Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

S DENGAN GANGGUAN

PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JONGAYA

MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program


Profesi Ners Stikes Panakkukang Makassar

Disusun oleh:

SUWANDI WAHYUDI
2004015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANAKKUKANG YAYASAN PERAWAT SULAWESI

SELATAN PROGRAM STUDI NERS

MAKASSAR 2022

i
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Suwandi Wahyudi
Nomor Induk Mahasiswa : 2004015
Program Stud : Profesi Ners
Judul KIA : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.S Dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran
Di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Makassar”.

Dengan ini menyatakan bahwa:


Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil penyusunan saya sendiri dan tidak
terdapat karya yang pernah diajukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
STIKES Panakkukang serta tidak terdapat karya atau pemikiran yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan Karya Ilmiah Akhir ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggungjawabkan dan bersedia menerima sanksi yang diberlakukan
di STIKES Panakkukang Makassar.
Demikian Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari pihak lain sama sekali.

Makassar, 17 Februari 2022

Yang Membuat Pernyataan,

(Suwandi Wahyudi)
2004015

iv
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.S DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JONGAYA
MAKASSAR

Pembimbing: Kens Napolion,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.J E-


mail: Suwandiwahyudistikpan@gmail.com Mahasiswa:
Suwandi Wahyudi 2004015

ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan jiwa merupakan permasalahan kesehatan yang
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikilogis, genetik, fisik atau kimiawi
dengan jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun ketahun (WHO, 2015). Di
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
adalah halusinasi penghidup, pengecap dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi
cukup tinggi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan
penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang
membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan.
Tujuan: Untuk memahami bagaimana respon klien setelah dilakukan Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan halusinasi pendengaran Di Puskesmas Jongaya
Makassar.

Metode: Dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Hasil: Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada klien dengan diagnosa
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran SP untuk klien tercapai dan
halusinasi yang dialami klien dapat terkontrol.
Kesimpulan: Selama dilakukan asuhan keperawatan klien menunjukkan bahwa
penerapan strategi pelaksanaan halusinasi dapat terkontrol dengan cara menghardik,
bercakap-cakap, membuat aktivitas atau kegiatan harian dan selama patuh
mengkonsumsi obat secara teratur.
Saran: Sebagai tenaga kesehatan agar mampu membina hubungan saling percaya
dan menggunakan strategi pelaksanaan pada klien untuk mengontrol halusinasi dan
lebih bersabar dalam menghadapi klien gangguan jiwa dengan halusinasi
pendengaran.
Kata Kunci: Halusinasi pendengaran, Strategi Pelaksanaan, Asuhan Keperawatan
Jiwa

v
PHYSICAL NURSING CARE IN NY.S WITH HEARING
HALUMINATION SENSORY PERCEPTION DISORDERS IN
JONGAYA
PUSKESMAS WORK AREA
Supervisor: Kens Napolion,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.J E-
mail: Suwandiwahyudistikpan@gmail.com Students:
Suwandi Wahyudi 2004015

ABSTRACT

Background : Mental disorder is a health problem caused by biological, social,


psychological, genetic, physical or chemical disorder with an increasing number of sufferers
from year to year (WHO, 2015). In Mental Hospitals in Indonesia, about 70% of the
hallucinations experienced by mentally ill patients are auditory hallucinations, 20% visual
hallucinations, and 10% are living, tasting and tactile hallucinations. The incidence of
hallucinations is quite high. The most common types of hallucinations are auditory and visual
hallucinations. This hallucinatory disorder generally leads to behavior that is harmful to
other people, clients themselves and the environment.

Aim of Research : To understand how the client's response after nursing care for clients
with auditory hallucinations at the Jongaya Health Center Makassar.

Method : The method used is Descriptive in the form of case studies with nursing care
approaches which include assessment, nursing diagnosis, planning, implementation and
evaluation.

Result : Based on the results of evaluations carried out on clients with a diagnosis of
sensory perception disorder: SP auditory hallucinations for clients are achieved and the
hallucinations experienced by clients can be controlled.

Conclusion : During nursing care the client shows that the implementation of hallucinatory
implementation strategies can be controlled by rebuking, conversing, making daily activities
or activities and while obediently taking medication regularly.

Suggestions : As health workers to be able to build trusting relationships and use


implementation strategies for clients to control hallucinations and be more patient in dealing
with clients with mental disorders with auditory hallucinations.

Keyword : Auditory Hallucinations, Implementation Strategies, Mental Nursing Care

vi
MOTTO

Demi masa,…
Sesungguhnya manusia kerugian,
Melainkan,…
Yang beriman dan yang beramal soleh,
Gunakan kesempatan yang masih
diberi, Dengan,…
Senangtiasa menghambakan diri,
Membalas kebaikan perjuangan
beliau, Dengan,…
Senangtiasa bersolawat kepada Nabi Kita,
Junjungan kita,…
“Rosulullah Muhammad SAW”
(Allahumma Shalli Ala Sayidinah Muhammad Wa Ala Ali
Sayidinah Muhammad)
Semoga Allah senantiasa menuntun kita,
Mengingat kepada-Nya dengan selalu bersolawat dan akhir
kata Dengan menutup mata, dengan menutup kalimat
thoyyibah, “Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rosulullah”
“Semoga kita dikembalikan dalam khusnul Khotimah dan
Mendapat syafaat-Nya…”
A...Miin Ya Robbal Alaamiin…!

vii
PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah Akhir

Kupersembahkan

Untuk Ayah Dan Ibu Yang Selalu Curahkan Kasih Sayangnya,


Ayah Dan Ibu Yang Selalu Mohonkan Kebaikan,
Ayah Dan Ibuku kasihmu yang selalu terbuka Disepanjang Hayatku
Ya Allah,

Ya Tuhanku Ampunilah Dosaku Serta Ayah Dan Ibuku Sayangi Keduanya


Bagai Kasih Mereka Yang Telah Kuterima

A…Miin!!!

viii
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
rahmat dan izin-Nya sehingga kita diberikan kesehatan dan kesempatan dalam
menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini dengan Judul: “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Ny.S Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Pendengaran”.
Salam dan sholawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rosulullah
Muhammad SAW sang kekasih Allah SWT. yang merupakan contoh dan panutan
bagi umat manusia yang perjuangan dan pengorbannya yang begitu besar, sehingga
sampai saat ini Alhamdulillah dengan segala puji bagi-Nya semoga kita bisa
membalasnya dengan senantisa mengikuti sunnahnya dan selalu bersholawat
kepadanya “Allahumma Shalli Ala Sayyidinah Muhammad Wa Ala Ali Sayyidinah
Muhammad”.
Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Pendidikan Profesi Ners Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar. Dalam
melakukan penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini banyak dukungan, bantuan dan
doa serta masukan dari berbagai pihak yang sangat berharga dan bermanfaat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Kasus Karya Ilmiah Akhir ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Allah senantiasa membalas dengan
Kasih-Nya pula kepada:
1. Ibu Hj. Saenab Dasong, SKM.,M.Kep; Selaku Ketua Yayasan Perawat
Sulawesi Selatan
2. Bapak Dr. Ns. Makassau Plasay, M.Kes.,M.EDM; Selaku Ketua STIKES
Panakkukang Makassar
3. Ibu Ns. Suriyani,S.Kep.,M.Kes; Selaku ketua program studi profesi Ners
STIKES Panakkukang Makassar

ix
4. Bapak Kens Napolion,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.J; Selaku Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan masukannya dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini
5. Ibu Hj. Andi Annas, SKM.,M.Si; Selaku Penguji I yang telah memberikan
arahan dan masukan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini
6. Ibu Murniati, S.Kep.,Ners; Selaku Penguji II yang telah memberikan arahan
dan masukan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini
7. Bapak/ Ibu Dosen Profesi Ners maupun dosen-dosen lainnya yang telah dengan
sabar memberikan pengarahan dan pengajaran selama masa perkuliahan sampai
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini
8. Keluarga besar Ayahanda Juangka dan Ibunda Nursiah serta saudara-
saudari tercinta atas kasih sayang, doa dan restunya selama ini
9. Civitas Akademika STIKES Panakkukang Makassar
10. Teman-teman mahasiswa Profesi Ners STIKES Panakkukang Makassar
khususnya teman seperjuangan dan seangkatan atas kebersamaan dan kerja
samanya selama masa perkuliahan sampai selesainya penyusunan Karya Imiah
Akhir ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
masukan berupa kritikan dan saran dari para pembaca akan sangat membantu demi
kesempurnaan Karya Imiah Akhir ini. Semoga Karya lmiah Akhir ini bisa bermanfaat
bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, 17 Februari 2022


Penyusun,

(Suwandi Wahyudi)
2004015

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN......................................................iv

ABSTRAK.........................................................................................................v

ABSTRACT.......................................................................................................vi

MOTTO..............................................................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................viii

KATA PENGANTAR........................................................................................ix

DAFTAR ISI......................................................................................................xi

DAFTAR TABEL..............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................1

