Anda di halaman 1dari 123

EVIDENCE BASED NURSING

Perubahan skala Nyeri Pada Pasien LOW BACK PAIN Sebelum dan
Setelah dilakukan Terapi bekam di Klinik Holisic Nursing Therapy
Probolinggo

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners State


Holistik

Oleh:

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Evidence based nursing yang berjudul “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Pasien LAW BACK PAIN Sebelum dan
Setelah dilakukan Terapi Akupuntur di Klinik Holisic Nursing Therapy Probolinggo” telah diperiksa dan
disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Yang Mengesahkan,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(………………………………....) (…………………………….……..)
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kehadira Allah Subhanahu Wa Ta’ala a as


segala limpah serta nikmat hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat sertat salam selalu tercurahkan kepada
t
junjungan Nabi Muhammad Solallahu Alaihi Wasallam yang telah membawa
umatnya pada jalan yang terang benderang yakni islam. Dengan penuh rasa
syukur yang sebesar-besarnya kepada‘ Allah SWT, karya ilmiah ini saya
persembahkan untuk:

1. Ayahanda Syaiful Hidayat dan Ibunda Yuyun Mindarningsih yang tercinta;


terimakasih atas segenap doa yang dipanjatkan serta untaian dzikir yang selalu
mengiringi setiap langkahku, semua pengorbanan, nasehat, motivasi, kasih
sayang dan restu yang tiada henti selama ini;
2. Guru-guru sejak TK, MI, MTs, SMA, hingga para dosen di perguruan tinggi
yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan;
3. Almamater STIKES dr. Soebandi Jember yang kucinta dan kubanggakan.

vi
MOTTO

“Dalam pengobatan Islam, jiwa manusia terdiri atas jasad, nafas, jiwa, dan ruh.
Maka ketika manusia diberi ujian penyakit oleh Allah SWT, hendaklah
musahabah (evaluasi) terhadap kesalahan-kesalahan

yang pernah diperbuat”

( Dr. Wahyudi Widada, S.Kp ., M.Ked )

vii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hasyim Asyari viii

NIM : 16010167

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Perubahan


Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum dan Sesudah Bekam di Klinik Holistic Care
Kalibaru Banyuwangi” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan
yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana
pun dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata pernyataan ini tidak benar.

Jember, 15 Juli 2020


Yang menyatakan,

Hasyim Asyari
NIM 16010167
ABSTRAK

Hasyim, Asyari.*Susilo, Judi, Arief,** Sya’id, Achmad *** 2020. Perubahan


Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum Dan Sesudah Bekam Di
Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi. Skripsi, Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember.

Keluhan pada muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot skeletal yang


dirasakan dengan intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan
sampai nyeri yang tak tertahankan. Low back pain adalah sensasi nyeri atau
tidak nyaman di bagian punggung bawah. Low back pain merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktifitas tubuh yang kurang
baik. Low back pain merupakan suatu masalah yang mengganggu aktifitas serta
kenyamanan sehari-hari, sebagian besar pekerja kasar (petani) mengalami
masalah nyeri low back pain yang terjadi karena aktifitas kerja dan ergonomi
yang kurang baik. Bekam merupakan suatu metode pengobatan tradisional yang
telah digunakan dalam perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan
salah satunya adalah nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
skala nyeri low back pain sebelum dan sesudah bekam di klinik holistic care
Kalibaru Banyuwangi. penelitian ini merupakan penelitian cross sectional
analitik dengan rancangan pre test post test design. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan sampling quota sampling
yang memnuhi kriteria inklusi yang dilakukan di klinik holistic care Kalibaru
Banyuwangi pada bulan Juni- Juli 2020. Diberikan bekam di 12 titik. Dilakukan
satu kali terapi bekam setiap responden. Setelah data terkumpul dilakukan
analisa dengan bantuan program SPSS, didapatkan rerata skala nyeri responden
sebelum bekam 4,96 dan turun menjadi 1,6 sesudah dibekam dan di uji
menggunakan uji wilcoxon didapatkan p-value sebesar 0,000. Maka dapat
disimpulkan bahwa terapi bekam terbukti berpengruh terhadap penurunan skala
nyeri low back pain. Bekam dapat digunakan sebagai terapi penurunan skala
nyeri low back pain di klinik holistic care Kalibaru Banyuwangi. Perubahan
skala nyeri yang signifikan ini disebabkan oleh banyaknya opiat endogen seperti
endorfin, enkefalin, dinorfin dalam tubuh yang pengeluarannya distimulus oleh
bekam serta otot-otot di area punggung yang dilakukan pembekaman konsentrasi
ketegangannya menurun sehingga aliran darahnya menjadi lancar.
.

Kata Kunci : Nyeri, Terapi Bekam, Low Back Pain

ix
ABSTRACT

Hasyim, Asyari.*Susilo, Judi, Arief,** Sya’id, Achmad *** 2020. Changes In


Low Back Pain Pain Scale Before And After Cupping Therapy In
Holistic Care Clinic Kalibaru Banyuwangi. Skripsi, Nursing
Science Study Program STIKES dr. Soebandi Jember.

Complaints in the musculoskeletal are complaints in the skeletal muscles


that are perceived with varying intensity of pain, from mild pain to unbearable
pain. Low back pain is a painful or uncomfortable sensation in the lower back.
Low back pain is one of the musculoskeletal disorders caused by poor body
activity. Low back pain is a problem that disrupts the activities and the daily
comfort, most of the crude workers (farmers) have a low back pain pain problem
that occurs because of work activity and poor ergonomics. Cupping is a traditional
method of treatment that has been used in the treatment and treatment of various
health problems, one of which is pain. This research aims to determine the change
in pain scale low back pain before and after cupping at the holistic care Clinic in
Kalibaru Banyuwangi. This research is an analytical cross sectional research with
pre-Test post test design draft. Samples on this research as many as 30
respondents with a sampling quota sampling technique that meets the criteria of
inclusion conducted at the holistic care clinics in Kalibaru Banyuwangi in June-
July 2020. Given cupping in 12 dots. Done one time cupping each respondent.
After the data collected was done analysis with the help of SPSS program,
obtained the rate of pain of the respondent before the cupping 4.96 and dropped to
1.6 after the freeze and in test using Wilcoxon test obtained P-value of 0.000. It
can be concluded that cupping therapy proved to be a pain reduction of low back
pain. Cupping can be used as a low back pain reduction therapy at the holistic care
Clinic in Kalibaru Banyuwangi. This significant painful scale change is caused by
the number of endogenous opiates such as endorphins, Enkefalin, dinorfins in the
body whose discharge is stimulated by cupping and muscles in the back area that
are carried out in the concentration of a decreased thickness so that the blood flow
becomes smooth.

Keywords : Pain, Cupping Therapy, Low Back Pain

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan

pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi dengan judul

“Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum Dan Sesudah Di Klinik Holistic

Care Kalibaru Banyuwangi”.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis dibimbing dan dibantu oleh

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H. Said Mardijanto, S.Kep., Ns., MM selaku Ketua STIKES dr.

Soebandi yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Skripsi ini.

2. Ns. Irwina Angelia Silvanasari, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi yang telah memberikan kesempatan

untuk menyusun Skripsi ini.

3. Arief Judi Susilo, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah

memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan dan menambah pengetahuan

sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Achmad Sya’id, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungan sehingga Skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Jenie Palupi, S.Kp.,M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan

arahan, motivasi dan menambah pengetahuan sehingga Skripsi ini dapat

terselesaikan.

xi
6. Seluruh staf akademik STIKES dr. Soebandi Jember yang turut membantu

penyediaan fasilitas dan bantuan demi terselesaikannya Skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala

amal baik yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak

yang memanfaatkan. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

untuk perbaikan di masa mendatang.

Jember, 15 Juli 2020

Penulis

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................


iii HALAMAN PENGESAHAN
.............................................................................. iv
PERSEMBAHAN................................................................................................. vi
PERNYATAAN.................................................................................................. viii
ABSTRACK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
xi DAFTAR ISI.......................................................................................................
xiii DAFTAR TABEL ..............................................................................................
xvi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xvii DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................
xviii DAFTAR LAMPIRAN
...................................................................................... xix BAB 1.
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.4.1 Bagi pasien dengan Low Back Pain .................................................. 4
1.4.2 Bagi praktisi kesehatan ..................................................................... 4
1.4.3 Bagi peneliti ...................................................................................... 5
1.5 Keaslian Terdahulu ................................................................................ 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
2.1 Low Back Pain......................................................................................... 7
2.1.1 Definisi............................................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi Low Back Pain................................................................. 7
2.1.5
2.1.3 Patofisiologi
Etiologi Low Low
BackBack
PainPain............................................................
.....................................................................168

xiii
2.2 Konsep Bekam....................................................................................... 17
2.2.1 Definisi ............................................................................................ 17
2.2.2 Macam- Macam .............................................................................. 17
2.2.3 Keutamaan....................................................................................... 18
2.2.4 Manfaat Menurut Medis.................................................................. 20
2.2.5 Larangan Dalam Berbekam............................................................. 21
2.2.6 Titik Bekam Nabawi ....................................................................... 23
2.2.7 Titik bekam untuk low back pain .................................................... 25
2.2.8 Langkah- Langkah Bekam Pada Pasien Nyeri Low Back Pain ...... 26
2.3.5 Pengkajian Intensitas Nyeri............................................................. 29
2.3.6 Pengaruh bekam terhadap perubahan skala nyeri low back pain.... 32
BAB 3. KERANGKA KONSEP......................................................................... 36
3.1 Kerangka Konsep.................................................................................. 36
BAB 4. METODE PENELITIAN ...................................................................... 38
4.1 Desain penelitian ................................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel............................................................................. 39
4.3 Tempat penelitian ................................................................................. 41
4.4 Waktu peneltian ................................................................................... 41
4.4.1 Waktu penyusunan proposal dan skripsi ........................................ 41
4.4.2 Waktu pengambilan data ................................................................ 41
4.5 Variabel penelitian................................................................................ 41
4.5.1 Variabel Bebas (Independen) .......................................................... 41
4.5.2 Variabel Terikat (Dependen)........................................................... 41
4.6. Definisi operasional............................................................................... 42
4.7. Pengumpulan data ................................................................................ 46
4.8 Pengolahan dan analisa data ................................................................ 50
4.9 Etika penelitian ..................................................................................... 52
BAB 5. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 55
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 55
5.2 Hasil Penelitian...................................................................................... 55
5.2.1 Data Umum ..................................................................................... 55
5.2.2 Data Khusus .................................................................................... 59
BAB 6. PEMBAHASAN ..................................................................................... 62
6.1 Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum Dilakukan Bekam .................. 62
xiv
6.2 Skala Nyeri Low Back Pain Sesudah Dilakukan Bekam ................... 65
6.3 Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum dan Sesudah
Bekam ................................................................................................... 67
6.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 71
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. xv
73
7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 73
7.2 Saran ...................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi usia responden dengan low back pain Banyuwangi 2020
xvi
Tabel 5.2. Distribusi berdasarkan riwayat pendidikan responden low back pain

Banyuwangi 2020

Tabel 5.3. Distribusi berdasarkan jenis pekerjaan responden Banyuwangi 2020

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan sikap kerja Banyuwangi 2020

Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan masa kerja Banyuwangi 2020

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sebelum

Tabel 5.7.Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sesudah


bekam Banyuwangi 2020.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sebelum dan
sesudah bekam Banyuwangi 2020.

Tabel 6.1. Hasil pengukuran skala nyeri responden sebelum bekam Banyuwangi
2020

Tabel 6.2. Hasil pengukuran skala nyeri responden sesudah bekam Banyuwangi
2020.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Titik bekam


Gambar 2.2 skala nyeri numerik xvii

Gambar 2.3 skala nyeri verbal


Gambar 2.3 skala nyeri analog

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Gambar 4.1 skema desain penelitian Cross sectional
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 : Diagram Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin


xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen penelitian


xix
Lampiran 2 : Lembar observasi responden

Lampiran 3 : Lembar inform concent

Lampiran 4 : Lembar tabulasi 30 responden

Lampiran 5 : Dokumentasi

Lampiran 6 : Standart Operational Prosedur (SOP)

Lampiran 7 : Lembar Perijinan

Lampiran 8 : Hasil olah data manual

Lampiran 9 : Hasil olah data SPSS

Lampiran 10 : Hasil pengisian kuisioner responden


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low back pain sering dijumpai sehari-


1 hari dan hampir ditemui diseluruh

dunia yang biasanya terjadi pada pekerja berat. Pekerja berat sendiri mencakup

berbagai jenis pekerjaan diantaranya, kuli panggul, karyawan produksi, dan juga

petani yang juga dapat menyebabkan low back pain. Menurut years lived with

disability (YLDs) low back pain merupakan peringkat tertinggi penyebab

kecacatan pada gangguan muskuloskeletal (Hoy et al, 2014).

Laporan WHO menunjukkan bahwa 80% dari total populasi dunia yang

berjumlah 7,7 miliar jiwa pernah mengalami low back pain selama hidupnya.

Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15- 45%, dengan poin prevalensi rata- rata

30% (WHO, 2005). Berdasarkan data dari National Health Interview Survey

(NHIS) tahun 2009 persentase penderita Low Back Pain di Amerika Serikat

mencapai 28,5%. Angka ini berada pada urutan pertama tertinggi untuk kategori

nyeri yang sering dialami kemudian diikuti oleh sefalgia dan migren pada urutan

kedua sebanyak 16%. Data untuk jumlah penderita Low Back Pain di Indonesia

tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan penderita Low Back Pain di

Indonesia bervariasi antara 7,6% sampai 37% dari jumlah penduduk yang ada di

Indonesia (Nurindasari, 2016).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan pemilik Klinik

Holistic Care Kalibaru Banyuwangi pada tanggal 23 Januari 2020 didapatkan

pasien yang berobat ke tempat tersebut dengan keluhan low back pain per

tahunnya kisaran 1000 pasien. Angka tersebut termasuk kasus yang paling tinggi
2

Banyak faktor resiko yang berhubungan dengan keluhan low back pain

seperti hereditas, usia, jenis kelamin, deformitas postur tubuh, aktifitas fisik, masa

kerja, dan porsi kerja (Rinaldi, 2015). Low back pain yang berhubungan dengan

pekerja dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor demografi pekerja, posisi

tubuh saat bekerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan. Tanda- tanda low back

pain yang biasanya muncul yaitu timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak

pada daerah punggung yang dapat disebabkan oleh tarikan, tekanan, dorongan

yang melebihi daya elastisitas dari otot yang menjadikan otot menjadi tegang.

Pasien dengan keluhan LBP yang tidak diberikan tatalaksana dengan baik dapat

menyebabkan beberapa kondisi seperti episode keluhan nyeri yang menjadi

kronik, spasme, kelemahan otot, dan penurunan luas gerak lumbal (Rahmawati,

2018). Keluhan LBP bisa menjadi gawat darurat apabila disertai syndrom kauda

equina atau proses hilangnya fungsi dari saraf-saraf yang dapat menyebabkan

inkontinensia kantong kemih secara progresif (Chiodo, 2010).

Penanganan dalam manajemen nyeri sudah seharusnya menggunakan

pendekatan secara menyeluruh, hal ini disebabkan nyeri mempengaruhi

keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu kita tidak boleh terpaku

pada satu pendekatan saja tetapi juga menggunakan pendekatan lain yang

mengacu pada aspek biopsikososial, kultural dan spiritual. Macam-macam

pengobatan terbagi menjadi dua, yaitu pengobatan secara farmakologis dan

pengobatan non farmakologis. Pengobatan farmakologis meliputi pemberian obat

analgetik, adapun pengobatan non farmakologis atau terapi komplementer antara

lain akupuntur, akupresur, masase, teknik relaksasi, bekam dan masih banyak lagi.

Bekam sendiri terbagi menjadi dua yaitu bekam basah dan bekam kering. Dari
beberapa terapi komplementer yang ada, penulis mengambil salah satu yaitu

bekam basah karena terapi bekam basah adalah terapi bekam yang paling sering

dilakukan untuk mengobati nyeri low back pain di klinik holistic care Kalibaru

Banyuwangi.

