Anda di halaman 1dari 119

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN MENGONTROL EMOSI

DENGAN TERAPI MUROTTAL PADA PASIEN


SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH
PERILAKU KEKERASAN
TAHUN 2020

Karya Tulis Ilmiah

RAHMAT AULIA

(NIM : PO.71.20.1.16.060)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

i
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN MENGONTROL EMOSI
DENGAN TERAPI MUROTTAL PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH
PERILAKU KEKERASAN
TAHUN 2020

Diajukan Kepada poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

RAHMAT AULIA

(NIM : PO.71.20.1.16.060)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

ii
iii
iv
v
BIODATA PENULIS

Nama : Rahmat Aulia

Tempat Tanggal Lahir :Cempaka, 24 Februari 2000

Agama : Islam

Alamat : Komplek RSMH No. 88 Palembang

Nama orang tua

Ayah : Amrah Sahedi

Ibu : Nur Syamsu

Anak Ke : Anak 5 Dari 6 Saudara

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 1 Cempaka

SMP Negeri 1 Cempaka

SMA Negeri 1 Cempaka

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Puji Dan Syukur Kepada Allah SWT,Karya Tulis Ilmiah Ini Saya
Persembahkan Untuk :

1. Tuhan yang maha esa allah SWT yang telah memberikan hidayah dan ridhonya dan
memberikan kekuatan ,melimpahkan karunia serta kemudahan sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat saya persembahkan
2. Kedua orang tua ,ayah saya Amrah Sahedi dan ibu saya Nursyamsu yang senantiasa
mendoakan dan memberikan semangat pada setiap langkahku yang di usahakan dan di
perjuangkan .terima kasih atas semua perjuangan dan cinta yang telah ayah dan ibu
berikan
3. Saudara dan saudariku (Dianita sukma A.Md.Kep., Andini Septika, Dina Adelia,
Achmad Redho, Amanda Fatma Nurgraha) yang saya cintai dan saya sayangi, terima
kasih telah memberikan semangat dan support kepada saya
4. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di poltekkes kemenkes palembang

Motto:
Hidup ini seperti sepeda agar tetap seimbang kau harus tetap bergerak (Albert Einstein)

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikumWr. Wb.

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Implementasi Keperawatan Mengontrol Emosi Dengan Terapi Murottal
Pada Pasien Skizofrenia Dengan Perilaku Kekerasan”
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
dorongan, bimbingan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak serta saran baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, Oleh karena itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes sebagai Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Keperawatan
Palembang .
3. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes sebagai Ketua Prodi DIII Jurusan
Keperawatan Palembang.
4. Ibu HJ. Sherli Shobur SKM, MKM selaku pembimbing Akademi yang telah
membimbing di kampus Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang.
5. Ibu Dr. Ira Kusumawaty, S.Kp, M.Kep, MPH selaku pembimbing I yang telah sabar
dan telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini Rahmat Akan selalu ingat jasa Ibu.
6. Ibu Sri Martini, S.Pd., S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu serta memberikan saran sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat
terselesaikan.
7. Dr. Muliyadi S.Kp M.Kep selaku dosen penguji I karya tulis ilmiah.
8. Ibu Rehana S.Pd S.Kep M.Kes selaku dosen penguji II karya tulis ilmiah.
9. Semua Staf, dosen, karyawan dan karyawati Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang Jurusan DIII Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengertahuan
dan mendidik penulis selama pendidikan.

viii
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan
ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran
dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis.

Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas. Aamiin

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Palembang, Januari 2020

Penulis

ix
ABSTRAK

Aulia, R. 2020. Implementasi Keperawatan Mengontrol emosi dengan terapi Murottal pada
pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan. Program Diploma DIII
Keperawatan, Jurusan Keperwatan Poltekkes Kemenkes Palembang. Pembimbing
(I):Dr.Ira Kusumawaty.S.Kep,Mkes. MPH., Pembimbing (II) : Sri
Martini,S.Pd,S.Kp,M.Kes
Latar belakang: Skizofrenia adalah penyakit neurilogis yang mempengaruhi otak dimana hal
teresebut dapat mempengaruhi perubahan perilaku, persepsi diri, perubahan emosional, juga
mempengaruhi perilaku terhadap lingkungannya. Perilaku kekerasan adalah respon terhadap
stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
klien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga profesional
(keliat dan Kemat, 2009 dalam Muhith 2015).
Metode: Jenis penelitian ini adalah naratif dalam bentuk studi literatur menggunakan researt
library. Kriteria artikel/ hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5
artikel/ hasil penelitian yang dipublikasikan secara online antara tahun 2015-2019. Artikel atau
hasil penelitian tersebut tersedia secara full Teks untuk digunakan peneliti sebagai data untuk
dianalis.
Hasil: Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli mengenai cara mengontrol
emosi dengan terapi Murottal pada pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan, didapatkan
bahwa hasil dari penelitian tersebut cukup baik dilakukan pada penderita gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan untuk dapat mengontrol emosi.
Kesimpulan: Diharapkan cara mengontrol emosi dengan Terapi Murottal ini dapat
dikembangkan lagi dan menjadi pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.
Kata Kunci : Skizofrenia,Perilaku kekerasan, Murottal.

ABSTRACT
Aulia, R. 2020. Implementation of Nursing Controlling emotions with Murottal therapy in
schizophrenic patients with violent behavior. Diploma Program in Nursing DIII, Department of
Nursing, Health Ministry of Health, Palembang. Advisor (I): Dr.Ira Kusumawaty.S.Kep, Mkes.
MPH., Advisor (II): Sri Martini, S.Pd, S.Kp, M.Kes
Background: Schizophrenia is a neurilogical disease that affects the brain where it can affect
changes in behavior, self-perception, emotional changes, also affects behavior towards the
environment. Violent behavior is a response to stressors faced by someone, which causes harm
to oneself, others and the environment. Seeing the impact of the losses incurred, then the
handling of clients with violent behavior needs to be done quickly and appropriately by
professionals (Keliat and Kemat, 2009 in Muhith 2015).
Method: This type of research is narrative in the form of literature study using researt library.
Criteria for articles / research results used in this study consisted of 5 articles / research results

x
published online between 2015-2019. The article or research results are available in full text for
researchers to use as data for analysis.
Results: Based on research that has been conducted by experts on how to control emotions with
Murottal therapy in schizophrenic patients with violent behavior, it was found that the results of
the study were good enough for people with mental disorders with violent behavior to be able to
control emotions.
Conclusion: It is hoped that the way to control emotions with this Murottal Therapy can be
further developed and become a lesson for further research.
Keywords: Schizophrenia, Violent behavior, Murottal.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN..........................................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM........................................................................................ii

HALAMAN KEASLIAN TULISAN..................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................v

HALAMAN BIODATA PENULIS....................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................................vii

HALAMAN KATA PENGANTAR....................................................................................viii

HALAMAN ABSTRAK......................................................................................................x

HALAMAN DAFTAR ISI..................................................................................................xii

HALAMAN DAFTAR LABEL..........................................................................................xv

HALAMAN DAFTAR SKEMA.........................................................................................xvi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xl

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................4

xii
2.1 Konsep Dasar Skizofrenia................................................................................................4

2.1.1 Definisi Skizofrenia...................................................................................................4

2.2 Konsep Perilaku Kekerasan.............................................................................................4

2.2.1 Definisi Perilaku Kekerasan......................................................................................4

2.2.2 Rentang Respon.........................................................................................................4

2.2.3 Etiologi Perilaku Kekerasan......................................................................................5

2.2.4 Manifetasi Klinis Perilaku Kekerasan.......................................................................6

2.2.5 Mekanisme Koping....................................................................................................6

2.2.6 Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan.........................................................................7

2.3 Asuhan Keperawatan dengan Perilaku Kekerasan..........................................................8

2.3.1 Pengkajian..................................................................................................................8

2.3.2 Pohon Masalah...........................................................................................................17

2.3.3 Diagnosa....................................................................................................................17

2.3.4 Intervensi....................................................................................................................18

2.4 Strategi Pelaksanaan dan Terapi Murottal.......................................................................18

2.4.1 Terapi Murottal..........................................................................................................18

2.4.2 SOP Strategi Pelaksanaan (SP) Perilaku Kekerasan..................................................19

BAB III...............................................................................................................................21

METODE PENELITIAN.................................................................................................21

3.1 Desain Penelitian..........................................................................................................21

3.2 Variabel Penelitian........................................................................................................21