B. Tujuan...................................................................................5

C. Manfaat.................................................................................5

D. Sistematika Penulisan...........................................................6

BAB II TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN TEORI

1. KONSEP DASAR MEDIS

xi
a. Pengertian ................................................ 7

b. Jenis halusinasi ........................................ 7

c. Tanda dan gejala ..................................... 8

d. Etiologi ..................................................... 9

e. Akibat yang ditimbulkan ........................... 12

f. Penatalaksanaan ..................................... 12

g. Respon rentang halusinasi ....................... 15

h. Pohon masalah ........................................ 16

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian .............................................. 16

b. Diagnosa Keperawatan ............................ 18

c. Intervensi Keperawatan ........................... 19

d. Implementasi Keperawatan ...................... 21

e. Evaluasi ................................................... 22

B. TINJAUAN KASUS KEPERAWATAN

1. Pengkajian ..................................................... 22

2. Klasifikasi Data ............................................... 32

3. Analisa Data ................................................... 33

4. Prioritas dan Perumusan Masalah ................. 33

5. Diagnosa Keperawatan .................................. 34

6. Perencanaan Keperawatan ............................ 34

7. Implementasi Keperawatan ............................ 40

8. Evaluasi .......................................................... 41

xii
BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian ........................................................... 51

B. Diagnosa .............................................................. 52

C. Perencanaan ......................................................... 53

D. Implementasi ......................................................... 55

E. Evaluasi ................................................................ 56

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


B. Saran .................................................................... 60
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

TABEL KLASIFIKASI DATA ............................................................ 32

TABEL ANALISA DATA .................................................................. 33

TABEL DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................. 34

TABEL INTERVENSI KEPERAWATAN ........................................... 34

TABEL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ..................................... 39

TABEL EVALUASI ........................................................................... 39

xiv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR RESPON RENTANG HALUSINASI ............................... 15

GAMBAR POHON MASALAH HALUSINASI ................................... 16

xv
BAB I

PENDAHULUAN

E. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah
ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi
tantangan dalam hidupnya, dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (KEMENKES,
2020)
Gangguan jiwa merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh
gangguan biologis, sosial, psikilogis, genetik, fisik atau kimiawi dengan jumlah
penderita yang terus meningkat dari tahun ketahun (WHO, 2017). Di Rumah
Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan
10% adalah halusinasi penghidup, pengecap dan perabaan. Angka terjadinya
halusinasi cukup tinggi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi
pendengaran dan penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada
perilaku yang membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan.
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan 3,6%
gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara
tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh
dunia. Lebih dari 80% penyakit yang dialami orang-orang yang tinggal di negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. Hasil analisis dari WHO sekitar 450 juta orang
menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia. (WHO, 2017).

Karya ilmiah Page 1


Menurut UU No.18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa merupakan
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dan mampu memberikan konstribusi untuk kominutasnya.
Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat berharga di dalam
kehidupan sehingga peran serta masyarakat diperlukan untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan, begitu pula kesehatan jiwa yang sampai saat ini
masih menjadi permasalahan yang cukup signifikan di dunia termasuk di
Indonesia. (RI, 2014)
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan
jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8
dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan media.
Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada
laki-laki dibanding perempuan (Ashtukrkar & Dixit, 2013).
Menurut Yosep & Sutini (2016) pada pasien skizofrenia, 70% pasien
mengalami halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa
stimulasi eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
dan perabaan). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2014).
Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016) menyatakan bahwa pasien dengan
halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami
halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya.

Karya ilmiah Page 2


Menurut catatan Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) dari Kemenkes RI
tahun 2018, prevalensi gangguan emosional pada penduduk usia 15 tahun ke
atas, meningkat dari 6% ditahun 2013 menjadi 9,8% di tahun 2018. Sementara
itu prevalensi gangguan jiwa berat, skizofrenia meningkat dari 1,7% di tahun
2013 menjadi 7% di tahun 2018 (HIMPSI, 2020).
Saat ini diperkirakan jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah
sekitar 450 juta jiwa termasuk skizofrenia. Secara global, kontributor terbesar
beban penyakit (DAYLs) dan penyebab kematian saat ini adalah penyakit
kardiovakskuler (31,8%), namun jika dilihat dari YLDs maka kontributor lebih
besar pada gangguan mental (14,4%). Menurut perhitungan beban penyakit pada
tahu 2017 beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk
di Indonesia diantaranya gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar,
gangguan perilaku dan cacat intelektual (Indrayani, 2019).
Skizofrenia merupakan penyakit kronis, gangguan otak yang parah dan
melumpuhkan yang ditandai dengan pikiran kacau, khayalan, berperilaku aneh
dan halusinasi (Pardede & Hasibuan, 2020). Dalam penelitian (Nuruddani, 2021).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 didapatkan estimasi prevalensi orang
pernah menderita skizofrenia sebesar 1,8 per 1000 penduduk (Pardede &
Hasibuan, 2020) dalam penelitian (Nuruddani, 2021).
Untuk mengatasi halusinasi dilakukan strategi pelaksaan untuk
mengontrol halusinasi yang terdiri dari 4 sesi yaitu (1) menghardik halusinasi
dengan menutup telinga, (2) menghardik halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain, (3) halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, dan (4)
menghardik dengan cara meminum obat secara teratur.
Terdapat beberapa faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di
rumah sakit, menurut Sullinger 1988 dalam (Yosep & Sutini,

Karya ilmiah Page 3


2016) pertama yaitu klien dimana diketahui bahwa klien yang gagal memakan
obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh, kedua dokter
sebagai pemberi resep yang diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis
teraupetik yang dapat mencegah kambuh dan efek samping, ketiga yaitu
penanggung jawab klien setelah pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap
bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah sakit dan yang keempat
yaitu ketidakmampuan keluarga dalam merawat klien juga sebagai faktor
penyebab kekambuhan klien.
Pada penelitian yang dilakukan oleh W.C.Hidayati (2014) yaitu “pengaruh
terapi religius dzikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi di rsjd dr. Amino gondohutomo semarang”
menunjukan bahwa terapi religius dzikir berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Pemberian terapi dzikir diberikan bersamaan
dengan intervensi berupa SP, dimana hasil dari pemberian terapi ini menunjukan
perubahan pada pasien terkait.
Hasil pengkajian ini juga didukung oleh jurnal (Deden dermawan, 2017)
tentang pengaruh terapi psikoreligius : Dzikir pada pasien halusinasi pendengaran
yang dilakukan kepada 8 orang responden dirasakan oleh responden umumnya
memiliki ciri-ciri yang sama, dari 8 responden tersebut
5 responden mengatakan bahwa halusinasi yang dialami nya berkurang setelah
melakukan dzikir dan 3 responden lainnya tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengetahui lebih dalam
tentang proses keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan kasus dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Makassar”
sebagai karya ilmiah akhir.

Karya ilmiah Page 4


F. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran terkait “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya
Makassar ”
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus karya ilmiah ini adalah diharapkan mahasiswa:
a. Mengetahui gambaran pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori
Halusinasi Pendengaran
b. Mengetahui gambaran pengalaman nyata dalam merumuskan diagnosa
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori
Halusinasi Pendengaran
c. Mengetahui gambaran pengalaman nyata dalam melakukan intervensi
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori
Halusinasi Pendengaran
d. Mengetahui gambaran pengalaman nyata dalam melakukan
implementasi keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
persepsi sensori Halusinasi Pendengaran
e. Mangetahui gambaran pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi
keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori
Halusinasi Pendengaran

G. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Akademik
Digunakan sebagai sumber informasi dan acuan dalam pengembangan
wawasan dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
dengan masalah gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

Karya ilmiah Page 5


2. Bagi Pelayanan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat untuk melaksanakan
asuhan keperawatan yang benar dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3. Bagi Klien
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkat derajat kesehatan jiwa yang
optimal, khususnya pada pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran.
4. Bagi Penulis
Dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan serta menerapkan ilmu yang diperoleh
selama mengikuti pendidikan.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
1. Tempat, Waktu dan Pengambilan Kasus
Pengambilan kasus dilakukan pada tanggal 28 Juni 2021, Pukul
11.30 WITA Di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Makassar.
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan teknik wawancara dan
observasi pada klien dan anggota keluarga klien.

Karya ilmiah Page 6


BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. TINJAUAN TEORI
1. KONSEP DASAR MEDIS
a. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati, 2010) dalam laporan (Ananda, 2019).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi
suara dan semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan, atau pengecapan). (Fitria, 2010)
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Halusinasi
adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa
melibatkan sumber dari luar meliputi semua sistem panca indera.
(Damaiyanti, 2012). Halusinasi merupakan salah satu bentuk perilaku
yang sering ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa (Arisandy,
2020).

b. Jenis Halusinasi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) jenis halusinasi antara lain:
1) Halusinasi pendengaran

Karya ilmiah Page 7


Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu kadang untuk membahayakan.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang- kadang terhidu
bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dimensia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain, dan merasa ada serangga
dipermukaan Kulit.
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis

dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau

feses sehingga sering meludah dan muntah.

c. Tanda Dan Gejala


Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut:
1) Bicara, senyum / tertawa sendiri.