Bekam adalah cara pengobatan dengan cara mengeluarkan darah dari

dalam tubuh melalui permukaan kulit (Widada, 2011). Bekam dianjurkan dalam

Islam diyakini sebagai pengobatan komplementer dalam penanganan nyeri. Selain

itu keutamaan bekam merupakan pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi

Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam Hadits Bukhori nomor 5359 dan

Muslim nomor 2205 yang berbunyi “kesembuhan dapat di peroleh dengan 3 cara,

pertama minum madu, kedua dengan berbekam, dan yang ketiga dengan besi

(Lionel, 2014) panas, namun aku tidak menganjurkan umatku melakukan

pengobatan dengan besi panas” (Fat ahillah, 2018).

Berdasarakan uraian diatas dan dilatarbelakangi keterbatasan penelitian

tentang bekam di Indonesia penulis ingin meneliti tentang Perubahan Skala Nyeri

Low Back Pain Sebelum Dan Sesudah Bekam Di Klinik Holistiic Care Kalibaru

Banyuwangi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

yaitu: Adakah Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum Dan Sesudah

Bekam di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan umum mengadakan

penelitian adalah untuk mengetahui Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain

Sebelum Dan Sesudah Bekam di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi skala nyeri low back pain sebelum di lakukan bekam

basah di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

2. Mengidentifikasi skala nyeri low back pain sesudah dilakukan bekam

basah di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

3. Menganalisis perubahan skala nyeri low back pain sebelum dan sesudah

dilakukan bekam basah di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi pasien dengan Low Back Pain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pasien

mengenai dampak dari terapi bekam basah yang diterima sehingga bisa menjadi

dasar keyakinan bagi pasien Low Back Pain untuk menjadikan bekam sebagai

salah satu pilihan mengatasi berbagai keluhannya.

1.4.2 Bagi praktisi kesehatan

Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi praktisi kesehatan jika

pasien yang ditangani menginginkan terapi alternatif selain terapi konvensional.


1.4.3 Bagi peneliti

1. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu

yang didapat selama menempuh pendidikan.

2. Menambah pengetahuan peneliti mengenai manfaat terapi bekam untuk

penanganan low back pain.

3. Membuktikan kebenaran hadits Nabi Muhammad SAW akan manfaat dari

terapi bekam sehingga keimanan peneliti semakin bertambah.

4. Sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).

1.5 Keaslian Terdahulu

1.5.1 Penelitian Gita Ramadhani, Wahyudi Widada, Sasmiyanto (2016) yang

berjudul efektifitas terapi bekam pada area pinggang terhadap penurunan

nyeri pinggan di Holistic Nursing Therapy Probolinggo.

Desain penelitian ini adalah Pra Experimental dengan rancangan

One-Grub Pretest-Postest. Sampling yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu quota sampling. Sampel pada penelitian ini

sejumlah 35 responden. Hasil penelitian ini menggunakan uji

statistik dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan p-value

0,000 nila i α < 0,05 yang artinya dapat disimpulkan bahwa

efektifitas terapi bekam terhadap penurunan skala nyeri pada nyeri

pinggang adalah bermakna. Bekam dapat digunakan sebagai terapi

untuk penurunan skala nyeri pada penderita nyeri pinggang di

Holistic Care Nursing Therapy Probolinggo.


1.5.2 Penelitian Yugi Hari Chandra Purnama (2017) yang berjudul pengaruh

bekam terhadap penurunan nyeri pada klien dengan trapezius myalgia

pada pekerja angkut di Kecamatan Jelbuk Jember.

Desain penelitian ini adalah Pre Experimental dengan rancangan

Pretest-postest design. Sampling yang digunakan dalam penelitian

ini adalah consecutive sampling. Sampel pada penelitian ini

sejumlah 15 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata

skala nyeri klien sebelum dibekam 5,20 dan turun menjadi 1,93

setelah dibekam dan di uji menggunakan uji statistik dengan

menggunakan uji t-dependen (paired t-test) didapatkan p-value

sebesar 0,00 yang artinya dapat disimpulkan bahwa terapi bekam

terbukti berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada klien dengan

trapezius myalgia pada pekerja angkut di Kecamatan Jelbuk

Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Low Back Pain

2.1.1 Definisi 7

Low back pain dapat di definisikan sebagai sensasi nyeri atau tidak

nyaman pada daerah punggung belakang (pinggang), daerah bawah tulang rusuk

ke 12 hingga lipatan pantat bagian dalam, bisa disertai penjalaran nyeri di bagian

kaki maupun tidak (Lionel, 2014). Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung

bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh

aktifitas tubuh yang kurang baik. Rasa sakit bisa berupa nyeri ringan, tumpul

sampai parah dan menghambat pergerakan serta mengganggu aktivitas sehari-hari

(Fitriani, 2013).

2.1.2 Klasifikasi Low Back Pain

LBP bisa dibagi menjadi dua macam berdasarkan durasi nyerinya, yaitu :

a. Acute Low Back Pain

Low back pain yang masuk dalam kategori akut memiliki durasi keluhan

yang dirasakan selama 6-12 minggu, apabila dirasakan sampai 3 bulan maka

akan masuk dalam kategori subakut LBP (Chiodo, 2010). Acute LBP ditandai

dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba- tiba dan rentang waktunya

hanya sebentar, antara beberapa hari dan beberapa minggu dan rasa nyeri ini

dapat hilang atau sembuh. Acute LBP dapat disebabkan karena luka traumatik

sepeti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat
8

kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat

melukai otot, ligamen dan tendon (WH0, 2013).

b. Chronic Low Back Pain

Keluhan nyeri pada chronic LBP bisa menyerang lebih dari 3 bulan dan

keluhan ini dapat dirasakan berulang- ulang atau kambuh kembali. Chronic

LBP dapat terjadi karena osteoarthriris, reumathoid arthritis, proses

degenerasi diskus intervertebra dan tumor. Banyak kasus chronic LBP yang

akhirnya dirujuk untuk operasi, namun jarang yang berhasil mengurangi nyeri

secara definitif (WHO, 2013).

2.1.3 Etiologi Low Back Pain

Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai

masalah muskuloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal dapat

dipengaruhi oleh aktifitas, antara lain :

a. Regangan lombosakral akut

b. Ketidakstabilan ligament lumbosakral dan kelemahan otot

c. Osteoartritis tulang belakang

d. Masalah diskus intervertebralis

e. Perbedaan panjang tungkai

f. Pada lansia: akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis

tulang

g. Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal,

aneurisma abdominal, dan masalah psikosomatik (Lukman & Nurma, 2012).


Selain etiologi diatas, faktor yang dapat mnyebebkan LBP antara lain

faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan. Menurut Andini (2015)

faktor penyebab dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor berikut ini :

a. Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang

dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30

tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakn jaringan, penggantian jaringan

menjadi jaringan parut, dan pengurangan cairan. Hal tersebut mengakibatkan

stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang,

semakin tinggi resiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada

tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP (Andini, 2015).

Pada umumnya keluhan musculoskeletal mulai dirasakan pada usia kerja

yaitu 25-65 tahun. Penelitian Garg dalam Andini (2015) menunjukkan insiden

LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan

bertambahnya umur.

b. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan laki-

laki, beberap penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk

tidak bekerja karena LBP. Jenis kelamin sangat menpengaruhi resiko keluhan

otot rangka. Hal ini terjadi secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih

rendah daripada pria.


c. Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan

tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram

dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m²).

�����𝑎𝑡 ��𝑎�𝑎𝑛
𝐼𝑀𝑇 =

(Tinggi Badan)²
Panduan terbaru WHO tahun 2000 mengkategorikan IMT untuk orang asia

dewasa menjadi underweight (IMT<18.5), normal range (IMT 18.5-22.9) dan

overweight (IMT ≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT

23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (I MT ≥30.0). Seseorang yang

overweight lebih beresiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang

yang memiliki berat badan yang ideal (Purnamasari, 2015).

d. Masa kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang

bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP merupakan

penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan

bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama masa

kerja seseorang maka semakin besar pula resiko untuk mengalami LBP.

e. Sikap kerja

Sikap kerja adalah posisi kerja seseorang ketika sedang melaksanakan

aktifitasnya. Posisi kerja seseorang dapat saja menjadi janggal. Posisi janggal

adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh

normal saat melakukan pekerjaan. Bekarja dengan posisi janggal dapat

meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal

dapat menyebabkan dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak
efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Yang termasuk dalam posisi

janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,

berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi

statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh

seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering

mengalami cidera.

f. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja bisa berpotesi mengakibatkan LBP, seperti getaran dan

kebisingan. Getaran dapat menimbulkan keluhan LBP ketika seseorang

menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang

memiliki hazard getaran. Getaran merupakan faktor resiko yang signifikan

untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran getaran dapat menyebabkan

kontraksi otot meningkat dan menyebebkan peredaran darah tidak lancar,

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri.

Kebisingan dalam lingkungan kerja juga bisa mempengaruhi performa

kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat meicu dan meningkatkan rasa

nyeri LBP yamg dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat

berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

g. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma. Postur yang

berfariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan salah

satu faktor resiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis

akan lebih beresiko LBP pada pekerjaan yang berat, tetapi kondisi ini sangat
jarang. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas

tulang belakang yang abnormal tidak memiliki konsekuensi.

h. Tingkat pendidikan

Peningkatan prevalensi keluhan LBP berhubungan dengan rendahnya tingkat

pendidikan pasien. Hal ini menjadi salah satu penyebab episode nyeri yang

semakin panjang dan buruknya prognosis keluhan LBP (Patrick et al., 2014).

Keluhan LBP seringkali bersifat nonspesifik, selain etiologi diatas juga

terdapat kemungkinan diagnosis penyakit yang menyebabkan timbulnya keluhan

LBP dilihat dari riwayat pasien dan hasil pemeriksaan fisik, antara lain (Casazza,

2012) :

a. Intrinsic spine

1) Patah tulang kompresi

Salah satu tanda pasien dengan keluhan LBP akibat patah tulang kompresi

yaitu adanya riwayat trauma (kecuali osteoporosis). Gejala klinis patah tulang

kompresi antara lain adanya nyeri tekan pada bagian vertebrae dan nyeri yang

meningkat saat punggung dalam keadaan fleksi, atau saat merubah posisi

berdiri (Casazza, 2012).

2) Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Pada pasien HNP intensitas nyeri pada bagian kaki akan lebih tinggi

dibandingkan dengan bagian punggung, dan akan merambat bila pasien

dalam posisi duduk. Gejala klinis HNP antara lain nyeri dari skala saraf L1-

L3 menyebar ke daerah pinggul atau paha bagian depan dan nyeri dari akar

saraf L4-S1 menyebar ke daerah bawah lutut (Casazza, 2012).


3) Lumbal strain/ sprain

Gejala klinisnya antara lain nyeri punggung yang dapat disertai penyebaran

ke bagian pantat dan meburuk saat bergerak namun akan membaik saat

diistirahatkan (Casazza, 2012).

4) Stenosis spinal

Gejala klinisnya antara lain nyeri pada bagian kaki yang lebih berat daripada

bagian punggung, memburuk ketika berdiri atau berjalan dan akan membaik

saat diistirahatkan atau pungung fleksi. Nyeri juga bisa dirasakan unilateral

atau bilateral (Casazza, 2012).

5) Spondilolistesis

Hampir sama dengan gejala klinis stenosis spinal yaitu berupa nyeri bagian

kaki yang lebih berat dari bagian punggung. Nyeri semakin buruk pada saat

posisi berdiri atau berjalan dan membaik pada saat istirahat atau posisi

punggung fleksi. Nyeri bisa dirasakan unilateral maupun bilateral (Casazza,

2012).

6) Spondilolisis

Spondilolisis bisa dikatakan sebagai penyebab nyeri punggung pada

kelompok usia dewasa walaupun patofisiologisnya masih belum jelas. Nyeri

semakin memburuk saat punggung dalam posisi ekstensi atau saat

beraktivitas (Casazza, 2012).

7) Spondilosis

Hampir sama dengan gejala klinis lumbar strain yaitu nyeri pada bagian

diskus yang memburuk saat aktivitas fleksi atau posisi duduk, nyeri pada
bagian permukaan diskus yang memburuk saat aktivitas saat aktivitas

ekstensi, posisi berdiri saat berjalan (Casazza, 2012).

b. Sistemik

1) Penyakit pada connective tissue

Gejala klinisnya antara lain nyeri pada beberap sendi, demam, penurunan

berat badan, kelelahan, dan nyeri tekan pada procesius spinosus maupun pada

sendi lainnya (Casazza, 2012).

2) Inflamasi spondyloarthropathy

Inflamasi spondyloarthropathy ditandai dengan nyeri yang hilang timbul saat

malam hari, nyeri dan kekakuan saat pagi hari dan ketidakmampuan saat

merubah posisi lumbar dari lordosis menjadi fleksi (Casazza, 2012).

3) Keganasan

Gejala klinisnya antara lain nyeri yang memburuk saat posisi pronasi, nyeri

tekan pada procesus spinosus, penurunan berat badan, dan mudah kelelahan

(Casazza, 2012).

4) Vertebral diskitis/osteomyelitis

Gejala klinisnya antara lain nyeri yang konstan, nyeri tekan pada procesus

spinosus, dan jarang disertai demam. Pada pemerikasaan hitung darah

lengkap normal dan terdapat peningkatan laju pengendapan eritrosit dan level

protein C-reaktif (Casazza, 2012).

c. Nyeri alih

1) Abdominal aortic aneurysm

Gejala klinis abdominal aortic aneurysm antara lain ketidaknyamanan pada

abdomen dan terasa masa yang berdenyut di abdomen (Casazza, 2012).


2) Kondisi gastrointestinal

Beberapa kondisi gastrointestinal yang masuk dalam etiologi ini antara lain

seperti pankreatitis, penyakit ulserasi peptic, dan kolesistitis. Kondisi

ganstrointestinal ini ditandai dengan ketidaknyamanan pada abdomen, mual

atau muntah, dan beberapa gejala lain yang biasanya berhubungan dengan

pola makan (Casazza, 2012).

3) Herpes zoster

Gejala klinisnya antara lain nyeri dermatomal yang unilateral namun sering

kali nyeri bersifat tidak berbahaya, dan terdapat kemerahan pada kulit bagian

pembuluh darah (Casazza, 2012).

4) Kondisi pelvik

Beberapa kondisi pelvik yang masuk dalam etiologi ini antara lain

endometriosis, pelvic inflammatory disease, dan prostatitis. Kondisi ini

ditandai dengan ketidaknyamanan pada abdomen bagian bawah, pelvis, dan

pinggul (Casazza, 2012).

5) Kondisi retroperitoneal

Beberapa kondisi retroperitoneal yang masuk dalam etiologi ini antara lain

colic renal dan infeksi saluuran kemih. Kondisi ini ditandai dengan nyeri di

daerah sudut costovertebral dan bisa juga disertai demam. Pada pemeriksaan

urin ditemukan hasil tidak normal (Casazza, 2012).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada anamnesis, pasien biasanya mengeluh nyeri punggung yang tersamar

pada tulang belakang bagian bawah dan berlangsung selama beberapa tahun.

Nyeri terutama dirasakan sehabis istirahat dan aktivitas. Pada tingkat selanjutnya
terjadi spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural

belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkung lordotik lumbal. Pada

pengkajian lain, perawat biasanya menemukan adanya hubungan keluarga,

lingkungan tempat tinggal dan kerja dengan keluhan nyeri low back pain (Noor,

2017).

2.1.5 Patofisiologi Low Back Pain

Menurut Harianto (2010) Columna vertebralis terdiri dari sejumlah tulang

(yang disebut vertebra) yang berhubungan kokoh satu sama lain, tetapi tetap

menghasilkan gerakan terbatas satu sama lain. Columna vertebralis merupakan

sumbu sentral dan melindungi korda spinalis yang terdapat di dalamnya. Setiap

vertebra terdiri dari badan berbentuk silinder dibagian depan dan sebuah

lengkungan vertebra yang menjulur ke balakang dan melingkari suatu ruang

(foramen vertebralis), tempat lewat medula spinalis. Lengkunagn vertebra

mempunyai lengkungan prosesus spinosus yang mengarah ke belakang dan ke

bawah dan dua prosesus transversus yang mengarah ke lateral. Prosesus- prosesus

ini merupaka tempat perlekatan otot dan ligamen. Pada permukan bawah lengkuk

vertebra terdapat suatu ceruk (notch) untuk tempat lewat saraf dan pembuluh

darah spinalis. Spinalis lengkung memiliki empat prosesus artikular (dua diatas

dan dua dibawah), yang berartikulasi dengan prosesus yang sesuai dari vertebra

yang melekat. Badan- badan vertebra yang melekat dihubungkan satu sama lain

dengan kokoh oleh lempengan fibrokartilago yang disebut discus intervertebralis.