3.3 Kriteria Literatur yang Digunakan................................................................................21

3.4 Sumber Artikel..............................................................................................................21

3.5 Langkah Studi Literatur................................................................................................22

3.6 Analisis Data dan Penyajian Hasil Penelitian...............................................................22

xiii
3.7 Etika Penelitian.............................................................................................................23

BAB IV...............................................................................................................................24

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................................24

4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................................24

4.2 Pembahasan...................................................................................................................35

BAB V................................................................................................................................37

KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................37

5.1 Kesimpulan...................................................................................................................37

5.2 Saran.............................................................................................................................37

5.2.1 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan........................................................................37

5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan..................................................................37

5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya....................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................38

LAMPIRAN.......................................................................................................................40

xiv
DAFTAR TABEL

2.1 Mekanisme Koping.......................................................................................................7

3.1 Analisis Data dan Penyajian Hasil Penelitian...............................................................22

4.1 Review Literatur...........................................................................................................29

xv
DAFTAR SKEMA

2.1 Rentang Respon............................................................................................................4

2.2 Pohon Masalah..............................................................................................................17

3.2.1 Skema Variable Penelitian.........................................................................................21

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang
tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan
jiwa (UU No.18 tahun 2014).
Perilaku kekerasan adalah respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Melihat dampak
dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan klien dengan perilaku kekerasan perlu
dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga profesional (keliat dan Kemat, 2009 dalam Muhith
2015).
Menurut data WHO pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang
mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang dengan Skizofrenia,
dan 47,5 juta orang dengan demensia
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi gangguan jiwa emosional yang ditunjukkan oleh gejala depresi dan
kecemasan pada usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari total
penduduk Indonesia. Sedangkan untuk prevalensi gangguan jiwa berat, seperti Skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record di Rumah Sakit Jiwa Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan didapatkan jumlah penderita skizoprenia dalam 3 tahun
terakhir sebanyak 1.158 klien pada tahun 2016, sebanyak 1.128 klien pada tahun 2017 dan
sebanyak 1.367 klien pada tahun 2018. Skizopreniadapat berkembang menjadi perilaku
kekerasan. Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan oleh perawat ada
2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan nonfarmakalogi.

1
Sementara ada beberapa jenis terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai
pengganti terapi aktivitasyang umum dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi dengan
cara mendengarkan ayat suci Al Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 78,
(Wuryaningsih, Anwar, Wijaya, & Kurniyawan, 2015). Murotal terapi dapat memberikan
stimulasi baik terhadap otak, ketika seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat
memberikan respon rileks , tenang dan rasa nyaman.
Selain itu dengan pemberian murotal terapi dapat digunakan sebagai pengobatan stres.
Beberapa Studi menunjukkan bahwa membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat
memberikan stimulus positif untuk otak, (Putra et al., 2018). Terapi dengan alunan bacaan Al-
Qur’an. Stimulan murotal Al-Qur’an dapat dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi
relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan terapi audio lainnya karena stimulan Al-
Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika,
2008) dalam (Ah, Endang, Miranti.Florencia, & Fanni, 2016).
Menurut Fanada (2012), terapi zikir adalah terapi yang menggunakan media zikir yang
bertujuan untuk mengingat Allah SWT yang bertujuan untuk menenangkan hati dan pikiran
manusia. Dengan bacaan do’a dan dzikir orang akan menyerahkan segala permasalahannya
kepada Allah, sehingga beban stress dan gangguan psikologis yang dialaminya mengalami
penurunan, (Mahjoob, Nejati, & Hosseini, 2016).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk memberikan


implementasi keperawatan pada penderita gangguan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan
terapi murottal. Implementasi ni bertujuan untuk menurunkan resiko menciderai diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan pada penderita perilaku kekerasan. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah ini yang pada dasarnya untuk di poltekkes kemenkes
palembang penelitian tentang terapi murottal ini merupakan terobosan terbaru. Adapun judul
dari karya tulis ilmiah ini “ Implementasi Keperawatan dengan terapi Murottal pada pasien
skizoprenia dengan masalah Perilaku Kekerasan “

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran implementasi keperawatan mengontrol emosi dengan


terapi murottal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan?