Karya ilmiah Page 8


2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap,
menghidu.
3) Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
5) Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
6) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
7) Sikap curiga dan bermusuhan.
8) Menarik diri, menghindari dari orang lain.

d. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang didapat yang dapat dibangkitkan oleh
individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi faktorbiologis,
perkembangan, sosiokultural, biokimia, faktor psikologis, faktor
genetik. (Fitria, 2010)
1) Faktor biologis
Menurut Stuart 2010, Abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian
yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah- masalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

Karya ilmiah Page 9


c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil(cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu maka individu akan strees
dan mengalami kecemasan. (Fitria, 2010) Rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan individu tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
3) Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungan akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungan.
4) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan maka didalam
tubuhnya akan dihasilkan suatu hormon yang dapat bersifat
halusigenik neurokimia seperti buffenon dan dimethytransferase
(DMP). (Fitria, 2010).
Akibat stress yang berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neuro transmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetycholin dan dopamin.

Karya ilmiah Page


5) Faktor psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien. (Stuart, 2010)
6) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil study menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. (Fitria,
2010)
b. Faktor presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, suasana sepi atau terisolasi sering
menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik. (Fitria, 2010).
Pemicu gejala yang sering menimbulkan episode baru suatu
penyakit yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku individu:
1) Kesehatan seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi,
obat sistem saraf pusat, gangguan proses informasi, kurang
olahraga, alam perasaan abnormal dan cemas.

Karya ilmiah Page


2) Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam
hubungan interpersonal, masalah perumahan, stress, kemiskinan,
tekanan terhadap penampilan, perubahan dalam kehidupan dan
pola aktifitas sehari-hari, kesepian ( kurang dukungan) dan
tekanan pekerjaan.

e. Akibat Yang Ditimbulkan


Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi
dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1) Memperlihatkan permusuhan
2) Mendekati orang lain dengan ancaman
3) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5) Mempunyai rencana untuk melukai

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi yaitu dengan cara sebagai berikut:
1) Menghardik Halusinasi
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal
juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau
lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap
saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol
halusinasi, ajarkan pasien

Karya ilmiah Page


mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi
2) Berinteraksi dengan orang lain
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain.
Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain
3) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan
dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan.
4) Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.

Karya ilmiah Page


5) Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien
atau orang lain yang dekat dengan klien.
6) Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan
memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
7) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki- laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara- suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga
klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien sendirian dan
saran yang diberikan tidak bertentangan.
Farmakologi:
1) Anti psikotik:
o Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
o Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
o Stelazine

Karya ilmiah Page


o Clozapine (Clozaril)
o Risperidone (Risperdal)
2) Anti parkinson:
o Trihexyphenidile
o Arthan

g. Rentang Respon Neurobiologis


Respon Adaptive Respon Maladaptive
a) Pikiran Logis
a) Distorsi pikiran
b) Persepsi Akurat
b) Ilusi
c) Emosi Konsisten
c) Menarik Diri
d) Perilaku Sesuai
d) Reaksi Emosi
e) Hubungan
e) Perilaku tidak biasa
Sosial
f) Waham
g) Halusinasi
h) Sulit Berespons
i) Perilaku
Disorganisasi

Gambar 1: Rentang Respon Neurobiologis (Kusuma, 2010)

Menurut Kusuma (2010) dijelaskan Rentang Respon Neurobiologi


gangguan persepsi sensori : halusinasi, yaitu :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma
sosial budaya yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut. Respon adaptif ini antara lain : Pikiran logis adalah
pandangan yang mengarah pada kenyataan. Persepsi akurat adalah
pandangan yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli. Perilaku
sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

Karya ilmiah Page


kewajaran. Hubungan sosial adalah proses suatu interkasi dengan
orang lain dan lingkungan.
b. Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptive ini meliputi : Kelainan pikiran
yaitu keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial. Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah satu persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada. Kerusakan proses emosi adalah perubahan
sesuatu yang timbul dari hati. Perilaku tidak teroganisir merupakan
suatu perilaku yang tidak teratur. Isolasi sosial adalah kondisi
kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan
oleh orang lain dan sebagi sesuatu kecelakaan yang negative
mengancam.

h. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat

Perubahan persepsi sensori:halusinasi pendengaran Core problem

Isolasi diri : menarik diri Penyebab

Gambar 2 : Pohon masalah halusinasi pendengaran

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1) Pengkajian
Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi. (Keliat, 2014)

Karya ilmiah Page


a. Pengumpulan data
Pengumpulan data pengkajian dalam teknis pengisian formulir klien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi antara lain:
1) Identitas klien dan penanggung jawab
Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, pendidikan, status perkawinan dan hubungan klien
dengan penangguang.
2) Alasan dirawat
Alasan dirawat tersebut meliputi keluhan utama dan riwayat
penyakit yang dialami klien. Keluhan utama berisi tentang sebab
klien atau keluarga datang ke rumah sakit dan keluhan klien saat
pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan
presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-faktor
pendukung klien yang mengalami gangguan persepsi sensori:
halusinasi. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang
membuat klien mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut
tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu.
Pengukuran berat badan, tinggi badan. Kalau ada keluhan fisik dari
klien bisa ditulis dipengkajian ini.
4) Psikososial
Dalam psikososial dicantumkan genogram yang menggambarkan
tentang pola interaksi, faktor genetik dalam keluarga berhubungan
dengan gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji tentang konsep diri,
hubungan social serta spiritual. Dalam konsep diri data yang
umumnya didapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi.

Karya ilmiah Page


5) Status mental
Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu
motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya
perubahan sensori / persepsi halusinasi yang terjadi pada klien.
6) Kebutuhan persiapan pulang
Mencakup hal-hal tentang kesiapan klien untuk pulang atau
untuk menjalani perawatan di rumah yaitu makan, BAB/BAK,
mandi, berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan aktivitas di
luar rumah.
7) Mekanisme koping
Merupakan mekanisme yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri.
8) Pengetahuan
Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa
yang dialami oleh klien, faktor presipitasi, sistem pendukung,
koping dan lain-lain.
9) Aspek medik
Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi
medik yang dijalani klien. Serta dicantumkan data hasil
laboratoriumnya.

2) Masalah Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan Pendengaran
b. Isolasi sosial b.d perubahan status mental
c. Resiko Perilaku kekerasan d.d Halusinasi

Karya ilmiah Page


3) Rencana Keperawatan
Diagnosa
SLKI SIKI
Keperawatan
Gangguan perse Setelah dilakukan Manajemen Halusinasi
psi sensori b.d tindakan keperawatan Observasi
Gangguan selama 1x8 jam 1. Monitor Perilaku yang
Pendengaran diharapkan persepsi mengindikasi halusinasi
sensori membaik 2. Monitor isi halusinasi
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Verbalisasi 1. Pertahankan lingkungan yang
mendengar bisikan aman
dari menurun 2. Diskusikan perasaan dan
menjadi meningkat respons terhadap halusinasi
2. Perilaku halusinasi Edukasi
meningkat 1. Anjurkan memonitor sendiri
3. Menarik diri situasi terjadinya halusinasi
meningkat 2. Anjurkan bicara pada orang yang
4. Konsentrasi dipercaya untuk memberi
membaik dukungan dan umpan balik
korektif terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan distraksi
4. Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
1. Kolaborasikan pemberian obat
anti psikotik dan anti ansietas,
jika perlu
Isolasi sosial b.d Setelah dilakukan Promosi sosialisasi
perubahan status tindakan keperawatan Observasi
mental selama 1x8 jam 1. Identifikasi kemampuan

Karya ilmiah Page


diharapkan melakukan interaksi dengan
keterlibatan sosial orang lain
meningkat dengan 2. Identifikasi hambatan
kriteria hasil : melakukan interaksi dengan
1. Minat berinteraksi orang lain
menjadi meningkat Terapeutik
2. Minat terhadap 1. Motivasi meningkatkan
aktivitas keterlibatan dalam suatu
meningkat hubungan
3. Perilaku menarik 2. Motivasi berpartisipasi dalam
diri menurun aktivitas baru dan kegiatan
4. Kontak mata kelompok
meningkat 3. Motivasi berinteraksi di luar
lingkungan
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi pengalaman
dengan orang lain
4. Anjurkan membuat
perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
5. Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
Resiko Perilaku Setelah dilakukan Pencegahan Perilaku kekerasan
kekerasan d.d tindakan keperawatan Observasi

Karya ilmiah Page


Halusinasi selama 1x8 jam 1. Monitor adanya benda yang
diharapkan kontrol diri berpotensi membahayakan
meningkat dengan 2. Monitor selama penggunaan
kriteria hasil : barang yang yang dapat
1. Verbalisasi membahayakan
ancaman kepada Terapetik
orang lain 1. Pertahankan lingkungan bebas
meningkat dan bahaya secara rutin
2. Perilaku 2. Libatkan keluarga dalam
menyerang perawatan
meningkat Edukasi
3. Perilaku melukai 1. Anjurkan pengunjung dan
diri sendiri/orang keluarga untuk mendukung
lain meningkat keselamatan pasien
4. Perulaku merusak 2. Latih mengurangi kemarahan
lingkungan sekitar secara verbal dan nonverbal
meningkat
5. Perilaku
agresif/amuk
meningkat

4) Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dan kesehatan ( Kozier, 2011).
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak atau respon yang

Karya ilmiah Page


ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (
Zaidin, 2014).

5) Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelekrual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai kemampuan pasien meliputi :
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
b) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
h) Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama Inisial : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pegawai salon
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
Alamat : Jl.Andi Mapaodang

Karya ilmiah Page


b. Keluhan Utama
Klien mengatakan kadang mendengar suara-suara, namun suara yang
didengarnya kadang tidak jelas.

c. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya
Tidak √
2. Pengobatan sebelumnya.
Berhasil Kurang berhasil √
Tidak berhasil
3. Trauma Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
-
Aniaya fisik
-
Aniaya seksual
Penolakan -

Kekerasan dalam keluarga √

Tindakan kriminal -
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dengan
pengobatan berhasil karena klien teratur minum obat, namun penyakit
yang diderita kambuh kembali dikarenakan pasien pernah terlambat
minum obat. Saat ini pasien masih sering mendengar suara-suara,
namun suaranya tidak jelas.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya

√ Tidak
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, saat ini klien tinggal bersama keluarganya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

Karya ilmiah Page


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sering bertengkar dengan suaminya
sehingga pasien diceraikan oleh suaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

d. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital:
TD : 130/90 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,9 ºC
P : 24 x/menit.
2. Ukur : TB : 160 cm BB : 60 Kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan : Pemeriksaan fisik yang didapatkan meliputi tanda- tanda
vital klien, dengan tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 96 kali/menit,
Suhu 36,9ºC, Pernapasan 24 kali/menit, Tinggi badan 160 cm, berat
badan 60 kg. Dan hasil pengkajian keluhan fisiknya tidak ada masalah
yang dialami klien
Masalah Keperawatan : Tidak ada

e. Psikososial
Genogram

x x X ?

Karya ilmiah Page


Keterangan:

: Laki-laki X : Meninggal
: Perempuan ? : Umur tidak diketahui
: Pasien ….. : Tinggal serumah
Jelaskan : Ny. S merupakan pasien yang saat ini tinggal bersama
keluarganya. Status Ny S Janda (diceraikan suami) dengan memiliki dua
anak dengan kondisi yang sekarang yang lagi terganggu dengan sering
mendengar hal-hal yang tidak jelas dan suara aneh-aneh sehingga harus
mengkonsumsi obat anti penenang (Obat anti gangguan jiwa)
MK : gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

f. Gambaran diri
Klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah seluruh anggota
tubuhnya, tidak ada anggota tubuhnya yang tidak disukai, klien tidak
mengalami kelainan fisik.
1. Identitas diri
Klien adalah seorang perempuan berusia 42 tahun, anak kedua dan
sudah menikah.
2. Peran diri
Klien mengatakan saat dirumah sebagai ibu rumah tangga yang selalu
membantu dalam rumah.
3. Ideal diri
Klien berharap ingin cepat sembuh.
4. Harga diri
Klien mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain saling
menghargai satu sama lain.

g. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti

Karya ilmiah Page


Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien adalah
anak klien.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat
karena selalu tinggal dirumah.
3. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dengan orang lain, klien dan
istri klien juga mengatakan sering berinteraksi dengan tetangganya

h. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dirinya beragama Islam
2. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang menjalankan sholat 5 waktu Masalah
Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

i. Status Mental
1. Penampilan
√ Tidak Rapi √ Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Klien berpakaian tidak rapi. Klien mengatakan mandi 2 kali
sehari dan pakaian diganti setiap kali mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

Jelaskan : Pembicaraan klien saat dikaji cukup kooperatif, klien mau


bercara tetapi harus didahului, bicara klien sesuai apa yang ditanyakan
tetapi terkadang tidak nyambung atau tidak sesuai

Karya ilmiah Page


dengan apa yang dibicarakan. Klien berbicara cepat dan keras dengan
kontak mata tahan lama.
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang √ Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : Aktivitas motorik klien yaitu klien terkadang terlihat gelisah,


namun klien melakukan kegiatannya sehari-hari ditempat tinggal seperti
berjalan-jalan ke depan rumah.
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa

√ Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : Klien mengatakan perasaan khawatir jika suara suara yang


didengarnya muncul lagi.
5. Afek
Datar Tumpul Labil √ Sesuai Tidak sesuai
Jelaskan : Afek klien sesuai dengan stimulus pada saat sedih ekspresi
wajah sedih, pada saat senang eskpresi wajah senang ceria.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : Interaksi selama wawancara klien mau berinteraksi bila


didahului, kontak mata ada tetapi tidak tahan lama.
7. Persepsi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu Cenesthetic

Karya ilmiah Page


Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
nyata. Suara bisikan tersebut datang tidak menentu kapan biasanya 1 kali
sebulan atau 1 kali dalam seminggu, lamanya kurang lebih 3 menit, suara
bisikian itu samar-samar, klien juga tidak merasa takut jika suara itu
muncul karena pasien mampu menghardik jika suara-suara itu datang.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
8. Proses Pikir
√ Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
flight of idea Blocking Pengulangan/persevarasi
Jelaskan : Ketika klien diajak berbicara, pembicaraan klien berbelit- belit
tetapi sampai pada tujuan sesuai dengan topik dan mampu menjelaskan
apa yang terjadi.
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisas Ide yang terkait Pikiran magis


i

10. Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Isi pikir klien selalu memikirkan kesembuhan dan klien


mengalami halusinasi pendengaran.
11. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan : Tingkat kesadaran klien tampak baik.

Karya ilmiah Page


12. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan : Hasil pengkajian memori daya ingat klien menurun antara lain
daya ingat jangka panjang pasien melupakan tanggal lahirnya sedangkan
daya ingat jangka pendek pada klien tidak mampu mengingat obat-obatan
yang pernah dikonsumsi sementara daya ingat saat ini didapatkan klien
mampu mengingat tanggal hari ini saat pengkajian yaitu senin 28 Juni
2021.

13. Tingkat konsentrasi dan berhitung


√ Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan : Klien mampu berkonsentrasi terhadap pembicaraan yang
dilakukan
14. Kemampuan penilaian
√ Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan :Kemampuan penilaian, Klien mampu mengambil keputusan


sederhana seperti mandi terlebih dahulu sebelum beraktivitas.
15. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Daya tilik diri, klien mengatakan mengalami halusinasi
sehingga klien tidak mengingingkari penyakit yang diderita.

Karya ilmiah Page


j. Aktivitas Daily Living
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual tota
5. Istirahat dan tidur
√ Tidur siang lama : ± 2 jam

Tidur malam lama : 21.00 Wita – 05.00 Wita
Kegiatan sebelum/sesudah tidur

Jelaskan : Hasil pengkajian didapatkan data klien makan 2x sehari dengan


teratur dan mandiri, klien mampu makan yang disediakan oleh
keluarganya dengan menu nasi, sayur, lauk pauk. Tidak ada pantangan
cara makan klien diaduk-aduk nasi dengan lauknya. Klien minum air 2
gelas setelah makan. Klien mengatakan BAB/BAK lancar tidak ada
masalah pada saat BAB/BAK selalu dikamar mandi secara mandiri
kemudian membersihkan dengan mengguyurnya dengan air dan dapat
merapikan pakaiannya sendiri setelah BAB/BAK. Klien mandi dengan
mandiri, mandi 2 kali sehari dengan memakai sabun dan menggosok gigi.
Klien setelah mandi dapat menggunakan pakaian sendiri. Istirahat tidur,
tidur malam
21.00 Wita dan bangun 05.00 Wita. Pada siang hari setelah makan siang
klien dapat tidur sekitar ± 2 jam.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah Keperawata

6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantual total

Karya ilmiah Page


7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya √ tidak
Perawatan pendukung √ Ya tidak
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan √ Ya tidak
Menjaga kerapihan rumah √ Ya tidak
Mencuci pakaian √ Ya tidak
Pengaturan keuangan Ya √ tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya √ tidak
Transportasi Ya √ tidak

Lain-lain Ya tidak

k. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif

√ Bicara dengan orang lain Mampu Minum alkohol


menyelesaikan masalah Teknik Reaksi lambat/berlebih
relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar Mencederai
Olahraga diri Lainnya
Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada

l. Masalah Psikososial Dan Lingkungan:


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik Masalah
berhubungan dengan lingkungan, spesifik Masalah dengan
pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik
Masalah ekonomi, spesifik

Karya ilmiah Page


Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik
Jelaskan : Klien dapat diterima baik dengan masyarakat dan
keluarganya.
m.Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa system pendukung

√ Faktor presipitasi Penyakit fisik


Koping Obat-obatan
Jelaskan : Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit jiwa yang
diderita tetapi kurang mengetahui tentang faktor pemicu terjadinya penyakit
tersebut.

n. Aspek Medik
Diagnosa medik:Pasien dengan jenis obat yang pernah dikonsumsi 1.
HLP 1,5 Mg (1-0-0 )
2. Clozapine 25 mg ( 0-0-1/2 )

2. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan sering mendengar 1. Interaksi selama wawancara
suara-suara yang tidak nyata , klien mau berinteraksi bila
namun terkadang suaranya tidak didahului, kontak mata ada
jelas.suara tersebut datang saat tetapi tidak tahan lama, klien
klien sedang sendiri. Suara bisikan tampak gelisah dan curiga
itu tidak jelas bunyinya 1-2 kali
dan klien menutup telinga lalu tidur
untuk menghilangkan
suara tersebut.