Setiap diskus terdiri dari cincin fibrokartilago dibagian luar, sedangkan bagian

dalamnya disebut nukleus pulpopus. Bila cincin luar menjadi lemah, maka

pulpous nuklesus dapat mengiritasi akar saraf didekatnya sehingga menimbulkan


nyeri. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan

sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya

karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada

kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion

Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot

yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal.

2.2 Konsep Bekam

2.2.1 Definisi

Kata al hijamah berasal dari bahasa arab yang berarti mencegah,

menyedot, menghilangkan, memagut, mematuk, menjatuhkan. Ketika kata ini

digunakan dalam konteks pengobatan sebagaimana telah dikenal, maka artinya

adalah menyedot darah dengan alat bekam. Sedangkan menurut istilah hijamah

atau bekam adalah pengeluaran darah dari kulit dengan cara penghisapan,

kemudiaan perlukaan ringan pada kulit bagian luar, kemudian penghisapan

dilakukan kembali dengan menggunakan alat bekam sampai dengan keluar darah

(Fatahillah, 2018 : 12-13).

2.2.2 Macam- Macam

a. Bekam basah

Bekam basah adalah proses pembekamam dengan melakukan sayatan

untuk mengeluarkan darah yang ada di kapiler epidermis. Bekam basah


merupakan teknik mengeluarkan patogen angin, panas, serta darah statis

(Ridho, 2015: 36)

b. Bekam Kering

Bekam kering adalah pengekopan dengan pompa tanpa mengeluarkan

darah. Bekam kering akan mengeluarkan patogen angin dan panas (Ridho,

2015: 37).

2.2.3 Keutamaan

Dalam hadits riwayat Bukhori, Muslim dan Ahmad dalam musnadnya

yang mengatakan “ jika dalam sebagian oba t kalian terdapat kebaikan maka itu

terdapat dalam sayatan alat bekam, minum madu, atau sudatan besi, panas yang

sesuai dengan penyakit nyeri “ (Ridho, 2015: 70).

Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An- Nasaa’iy dalam al qubro

No. 7537 ; shahih yang mengatakan “ sebaik- baiknya pengobatan yang kalian

berobat dengannya adalah bekam “ ( Ridho, 2015 : 71)

Bekam juga dianjurkan oleh Rasulullah pada waktu- .waktu tertentu seperi

yang telah disabdakan dalam hadits :

1. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berbekam

pada hari ke-17, 19 dan 21 (tahun Hijriyah), maka ia akan sembuh dari segala

macam penyakit.” (Shahih Sunan Abu Dawud, II/ 732, karya I mam al-Albani)

2. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya

sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah hari ke-17, ke-19, dan pada

hari ke-21.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/204))

3. Dari Anas bin Malik RA, dia bercerita: “ Rasulullah SAW biasa berbekam di

bagian urat merih (jugular vein) dan punggung. Beliau biasa berbekam pada
hari ke-17, ke-19, dan ke-21.” (HR, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah,

Ahmad, sanad shahih)

4. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Berbekamlah

pada hari ke-17 dan ke-21, sehingga darah tidak akan mengalami hipertensi

yang dapat membunuh kalian’.” ( Kitab Kasyful Astaar ‘ an Zawaa-idil Bazar,

karya al-Haitsami (III/388)).

Di dalam hadits juga di jelaskan hari- hari untuk melaksanakan bekam,

antara lain:

1. Dari Abu Hurairah RA, dia bercerita: “Rasulullah SAW bersabda:


‘Barangsiapa berbekam pada hari Rabu atau hari Sabtu, lalu tertimpa wadhah

(cahaya dan warna putih, lepra), maka hendaklah dia tidak menyalahkan,

melainkan dirinya sendiri’.” ( Kitab Kasyful Ast aar ‘an Zawaa-idil Bazar,

karya al-Haitsami (III/388))

2. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Berbekam dilakukan dal am
keadaan perut kosong adalah yang paling ideal, dimana ia akan menambah

kecerdasan otak dan menambah ketajaman menghafal. Ia akan menambah

seorang penghafal lebih mudah menghafal. Oleh karena itu, barangsiapa

hendak berbekam, maka sebaiknya dia melakukannya pada hari Kamis

dengan menyebut nama Allah SWT. Hindarilah berbekam pada hari Jumat

dan hari Sabtu serta hari Ahad. Berbekamlah pada hari Senin dan Selasa.

Hindarilah berbekam pada hari Rabu, karena Rabu merupakan hari dimana

nabi Ayyub tertimpa malapetaka. Tidaklah timbul penyakit kusta dan lepra,

kecuali pada hari Rabu atau malam hari Rabu.” (Shahih Sunan Ibnu Majah,

II/261, karya Imam al-Albani).


2.2.4 Manfaat Menurut Medis

Bekam memiliki beberapa manfaat secara medis antara lain (Yasin, 2011 :

69-70):

a. Bisa membersihkan darah dan meningkatkan aktifitas syaraf tulang

belakang.

b. Memperbaiki permeabilitas pembulu darah.

c. Menghilangkan kejang- kejang dan memar- memar pada otot.

d. Bermanfaat pada penderita asma, pneumonia, dan angina pectoris.

e. Bermanfaat ketika mengalami pusing, memar- memar di bagian kepala dan

wajah, migrain dan sakit gigi.

f. Ketika mengalami beberapa penyakit mata dan rabun.

g. Ketika mengalami gangguan rahim dan berhentinya menstruasi bagi

wanita.

h. Ketika terkena reumatik dan encok pada bagian pingang.

i. Untuk mengatasi gangguan tekanan darah.

j. Ketika mengalami sakit bahu, punggung, dan dada.

k. Bermanfaat untuk megatasi kemalasan dan banyak tidur.

l. Bermanfaat mengatasi luka- luka, bisul, jerawat dan gatal- gatal dikulit.

m. Bermanfaat mengatasi radang sakit jantung dan radang ginjal yang parah.

n. Bermanfaat mengatasi keracunan.

o. Bermanfaat mengatasi luka- luka bernanah.


2.2.5 Larangan Dalam Berbekam

Meskipun bekam terbukti efektif dan terkadang langsung terasa kerjanya,

tetapi tidak semua orang bisa dilakukan terapi bekam, atau semua bagian tubuh

bisa dilakukan pembekaman. Larangan dalam berbekam antara lain :

1. Tepat dibagian varises

Karena Jika pembuluh darah vena yang mengalami varises itu pecah, maka

dapat mengancam nyawa pasien.

2. Bagian leher depan dan samping.

Karena pada daerah tersebut terdapat nadi carotis dan berbagai organ

tubuh yang sesitif sehingga dapat mengancam nyawa jika dilakukan

pembekaman.

3. Tepat dibagian tumor dan kanker

Prinsipnya sama seperti pada varises jika dilakukan pembekaman dan

terjadi pecah pembulu darah pada bagian tumornya akan memperparah

kondisi penyakit dan semakin mengancam nyawa.

4. Tepat pada permukaan kulit yang terluka atau infeksi.

Pada bagian kulit yang terluka terdapat proses penyembuhan , banyak sel

darah putih dan zat-zat lainnya disana sehingga jika dilakukan

pembekaman bisa menghilangkan zat-zat tersebut dan mengganggu proses

penyembuhan luka.

5. Bagian tubuh yang sensitif dan banyak syaraf yang lembut seperti

pergelangan lengan tangan dalam. Hal ini hanya sebatas untuk kehati-

hatian, karena sayatan dilakukan amat tipis di epidermis.


6. Hindari pembekaman terhadap pasien kanker yang sdang menjalani terapi

dengan obat kimia atau sinar-X kecuali setelah dilakukan analisis darah

secara keseluruhan, untuk mengetahui jumlah sel darah putih. Karena jika

jumlahnya terlalu sedikit maka pasien sangrat mudah tertular penyakit dari

luar.

7. Terhadap orang yang kesurupan, terkena sihir, guna-guna, dan sebagainya,

kecuali juru bekam yang telah mampu menghadapi kasus-kasus semacam

ini.

8. Pasien yang keadaan fisiknya sangat lemah. Ditakutkan ketika dilakukan

pembekaman fisik semakin lemah akibat kehilangan cairan dan zat-zat

tubuh dalam darah yang keluar mealalui proses bekam.

9. Penderita dehidrasi (kekurangan cairan) ringan maupun berat. Jika

dilakukan pembekaman pada pasien dehidrasi akan menambah

pengeluaran cairan dalam tubuh dan kebutuhan cairan dalam tubuh

semakin tidak tercukupi.

10. Wanita yang sedang menstruasi yang keadaannya sangat lemah dan

mengalami pendarahan yang cukup banyak. Karena pada pasien

menstruasi yang kondisinya sangat lemah dan mengalami pendarahan yang

cukup banyak jika dilakukan pembekaman akan semakin menambah

pengeluaran zat-zat yang terdapat dalam darah sehingga dapat

menyebabkan semakin lemas bahkan bisa terjadi pingsan. (Fatahillah,

2018).
2.2.6 Titik Bekam Nabawi

Titik nabawi atau titik sunnah adalah adalah titik bekam yang dianjurkan

dan titik bekam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagaimana disebut dalam

hadits- hadits bekam sebagai berikut :

a. Ummu mughits (puncak kepala)

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW pernah meminta hijamah

dibagian kepala atas, yang disebut ummu mughits. “(Diriwayatkan Ath-

thabrani, menurut Syah al- albani, hadits hasan)”.

Kegunaan : epylepsi (ayan), pusing, vertigo, gangguan keseimbangan,

migrain, darah tinggi, mata merah, kelainan penglihatan, mata bengkak, mata

terasa gatal, terserang sihir, mimisan, menguatkan hafalan, gelisah, depresi,

insomnia, autis, hiperaktif, gangguan memori, semua gangguan stroke pusat

dan lain-lain.

Cara penetapannya, pertemuan garis lurus penghubung antara daun

telinga kanan dan kiri, dengan garis yang tertarik ke atas dari hidung. Secara

sejajar dengan fromen magnum (Fatahillah, 2018 : 38).

b. Akhda’in (urat leher kanan kiri)

Dari Anas, bahwa Nabi SAW pernah minta bekam di tiga titik, yaitu

dua titik di akhda’in dan satu lagi di titik al -kaahil. (hadits shahih riwayat

Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Kegunaan titik bekam Akhda’in : pusing, punggung dan leher kaku,

TBC kelenjar limfe, muka bengkak, tuki mendadak, tenggorokan nyeri dan

serak, rahang kaku, nyeri pada bagian gigi, radang tulang, telinga
berdengung, gondongan, radang tenggorokan, tengkuk kaku dan pegal,

melancarkan sirkulasi darah ke kepala bagian luar tengkorak.

Tingkat pengekopan titik akhda’in dibawah garis batas rambut kepala

belakang. Sekitar otot trapezius kanan dan kiri sejajar dengan jugularis, yang

berarti dibawah telinga kiri dan kanan. Hanya posisi ini ada resikonya karena

dapat mengenai pusat kelenjar getah bening di leher (Fatahillah, 2018 : 39).

c. Katifain (bahu kiri dan kanan)

Dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah SAW meminta bekam

di tiga titik, di akhda’in dan diantara kedua pundak. “Hadits shohih riwayat

Abu Daud”. Kegunaan titik bekam katifain untuk mengatasi bahu kaku, nyeri

bahu pundak, lengan tidak dapat diangkat, mistis, masukangin, batuk pilek,

stroke dan lain-lain. Lokasi pembekaman yaitu titik ini langsung di pundak

atau bahu. Posisinya bahu kanan kiri diatas skapula (Fatahillah, 2018 : 39-

40).

d. Al- Kaahil

Dari Anas, bahwa Nabi SAW pernah memerintahkan bekam di tiga

titik, yaitu dititik akhda’in dan satu titik di kahil atau punuk. (hadits shahih

riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Kegunaan titik bekam kaahil antara lain untuk mengobati malaria,

demam, TBC, influenza, epilepsi, kekakuan leher, muntah-muntah, kudatan

pada punggung dan leher atas, pusing, penyakit tulang belakang leher,

hipertensi, mimisan, stroke dan semua penyakit.

Lokasi pembekaman di titik kaahil ialah tepat dibawah punuk atau

sejajar dengan vertebrata thorakal 1-3, dibawah C7 (Fatahillah, 2018 : 40).


25

e. Warik (panggul)

Dari Jabir berkata bahwa Nabi SAW memerintahkan hijamah pada

bagian panggul karena rasa nyeri yang beliau rasakan di bagian tersebut.

(hadits shahih riwayat Abu Daud, An- Nasa’i ).

Kegunaan titik bekam warik antara lain untuk mengobati beser mani,

impoten, ngompol, hipersex, kolik ginjal, kencing darah pada batu ginjal,

sering kencing, urine sedikit, diare kronis, susah tidur bersifat lemah,

keputhan, haid tidak teratur, kuping berunyi, dan mata kabur.

Tempat pembekaman pada titik warik adalah di organ tubuh di atas

paha, di atas panggul pada waktu duduk yang atas lateral ilium kiri dan

kanan. Pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus medius bawah, kiri

dan kanan (Fatahillah, 2018 : 40).

2.2.7 Titik bekam untuk low back pain

Berikut adalah titik-titik bekam yang spesifik untuk terapi nyeri low

back pain (LBP) (Assegaf, 2009) :

1. First wet-cupping area : 5 titik meliputi leher 2 titik (titik al-akhda’in) ,

pundak 2 titik (titik al-katifain), dan 1 titik di punuk (titik al-kaahil).

2. Second wet-cupping area :6 titik meliputi pinggang 2 titik (titik

maq’idah), titik ginjal 2 titik (titik ‘ala warik), dan 2 titik punggung

tengah (titik azh-zahril washati).

3. Third wet cupping area : 2 titik meliputi 1 titik yang letaknya 3 jari

dibawah lipatan belakang lutut kanan kiri (titik ala dzohril qodam)
"44l�-·a1a warik (piagg,al)
II �ilh.A�H\\A===--- Qilbo•
Maq'i<bll

�.:.a:�:...._L_-'---1-!.l--.--fakbd
.+:+1----..--J-.+--1--4- Rukbu
1•�1-+-- 'ala zom qodllllli Ot na •
(kaki atas bctis)

TITIK BEKAM SUNNAB

Gambar 2.1 Titik bekam

2.2.8 Langkah- Langkah Bekam Pada Pasien Nyeri Low Back Pain

Berikut adalah tata cara terapi bekam sesuai dengan standar yang

disepakati Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) (Assegaf, 2009) :

1. Mengisi indentitas pasien

2. Melakukan diagnosa terhadap penyakit pasien dengan anamnesis terhadap

nyeri (numeric rating scale) yang dirasakan.

3. Dokumentasi identitas dan data penyakit pasien

4. Menyiapkan peralatan bekam yang sudah di sterilkan, dan meminta pasien

menyiapkan diri duduk atau berbaring dimatras yang sudah disediakan

selama pembekaman.
27

5. Menyiapkan area kulit yang akan dibekam dengan mengoleskan minyak

zaitun pada permukaan klit yang akan di bekam sesuai titik yang telah di

tentukan.

6. Melakukan pengekopan pada titik pembekaman yang sudah diolesi dengan

minyak zaitun dengan tarikan dan kenyamanan sesuai dengan kondisi

pasien, lalu menunggu selama 5 menit.

7. Melakukan insisi dengan lancet device dengan jarum yang sudah disiapkan

dan disesuaikan pada titik yang sudah dilakukan pengekopan sebanyak 11-

17 kali untuk satu titik. Kemudian melakukan pengekopan kembali dan

tunggu selama 5 menit.

8. Melakukan pembersihan pada darah yang keluar. Kemudian melakukan

bekam kembali tanpa insisi untuk memastikan tidak ada lagi darah yang

keluar. Dilanjutkan dengan pemberian minyak zaitun pada titik-titik yang

diinsisi oleh lancet.

9. Melakukan anamnese lanjutan untuk menilai NRS pada nyeri low back

pain yang dirasakan pasien setelah dibekam basah.

2.3 Konsep Nyeri

2.3.1 Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensor dan emosional yang tidak menyenangkan

dan bersifat sangat subjektif. Sebab, perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya. Secara umum, nyeri dapat diartikan sebagai

suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik


maupun dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik

(fisiologis) maupun emosional (Firda, 2013).

