin
merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang halus,
sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat
bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia
ialah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak.
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan
refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri
sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memeberi ASI on
demand.
Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat
berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air disbanding
orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
2. Fungsi saringan saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru
lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih
belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tuges
utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman
dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi
menjadi sangat penting.
KEGIATAN BELAJAR 6
Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut
Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan
sebelum menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah
kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan
hangat
d. Memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah
didesinfeksi tingkat tinggi
e. Pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. Jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. Hindari pembungkusan tali pusat
h. Evaluasi nilai APGAR
Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.Bantuan medis diperlukan jika
nilai kurang dari 7.Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5, bantuan
medis diperlukan jika nilai kurang dari 6.
Tanda 0 1 2
frekuensi jantung tidak < 100x/mnt < 100x/mnt
ada
upaya pernapasan tidak lambat, tidak baik atau
ada teratur menangis aktif
tonus otot lunglai fleksi aktif
ekstremitas
respons reflek tidak meringis batuk atau bersin
terhadap mrangsang ada minimal
Warna biru, tubuh merah seluruh tubuh
pucat muda, merak muda
ekstremitas
biru
Resusitasi
Pada asfiksia ringan, apnea merupakan gejala klinik utama.Pada kasus-kasus yang berat bayi
baru lahir tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut jantung lambat.
Tujuan resusitasi menurut Myles (2009) yaitu :
1. Menetapkan dan mempertahankan kebersihan jalan nafas, dengan ventilasi dan
oksigenasi
2. Memastikan sirkulasi efektif
3. Mengoreksi asidosis
4. Mencegah hipotermia, hipoglikemia dan perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Kusmiati, Yuni dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Pantika, Ika dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Tiran, Denise. 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC
Cooper, P, 2008. Manajemen masalah bayi baru lahir. Jakarta. EGC
Depkes RI 2012 Diakses pada : 21-11-2013 pukul 18;21 WIB
Eka Y, 2010. Penyakit pada neonatus dan balita. Yogyakarta. Fitramaya
Jenny, 2013, Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Erlangga
Kurniawati D, 2009. Obgynacea. Yogyakarta. Tosca Enterprise
Kusmiyati, Y , 2010. Perawatan Ibu hamil. Yogyakarta. Fitramaya
Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan. penyakit Kandungan dan KB. Jakarta. EGC
Mitayani,2011. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta.Salemba medika
Nurhayati, 2008. Buku Saku Asuhan bayi normal, Jakarta. Trans info media
Proverawati, A , 2010. Berat badan lahir rendah. Yogyakarta. Nulia Medika
Retna, E , 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta.Mitra Cendika pres Kebidanan Nifas.
Yogyakarta.Mitra Cendika pres
Sarwono, 2009. Buku Acuan Nasional pelayanan kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta.
YBP-SP
Sudarti, 2013. Asuhan neonatus resiko tinggi dan kegawatan. Yogyakarta. Nuhamedika
Sukarni I, 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta. Nuhamedika
Sulistyawati, A , 2011. Pelayanan keluarga berencana. Jakarta. Salemba Medika
Yeyeh, A , 2013. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta. Trans info media