Karya ilmiah Page


3. ANALISA DATA

Data Masalah
Data subjektif :
1. Klien mengatakan sering Gangguan Persepsi Sensori:
mendengar suara-suara yang Halusinasi pendengaran
tidak nyata , namun terkadang
suaranya tidak jelas.suara
tersebut datang saat klien
sedang sendiri. Suara bisikan itu
tidak jelas bunyinya 1-2 kali
dan klien menutup telinga lalu
tidur untuk menghilangkan
suara tersebut.

Data objektif :
1. Interaksi selama wawancara klien
mau berinteraksi bila didahului,
kontak mata ada tetapi tidak
tahan lama, klien
tampak gelisah dan curiga

4. PRIORITAS MASALAH
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Karya ilmiah Page


5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan :


orang lain dan lingkungan (Akibat)

Gangguan sensori persepsi :


(Core Problem)
Halusinasi pendengaran

Gangguan interaksi sosial : (Penyebab)


Menarik diri

6. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi

Gangguan Klien mampu: Setelah 1 kali SP 1 P


Sensori 1. Membina pertemuan, 1. Identifikasi
Persepsi: hubungan diharapkan: halusinasi: isi,
Halusinasi saling percaya 1. Verbalisasi frekuensi, waktu
Pendengaran 2. Mengenal mendengar terjadi, situasi
halusinasi bisikan menurun pencetus,
yang dialami 2. Isi, waktu, perasaan dan
3. Mengontrol frekuensi, situasi, respon.
halusinasi pencetus, perasaan 2. Jelaskan cara
4. Mengikuti dan respon mengontrol
pengobatan membaik halusinasi: Hardik,
secara optimal 3. Mampu obat, bercakap-
memperagakkan cakap, melakukan
cara dalam kegiatan.

Karya ilmiah Page


mengontrol 3. Latih cara
halusinasi mengontrol
dengan baik. halusinasi dengan
menghardik.
4. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik.

Setelah 2 kali SP 2 P
pertemuan, klien dapat 1. Evaluasi kegiatan
mampu: menghardik.
1. Menyebutkan Berikan pujian
kegiatan yang 2. Latih cara
sudah dilakukan mengontrol
dan halusinasi dengan
2. Memperagakkan obat (jelaskan 7
cara 6 benar benar : pasien, obat,
minum obat dosis,waktu, cara
dengan benar pemberian,
dokumentasi dan
informasi )
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik dan
minum obat

Karya ilmiah Page


Setelah 3 kali SP 3 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: latihan
1. Menyebutkan menghardik,
kegiatan yang minum obat. Beri
sudah dilakukan pujian
dan 2. Latih cara
2. Memperagakkan mengontrol
cara bercakap- halusinasi dengan
cakap dengan bercakap-cakap
orang lain saat terjadi
halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat dan
bercakap-cakap

Setelah 4 kali SP 4 P
pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan
dapat mampu: latihan
1. Menyebutkan menghardik,
kegiatan yang minum obat,
sudah dilakukan bercakap-cakap.
dan Berikan pujian
2. Membuat jadwal 2. Latih cara
sehari-hari dan mengontrol
mampu halusinasi dengan

Karya ilmiah Page


melakukannya melakukan
(minimal dua kegiatan harian
kegiatan) (mulai 2 kegiatan
yaitu merapikan
tempat tidur dan
menyapu)
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat,
bercakap-cakap
dan kegiatan
harian.

Gangguan Keluarga mampu: Setelah 3-4 kali SP 1 K


Sensori 1. Mengenal pertemuan, 1. Diskusikan
Persepsi: masalah diharapkan keluarga masalah yang
Halusinasi halusinasi dan mampu: dirasakan
Pendengaran masalah yang 1. Mengarahkan, keluarga dalam
dirasakan dalam merawat dan merawat pasien
merawat pasien melatih pasien halusinasi
2. Mengenal dalam 2. Jelaskan
tanda gejala mengontrol pengertian
kekambuhan halusinasi halusinasi, tanda
yang dan gejala
memerlukan halusinasi, jenis
rujukan segera halusinasi serta
proses terjadinya

Karya ilmiah Page


kefasilitas halusinasi
kesehatan 3. Jelaskan cara
3. Merawat pasien latihan
halusinasi menghardik
dengan baik halusinasi
4. Menciptakan 4. Latih keluarga
suasana cara merawat
keluarga dan pasien dengan
lingkungan cara menghardik
untuk 5. Anjurkan
mengontrol membantu pasien
halusinasi sesuai jadwal, beri
5. Memanfaatkan pujian
fasilitas
SP 2 K
pelayanan
1. Evaluasi kegiatan
kesehatan untuk
keluarga dalam
folow up pasien
merawat/ melatih
secara teratur
pasien dengan
menghardik, beri
pujian
2. Jelaskan keluarga
cara 6 benar minum
obat
3. Latih keluarga
cara merawat
pasien halusinasi
dengan minum
obat teratur
4. Anjurkan

Karya ilmiah Page


membantu pasien
sesuai jadwal, beri
pujian

SP 3 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/Memban
tu pasien
menghardik,
minum obat teratur,
beri pujian
2. Jelaskan cara
bercakap-cakap
dalam mengontrol
halusinasi
3. Latih dan
sediakan waktu
bercakap-cakap
dengan keluarga
pasien terutama
saat halusiansi
4. Anjurkan keluarga
membantu pasien
sesuai jadwal, beri
pujian

SP 4 K
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam

Karya ilmiah Page


merawat/ melatih
pasien cara
menghardik,
minum obat
teratur dan
bercakap-cakap,
beri pujian
2. Latih keluarga cara
merawat pasien
dengan mengontrol
halusinasi melalui
kegiatan sehari-
hari/ kegiatan
harian
3. Jelaskan folow up
PKM tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan keluarga
membantu pasien
sesuai dengan
jadwal dan beri
pujian.

Karya ilmiah Page


7. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny S
Umur : 42 tahun
Alamat : Jl.Jongaya

Diagnosa Hari/Tgl/ Evaluasi


Implementasi
Keperawatan Jam
Gangguan 28 Juni 2021 SP1P S:
Sensori 12.00 Wita 1. Mengidentifikasi halusinasi: isi, 1. Klien mengatakan sudah
Persepsi: frekuensi, waktu terjadi, situasi mampu menghardik
Halusinasi pencetus, perasaan dan respon. dengan cara menutup
Pendengaran Hasil : Klien mengatakan telinga sambil
halusinasinya biasa terdengar mengatakan pergi pergi
dengan suara bisikan, suara saya tidak mau dengar
tersebut datang saat klien sedang kamu suara palsu.
sendiri. Suara bisikan itu tidak O:
jelas bunyinya 1-2 kali dan klien 1. Klien kooperatif, klien
menutup telinga lalu tidur untuk tampak menutup
menghilangkan suara tersebut. telinga saat menghardik
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi. Klien
halusinasi: menghardik, tampak mudah beralih.
12.15 Wita meminum obat, bercakap- A:
cakap, dan melakukan kegiatan. Halusinasi Pendengaran
Hasil : Klien mengerti apa (+)
yang di sampaikan P:
3. Melatih cara mengontrol 1. Evaluasi SP1P cara
halusinasi dengan menghardik

12. 20 Wita

Karya ilmiah Page


menghardik. 2. SP2P : Ajarkan klien cara
Hasil : Klien mau berlatih mengontrol halusinasi
mengontrol halusinasi dengan minum obat
12. 25 Wita 4. Memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik.
Hasil : Klien setuju dan
memasukkannya di jadwal
harian
29 Juni 2021 SP2P S:
14.00 Wita 1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mengatakan
menghardik. Beri pujian sudah mampu
Hasil : Klien mampu menghardik
melakukan SP1P yaitu halusinasi.
dengan cara menghardik 2. Klien mengatakan
14. 10 Wita 2. Melatih cara mengontrol saat halusinasinya
halusinasi dengan minum obat mulai timbul, klien
saat terjadi halusinasi segera meminum
Hasil : klien sudah obatnya.
mengkonsumsi obatnya yang O:
sudah diambil di Rumah sakit. 1. Klien tampak mampu
14. 15 Wita 3. Menjelaskan 6 benar : Jenis, mengontrol halusinasi
guna, dosis, frekuensi, cara, dengan minum obat
kontinuitas minum obat) 6 benar.
Hasil:Klien mengatakan obatnya 2. Klien tampak sudah
ada 2 macam yaitu HLP 1,5 mengkonsumsi obat
Mg(1-0-0), Clozapine 25 mg(0- dengan jenis obat
0-1/2), HLP 1,5 Mg(1-0-0),
Klien meminum obat secara dan Clozapine 25

Karya ilmiah Page


teratur dan biasanya juga mg(0-0-1/2),
pasien lupa meminumnya A:
sesekali Halusinasi Pendengaran
14. 25 Wita 4. Memasukkan pada jadwal (+)
kegiatan untuk latihan P:
menghardik dan minum obat. 1. Evaluasi SP1,2P cara
Hasil :Klien setuju dan mengontrol haluinasi
memasukkannya ke jadwal 2. Lanjutkan SP3P:
harian Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap.