Umumnya rangsangan rasa nyeri akan berkurang dan menghilang setelah

stimulus yang menyebabkan rasa nyeri ini hilang, atau organ ubuh itu sudah

sembuh dan kembali normal. Tetapi terkadang, ada rasa nyeri yang tetap

dialamimeskipun organ tubuh sudah sembuh dan tidak ada kerusakan yang lain

(Firda, 2013).

2.3.2 Sifat- sifat nyeri

Menurut Firda (2013) berikut adalah beberapa sifat dari nyeri :

a. Nyeri menyebababkan kelelahan dan membutuhkan banyak energi

b. Nyeribersifat subjektif dan individual

c. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan

fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien

d. Hanya klien yang mengetahui saat nyeri timbul dan rasanya

e. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis

f. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan

g. Nyeri mengawali ketidakmampuan

Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi

tidak optimal.

2.3.3 Klasifikasi nyeri

Secara umum klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan

nyeri kronis.
a. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot (Firda, 2013).

b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan- lahan,

biasanya terjadi dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.

Contohnya adalah nyeri yang terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri

psikososmatis selain nyeri akut dan nyeri kronis (Firda, 2013).

2.3.4 Stimulus nyeri

Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan

reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf

bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri

dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-timulus tersebut dapat berupa

biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik (Sigit Nian, 2010). Seseorang

dapat menoleransi menahan nyeri (Pain Tolerance) atau dapat mengenali jumlah

stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (Pain Threshold). Ada beberapa jenis

stimulus nyeri, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Trauma pada jaringan tubuh

b. Gangguan pada jaringan tubuh

c. Tumor

d. Iskemia pada jaringan

e. Spasme otot (Firda, 2013)

2.3.5 Pengkajian Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu serta kemungkinan nyeri dalam intensitas nyeri yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin mungkin adalah menggunakan respon

fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini

juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Andarmoyo, 2016).

Penilaian skala nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai

berikut :

a. Skala numerik

Skala penilaian numerik (Numerial Rating Scale) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Potter,

2010).

!r--!1-..:r-r•-t-!t--�t-!r-t
1 l 3 4 5 6 7 8 , JO
. ..., �

Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri tak

nyeri tetahankan

Gambar 2.2 skala nyeri numerik

Keterangan :

1. 1-3 Nyeri ringan : dengan indikator klien dapat berkomunikasi dengan

baik
2. 4-6 Nyeri sedang: dengan indikator pasien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

3. 7-9 Nyeri berat dengan indikator pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan alih

posisi, nafas panjang dan distraksi.

4. 10 Nyeri tak tertahankan : dengan indikator pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

b. Skala deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal (Verbal Descriptor Scale)

meruakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsian ini dirangking dari tidak merasa nyeri sampai nyeri yang

tidak tertahankan (Potter, 2010).

Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

Ringan Sedang Berat Tak tertahankan

Gambar 2.3 skala nyeri verbal


c. Skala nyeri visual

Skala nyeri visual (Visual Analog Scale) adalah suatu garis lurus atau

horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta

untuk menunjuk titik pada garis tersebut. Sebuah penggaris diletakkan

sepanjang garis dan dan letakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat

pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam

centimeter (Andarmoyo, 2016).

Tidak Nyerl Nyeri Sangat Hebat

Gambar 2.4 skala nyeri analog

2.3.6 Pengaruh bekam terhadap perubahan skala nyeri low back pain

Bekam diketahui sangat berpengaruh dalam menurunkan nyeri pada klien

low back pain. Menurut Yanti (2012) mekanisme yang mendasari pengaruh terapi

bekam terhadap penurunan nyeri yaitu pengeluaran opiate endogen yang dipicu

oleh terapi bekam. Sejalan dengan penelitian Ramadhian (2017) efek terapi bekam

akan mengeluarkan subtansi penyebab nyerinseperti substansi P dan mediator

inflamasi yang menghambat penghantaran sinyal nyeri. Rangsangan taktil yang

ditimbulkan akan menyebabkan terinduksinya pelepasan hormone β-endorfin.

Pelepasan hormone ini akan menginaktivasi jaras nyeri.

Suatu peradangan kronis dapat merangsang substansi P untuk

menghasilkan zat algogen berupa prostaglandin, bradikinin dan serotonin yang


dapat menimbulkan sensori nyeri. Tipe serabut saraf yang menghantarkan

stimulasi nyeri ada dua yaitu serabut saraf tipe A dan serabut saraf tipe C.

perbrdaan dari keduanya adalah daya hantar sinyal dimana daya hantar tipe A

relatif cepat dari pada serabut tipe C. serabut saraf tipe A relatif tipe A bermielin

halus dengan diameter 2-5 mm sedangkan pada serabut saraf tipe C tidak

bermielin dengan diameter 0,4-1,5 mm. rangsangan yang dibawa oleh serabut

saraf tipe A merupakan rangsangan nyeri yang menusuk sedangkan pada serabut

saraf tipe C membawa rangsangan nyeri terbakar dan tumpul. Selain itu, serabut

tipe A berakhir di kornu dorsalis dan lamina I sedangkan serabut tipe C berakhir

di lamina II,III dan IV. Stimulus nyeri yang menyebabkan kerusakan pada

jaringan akan ditangkap sebagai suatu impuls oleh nociceptor. Kemudian impuls

tersebut akan dihantarkan oleh saraf (serabut saraf de;ta A dan serabut C)

kemudian impuls ini akan menyebabkan keluarnya substansi P dari ujung sraf

eferen di kornu posterior. Lalu impils akan diteruskan melalui ascending paint

pathways hingga mencapai thalamus dan corteks serebri untuk kemudian diubah

sebagai persepsi nyeri dan lokalisasi nyeri (Sherwood, 2011).

Substansi P dilepaskan secara lambat dan menyebar luas di kornu dorsalis

serta dapat mempengaruhi banyak neuron. Peptida-paptida endogen ini berfungsi

sebagai neurotransmitter system analgesik ini. Opiate-opiat endogen ini

dibebaskan dari jalur analgesik desenden dan berikatan dengan reseptor opiat di

ujung serat nyeri aferen. Pelepasan substansi P melalui inhibisi prasinaps sehingga

transmisi lebih lanjut impuls nyeri dihambat (Michaelsen, 2009).

Selama bekam kulit yang ditusuk mengalami cedera dapat menimbulkan

stress fisik. Stress fisik tersebut akan memicu pengeluaran CRF (Corticotropin
releasing factor) dari hipothalamus dan akan menstimulus pengeluaran ACTH

(Adrenocorticotropic hormone) dari hipofisis anterior. Selanjutnya ACTH

disintesis untuk pengeluaran zat lain yaitu POMC (proopiomelanocortin) yang

mana produk dari zat tersebut adalah β- endorfin yang merupakan salah satu

opioid endogen. Hingga akhirnya terjadi pelepasan β- endorphin dan hormon

adrenocortical ke dalam sirkulasi. Hormon ini yang akan memberikan efek

relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota tubuh. Selain itu, Endotelin-1 juga

merupakan mediator nyeri yang disintesis oleh keratinosit kulit normal setelah

cedera kulit dan bekerja pada reseptor endotelin-A. Endotelin-1 dapat juga

menghasilkan analgesia setelah berikatan pada reseptor endotelin-B yang

mengarah pengeluaran β-endorphin dari keratinosit dan aktivasi saluran kalium

Gprotein yang terkait dengan reseptor opioid pada reseptor nyeri (Potter, 2010).

Bekam juga mampu menutup pertahanan untuk menghambat impuls ke

otak, hal ini disebabkan oleh kuatnya isapan alat bekam yang berperan

menyibukkan jalur saraf yang mentransmisikan sinyal rasa nyeri ke otak. Ketika

ada stimulus atau sinyal rasa lain yang sampai di otak maka rasa nyeri tersebut

terhalang untuk sampai ke otak, sehingga pasien tidak dapat merasakannya lagi.

Teori tersebut dikenal dengan Gate Control Theory (Syaraf, 2012).

Tarique (2016) melaporkan, bahwa terapi bekam dapat menurunkan

konsentrasi serum substansi P (pain related pathway)¸ yang dikonfirmasi sebagai

efek anti-nociceptif. Efek taktil pada bekam dapat merangsang serat-serat besar
l
tipe Aβ yang berasa dari reseptor di perifer. Perangsangan reseptor ini akan

menekan pengiriman sinyal nyeri dari daerah tubuh yang sama. Hal ini terjadi

akibat inhibisi lateral setempat di medula spinalis. Selain itu, bekam


meningkatkan oksigenasi pada mikrovaskuler sehingga aliran darah pada area

yang sakit menjadi membaik (Widada, 2011).


36

BAB 3. KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

ri Analisi Hasil
Faktor penyebab : Keluhan nyeri Keluhan nye
Bekam
in
1. IMT Low Back Pain Low Back Pa
m
2. Lingkungan kerja sebelum bekam sesudah beka
ngan
3. Jenis kelamin 1. Nyeri ringan 1. Nyeri ri
dang
4. Tingkat pendidikan 2. Nyeri sedang Anamnese 2. Nyeri se
rat
5. Masa kerja 3. Nyeri berat (NRS) 3. Nyeri be
k
6. Riwayat penyakit 4. Nyeri tak Numerial Rating
4. Nyeri ta
kan
tertahankan Scale
7. Usia tertahan
8. Sikap kerja erangan :
Ket : Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


37

3.2 Hipotesis penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), hipotesis adalah jawaban sementara

dari suatu penelitian. Jadi , hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban

sementara penelititan, patokan duga, atau dalil sementara yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah menima

hasil pembuktian dari suatu penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau

salah, dapat diterima atau ditolak. Terdapat dua macam hipotesis yaitu

Hipotesa nol (H0) dan Hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa nol adalah

hipotesis yang menyatakan hubungan yang definitif dan tepat diantara dua

variabel. Secara umum hipotesis nol diungkapkan sebagai tidak terdapatnya

hubungan (signifikan) antara dua variabel. Hipotesis alternatif (Ha)

menyatakan ada hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini hipotesa yang dirancang peneliti adalah :

H0 : Tidak ada perubahan skala nyeri low back pain sebelum dan sesudah

bekam di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

Dengan kriteria pengambilan keputusan :

a. Ho diterima bila p>α 0,05, maka tidak ada perubahan skala nyeri low

back pain sebelum dan sesudah bekam di Klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi.

b. Ho ditolak bila p<α 0,05, maka ada perubahan skala nyeri low back

pain sebelum dan sesudah bekam di Klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi.
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah suatu alat penuntun bagi peneliti dalam

melakukan proses penentu instrumen pengambilan data, penentuan sampel,

kolesksi data dan analisisnya (Notoatmodjo, 2012). Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional analitik. variabel

penelitian ini akan diamati pada periode yang sama. Analisis ini bertujun

untuk mengetahui perubahan skala nyeri akibat dari terapi bekam

berdasarkan Numerial Rating Scale. Pengukuran skala nyeri diobservasi

sebelum dilakukan terapi dan diobservasi kembali 15 menit setelah

diberikan terapi.

Berikut skema desain penelitian Cross sectional :

A1 X A2

Mengukur Pemberian Mengukur


tingkat nyeri terapi bekam tingkat nyeri
low back pain basah pada low back pain
sebelum pasien LBP sesudah
dilakukan dilakukan
bekam bekam

Gambar 4.1 skema desain penelitian Cross sectional

Keterangan : A1 = Tingkat nyeri sebelum diterapi

A2 = Tingkat nyeri sesudah diterapi

X = Pemberian terapi bekam basah

38
39

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

pasien yang bekerja sebagai petani yang berobat di Klinik Holistic Care

Kalibaru Banyuwangi dengan keluhan nyeri low back pain kronis yang

berjumlah 30 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kriteria yang digunakan antara

lain :

a. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden

2. Subyek yang mengalami nyeri low back pain <6 bulan

3. Responden dengan jenis pekerjaan sebagai petani yang datang

ke klinik holistic care Kalibaru Banyuwangi untuk dilakukan

bekam dan setuju mengisi informed consent

4. Responden sebelumnya sudah pernah melakukan bekam

5. Responden mampu berkomunikasi dengan baik

6. Responden dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai


b. Kriteria eksklusi

1. Subyek yang mengalami nyeri dengan inflamasi

2. Mengalami gangguan jiwa

3. Subyek yang kondisi fisiknya sangat lemah

4. Subyek yang diberikan terapi lain selain bekam (baik

farmakologi ataupun nonfarmakologi) oleh terapis sesaat

sebelum proses pembekaman.

5. Subyek yang kemungkinan mengalami patologi spinal (seperti

carcinoma), kelainan perdarahan (seperti hemofilia), atau

kelemahan gerak yang progresif dan buruk.

6. Subyek yang Hemoglobinnya rendah

7. Subyek yang asam uratnya tinggi

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan

teknik total sampling. Menurut Sugiyono (2017) total sampling adalah

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah

populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.

Alasan mengambil total sampling menurut Sugiyono (2017) karena jumlah

populasi yang kurang dari 100. Jumlah sampel diambil dari kelompok

kondisi sebelum di bekam dan kelompok kondisi setelah dibekam. Sehingga

terdapat dua kelompok berpasangan yaitu kelompok sampel sebelum

dibekam dan setelah dibekam.


4.3 Tempat penelitian

penelitian akan dilakukan di Klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi.

4.4 Waktu peneltian

4.4.1 Waktu penyusunan proposal dan skripsi

Penyusunan proposal dan skripsi ini dilaksanakan mulai bulan

Oktober 2019 sampai Juli 2020.

4.4.2 Waktu pengambilan data

Pengambilan data dilaksanakan pada minggu keempat bulan

Februari 2020.

4.5 Variabel penelitian

4.5.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menetukan variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah Bekam.

4.5.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel terikat pada penelitian ini

adalah skala nyeri low back pain.


42

4.6. Definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Skala Skor

Operasional
kan kepada Ordinal 1-3 :
Skala nyeri Adanya nyeri yang Numerial Skala Numeric Rating Scale ditanya
a 1-10. nyeri
low back pain dirasakan oleh pasien pada Rating Scale pasien sebelum dibekam. Dalam skal
en dapat ringan
sebelum punggung bawah akibat (NRS) 1-3 Nyeri ringan : kli
4-6 :
diberikan posisi dan beban kerja yang berkomunikasi dengan baik
mendsis, nyeri
bersifat statis dan berat. 4-6 Nyeri sedang: pasien
bekam kan lokasi sedang
Kemudian akan dilakukan menyeringai, dapat menunjuk
nya, dapat 7-9 :
pembekaman oleh terapis nyeri, dapat mendeskripsikan
nyeri
pada titik bekam LBP mengikuti perintah dengan baik.
dang tidak berat
meliputi : titik al-akhdain, 7-9 Nyeri berat pasien terka
asih respon 10 :
al-kaahil, ala warik, ala dapat mengikuti perintah tapi m
dzohril qodam, maq’idah terhadap tindakan, dapat menunjukkan nyeri
43

dapat tak
dan titik azh-zahril washati lokasi nyeri, tidak
at di atasi tertahan
. mendeskripsikannya, tidak dap
njang dan kan
dengan alih posisi, nafas pa

distraksi.
sudah tidak
10 Nyeri sangat berat : pasien
ukul.
mampu lagi berkomunikasi, mem

Skala nyeri Adanya nyeri yang Numerial Skala Numeric Rating Scale ditanyakan Ordinal 1-10

low back pain dirasakan oleh pasien pada Rating Scale kepada pasien 15 menit sesudah dibekam.

sesudah punggung bawah akibat (NRS) Dalam skala 1- 10.

diberikan posisi dan beban kerja yang 1-3 Nyeri ringan : klien dapat berkomunikasi

bekam bersifat statis dan berat. dengan baik

Setelah dilakukan 4-6 Nyeri sedang: pasien mendsis,

pembekaman kemudian menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

responden akan dievalusi 15 dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti


44

menit setelah nya. perintah dengan baik.

7-9 Nyeri berat pasien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat di

atasi dengan alih posisi, nafas panjang dan

distraksi.

10 Nyeri sangat berat : pasien udah


s tidak

ul.
mampu lagi berkomunikasi, memuk

Bekam Bekam dilakukan pada titik Standart Bekam yang dilakukan adalah bekam basah. -

bekam LBP yang meliputi : Operating Bekam yang menggunakan cet


lan untuk

titik al-akhdain, al-kaahil, Prosedur mengeluarkan darah. Dilakukan selama 10

ala warik, ala dzohril (SOP) menit (5 menit pengekopan sebelum di tusuk

qodam, maq’idah dan dengan lancet dan 5 menit pengekopan setelah


45

qithon. Alat dan bahan yang ditusuk lancet).

digunakan dalam terapi

bekam adalah set peralatan

bekam. Penatalaksanaan

terapi bekam dilaksanakan

oleh terapis bekam. Dan

pasien yang dibekam sudah

pernah bekam sebelumnya.


46

4.7. Pengumpulan data

4.7.1 Sumber data

a. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek

darimana data diperoleh (Arikunto,2013). Sumber data pada penelitian ini

adalah pasien dengan nyeri low back pain di Klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi.

4.7.2 Teknik pengumpulan data

Alur pengumpulan data

b. Mengurus perijinan ke STIKES dr. Soebandi Jember

c. Memberikan surat perijinan studi pendahuluan dari STIKES dr. Soebandi

Jember kepada BAKESBANGPOL Banyuwangi.

d. Melakukan studi pendahuluan dengan cara melihat dan meminta data

pemilik Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

e. Meminta jumlah data populasi pasien dengan nyeri low back pain di

pemilik Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

f. Menentukan sampel untuk penelitian.

g. Mengurus surat perijinan ijin penelitian dari STIKES dr. Soebandi Jember

dan memberikan kepada pemilik Klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi.

h. Melakukan penelitian, memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap

subyek terkait penelitin yang akan dilakukan.

i. Penulis sebagai observer dan terapi bekam dilakukan oleh terapis bekam.
j. Memberikan lembar persetujuan jika subyek bersedia menjadi responden

penelitian.

k. Melakukan pengukuran skala nyeri sebelum dilakukan tindakan bekam.

l. Pemberian tindakan bekam sesuai dengan SOP yang dilakukan selama 10

menit terbagi 5 menit pengekopan sebelum di tusuk dengan lancet

kemudian 5 menit pengekopan kedua setelah ditusuk dengan lancet.

m. Melakukan pengukuran skala nyeri 15 menit setelah dilakukan tindakan

bekam.

n. Hasil pengukuran sebelum dan sesudah di dokumentasikan kemudian

diolah dalam SPSS dan di analisis.

4.7.3 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara- cara yang dapat digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk

memperoleh informasi secara benar tentang sesuatu atau variabel (Arikunto,

2013). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan dengan cara memahami setiap

kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang

hal- hal yang akan diamati atau diteliti (Sa'dun, 2010). Menurut Arikunto (2013)

observasi memperhatikan sesuatu dengan menggunakan seluruh alat indra,

melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Jenis

observasi dibagi menjadi dua yaitu:


a. Observasi sistematis adalah observasi yang dilakukan dengan

menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

b. Observasi non sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh pengamat

dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

Adapun penelitian ini menggunakan jenis observasi sistematis yaitu

dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Dalam penelitian

ini data yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi sistematis adalah

skala nyeri low back pain sebelum dan sesudah pada pasien yang berobat di

Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

4.7.4 Instrumen pengumpula data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

untuk mengumpulkan data supaya kegiatan menjadi sistematis dan mudah

(Arikunto, 2013). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah standar

operasional prosedur dan lembar observasi. Lembar observasi berisi skala nyeri

beserta petunjuk pengisiannya untuk mengukur skala nyeri low back pain sebelum

maupun sesudah dilakukan terapi bekam basah. Standar operasional prosedur

digunakan untuk mengetahui bahwa terapi bekam yang diberikan adalah benar.

Berikut adalah deskrips instrumen penelitian :

1. Terapi bekam

Alat dan bahan yang digunakan dalam terapi bekam adalah set peralatan

bekam (gelas beam, alat hisap, kapas steril, desinfektas, sarung tangan, lancet).

Penatalaksanaan terapi bekam dilaksanakan oleh terapis bekam dengan

menggunakan standar operasional prosedur terapi bekam. Dalam standar


operasional prosedur dijelaskan mengenai tata cara melakukan terapi mulai dari

penentuan titik bekam, desinfeksi area bekam, pemasangan cup, sampai dengan

akhir proses terapi.

2. Skala nyeri low back pain

Skala nyeri low back pain diobservasi menggunakan lembar observasi

yang didalamnya terdapat Numerial Rating Scale (NRS) untuk mengukur skala

nyeri low back pain pada sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Skoring skala

nyeri low back pain 1-3 : nyeri ringan, 4-6 : nyeri sedang, 7-9 : nyeri berat, 10 :

nyeri tak tertahankan.

4.7.5 Uji validitas dan reabilitas

Uji validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat

digunakan dalam suatu penelitian. Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran

suatu instrumen, artinya instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut

mengukur apa yang harus diukur (Kusuma, 2011). Dalam penelitian ini instrumen

tidak di desain sendiri, tetapi menggunakan instrumen standart yang telah

digunakan. Kuisioner untuk menghitung tingkat nyeri menggunakan skala nyeri

Numerial Rating Scale yang sudah dibakukan, sehingga tidak perlu dilakukan uji

validitas lagi.

Reabilitas adalah tingkat dari konsistensi dari suatu pengukura. Reabilitas

menunjukkan apakah pengukuran mendapatkan hasil yang konsisten jika

dilakukan berulang- ulang (Kusuma, 2011). Pada penelitian ini kuisioner sudah

baku, sehingga tidak di uji reabilitas, berarti kuisioner layak untuk digunakan.
4.8 Pengolahan dan analisa data

4.8.1 Pengolahan data

a. Editing

Pengecekan dan perbaikan apa yang sudah dilakukan. Hal ini berguna

meminimalisir kesalahan data. (Notoatmodjo, 2012).

b. Coding

Setelah dilakukan pemeriksaan dan didokumentasikan, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).

Coding Pada penelitian ini :

1. Skala nyeri sebelum dibekam : dengan kode 1

2. Skala nyeri sesudah dibekam : dengan kode 2

3. Nyeri ringan : dengan kode 3

4. Nyeri sedang : dengan kode 4

5. Nyeri berat : dengan kode 5

6. Nyeri tak tertahankan : dengan kode 6

c. Memasukkan data

Dalam proses ini diperlukan ketelitian dari orang yang

memasukkan data sesuai dengan kategori data tersebut. Apabila tidak

maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data saja.


d. Pembersihan data (clearing)

Pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain sebagainya. Kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2012).

4.8.2 Analisa data

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui perubahan skala nyeri low

back pain sebelum dan sesudah dilakukan bekam menggunakan uji komparasi

dengan skala data ordinal dan di uji dengan Paired sample t test jika data

berdistribusi normal dengan dilakukan uji normalitas data Shapiro Wilk, syarat

untuk bisa menggunakan uji paired sample t test yaitu data berdistribusi normal,

skala data numerik, dan sampel berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal

uji yang digunakan adalah menggunakan uji Wolcoxon signed rank test dengan

bantuan program aplikasi Software Product and Service Solution (SPSS) dengan

tingkat kepercayaan 95% (α<0,05). Jika p value <0,05 maka Ha diterima dan

apabila p value >0,05 maka Ha ditolak.

Rumus uji paired sample t test yaitu :

Keterangan :

T : nilai t

X1 : rata-rata data kelompok pertama


X2 : rata-rata data kelompok kedua

S2 : estimasi perbedaan kelompok

n1 : banyaknya sampel pemgukuran kelompok pertama

n2 : banyaknya sampel pengukuran kelompok kedua

Rumus Uji Wilcoxon

N (N+1)
Z =T–
4
√N(N + 1)(2N + 1)

24

4.9 Etika penelitian

Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian mengingat penelitian akan berhubungan langsung dengan

menusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia

mempunyai hak asasi dalam kegiatan (Hidayat, 2017). Menurut Notoatmodjo

(2012) etika penelitian meliputi :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.

Disamping itu peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipan).

Peneliti seyogyanya harus mempersipkan formulir persetujuan subjek (inform

concent) yang mencakup :


1. Penjelasan manfaat penelitian.

2. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

3. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

4. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

5. Persetujuan subjek dapat mengudurkan diri sebagai objek penelitian

kapan saja.

6. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi

yang diberikan oleh responden. (Notoatmodjo, 2012)

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneltian (respect

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh

sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan menampilkan informasi

mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Penelti seyogyanya

cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden

(Notoatmodjo, 2012).

c. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati- hatian. Untuk itu, lingkungan


penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya serta dapat diterapkan (beneficienci). Meminimalisir resiko

atau dampak yang merugikan bagi subjek penelitian (nonmalaficienci)

(Notoatmodjo, 2012). Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti

ketika mengajukan usulan penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik

dari komite etik penelitian. Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara

manfaat dan kerugian atau resiko penelitian.


BAB 5. HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Klinik Holistic Care berada di salah satu pedesaan yang berada di


55
Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Pemilik klinik tersebut bernama

Bapak Ilham Panut Pranata, beliau juga sebagai tenaga kesehatan lulusan D3

Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jember. Berdasarkan obesrvasi dapat

ditemukan bahwa geografis di lokasi penelitian tersebut banyak perkebunan dan

mayoritas masyarakat disana bekerja sebagai pekerja kasar seperti buruh tani,

buruh kebun dan lain-lain. Rata-rata pekerja disana ergonominya buruk dalam

bekerja, jadi rentan untuk terjadi berbagai jenis masalah muskuloskeletal seperti

nyeri persendian.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum pada penelitian ini menyajikan karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, usia, riwayat pendidikan, dan sikap kerja.

a. Jenis Kelamin

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Numeric Rating

Scale pasien dengan nyeri low back pain sebelum dan sesudah dilakukan terapi

bekam di klinik holistic care Kalibaru Banyuwangi antara bulan 15 Juni- 15 Juli

2020. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden.


56

laki-laki perempuan

Gambar 5.1. Diagram Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 30 responden terdiri dari 15 responden laki-laki dan 15 responden

perempuan. Kesetaraan jumlah responden laki-laki dan perempuan ini

dikarenakan mayoritas responden sebagai petani dan para petani di Kalibaru

bukan hanya para laki-laki tetapi juga banyak perempuan yang ikut bekerja

sebagai petani. Alasan lain yaitu karena di klinik home care tenaga medis atau

terapisnya tidak hanya laki-laki tetapi ada juga yang perempuan, jadi responden

perempuan merasa nyaman untuk melakukan bekam di tempat tersebut.

b. Usia

Tabel 5.1. Distribusi usia responden dengan low back pain Banyuwangi
tanggal 2020

Usia N %

<30 tahun 0 0.0

30-39 tahun 2 6.5

40-49 tahun 5 16.7

>50tahun 23 76.8

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data primer 2020


Dari tabel 5.1 dapat diketahui usia responden dengan low back pain

presentase paling banyak 12 orang usia > 60 tahun (39.9 %) dan paling sedikit 2

orang usia 30-39 tahun (6.6 %).

c. Riwayat pendidikan

Tabel 5.2. Distribusi berdasarkan riwayat pendidikan responden low back


pain Banyuwangi tahun 2020
Riwayat N %

Pendidikan

SD 20 66.6

SMP 2 6.7

SMA 8 26.7

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data primer 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa pendidikan responden yang paling

rendah adalah SMP yaitu 6.7 % dengan jumlah responden 2 orang dan paling

tinggi sebanyak 20 orang (66.6 %) SD.

Berdasarkan tabel diatas menggambarkan jenis pekerjaan dari 30 responden

paling seluruhnya sebagai petani sebanyak 30 orang (100 %).


d. Sikap kerja

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan sikap kerja Banyuwangi tahun


2020

Sikap Kerja N %

Statis 30 100.0

Jumlah 30 100%

Sumber : Data primer 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa presentase responden low back pain

berdasarkan sikap kerja yaitu semuanya bersifat statis sebanyak 30 orang (100%).

e. Masa kerja

Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan masa kerja Banyuwangi tahun


2020

Masa Kerja N %

<30 tahun 6 20.0

30-39 tahun 9 30.0

>40 tahun 15 50.0

Jumlah 30 100 %

Sumber : Data primer 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa masa kerja responden paling banyak

yaitu >40 tahun sebanyak 15 orang (50%) dan paling sedikit <30 tahun sebanyak

6 orang (20%).
5.2.2 Data Khusus

Data khusus ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian dari variabel yaitu

pengaruh bekam terhadap perubahan skala nyeri low back pain di klinik holistic

care Kalibaru Banyuwangi pada bulan Juni-Juli 2020, serta analisis data dengan

menggunakan uji Wilcoxon.

a. Skala Nyeri Sebelum Bekam

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sebelum


bekam Banyuwangi tahun 2020
Skala Nyeri N %

Nyeri Ringan 0 0.0

Nyeri Sedang 29 96.7

Nyeri Berat 1 3.3

Nyeri Tak Tertahankan 0 0.0

Jumlah 30 100%

Sumber : Data primer 2020

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi bekam,

skala nyeri low back pain yang paling banyak diderita responden adalah nyeri

sedang sebanyak 29 orang (96.7 %).


b. Skala Nyeri Sesudah Bekam

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sesudah


bekam Banyuwangi tahun 2020
Skala Nyeri N %

Nyeri Ringan 29 3.3

Nyeri Sedang 1 96.7

Nyeri Berat 0 0.0

Nyeri Tak Tertahankan 0 0.0

Jumlah 30 100%

Sumber : Data primer 2020

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sesudah dilakukan terapi bekam,

skala nyeri low back pain yang paling banyak diderita responden adalah nyeri

ringan sebanyak 29 orang (96.7 %).


c. Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan skala nyeri sebelum dan
sesudah bekam Banyuwangi tahun 2020
Sebelum Sesudah
Skala Nyeri
N % N %

Nyeri Ringan 0 0.0 29 96.7

Nyeri Sedang 29 96.7 1 3.3

Nyeri Berat 1 3.3 0 0.0

Nyeri Tak Tertahankan 0 0.0 0 0.0

30 100% 30 100%
Jumlah

P = 0.000
Hasil uji statistik Wicoxon

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi bekam

responden responden mengalami nyeri low back pain sedang sebanyak 29 orang

(96.7%) yang berarti sebagian besar dari responden. Diketahui bahwa sebagian

besar responden sesudah dilakukan bekam responden yang mengalami nyeri

ringan sebanyak 29 orang (96.7%). Berdasarkan tabel 5.8 diketahui hasil uji

wilcoxon di dapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari alpha (0.05), maka H₁

diterima. Artinya ada pengaruh pemberian bekam terhadap perubahan skala nyeri

low back pain di klinik holistic care Kalibaru Banyuwangi.


BAB 6. PEMBAHASAN

5.3 Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum Dilakukan Bekam

Tabel 6.1. Hasil pengukuran skala nyeri responden sebelum bekam


Banyuwangi tahun 2020
Variabel Rerata sd Nilai Min Nilai Maks

Skala nyeri sebelum 4.96 0.808 4.00 7.00

bekam

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan

nilai rata-rata 4.96 dengan nilai minimal 4.00 dan maksimal 7.00. Dan

berdasarkan tabel 5.6 dijelaskan bahwa nyeri responden sebelum diberikan

bekam sebagian besar mengalami nyeri sedang sebanyak 29 orang (96.7%). Hal

ini menunjukkan bahwa selama penelitian berlangsung responden banyak yang

mengalami nyeri low back pain saat melakukan kegiatan sehari-hari. Sehingga

dengan diberikan terapi bekam pada responden yang bertujuan untuk

meringankan atau mnurunkan skala nyeri yang dialami. Salah satu faktor yang

mempengaruhi nyeri adalah usia, riwayat pendidikan, jenis pekerjaan, sikap

kerja, masa kerja dan riwayat penyakit.

Karakteristik usia responden mayoritas berusia >50 tahun yang

berjumlah 23 orang (76.8%). Dari data yang diperolah pada saat penelitian

semakin tinggi kondisi umur semakin rentan mengalami low back pain karena

adanya pertambahan umur dari tahun ke tahun sehingga kemampuan organ akan

62
63

berkurang. Menurut Hasibuan dalam Purnama (2018) bahwa umur individu

mepengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab.

Sebaliknya, pekerja yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi

bekerja ulet, dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Sejalan dengan

meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai

terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi

yang berupa kerusakn jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan

pengurangan cairan. Hal tersebut mengakibatkan stabilitas pada tulang dan otot

menjadi berkurang (Andini, 2015). Pada umumnya keluhan muskuloskeletal

mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian Garg dalam Andini

(2015) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin

meningkat dengan bertambahnya umur.