30 Juni 2021 SP3P S:


11.00 Wita 1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1. Klien mengatakan
mengahardik dan minum obat. sudah mampu
Berikan pujian mengontrol
Hasil : Klien mampu halusinasi.
melakukan SP2P yaitu 2. Klien mencari teman
dengan cara minum obat untuk bercakap- cakap
11. 05 Wita 2. Melatih cara mengontrol atau berbincang-
halusinasi dengan cara bincang dengan
bercakap-cakap. keluarganya di rumah
Hasil: Klien mampu bercakap- O:
cakap dengan keluarganya 1. Tampak klien dapat
11.15 Wita 3. Memasukkan pada jadwal mengontrol halusinasi
kegiatan untuk latihan dengan benar.
menghardik, minum obat dan 2. Klien nampak
bercakap-cakap. bercakap-cakap
Hasil : Klien setuju dan

Karya ilmiah Page


memasukkannya ke jadwal dengan saudaranya
harian dan dengan anggota
keluarganya yang lain.
A:
Halusinasi Pendengaran
(+)
P:
1. Evaluasi SP 1,2,3 P
cara mengontrol
halusinasi
2. Lanjutkan SP4 P:
Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
dengan melakukan
kegiatan harian

30 Juni 2021 SP4P S:


12.00 Wita 1. Mengevaluasi kegiatan 1. Klien mengatakan
menghardik, minum obat dan sudah mampu
bercakap-cakap. mengontrol
Berikan pujian halusinasi.
Hasil : Klien mampu melakukan 2. Klien mengatakan
SP3P yaitu mengontrol dapat mengontrol
halusinasi dengan bercakap- halusinasi dengan
cakap dan melakukan kegiatan melakukan kegiatan
harian. harian
12.10 Wita 2. Melatih cara mengontrol O:
halusinasi dengan melakukan 1. Klien tampak sudah
kegiatan harian mampu mengontrol

Karya ilmiah Page


Hasil:Klien mampu melakukan halusinasi
kegiatan harian yaitu dengan 2. Klien mampu
merapikan tempat tidur dan melakukan kegiatan
menyapu yaitu merapikan
12. 15 Wita 4. Mengajarkan kegiatan harian tempat tidur dan
(mulai 2 kegiatan) membersihkan
Hasil : klien mau dan bersedia dengan menyapu
melakukan kegiatan harian A:
12. 25 Wita 3. Memasukkan pada jadwal Halusinasi Pendengaran
kegiatan untuk latihan (+)
menghardik, minum obat, P : Evaluasi Sp1234 cara
bercakap-cakap dan mengontrol halusinasi
melakukan kegiatan harian
Hasil : Klien setuju dan
memasukkannya ke jadwal
harian

Gangguan 28 Juni 2021 SP 1 K S:


Sensori 12.30 Wita 1. Mendiskusikan masalah yang 1. Keluarga pasien
Persepsi: dirasakan keluarga dalam mengatakan terkadang
Halusinasi merawat pasien halusinasi Hasil: masih khawatir
Pendengaran Keluarga klien khawatir, jika memikirkan kondisi
pasien kambuh yang alami pasien
12.33 Wita 2. Menjelaskan pengertian 2. Keluarga pasien
halusinasi, tanda dan gejala mengerti tentang cara
halusinasi, jenis halusinasi merawat pasien
serta proses terjadinya Halusinasi
halusinasi O:
Hasil: Keluarga pasien 1. Keluarga klien
mengerti dan memahami apa

Karya ilmiah Page


yang di sampaikan tampak memikirkan
12.38 Wita 3. Menjelaskan cara latihan kondisi pasien saat
menghardik halusinasi Hasil: ini
Keluarga pasien mengerti 2. Keluarga klien
bagaimana cara merawat tampak sudah
pasien halusinasi mengerti dengan
12.40 Wita 4. Melatih keluarga cara merawat penjelasan terkait
pasien dengan cara menghardik halusinasi
Hasil: keluarga klien mengerti 3. Keluarga tampak
merawat pasien halusinasi memperagakan cara
5. Menganjurkan membantu menghardik pada klien
12.45 Wita pasien sesuai jadwal, beri halusinasi
pujian A:
Hasil: keluarga setuju dan Keluarga mampu merawat
mendukung kegiatan dalam klien secara mandiri,
membantu pasien halusinasi masalah teratasi sebagian
cara menghardik P:
1. Evaluasi SP 1 K
Melatih keluarga
mengontrol halusinasi
klien dengan
menghardik
2. Lanjutkan SP 2 K
Melatih keluarga
merawat klien
halusinasi dengan 6
benar minum obat

Karya ilmiah Page


29 Juni 2021 SP 2 K S:
14.30 Wita 1. Mengevaluasi kegiatan 1. Keluarga mengatakan
keluarga dalam merawat/ mengerti tentang
melatih pasien dengan penjelasan dan cara
menghardik, beri pujian enam benar minum
Hasil: keluarga mampu obat pada klien
memperagakan cara halusinasi
mengontrol halusinasi O:
14.35 Wita 2. Menjelaskan keluarga cara 6 1. Keluarga tampak
benar minum obat memahami
Hasil: keluarga mengetahui penjelasan cara
penjelasan enam benar minum benar minum obat
obat pada klien halusinasi 2. Keluarga tampak
3. Melatih keluarga cara menyebutkan obat yang
14.38 Wita merawat pasien halusinasi dikonsumsi klien
dengan minum obat teratur seperti HLP 1,5 Mg(1-
Hasil: keluarga mampu dan 0-0), dan Clozapine 25
mengetahui cara merawat mg(0-0- 1/2),
klien dengan halusinasi A:
4. Menganjurkan membantu Keluarga mampu merawat
14.45 Wita pasien sesuai jadwal, beri klien secara mandiri,
pujian masalah teratasi sebagian
Hasil: keluarga ikut terlibat P:
membantu dan mendukung 1. Evaluasi SP 1,2 K
kegiatan klien halusinasi yang Mengontrol halusinasi
sudah dijadwalkan dengan cara cara menghardik, 6
enam benar minum obat benar minum obat

Karya ilmiah Page


2. Lanjutkan SP 3 K
Melatih keluarga
mengontrol halusinasi
klien dengan
bercakap-cakap
30 Juni 2021 SP 3 K S:
11.20 Wita 1. Mengevaluasi kegiatan 1. Keluarga mengatakan
keluarga dalam mengerti penjelasan
merawat/Membantu pasien yang disampaikan
menghardik, minum obat 2. Keluarga mengatakan
teratur, beri pujian dengan cara bercakap-
Hasil: keluarga mampu cakap dapat
memperagakan dan mengontrol halusinasi
melakukan cara mengontrol klien
halusinasi klien O:
11.25 Wita 2. Menjelaskan cara bercakap- 1. Keluarga tampak
cakap dalam mengontrol mengerti cara
halusinasi bercakap-cakap yang
Hasil: keluarga mengetahui dilakukan jika
dan mampu mengontrol halusinasi klien muncul
halusinasi klien dengan 2. Keluarga tampak
bercakap-cakap memperagakan cara
11.30 Wita 3. Melatih dan menyediakan bercakap-cakap untuk
waktu bercakap-cakap dengan mengontrol halisinasi
keluarga pasien terutama saat A:
halusiansi Hasil: keluarga Keluarga mampu
mampu melakukan percakapan
dengan klien saat halusinasi

Karya ilmiah Page


klien muncul merawat klien dengan
11.40 Wita 4. Menganjurkan keluarga mandiri, masalah teratasi
membantu pasien sesuai sebagian
jadwal, beri pujian
Hasil: keluarga setuju dan ikut P:
terlibat dalam jadwal kegiatan 1. Evaluasi SP 123 K
klien mengontrol halusinasi Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap cara menghardik, 6
benar minum obat dan
bercakap-cakap
2. Lanjutkan SP 4 K
Melatih keluarga
mengontrol halusinasi
klien dengan aktivitas
terjadwal/ kegiatan
harian
30 Juni 2021 SP 4 K S:
12.30 Wita 1. Mengevaluasi kegiatan 1. Keluarga mengatakan
keluarga dalam merawat/ sudah mengetahui cara
melatih pasien cara mengontrol halusinasi
menghardik, minum obat klien dengan
teratur dan bercakap-cakap, melakukan kegiatan
beri pujian harian
Hasil: keluarga mampu 2. Keluarga mengatakan
memperagakan cara cara kegiatan harian
mengontrol halusinasi klien yang dilakukan seperti
12.33 Wita 2. Melatih keluarga cara membersihkan
merawat pasien dengan
mengontrol halusinasi melalui