Dari data yang diperoleh pada saat penelitian kondisi umur rentan

mengalami low back pain karena adanya pertambahan usia dari tahun ke tahun

sehingga kemampuan fungsi organ akan berkurang. Semakin tua seseorang,

semakin tinggi resiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada

tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP

Tingkat pendidikan responden mayoritas adalah SD sebanyak 20 orang

(66,6%). Hal ini sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh Notoatmodjo dalam

Purnama (2018) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu

faktor yang menentukan terhadap terjadinya perubahan prilaku, dimana semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka seseorang telah mengalami proses

belajar yang lebih sering, dengan kata lain tingkat pendidikan mencerminkan

intensitas terjadinya proses belajar. Dari tingkat pendidikan yang rendah juga
menyebabkan orang sulit mendapatkan pengetahuan tentang tata cara posisi

bekerja yang baik dan aman. Semakin tinggi riwayat pendidikan semakin kecil

resiko seseorang mengalam kejadian nyeri dan semakin memiliki pengetahuan

serta pengalaman dalam menjaga kesehatannya sehingga resiko terjadi low back

pain juga akan semakin minimal.

Sikap kerja responden seluruhnya 30 orang (100%) bersifat statis atau

monoton terus menerus. Hal ini terjadi karena mayoritas responden bekerja

sebagai pekerja kasar. Sikap kerja yang salah merupakan penyebab nyeri

punggung yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap kerja

yang menjadi kebiasaan. Posisi kerja seseorang dapat saja menjadi janggal.

Menurut Andini (2015) Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang

secara signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja

dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam

bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan dimana transfer tenaga dari otot ke

jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Yang

termasuk dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama, berputar,

memiringkan badan, berlutut, jongkok, membungkuk memegang dalam posisi

statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh

seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering

mengalami cidera. Seperti yang terjadi pada pekerja kasar petani, kuli panggul dan

lain-lain mereka melakukan pekerjaan dengan posisi ergonomi yang kurang baik.

Pada petani mereka melakukan pekerjaannya secara membungkuk terus menerus

dalam waktu yang cukup lama mulai dari pagi hari sampai sore hari. Hal ini dapat

menyebabkan otot- otot di area punggung menjadi tegang, spasme. Otot yang
tegang terus menerus akan menyebabkan mikrosirkulasi menurun, terjadi iskemik

dalam jaringan. Dan akan menyebabkan sirkulasi menurun sehingga kekurangan

nutrisi dan oksigen serta penumpukan sisa metabolisme menghasilkan proses

radang. Selain itu sikap kerja yang dilakukan secara statis juga mengakibatkan

fase kompresi dan ketegangan lebih lama dari pada rileksasi, dan terjadi suatu

keadaan melebihi batas (critical load).

Masa kerja responden diketahui paling banyak yaitu >40 tahun sebanyak

15 orang (50%). Menurut Pratiwi dalam Nurrahman (2016) menyebutkan bahwa

masa kerja yang lama akan mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan

menyebabkan low back pain. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sangadji (2014) mengatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan

kejadian low back pain dengan nilai p<0,05. Low back pain merupakan penyakit

kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi.

Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama masa kerja seseorang maka

semakin besar pula resiko mengalami low back pain karena kelelahan jaringan

otot.

5.4 Skala Nyeri Low Back Pain Sesudah Dilakukan Bekam

Tabel 6.2. Hasil pengukuran skala nyeri responden sesudah bekam


Banyuwangi tahun 2020
Variabel Rerata Sd Nilai Min Nilai Maks

Skala nyeri 1.6 0.850 1.00 4.00

sesudah bekam
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan nilai

rata-rata 1.6 dengan nilai minimal 1.00 dan maksimal 4.00. Berdasarkan tabel

5.7 diketahui bahwa sebagian besar responden sesudah dilakukan bekam

mengalami nyeri ringan sebanyak 29 orang (96.7%) hal ini terjadi karena

responden saat dilakukan bekam sangat koperatif dan menuruti semua instruksi

dari terapis sehingga memberikan hasil yang maksimal.

Sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh syaraf (2012) bahwa bekam

mampu menutup pertahanan untuk menghambat impuls ke otak, hal ini

disebabkan oleh kuatnya isapan alat bekam yang berperan menyibukkan jalur

sinyal yang menstransmisikan sinyal rasa nyeri ke otak. Ketika ada stimusul atau

sinyal rasa lain yang samapi di otak maka rasa nyeri tersebut akan terhalang

untuk sampai ke otak, sehingga pasien tidak dapat merasakannya lagi. Teori ini

juga sering disebut dengan gate control theory. Selain itu menurut Widada

(2012), bekam juga dapat meningkatkan oksigenasi pada mikrovaskuler

sehingga aliran darah pada area yang sakit menjadi membaik.

Selama bekam kulit yang ditusuk mengalami cedera dapat menimbulkan

stress fiisk. Stress fisik tersebut akan memicu pengeluaran CRF (Corticotropin

Releasing Factor) dari hipothalamus dan akan menstimulus pengeluaran ACTH

(Adrenocorticotropic Hormone)dari hipofisis anterior. Selanjutnya ACTH

disintesis untuk pengeluaran zat lain yaitu POMC (Propiomelanocortin) yang

mana produk dari zat tersebut adalah β-endorfin yang merupakan salah satu

opioid endogen. Hingga akhirnya t erjadi pelepasan β-endorfin dan hormon

adrenocortical kedalam sirkulasi. Hormon ini yang akan memberikan efek

relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota tubuh. Selain itu, endotelin-1 juga
merupakan mediator nyeri yang disintesis oleh keratinosit kulit normal setelah

cedera kulit dan bekerja pada resptor endotelin-A. Endotelin-1 dapat juga

menghasilkan analgesia setelah berikatan pada reseptor endotelin-B yang

mengarah pengeluaran β-endorphin dari keratinosit dan aktivasi saluran kalium

Gprotein yang terkait dengan reseptor opioid pada reseptor nyeri (Potter, 2010).

Menurut Syaraf (2012) bahwa bekam mampu menutup pertahanan untuk

menghambat impuls ke otak, hal ini disebabkan oleh kuatnya isapan alat bekam

yang berperan menyibukkan jalur sinyal yang menstransmisikan sinyal rasa

nyeri ke otak. Ketika ada stimusul atau sinyal rasa lain yang samapi di otak

maka rasa nyeri tersebut akan terhalang untuk sampai ke otak, sehingga pasien

tidak dapat merasakannya lagi. Teori ini juga sering disebut dengan gate control

theory. Selain itu menurut Widada (2012), bekam juga dapat meningkatkan

oksigenasi pada mikrovaskuler sehingga aliran darah pada area yang sakit

menjadi membaik.

Peneliti juga berpendapat bahwa skala nyeri low back pain yang dialami

responden dapat turun karena otot-otot di area punggung yang dilakukan

pembekaman konsentrasi ketegangannya menurun sehingga aliran darahnya

menjadi lancar.

5.5 Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum dan Sesudah Bekam

Pada penelitian ini sebelum dilaksanakan terapi bekam terlebih dahulu

responden diobservasi terkait dengan skala nyeri yang dialaminya, selanjutnya

diberikan terapi bekam sebanyak 1 kali dalam waktu 30 menit terbagi 15 menit

pertama pengekopan tanpa penusukan pada area kulit dan 15 menit kedua

pengekopan dengan penusukan jarum di area kulit untuk pengeluaran darahnya.


15 menit stelah dilakukan bekam maka skala nyeri responden diukur

menggunakan lembar observasi nyeri kembali. Skala nyeri yang digunakan adalah

Numuric Rating Scale.responden menilai skala nyeri dengan rentang skala 1-10

dimana 1 berarti nyeri ringan dan 10 yang berarti nyeri tak tertahankan.

Berdasarkan peneltian menunjukkan hasil bahwa rerata skala nyeri

sesudah dilakukan terapi bekam mengalami penurunan yang signifikan yaitu dari

rerata 4,96 menjadi 1,6 setelah dilakukan bekam. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kejadian low back pain antara lain usia, riwayat pendidikan, masa

kerja, sikap kerja dan riwayat penyakit. Dari faktor usia diketahui bahwa semakin

tua seseorang, semakin tinggi pula resiko orang tersebut mengalami penurunan

elastisitas pada tulang yang memicu timbulnya gejala low back pain (Andini,

2015). Karena semakin bertambahnya usia semakin tinggi terjadi degenerasi yang

berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut dan

pengurangan cairan. Tingkat pendidikan responden paling banyak yaitu SD 18

orang (60%). Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan akan mampu memberikan

pengetahuan kepada seseorang sehingga seseorang mampu melakukan aktifitas

atau bekerja dengan sehat dan aman. Semakin tinggi riwayat pendidikan

sesesorang semakin semakin kecil resiko seseorang mengalami kejadian nyeri dan

akan semakin memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam menjaga

kesehatannya sehingga resiko mengalami low back pain juga akan semakin

minimal. Jenis pekerjaan responden seluruhnya bekerja sebagai petani sebanyak

30 orang (100%). Hal ini juga dipengaruhi struktur geografis di sekitar klinik

holistic care Kalibaru Banyuwangi yang berupa pertanian dan perkebunan dan

mayoritas masyarakat setempat pekerjaanya sebagai petani. Para petani disana


memiliki ergonomi yang kurang baik dalam bekerja, mereka bekerja dengan

posisi membungkuk secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama.

Posisi tersebut bisa memebuat otot-otot daerah punggung menjadi tegang. Otot

yang tegang terus-menerus akan membuat mikrosirkulasi menurun, sehingga

terjadi iskemik dalam jaringan. Keadan iskemik ini menyebabkan terjadinya

sirkulasi menurun, sehingga kekurangan nutrisi dan oksigen serta penumpukan

sisa metabolisme menghasilkan proses radang. Proses radang dapat juga

menimbulkan respon neuromuscular berupa ketegangan otot disekitar area yang

mengalami kerusakan otot tersebut, sehingga timbul viscus cycle (Makmuriyah,

2013). Berdasarkan sikap kerja menunjukkan bahwa semua responden sebanyak

30 orang (100%) bekerja dengan sikap yang statis atau terus menerus. Sikap kerja

yang salah merupakan penyebab nyeri punggung yang sering tidak disadari oleh

penderitanya. Terutama sikap kerja yang menjadi kebiasaan. Posisi kerja

seseorang bisa saja menjadi janggal. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang

menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan

pekerjaan. Bekerja dalam posisi yang janggal dapat meningkatkan jumlah energi

yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan dimana

transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah

menimbulkan kelelahan. Yang termasuk dalam posisi janggal antara lain posisi

pengulanagan,jongkok, membungkuk dalam posisi yang lama. Posisi seperti ini

dalam jangka waktu yang lama bisa mnyebabkan low back pain. Masa kerja

responden >40 tahun menempati urutan paling banyak. Menurut Pratiwi dalam

Nurrahman (2016) menyebutkan bahwa masa kerja yang lama akan

mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan low


pain. Karena LBP meruapakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama

untuk berkembang dan bermanifestasi, jadi semakin lama waktu seseorang

bekerja atau semakin lama masa kerja maka semakin besar pula resiko mengalami

low back pain.

Dari analisa data dengan menggunakan program SPSS dengan uji

wilcoxon pada tabel 5.8 didapatkan nilai p= 0,000 yang lebih kecil dari alpha

(0,05), maka. H₁ diterima Dari hasil ttersebut dapa diambil kesimpulan bahwat

bekam dapa menurunkan skala nyeri pasien low back pain di klinik holistic

care Kalibaru Banyuwangi secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Eko (2017) yang menyatakan bahwa nyeri

punggung yang dilakukan pada pekerja berat (petani) di Dusun

Gembrong Desa Japanan Kecamatan Mojowarno menunjukkan hasil bahwa

tingkat nyeri yang diukur menggunakan VDS (Verbal Discriptor Scale)

menurun setelah dibekam.

Perubahan skala nyeri yang signifikan ini disebabkan oleh banyaknya

opiat endogen dalam tubuh yang pengeluarannya distimulus oleh bekam. Terapi

bekam akan menimbulkan stimulus nyeri baru sehingga terapi bekam akan

meningkatkan produksi opiat endogen. Seperti yang dijelaskan oleh Sharewood

(2011) bahwa opiad endogen merupakan hasil dari stimulasi nyeri pada bagian

periaqueductal gray matter, spesific nuclei di medulla, dan reticular formation.

Ketiga regio inilah yang membentuk sistem analgetik dalam tubuh atau dikenal

sebagai descending analgetic pathway. Stimulasi pada periaqueductal gray

matter akan direspon oleh spesific nuclei di medulla dan retricular formation.

Kemudian impuls akan dilanjutkan melalui inhibitory interneurons di kornu


endorfin, enkefalin, dan dinorfin yang akhirnya akan dilepas ke ujung saraf

aferen. Opiat endogen ini akan berikatan dengan reseptor opiat dan akan

menghambat pengeluaran substansi P sehingga hal ini akan menghambat

transmisi impuls nyeri sepanjang ascending pain pathway. Sehingga dapat

disimpulkan nyeri low back pain yang dialami oleh responden ditekan oleh

adanya opiat endogen seperti endorfin.

Selain itu menurut Widada (2012), bekam juga dapat meningkatkan

oksigenasi pada mikrovaskuler sehingga aliran darah pada area yang sakit

menjadi membaik. Peneliti juga berpendapat bahwa skala nyeri low back pain

yang dialami responden dapat turun karena otot-otot di area punggung yang

dilakukan pembekaman konsentrasi ketegangannya menurun sehingga aliran

darahnya menjadi lancar.

Dilihat dari hasil diatas tingkat keberhasilan dari bekam dalam

menurunkan skala nyeri low back pain cukup tinggi sehingga peneliti

berpendapat bahwa bekam dapat menjadi alternatif yang cukup baik dalam

mengatasi masalah nyeri low back pain.

5.6 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam penelitian ini, ada

beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar

dapat lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti selanjutnya dalam lebih

menyempurnakan penelitiannya karena penlitian ini sendiri tentu memiliki

kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya.

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :


1. Jumlah responden yang hanya 30 responden, tentunya masih kurang untuk

menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

2. Peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dalam penelitian ini.

3. Dalam proses pengambilan data informasi yang diberikan responden

melalui kuisioner pengukuran skala nyeri terkadang tidak menunjukkan

pendapat responden yang sebenarnya, hal ini terjadi karena kadang

perbedaan pemikiran, anggapan, pemahaman serta derajat nyeri yang

dialami oleh tiap orang tidak sama. Juga faktor lain seperti faktor

kejujuran responden dalam pengisian kuisioner skala nyeri.

4. Penelitian ini dilakukan pada masa pandemi COVID-19 jadi peneliti

mengalami keterbatasan waktu, keterbatasan ruang gerak dalam

melakukan penelitian ini, serta harus mematuhi protokol kesehatan yang

sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.


BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan


73
sebagai berikut :

1. Skala nyeri pasien low back pain di klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi sebelum dibekam didapatkan skala nyeri responden

mayoritas nyeri sedang.

2. Skala nyeri pasien low back pain di klinik Holistic Care Kalibaru

Banyuwangi sesudah dibekam didapatkan dapatkan skala nyeri

responden mayoritas nyeri ringan.

3. Terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri low

back pain di klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.

7.2 Saran

1. Bagi Penderita dan Keluarga

Menyarankan terhadap penderita dan keluarganya agar meman-

faatkan terapi bekam yang sudah terbukti dapat berpengaruh dalam

penurunan skala nyeri low back pain.

2. Bagi Masyarakat

Menyarankan masyarakat untuk menggunakan terapi

komplementer untuk digunakan sebagai pengganti pengobatan secara

farmakologi atau pengobatan menggunakan obat-obatan kimia khususnya

pengunjuk klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi.


74

3. Institusi pendidikan kesehatan

Sebagai masukan dalam memberikan informasi pada institusi

pendidikan kesehatan tentang terapi bekam sebagai terapi kontemporer

terhadap penurunan skala nyeri low back pain dengan memperhatikan

prinsip SOP (Standard Operational Procedure) dan peralatan yang steril

untuk mencegah penularan penyakit serta agar terapi bekam ini dapat

dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Melakukan penelitian dengan mengidentifikasi penyebab serta

macam nyeri low back pain secara spesifik

b. Perlu adanya peningkatan kemampuan dan pemberian terapi

lebih lama, sehingga hasil yang diperoleh akan

menggambarkan hasil yang lebih maksimal.

c. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat menampilkan

kelompok kontrol sehingga perbedaan terlihat jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Adellia. (2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot dari Hidup Anda. Yogyakarta:
Brilliants Books.

Andarmoyo, S. (2016). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Assegaf, M. A. (2009). Bekam. Jakarta: Rumah Sehat Afiat.

Casazza, B. (2012). Diagnosis and treathment of acute low back pain. American
Family Physician.

Chiodo, A. (2010). Guidelines for Clinical Care Ambulatory : Acute Low Back
Pain. University of Michigan.

Fatahillah, A. (2018). Panduan Pengajaran Bekam. PBI.

Firda, Y. (2013). Teknik Prosedural Keperawatan. Jogjakarta : D-Medika

Harianto, R. (2010). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Hidayat, A. (2017). Metode Penelitian Keperawatan Dan Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Hoy, M. B. (2014). The global burden of low back pain : estimated from the
global.

Kartinawati, F. (2017). Perbedaan Tingkat Nyeri Low Back Pain sebelum dan
setelah dilakukan kompres hangat pada pekerja perkebunan di afdelin
gunung pasang perusahaan daerah perkebunan kabupaten jember.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember.

Kusuma, K. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.

Lionel. (2014). Risk Factors Forchronic Low Back Pain. J Community Med
Health Educ.
Makmuriyah, S. (2013). Iontophoresis Diclofenac Lebih efektif terhadap
pengurangan nyeri pada myofascial syndrome musculus upper trapezius.
Jurnal Fisioterapi, 13.

Noor, Z. (2017). Buku Ajar Gagguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Renika


Cipta.

Nurindasari. (2016). Gambaran Kejadian Low Back Pain Pada Pegawai Rektorat
UIN Alaaudin Makassar. Skripsi. Program Studi Keperawatan UIN
Alaudin Makassar.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Perry, P. (2005). Fundamentals Of Nursing: Concepts, Process, And Practice.


Jakarta: EGC.

Potter, P. A. (2010). Fundamenal Keperawatan (4 ed., Vol. 2). Jakarta: Salemba


Medika.

Purnama, Y. H. (2012). Efektifitas Terapi Bekam Terhadap Penurunan Nyeri


Pada Pasien Dengan Chepalgia Di Rumah Bekam Al-Kahil Tegal Besar
Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.

Purnama, Y. H. (2018). Pengaruh Bekam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien


Dengan Trapezius Myalgia Pada Pekerja Angkut Di Kecamatan Jelbuk
Jember. The Indonesian Jurnal of Health Science, 66. Diambil kembali
dari https://doi.org/10.32528/ijhs.v0i0.1524

Purwaningrum, V. P. (2019). Efektivitas Terapi BEKAM Terhadap Penurunan


Intensitas Disminore Dan Tanda-Tanda Vital. Skripsi. Program Studi
Keperawatan Universitas Airlangga.

Rahmawati, A. (2018). Hubungan Risiko Kerja Terhadap Indeks Disabilitas


Pekerja Dengan Keluhan Low Back Pain Di PT Muroco Jember. Skripsi.
Pendidikan Dokter Universitas Jember.

Ramadhani, G. (2016). Efektifitas Terapi Bekam Pada Area Pinggang Terhadap


Penurunan Nyeri Pinggang Di Holistic Nursing Therapy Probolinggo.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.

Ridho, A. (2015). Bekam Sinergi. Solo: Aqira Medika.

Rinaldi. (2015). Hubungan Posisi Kerja Pada Pekerja Industri Batu Bata Dengan
Kejadian Low Back Pain. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Riau.
Sa'dun, A. (2010). Penelitian Tidakan Kelas Filosofi Metodologi.

Sharaf. (2012). Penyakit Dan Terapi Bekamnya : Dasar- Dasar Ilmiah Terapi
Bekam. Surakarta: Thibbia.

Sharewood. (2011). Fisiologi manusia. Jakarta : EGC

Sofyan. (2018). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan


Terapi Bekam Kering Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah
Puskesmas II Silo Desa Karangharjo. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES dr. Soebandi.

Suarsyaf, P. (2012). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Skala Nyeri


Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik Di Rumah Sehat
Afiyat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta: Buku


Keedokteran EGC.

Tarique, M. (2016). Effects of Hijamah bist shart in wajauz zahr (low back pain)
and associated disability. India: Indian J Tradit Knowl.

Wariin, S. (2017). Pengaruh Tekanan Titik Akupresur Taixi (Ki3), Sanginjiao


(Sp6) Terhadap Penurunan Darah Pada Lansia Degan Hipertensi Di
PSTW Jember. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr.
Soebandi.

WHO. (2013). Low Back Pain: Prioroty Medicines for Europe and The World.

Widada, W. (2011). Terapi Bekam Sebagai Solusi Cerdas Mengatasi Radikal


Bebas Akibat Rokok. Bandung: Lubuk Agung.

Yasin. (2011). Al-hijamah Sunnatun Nabawiyyah Wa Mu'jizatun Thibbiyyah/


Bekam Sunnah Nabi Dan Mu'jizat Medis. Surakarta: Semanggi Surakarta.

Yanti. (2012). Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri kepala di
klinik afiyat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum Dan Sesudah Bekam di
Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin : Laki- laki Perempuan
4. Sikap kerja :
II. Pengkajian Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi
Numerik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri tak
Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat tertahnkan

Keterangan :

1-3 : Nyeri ringan : dengan indikator klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : dengan indikator pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : dengan indikator pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan alih
posisi, nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri tak tertahankan : dengan indikator pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
I. Bagaimana kondisi nyeri anda saat ini ?

Sebelum Bekam Sesudah Bekam


Lampiran 2 : Lembar Observasi Responden

LEMBAR HASIL OBSERVASI SKALA NYERI PADA PASIEN


DI KLINIK HOLISTIC CARE KALIBARU BANYUWANGI
Nama :...........................................................................
Usia :...........................................................................
Pendidikan :...........................................................................
Masa kerja :..........................................................................

Pengkajian berikan tanda centang untuk kondisi yang dirasakan klien :

1. Tingkat nyeri low back pain sebelum di bekam :........


a. 1-3 Nyeri ringan
b. 4-6 Nyeri sedang
c. 7-9 Nyeri berat
d. 10 Nyeri tak tertahankan

2. Tingkat nyeri low back pain sesudah di bekam :........


a. 1-3 Nyeri ringan
b. 4-6 Nyeri sedang
c. 7-9 Nyeri berat
d. 10 Nyeri tak tertahankan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nyeri tak

Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat tertahnkan


Lampiran 3 : Inform concent

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :

Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :


1. Penelitian yang berjudul “ Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum
Dan Sesudah Bekam Di Praktek Keperawatan Holistik Ilham Panut Pranata
Banyuwangi”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur Penelitian
6. Persetujuan perizinan tempat penelitian
7. Hak keamanan dan privasi

dan prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai


segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan
penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
TandaTangan Tanggal
Partisipan

Nama saksi :
Tanda Tangan saksi* Tanggal
Saya telah menjelaskan penelitian kepada partisipan yang bertandatangan
diatas, dan saya yakin bahwa partisipan tersebut paham tentang tujuan, proses,
dan efek yang mungkin terjadi jika dia ikut terlibat dalam penelitian ini.

Nama peneliti :

Tanda Tangan Tanggal


Peneliti

Nb : semua pihak yang menandatangani formulir persetujuan ini harus memberi


tanggal pada tanda tangannya. *) Dibutuhkan jika diperlukan, seperti pada kasus
buta huruf.
83

Lampiran 4 : Lembar Tabulasi 30 Responden


LEMBAR HASIL OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN DI KLINIK

SKALA NYERI SESUDAH


NO NAMA/ INISIAL JENIS KELAMIN SKALA NYERI SEBELUM
DILAKUKAN BEKAM
DILAKUKAN BEKAM
2
1 Tn. M L 6
1
2 Tn. H L 5
1
3 Ny. S P 4
3
4 B P 5
1
5 Tn. S L 4
2
6 Ny. S P 5
1
7 Ny. R P 5
1
8 Ny. H P 4
1
9 Tn. A L 4
4
10 Mbah B P 7
2
11 Ny. L P 5
3
12 Tn. F L 6
13 Tn. N L 5 1
14 Ny. L P 5 2
15 Ny. N P 5 2
16 Ny. S P 6 3
17 Tn. S L 5 1
18 Ny. K P 6 1
19 Tn. T L 5 1
20 Ny. A P 5 2
21 Tn. T L 5 2
22 Ny. N P 5 1
23 Tn. S L 4 1
24 Tn. Y L 4 1
25 Ny. S P 6 3
26 Tn. R L 4 1
27 Tn. N L 4 1
28 Tn. D L 6 2
29 Ny. K P 5 1
30 Tn. A L 4 1
85

Lampiran 5 : Dokumentasi
86

Lampiran 6 : Standart Operational Prosedur (SOP)

JUDUL SOP:

BEKAM

STIKES dr. Soebandi


JEMBER
1. PENGERTIAN Bekam merupakan metode pengobatan
dengan cara mengeluarkan darah yang
terkontaminasi toksin atau oksidan dari
dalam tubuh melalui permukaan kulit.
2. TUJUAN Untuk mengeluarkan oksidan dari dalam
tubuh sehingga penyumbatan aliran darah
ke organ-organ tertentu dalam tubuh dapat
diatasi, sehingga fungsi-fungsi fisiologis
tubuh kembali normal.
3. INDIKASI Untuk melancarkan peredaran darah,
mengurangi tingkat nyeri dll.
4. KONTRAINDIKASI Orang yang dalam kondisi lemah.
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien dijelaskan tentang bekam, efek
yang terjadi, proses kesembuhan dll
2. Pasien disiapkan mentalnya agar tidak
gelisah dan takut, bimbinglah berdoa
dan berwudlu
3. Bagi pasien yang belum pernah
dibekam cukup dibekam 1 - 2 gelas
4. Pasien dipersiapkan kebersihan tubuh
dan kebersihan tempat yang akan
dibekam
87

6. PERSIAPAN ALAT 1. Alat yang dipersiapkan: set kop/tabung


penghisap, skapel, jarum, lancet pen,
duk kain, sarung tangan, masker,
mangkok/cawan, tempat sampah, meja
dan kursi
2. Bahan yang disiapkan: kassa, tissue,
betadin, detol, sabun, zalf, alkohol,
minyak zaitunp, minyak urut hangat
(misalnya: gandapura), minuman
hangat, baik kalau disediakan madu
dan susu.
3. Mensterilkan alat agar bebas kuman
dan tidak menyebarkan penyakit,
dengan cara: merendam tabung kop
dengan cairan clorin paling sedikit
selama 10-15 menit.
4. Jarum, pinset, hanya boleh sekali pakai
saja. Selesai satu pasien, langsung
buang
5. Ruangan harus bersih, terang dan
cukup aliran udara dan tidak pengap
7. CARA BEKERJA :
IDENTIFIKASI PASIEN
A. Mencatat Identitas Umum: Nama, alamat, usia, jenis kelamin,
status
B. Mencatat Identitas Keluarga: Kedudukan dan status dalam
keluarga

MEWAWANCARAI PASIEN
A. Keluhan pasien, keluhan utama, keluhan tambahan/lain, riwayat
penyakit
B. Keluhan dari masing-masing organ tubuh
MEMERIKSA FISIK PASIEN
A. Pemeriksaan Umum: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan,
lidah, iris, telapak tangan, dll
B. Perabaan sekitar keluhan dan perabaan pada sekitar organ lain
C. Pengetukan daerah sekitar keluhan dan pada organ lain
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
A. Pemeriksaan penunjang: laboratorium, radiologi, CT-Scan, MRI
dll
PENYIMPULAN DAN PENENTUAN DIAGNOSA PENYAKIT
A. Menentukan jenis keluhan
B. Menentukan jenis penyakit
C. Menentukan letak penyakit
D. Menentukan penyebab penyakit
E. Menentukan jenis pengobatan
MENENTUKAN DAERAH DAN TITIK YANG DIBEKAM
A. Titik yang sesuai dengan yang dikeluhkan
B. Titik lain yang satu jurusan/meridian dengan titik yang
dikeluhkan
C. Titik lain yang berlawanan dengan titik yang dikeluhkan
D. Titik lain yang berpasangan dengan titik yang dikeluhkan
E. Titik-titik istimewa
F. Titik-titik khusus
MELAKUKAN PEMBEKAMAN
A. Bekam tanpa mengeluarkan darah (hijamah jaffah = bekam
kering)
B. Bekam dengan mengeluarkan darah (hijamah damamiyah =
bekam basah)
MEMBERIKAN TERAPI LAIN
A. Memberikan terapi tindakan, operasi dll