Karya ilmiah Page


kegiatan sehari-hari/ kegiatan tempat tidur setiap
harian bangun tidur, menyapu
Hasil: keluarga mampu atau membersihkan
merawat klien halusinasi rumah
dengan membuat kegiatan O:
harian atau menjadwalkan 1. Keluarga tampak
kegiatan klien setiap hari mengerti apa yang
12.36 Wita 3. Menjelaskan folow up PKM disampaikan
tanda kambuh, rujukan Hasil: 2. Keluarga tampak
keluarga mengetahui dan bisa mengetahui cara yang
mengambil keputusan segera dilakukan untuk
saat tanda kambuh halusinasi mengontrol halusinasi
klien dengan melakukan
12.45 Wita 4. Menganjurkan keluarga kegiatan harian
membantu pasien sesuai dengan 3. Keluarga tampak
jadwal dan beri pujian Hasil: membuatkan jadwal
keluarga setuju dan ikut terlibat kegiatan harian klien
dalam jadwal kegiatan klien A:
mengontrol halusinasi dengan Keluarga mampu merawat
membuatkan jadwal kegiatan klien dengan mandiri,
atau aktivitas terjadwal setiap masalah teratasi sebagian
hari. P:
Evaluasi SP 1234 K
Mengontrol halusinasi
cara menghardik, 6
benar minum obat,
bercakap-cakap dan
aktivitas terjadwal

Karya ilmiah Page


BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis terkait
kasus karya ilmiah akhir terhadap pasien ditemukan data-data terkait dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran DiWilayah Kerja
Puskesmas Jongaya Makassar. Setelah penulis melakukan tindakan
keperawatan, penulis menemukan kesenjangan- kesenjangan antara konsep
teoritis dengan studi dilapangan yang dilakukan oleh penulis, maka dari itu
penulis akan membahas kesenjangan berikut ini:

A. Pengkajian
Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
format pengkajian keperawatan jiwa yang telah ditetapkan. Data yang
dikumpulkan dengan wawancara langsung pasien. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 28 Juni 2021, didapatkan pasien dengan inisial
Ny.S, umur 42 tahun dengan jenis kelamin perempuan status janda dengan
memiliki dua orang anak yang saat ini tinggal bersama dengan keluarganya
tepatnya rumah saudaranya.
Adapun data yang didapatkan pada Ny. S (data subyektif) pasien
mengatakan sering mendengar suara-suara atau bisikan, namun terkadang
suaranya tidak jelas. Suara tersebut datang saat klien sedang sendiri atau pada
saat menyendiri, suara bisikan itu tidak jelas bunyinya dan terdengar 1-2 kali
secara berulang-ulang. Klien menutup telinganya lalu tidur untuk menghilangkan
suara atau bisikan-bisikan tersebut. Adapun (data obyektifnya) saat dilakukan
interaksi selama wawancara klien mau berinteraksi dan berespon bila didahului
atau diberikan pertanyaan, namun terkadang sesekali focusnya berkurang
dengan

Karya ilmiah Page


kontak mata ada tetapi padangannya tidak berfokus dan klien tampak gelisah dan
terkadang bertingah lain.
Menurut data teoritis menjelaskan secara umum dari faktor
predisposisi diterangkan bahwa halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor
berupa faktor pisikologis, biologis, dan faktor genetik. Dari hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan penulis terhadap Pasien tidak ditemukan
adanya faktor genetik yang dapat mempengaruhi halusinasi karena anggota
keluarga Pasien tidak ada yang menderita skizofrenia. Sedangkan dari faktor
presipitasi diterangkan bahwa secara fisik Pasien dengan gangguan halusinasi
timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
timbulnya halusinasi dimana dapat terjadi dari berbagai faktor pendukung
yaitu biologis, stress lingkungan, dan sumber koping.
Kesenjangan pengkajian pada teori dan kasus terdapat kesamaan
beberapa data seperti data subjektifnya pada teori mengatakan biasanya klien
suka bicara sendiri, mendengar suara- suara palsu dan senyum-senyum sendiri.
Sedang pada kasus datanya hanya menunjukkan klien biasanya mendengar suara-
suara tapi tidak jelas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan
dari kelompok dimana perawat secara accontabilitas dapat
mengidentifikasi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun,
membatasi dan berubah.
Setelah penulis melakukan pengkajian dan analisa data pada pada
Ny.S, dapat dirumuskan bahwa klien mengalami masalah

Karya ilmiah Page


dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jongaya Makassar. Pohon masalah pada halusinasi dapat
mengakibatkan klien mengalih kehilangan control pada dirinya, sehingga
bisa membahayakan kepada dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase keempat dimana klien
mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya.
Adapun perbedaan antara teori dengan kasus terkait pengangkatan
diagnosa kasus, pada kasus teori terdapat tiga diagnosa yaitu perilaku
kekerasan, gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dan isolasi
social. Sedang pada kasus penulis mengangkat diagnose keperawatan utama
yaitu gangguan persepsi sensori “Halusinasi pendengaran” pada Ny. S
sebagai prioritas masalah utama yang didukung dengan data subjektif yaitu
Ny.S mengatakan mendengar suara-suara atau bisikan yang menyuruhnya
melakukan sesuatu yang terkadang hal diluar dirinya suara-suara tersebut
tidak jelas dan mengganggu Ny.S. Ada beberapa diagnosa tambahan yaitu:
Resiko perilaku kekerasan dan Isolasi social. Akan tetapi dalam hal kasus ini
penulis hanya berfokus pada masalah utama yaitu gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada praktik tindakan keperawatan dengan kasus gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran ditemukan pada beberapa bagian, seperti
pada tujuan umumnya yang pada teorinya terdapat lima tujuan seperti klien
dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal
halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya dan klien dapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya dan klien dapat
memanfaatkan obat

Karya ilmiah Page


dengan baik.
Pada tindakan keperawatan intervensi pertama yaitu pasien dapat
membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan tujuan klien dapat membina hubungan saling
percaya dan pada intervensi ini telah dilakukan tindakan keperawatan yaitu
sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan
nama lengkap, nama panggilan, hobbi, tanyakan perasaan pasien dan
masalah yang dihadapi pasien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan pasien, buat kontrak yang jelas mengenai topik, waktu pertemuan
dan tempat pertemuan, beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien.
Pada intervensi kedua yaitu bantu pasien mengenal halusinasi
dengan mengetahui isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus dengan
tujuan pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya. Pada intervensi
kedua ini dilakukan tindakan keperawatan seperti tanyakan apakah pasien
saat sedang sendirian, atau sedang tidur pernah melihat atau mendengar
sesuatu, tanyakan isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-
kadang. Dan diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi, diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut serta jelaskan tentang dampak yang akan dialami jika
pasien menikmati halusinasinya dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas
kelompok persepsi sensori halusinasi.
Pada intervensi ketiga yaitu mengidentifikasi bersama klien cara atau
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini memiliki
tujuan agar pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan
keperawatan yang dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus
atau mengontrol timbulnya halusinasi dengan cara

Karya ilmiah Page


menjelaskan cara menghardik halusinasi, peragakan cara menghardik, minta
pasien memperagakan ulang, pantau penerapan cara ini, beri penguatan
perilaku pasien dan memasukan intervensi ini kejadwal kegiatan pasien dan
ikutkan pasien dalam terapi aktifitas kelompok persepsi sensori halusinasi.
Pada intervensi empat yaitu diskusikan dengan pasien tentang
manfaat dan kerugian tidak minum obat. Dengan tujuan intervensi pasien
dapat memanfaatkan obat dengan baik, tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu jelaskan pada pasien tentang nama obat, warna obat, bentuk
obat, cara minum obat, waktu minum obat, berapa kali sehari, kegunaan
obat dan efek samping obat dan jelaskan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi.
Setelah rencana dibuat selanjutnya dilakukan implementasi
keperawatan yang mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat.
Perencanaan yang dibuat sesuai dengan kesenjangan perencanaan antara
teori dan kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien.

D. Implementasi
Adapun tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk diagnose
pertama yaitu melalui: SP dengan SP I beberapa di antaranya yaitu
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis halusinasi klien,
mengidentifikasi isi halusinasi klien, memberikan waktu halusinasi klien,
mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien, mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan klien cara pertama menghardik halusinasi, menganjurkan klien
untuk memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian dengan
Assesment SP I masalah teratasi,
SP II beberapa di antaranya yaitu membina hubungan saling

Karya ilmiah Page


percaya: salam terapeutik, menanyakan kepada klien masih ingat tidak
dengan perawat, menanyakan perasaan klien saat ini, mengevaluasi kembali
cara menghardik halusinasi, memberikan pendidikan kesehatan tentang 6
benar minum obat ( jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat) memasukan ke jadwal kegiatan harian klien dengan assessment SP II
masalah teratasi,
SP III yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama
perawat, menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali cara
mengontrol halusinasi dengan cara meghardik dan 6 benar minum obat,
melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan teman,
dilaksanakan satu kali interaksi dengan assisment menganjurkan klien
memasukkan kegiatan harian untuk mengendalikan halusinasi dengan
assesment SP III teratasi dan,

SP IV yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama


perawat menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, 6 benar minum obat dan
bercakap-cakap dengan teman kamar, dan melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan, memberikan pujian atas keberhasilan tindakan yang dilakukan
klien dan menganjurkan klien memasukkan aktivitas kedalam jadwal harian
yang dilaksanakan 1 kali interaksi assisment SP 4 masalah teratasi.

E. Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada Ny.S dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran Di wilayah kerja
puskesmas jongaya Makassar dengan menerapkan strategi pelakasanaan
dimana implementasinya yaitu melatih klien menghardik halusinasi, 6 benar
minum obat, melatih bercakap-cakap dengan orang lain dan melatih klien
melakukan aktivitas sehari-hari.

Karya ilmiah Page


Evaluasi dari strategi pelaksanaan pada Ny,S berhasil dimana klien
mengatakan dapat mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, 6
benar minum obat, dengan bercakap-cakap dan dengan melakukan kegiatan
harian. Sehingga apabila implentasinya ini diberikan secara terjadwal akan
memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membantu pasien untuk melatih
mengontrol halusinasi dan kembali kerealitas hidupnya.
Proses keperawatan ini bertujuan memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien sehingga pasien dapat pulih
dan kembali dimasyarakat. Aktivitas dalam jadwal harian adalah aktivitas
yang dilakukan oleh pasien setiap harinya yang dilakukan terjadwal seperti
kebersihan diri, membersihkan ruangan atau melakukan perkerjaan dengan
bekerja, bercakap-cakap dengan temannya dan minum obat. Selain aktivitas
tersebut, pasien juga dapat diajarkan mendekatkan diri dengan kepercayaan
yang dianutnya seperti dalam hal islam bisa dengan cara berdzikir dan
membaca Al-Qur’an. Dengan adanya aktivitas tambahan dalam keseharian
pasien dapat mengalihkan focus halusinasinya sehingga pasien lebih
dihadapkan pada suatu realitas. Maka pasien dapat berpotensi untuk bisa
pulih dengan utuh.
Terapi Spiritual:Dzikir secara Islami, yaitu suatu perlakuan dan
pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan suatu penyakit mental,
kepada setiap individu, dengan kekuatan batin atau rohani, yang berupa
ritual keagamaan bukan pengobatan dengan obat- obatan, dengan tujuan
untuk memperkuat iman seseorang agar ia dapat mengembangkan potensi
diri dan fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal, dengan cara
mensosialkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dan As-
Sunnah ke dalam diri. Seperti melakukan shalat wajib, berdoa dan berdzikir
dari perbuatan tersebut dapat membuat hidup selaras, seimbang dan sesuai
dengan ajaran

Karya ilmiah Page


agama (Yusuf, 2016).
Dari hasil jurnal penelitian (Deden dermawan, 2017) tentang
pengaruh terapi psikoreligius: Dzikir pada pasien halusinasi pendengaran
yang dilakukan kepada 8 orang responden dirasakan oleh responden
umumnya memiliki ciri-ciri yang sama, dari 8 responden tersebut 5
responden mengatakan bahwa halusinasi yang dialami nya berkurang
setelah melakukan dzikir dan 3 responden lainnya tidak mengalami
perubahan.

Karya ilmiah Page


BAB IV

PENUTUP

C. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran pada kasus karya ilmiah
akhir ini maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Juni 2021 yang merupakan tahap
awal dari proses keperawatan. Hasil pengkajian didapatkan pada Ny.S
data subjektifnya klien mengatakan sering mendengar suara-suara namun
terkadang suaranya tidak jelas, suara bisi- bisikan itu tidak jelas
bunyinya, klien hanya menutup telinga pada saat suara-suara tersebut
muncul. Data objektifnya klien mau berinteraksi saat diajak bicara
meski, kontak mata klien ada tapi kurang, klien tampak gelisah dan
kurang tenang.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Ny. S
yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.S
yaitu mengajarkan klien pelaksanaan SP1- SP4 halusinasi untuk
mengontrol halusinasi.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan pada Ny.S dengan halusinasi pendengaran
telah disesuaikan dengan intervensi yang dibuat penulis. Penulis
melaksanakan SP1-SP4 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, minum obat dengan 6 benar, bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan harian.

Karya ilmiah Page


5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.S
yaitu klien dapat menerapkan strategi pelaksanaan dalam hal tahu cara
mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan yang pertama yaitu
tahu cara menghardik halusinasi, didukung dengan tetap patuh
mengkonsumsi obat secara benar dan tepat, bisa melakukan kontak
dengan keluarga atau orang lain dengan bercakap-cakap dan bisa dengan
mengerjakan aktivitas kegiatan harian. SP1-SP4 tercapai meskipun pada
SP2 sebelumnya pernah diabaikan yaitu tentang kepatuhan minum obat.

D. SARAN
Adapun saran pada kasus karya ilmiah akhir ini terkait dengan kasus
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:
1. Bagi perawat atau tenaga medis yaitu agar tetap melakukan strategi
pelaksanaan keluarga pada pasien dan penderita gangguan persepsi sensori
halusinasi, agar dapat sesering mungkin melakukan kunjungan rumah untuk
dapat mengontrol pasien dengan gangguan jiwa yang ada Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jongaya.
2. Bagi pengembang dan studi kasus selanjutnya yaitu agar dapat menggunakan
hasil studi kasus ini sebagai dasar pengembangan strategi-strategi lainnya,
khususnya dalam menangani pasien gangguan persepsi sensori halusinasi.
3. Bagi klien yaitu diharapkan untuk dapat terus berlatih dan mandiri dalam
melakukan strategi pelaksanaan untuk mengendalikan halusinasi terkhususnya
minum obat meskipun ada dan tanpa ada keluarga di rumah serta menerapkan
strategi pelaksanaan yang telah diberikan oleh penulis sesuai dengan jadwal
kegiatan harian yang telah dibuat bersama.

Karya ilmiah Page


4. Bagi keluarga yaitu diharapkan keluarga mampu untuk melakukan tindakan
yang mandiri untuk perawatan pasien di rumah dengan strategi pelaksanaan
halusinasi.
5. Bagi masyarakat yaitu diharapkan masyarakat dilingkungan tempat tinggal
pasien dapat mendukung dan ikut serta dalam melakukan perawatan pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi untuk menerima pasien seperti
masyarakat pada umumnya dan tidak mengucilkan pasien.

Karya ilmiah Page


DAFTAR PUSTAKA

Ackley, BJ.,Ladwig,G.B.,& Makic,M.B.F.(2017). Nursing Diagnosis Handbook,


An Evidence-Based Guide To Planning care. (11th Ed).St. Louis:
Elsevier.

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu.http://repository.wima.ac.id.Wima. Retrieved Maret 29,
2021, from http://repository.wima.ac.id/7701/2/BAB%201.pdf

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing (10th Ed). USA: Perason Education.

Burns, S. M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing.(3th ed). New


York: McGraw-HIE education.

Dougherty, L & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Prosedures (9th ed),
UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Grainjer, A. (2013). Principies of Temperature Monitoring. Nursing standard,


27(50),48-55.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and


classification 2015-2017. (10th Ed). Exford: Wiley Blakwell.

Iyus, Y. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: Refika Aditama.

Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Kemenkes. 2018. Angka kejadian gangguan kesehatan jiwa di Indonesia.


Diakses dari:http://www.surkesnas.unad.ac.id.

Kusumawati dan Hartono .(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta :


SalembaMedika

Monita, A. (2018, Oktober 17). Makalah Keperawatan Jiwa Tentang


Halusinasi. Retrieved Maret 29, 2021, from id.Scribd.com/Document/3

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. H. (2015). Jogjakarta: Mediaction.

Karya ilmiah Page


Perry, A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed). St
Louis: mosby Elsevier

Rahman. (2019, September 26). Retrieved Maret, 29 2021, from


id.Scribd.com/document.

Wilkinson,J.M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of


Nursing (3th ed). Philadelphia: F. A. Davis Company.

Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi. www.academia.edu

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Karya ilmiah Page


RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap: Suwandi Wahyudi


Tempat dan tanggal lahir: Bonto Baddo, 21 Desember 1993 Jenis kelamin: Laki-laki
Status pernikahan: Belum menikah
Alamat asal: Bontobaddo Desa kapita Kec. Bangkala Jeneponto
Alamat di Makassar: Jl. Rajawali III Lorong 3 Kec. Mariso No. Hp: 085340355320 / 085342241908
Alamat E-mail:
Pendidikan formal

Tingkat Tahun Tahun


Nama Sekolah
Pendidikan Mulai Selesai
SD SD Negeri 61 Batumenteng 1999 2005
MTs MTs. Negeri Kapita 2005 2008
MA MA. Kapita 2008 2011
S1 STIKES Panakkukang
2013 2017
Keperawatan Makassar

Karya ilmiah Page


Ners (dalam STIKES Panakkukang
2020 2022
penyelesaian) Makassar
Pendidikan Non Formal

Nama pelatihan/ Intansi


Tahun
Kegiatan penyelenggara
Pengajian (santriwan/
TKA/ TPA 2006
santriwati)

Prestasi
Prestasi Tahun
Peringkat I/II 2006

Pengalaman kerja
Pekerjaan Tahun
Karyawan/ SPB MARI 2012
Karyawan/ SPB Metro Trans 2018/2019

Makassar, 17 Februari 2022

Suwandi Wahyudi
2004015

Karya ilmiah Page

Anda mungkin juga menyukai