B. Memberikan "food suplement" obat-obatan dan bahan


berkhasiat
C. Memberikan nasehat, tausiyah dan doa.
CARA MEMBEKAM
1. Siapkan gelas ukuran sedang yang telah dipasang alat pemantiknya,
dalam keadaan steril yang sebelumnya dapat di semprot alkohol/
alkohol swab dan direndam dalam cairan clorin selama 10-15 menit
kemudian dikeringkan dan dibersihkan dengan tissue.
2. Bersihkan area kulit yang akan di bekam dengan kapas/kain kassa
yang telah diberi minyak zaitun. Juru bekam dan pasien dalam
keadaan suci dari hadas dengan wudlu. Juru bekam dapat
membaca/berdoa (sir atau jahr) dengan bacaan ruqyah untuk orang
sakit yang dicontohkan Nabi SAW yaitu dengan membaca ayat
kursi. dan ingatkan pasien untuk selalu berdzikir dengan membaca
minimal: "Allahu huwa asysyifa" atau "Allahu Huwasysyafi'" (Allah
Yang Maha Menyembuhkan), selama proses pembekaman supaya
yaqin bahwa hanya Allah SWT. yang dapat menyembuhkan
penyakit. Juru bekam juga harus selalu membaca dzikir ini.
3. Letakkan alat bekam di titik yang sudah di tentukan dan ucapkan
Basmalah (dengan sir atau jahr)
4. Melakukan pengekopan pada titik pembekaman yang sudah diolesi
dengan minyak zaitun dengan tarikan dan keyamanan sesuai
dengan kondisi pasien, lalu menunggu selama 5 menit
5. Bukalah penutup gelas bagian atas agar udara dapat masuk,
sehingga gelas bekam mudah diambil.
6. Ambil lancet pen lalu tusukkan ke daerah titik yang sudah
dilakukan pengekopan 11-17 kali untuk satu titik (jangan terlalu
dalam dan banyak sayatan) dan arah sayatan harus searah dematom
kulit (jangan berlawanan karena bisa terputus syaraf dan pembuluh
darahnya)
7. Ambil gelas dan pemantiknya, arahkan ke tempat semula, lalu kita
kokang secukupnya sambil mengucapkan Basmalah. Kemudian
tunggu sampai darah kotor (rusak) keluar selama 5 menit. Gelas
mulai kelihatan terisi darah kotor akibat adanya tekanan udara
dalam gelas tersebut.
8. Ambil tissue/ kassa dan letakkan di bawah gelas dengan tangan kiri,
lalu perlahan buka penutup udara bagian atas gelas dan segera
buka, ditekan lalu arahkan agar darah masuk semua ke dalam gelas
bekam dengan tangan kanan. Tahan tissue/ kassa dengan tangan kiri
sampai sisa darah habis dan bersihkan dengan tissue/ kassa sampai
bersih.
9. Bersihkan gelas bekam yang berisi darah kotor dengan tissue.
Semakin parah penyakit seseorang, maka semakin merah kehitaman
darah yang ada di gelas. Bersihkan gelas sampai jernih kembali.
10. Kemudian lakukan bekam kembali tanpa insisi untuk memastikan
tidak ada darah lagi yang keluar. Setelah selesai, gelas bekam
ditaruh di cawan untuk dibersihkan.
11. Tutup luka tusukan dengan membersihkan sisa darah dengan
betadine, lalu oleskan minyak zaitun, lalu tutup dengan kapas/tissue
agar minyak tidak mengenai pakaian.
12. Dengan pemakain minyak di atas, Insya Allah luka tusukan akan
tertutup kembali/normal seperti semula.
8. HASIL :
Bekam dapat berpengaruh terhadap kulit, otot, tulang, system
pencernaan, darah, dan system saraf.
9. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
1. Bekam tidak dianjurkan terhadap:
a. Penderita diabetes (kencing manis) atau pendarahan, kecuali juru
bekam yang benar-benar ahli.
b. Pasien yang fisiknya sangat lemah
c. Penderita infeksi kulit yang merata
d. Orang tua, jika mereka tidak sangat membutuhkannya, karena
lemahnya fisik mereka
e. Anak-anak penderita dehidrasi (kekurangan cairan) (bekam basah).
f. Penderita penyakit kanker darah
g. Penderita yang sering mengalami keguguran kandungan
h. Penderita penyakit gila dan ketidakstabilan emosi
i. Penderita Hepatitis A dan B apabila sedang dalam kondisi parah.
Adapun bila kondisi sudah tidak parah atau penyakit tersebut
merupakan penyakit menahun, maka tidak mengapa untuk diobati
dengan bekam
j. Pengidap penyakit kuning karena hepatitis
k. Pasien yang melakukan cuci darah
l. Pasien yang mengalami kelainan klep jantung, kecuali di bawah
pengawasan dokter dan orang yang benar-benar ahli bekam
m. Penderita kedinginan, sementara suhu badannya sangat tinggi atau
penderta flu dan semisalnya, kecuali setelah ia tidak lagi merasa
kedinginan
n. Wanita hamil pada 3 bulan pertama
o. Wanita yang sedang menstruasi yang keadaannya sangat lemah dan
mengalami pendarahan yang cukup banyak
p. Terhadap orang yang kesurupan, terkena sihir, guna-guna, dan
sebagainya, kecuali juru bekam yang telah mampu menghadapi
kasus-kasus semacam ini.
q. Pada orang yang baru pertama kali melakukannya, kecuali setelah
dilakukan persiapan mental baginya. Yang paling baik adalah
hendaknya ia melihat orang lain yang berbekam di hadapannya.
Selain itu, ia perlu mendengar tentang keutamaan-keutamaan dan
manfaat bekam
r. Pasien yang masih mengkonsumsi obat pelancar darah, kecuali
dengan sangat hati-hati. Demikian pula terhadap orang yang
kelelahan, sehingga ia beristirahat
s. Pasien penyakit jantung, tidak boleh dilakukan terhadap pasien
yang menggunakan peralatan bantu untuk mengatur detak jantung.
t. Terhadap orang yang baru memberikan donor darah kecuali setelah
berlalu beberapa hari, tergantung kondisi kesehatannya. Demikian
pula terhadap penderita vertigo, sampai keadaan dirinya rileks.
u. Pengguna obat-obat perangsang tidak dianjurkan untuk dibekam,
kecuali setelah meninggalkannya. Penderita ketakutan juga
sebaiknya menunggu sampai kondisi kejiwaannya tenang.
2. Seyogyanya dihindari pembekaman setelah pasien mengalami
muntah
3. Dianjurkan tidak langsung makan sesudah berbekam, tetapi
boleh minum madu atau minuman yang memulihkan kebugaran
4. Pada penderita dengan kelainan cairan lutut, dalam pembekaman
jangan sampai gelas bekam dipasang pada daerah yang sakit,
melainkan di sekitarnya.
5. Pembekaman terhadap pasien yang mengidap penyakit liver
(hati) harus dilakukan secara sangat hati-hati
6. Penyakit perdarahan atau diabetes (kencing manis) jika
dilakukan pembekaman, maka tidak dengan sayatan, melainkan
dengan tusukan ringan dengan jarum akupuntur
7. Untuk penderita tekanan darah rendah hendaklah daerah
punggung bagian bawah tidak dibekam. Pembekaman
hendaknya juga dilakukan satu demi satu, jangan dilakukan
pembekaman sekaligus di dua tempat atau lebih secara
bersamaan
8. Untuk penderita anemia, pembekaman dilakukan satu demi satu,
sesuai dengan kesiapan kondisi tubuhnya. Jika pasien mengalami
pingsan, maka gelas bekam harus segera dicabut dan pasien
diberi minuman yang mengandung gula (air manis).
9. Jangan melakukan bekam kecuali setelah bertanya kepada
pasien, apakah aliran darahnya deras, apakah ia mengidap
diabetes, penyakit-penyakit hati (hepatitis), kanker, urat yang
robek, dan ada cairan di lututnya.
10. Bekam terhadap wanita harus dilakukan oleh sesama wanita atau
laki-laki yang menjadi mahramnya
11. Tidak boleh dilakukan bekam di atas simpul otot, tapi bisa
dilakukan penyedotan dengan gelas, tanpa penyayatan (bekam
kering)
12. Bagi orang tua dan anak-anak, hanya dilakukan penyedotan
ringan
13. Tidak dianjurkan melakukan bekam dalam keadaan sangat
kenyang atau sangat lapar
14. Dianjurkan mandi air hangat dan melakukan pemijatan setelah
berbekam
15. Ditegaskan pada pasien agar sehari sebelum dan sesudah bekam
tidak berhubungan badan (bersetubuh) dengan istrinya untuk
menghindari lemah badan.
16. Jika pasien pingsan lantaran bekam, hendaknya dibaringkan dan
diolesi minyak jinten hitam (habbatussauda) pada bagian
tengkuknya dan dipijati perlahan hingga sadar. Juru bekam tidak
perlu kuatir, sebab hal itu sudah biasa terjadikarena kondisi fisik
pasien yang kurang fit. Juru bekam hendaknya menenangkan
pasien ketika telah sadar dan bekam bisa dilanjutkan lain ketika
keadaan pasien sudah normal.
17. Dapat juga untuk pasien yang pingsan hendaknya dibaringkan di
atas lantai yang tidak dingin dengan posisi terlentang, kemudian
angkat kaki setinggi mungkin atau telungkup dan angkat kaki
dan tekuk berulang kali.
94

JUDUL SOP:

PENGISIAN KUISIONER
STIKES dr. Soebandi
JEMBER
IDENTIFIKASI 1. Mencatat atau memasukkan data umum
PASIEN pasien seperti :
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Sikap kerja
e. Pendidikan
f. Masa kerja

2. Observasi pasien termasuk skala nyeri yang


PENGUKURAN
di rasakan sebelum dilakukan terapi bekam.
SKALA NYERI
SEBELUM BEKAM Dengan indikator :
a. 1-3 Nyeri ringan : pasien dapat
berkomunikasi dengan baik.
b. 4-6 Nyeri sedang : pasien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskrepsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
c. 7-9 Nyeri Berat : pasien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah, tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri,tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi.
d. 10 Nyeri tak tertahankan : pasien sudah
95

tidak mampu lagi berkomunikasi,


memukul.
3. Proses pembekaman
4. Tunggu 15 menit setelah pembekaman
PENGUKURAN
SKALA NYERI selesai kemudian skala nyeri pasien
SESUDAH BEKAM
diobsevasi kembali dengan indikator yang
sama seperti sebelum dilakukan bekam.
Lampiran 7 : Lembar perijinan

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI


DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Jalan Ahmad Yani No. 57 Banyuwangi 68416
Telepon/Faksimili (0333) 412343
http://dpmptspbwi.banyuwangikab.go.id email:dpmptspbwi@banyuwangikab.go.id

Banyuwangi, 1 Juli 2020


Kepada Yth. 1 Kepala Klinik Holistic Care Kalibaru
Di
Nomor 072/268/429.111/2020 Banyuwangi
Sifat Biasa
Lampiran 1 (Satu) Berkas
Perihal Penelitian/Survey/Research

Menunjuk Surat Ketua Sekolah Tinggi llmu Kesehatan (STIKES) dr. Soebandi
Tanggal 16 Juni 2020
Nomor 0752/SOS/U .APNl/2020

Maka dengan ini memberi Pengantar dalam rangka Penelitian/Survey/Research :


Nama Hasyim Asyari
Program llmu Keperawatan

Bermaksud untuk melakukan Penelitian/Research/Survey :


Judul Perubahan Skala Nyeri Low Back Pain Sebelum dan
Sesudah Bekam di Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi
Tempat Klinik Holistic Care Kalibaru Banyuwangi
Waktu 1 Juli 2020 std 30 Juli 2020

Sehubungan dengan hal tersebut, apabila tidak mengganggu kewenangan yang


berlaku di lnstansi Saudara, dimohon Saudara untuk meberikan bantuan berupa
tempat, data/keterangan yang diperlukan dengan ketentuan :
1. Peserta wajib mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di daerah setempat;
2. Peserta wajib menjaga situasi dan kondisi selalu kondusif;
3. Melaporkan hasil dan sejenisnya kepada lnstansi tempat pelaksanaan penelitian.

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
HEAL TH RESEARCH ETHICS COMMITTEE
STIKES DR. SOEBANDI JEMBER
STJKES DR. SOEBANDI JEMBER

KETERANGAN LAYAK ETIK


DESCRIPTION OF ETHICAL APPROVAL
"ETHICAL APPROVAL"

No.61 /SDS/KEPKfTLNl/2020

Protokol penelitian yang diusulkan oleh :


The research protocol proposed by

Peneliti utama : HASYIM ASYARI


Principal In Investigator

Nama lostitusi STIKES dr. Soebandi Jember


Name of the Institution

Dengan judul:
Title
"Perubahan tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah bekam di praktik keperawatan
ilham panut pranata banyuwangi"

"Perubahan tingkat nyeri punggung bawah sebelum dan sesudah bekam


panut pranata banyuwangi"

Dinyatakan layak etik sesuai 7 (tujuh) Standar WHO 2011, yaitu 1) Nilai Sosial, 2) Nilai llmiah, 3) Pemerataan Beban dan
Manfaat, 4) Risiko, 5) Bujukan/Eksploitasi, 6) Kerahasiaan dan Privacy, dan 7) Persetujuan Setelah Penjelasan, yang meruju
pada Pedoman CIOMS 2016. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh terpenuhinya indikator setiap standar.

Declared to be ethically appropriate in accordance to 7 (seven) WHO 2011 Sta dards, 1) Social Values, 2) Scientific Values,
3) Equitable Assessment and Benefits, 4) Risks, 5) Persuasion/Exploitation, 6) Confidentiality and Privacy, and 7) Informed
Concent, referring to the 2016 CIOMS Guidelines. This is as indicated by the fulfillment of the indicators of each standard.

Pernyataan Laik Etik ini berlaku selama kurun waktu tanggal 24 Juni 2020 sampai dengan tanggal 24 Juni 2021.

This declaration of ethics applies during the period June 24, 2020 until June 24, 2021.

, S.Kep., Ns., M.Kep


Lampiran 8 : Hasil olah data manual

A. Tabel Bertanda Wilcoxon untuk Pretes

PRETES RANGKING d
SAMPEL
SEBELUM SESUDAH SELISIH + -

(d)

1 6 2 4 25

2 5 1 4 25

3 4 1 3 11

4 5 3 2 1

5 4 1 3 11

6 5 2 3 11

7 5 1 4 25

8 4 1 3 11

9 4 1 3 11

10 7 4 3 11

11 5 2 3 11

12 6 3 3 11

13 5 1 4 25

14 5 2 3 11

15 5 2 3 11

16 6 3 3 11

17 5 1 4 25
18 6 1 5 30

19 5 1 4 25

20 5 2 3 11

21 5 2 3 11

22 5 1 4 25

23 4 1 3 11

24 4 1 3 11

25 6 3 3 11

26 4 1 3 11

27 4 1 3 11

28 6 2 4 25

29 5 1 4 25

30 4 1 3 11

Jumlah Ranking 465

Berdasarkan tabel di tas diperoleh:

Tanda “+” sebanyak 30 dengan jumlah ranking 465

Tanda “-“ sebanyak 0 dengan jumlah ranking

Data yang diabaikan (bernilai 0): 0

Dengan demikian

N = 30

T = 465

α = 0,05

T tabel = 137
T hitung > T tabel

Ho = ditolak

kesimpulan = T hitung lebih besar dari T tabel maka ada perubahan skala nyeri

B. Menentukan Nilai Z

N (N+1)
Z =T–
4
√N(N + 1)(2N + 1)

24
30(30+1)
= 465 −
4
√30(30 + 1)(2.30 + 1)

24
930
= 465 −
4
√(930)(62)

24

= 465 − 232,5
49,015

= 232,5

49,015

= 4,743
C. Menentukan mean sebelum bekam

X1+X2+X3+⋯
X=

𝑛
4.9 + 5.14 + 6.6 + 7.1

= 30
36 + 70 + 36 + 7
=

30
149
=

30

= 4,9
D. Menentukan mean sesudah bekam

X1+X2+X3+⋯
X=

𝑛
1.17 + 2.8 + 3.4 + 4.1
=

30
17 + 16 + 12 + 4
=

30
49
=

30

= 1,6
Lampiran 9 : Hasil olah data SPSS

Ranks Wilcoxon

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 30a 15.50 465.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 30

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Test Statisticsa
sesudah -

sebelum

Z -4.950b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
selisih .375 30 .000 .750 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

sebelum 30 4.97 .809 4 7

sesudah 30 1.63 .850 1 4


Lampiran 10 : Hasil pengisian kuisioner responden

7/14/2020 INSTRUMEN PENGUKURAN SKALA NYERI

INSTRUMEN PENGUKURAN SKALA NYERI


F;ngukur1111kal1 nyerl low b1ek pair\ 1ebeh.lm d111 sHudah d1lakuhn terapl bekam di prakHk keperawllan holl1t1k llham Panut Pranata Banyuwangl

Persetujuan

Tcbh mctKb1>at lctcmnpn sccara 1mnc1 dan,clas mcugcn:u


I. Pcnclitian ya,,,: baJudul - Pcn"'3Jwi SL:aL, Nycn l.tM Bock Pam Scbchun IAn Snud.,h
Bcbm Di Pnikldc Kcpc:rawatlln Hohshk Jltwn Pamu PnmAta Banyu\\1Uljp"'
2. Pcrlalowt >-..13 obn chtcBpbn poda oubyck
J. �anfaat Jrut scb3ga, aubycl pcnd111au
4. Bahaya yana al.an hmbuJ
�- Proicdtw Pcnch1i..-u1
6. PcnctuJuan pcnzinan lanp,11 peeehuan
7. Hale l.:camanan dan pmui
dan proscdur pcncht1."lll mcndap.,1 kcKmpatan mcn�jubn pcrtanyun mcnp;cn.,i sc,:11.la
scsualu
)'ml!: bcrhubmpn dcngan pcnc:htun 1cncbu.1. Olch karfflll uu uya bc:nc:cb&/t1d.Ak
bcnc:dia•) iCCal1I iUL:.arcla unluk mcnj1d1 5Ubycl pcncl1twi dcuaan pcnuh L:csad.an.n
1crta tanpa kctnpab:wL
Dcmik:ian pernyataan iru uya bt.lilil dengan scbcnam)'l fanpA tcbnM dari r1halc marutpun..

@ Setuju

O TdakHIUIU

Bag1an Tanpa Judul

Nama•

Buniye

.Jenis kelamin •

Q Lakt-lak1

@ Perempuan

®
0

http ·//docs.google.com/f0<ms/d/1V1KqDPxUTENCcWdFqw43r4_M8H2AS_90E_gxj7UQLVA/edit#response=ACYDBNidFgEDOfpAlulOmg7AOJg.. 1/2


711412020 INSTRUMEN PENGUKURAN SKALA NYERI

Pekerj&an •

Pelanl

Sikapkerja •

Membungkuk

Masa kerja •

40 lahun

8-Qian Tanpe Judul

lndikator penilaian skala nyeri

L. - - ' y
.............L .,--'
.. ... . .
.._
...= ..,..
....._._
.........
.. ..... ._ ......_._,
_. _ . . ...

-_ --
_
,_....
-- - . - w . .
_ . . ._ .. . .
-
._...... ..... _ ... _..._. ...
.....
......-i

.. "- ...
. --.-.---
-----
�-- -· .....................
--- -
Berapakah keluhan skala nyeri LBP anda sebelum dilakukan terapi bekam

Berapakah keluhan skala nyeri LBP anda sesudah di�kukan terapi bekam •

Google Fc-rn, ir

https://docs.google.com/forms/d/1V1KqDPxUTENCcWdFqw43r4_MBH2AS_90E_gxj7UOLVA/edit#response=ACYDBNidFgEDOfpAlulOmg7AOJg.. 212

Anda mungkin juga menyukai