2
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Memperoleh gambaran implementasi keperawatan mengontrol emosi dengan
terapi murottal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penelitian/artikel implementasi keperawatan mengontrol emosi dengan
terapi murottal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan
2. Menganalisis hasil penelitian implementasi keperawatan mengontrol emosi dengan
terapi murottal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan.
3. Dirumuskannya rekomendasi hasil penelitian tentang implementasi keperawatan
mengontrol emosi dengan terapi murottal pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat :


1. Bagi rumah sakit, hasil penelitian ini sebagai dasar pengembangan standar/ pedoman
pengembangan kemampuan mengontrol emosi klien skizofrenia dengan masalah perilaku
kekerasan melalui Terapi Murottal.
2. Pedoman kerja bagi perawat dalam melaksanakan implementasi keperawatan Terapi
Murottal.
1.4.2 Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Evidance Base Nursing Practice implementasi keperawatan Terap Morottal, dalam
peningkatan kemampuan mengontrol emosi klien skizofrenia dengan masalah perilaku
kekerasan.
2. Data dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang mengembangkan metode
Terapi Morottal atau implementasi keperawatan lainnya dalam mengontrol emosi klien
skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia


Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi, terpecah
dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah (Rudyanto, 2007).

Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiological yang serius dan menetap, ditandai
dengan kognitif dan persepsi serta afek yang tidak wajar (Laraia, 2009). Penyakit ini bersifat
kronik dan melalui 3 fase, yaitu fase prodromal, fase aktif, dan fase residual. Fase prodromal
dimulai dengan perubahan perasaan dan mood, fase aktif biasanya disebut dengan psikosis
yaitu munculnya gejala halusinasi, delusi, dan ilusi (Sadock & Sadock, 2010)

2.2 Konsep perilaku kekerasan

2.2.1 Definisi Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Melihat dampak
dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan klien dengan perilaku kekerasan perlu
dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga profesional (keliat dan Kemat, 2009 dalam Muhith
2015). Dari penjelasan diatas mengenai perilaku kekerasan penulis menyimpulkan bahwa
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dimana perilaku
kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal, disertai tingkah laku yang tidak
terkontrol.

2.2.2 Rentang Respon


Skema 2.1 Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Sumber : (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

4
Keterangan :
a. Asertif yaitu individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
b. Frustasi yaitu individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
c. Pasif yaitu individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif yaitu perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol.
e. Kekerasan yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

2.2.3 Etiologi Perilaku Kekerasan


Faktor Predisposisi Prabowo (2014) faktor predisposisi yaitu faktor pengalaman
yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu :

1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.

2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering


mengobservasi kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

a. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya/pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.

5
2.2.4 Manifestasi Klinis Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku kekerasan berikut ini :
a. Muka merah dan tegang Pandangan tajam
b. Mengatupkan rahang dengan kuat
c. Mengepalkan tangan
d. Jalan mondar-mandiri
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mengancam secara verbal atau fisik
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
i. Merusak benda atau barang
j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan

2.2.5 Mekanisme koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen, 1998 dalam Muhith, 2015). Kemarahan merupakan
ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping
yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998 dalam
Muhith, 2015).

6
Tabel 2.1 Mekanisme Koping
Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami
suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain. Misalnya
seseorang yang sedang marah.
Proyeksi : Menyalahkan orang lain akibat kesukaran atau keinginan yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual.
Represi : Mencegah fikiran yang menyakitkan/membahayakan masuk ke
alam sadar. Misalnya membenci orangtua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
Reaksi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan
Formasi dengan melebih-lebihkan sikap. Misalnya seorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
Dis- : Melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan kepada
placement obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
yang membangkitkan emosi.

2.2.6 Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan

a. Terapi Murottal

Terapi Murottal Terapi Murottal dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika
seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respon rileks, tentang dan
rasa nyaman. Selain itu juga dapat menghilangkan stress, beberapa studi menunjukkan juga
bahwa membaca ayat-ayat suci Al-Qur’’an juga memberikan stimulus bai pada otak, (Putra et
al., 2018)

b. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung


pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi
perilaku maladaptive (pencegahan sekunder), dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku

7
adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan keluarga dapat ditingkatkan
secara optimal. (Keliat, 1992)

2.3 Asuhan Keperawatan dengan perilaku kekerasan

2.3.1 Pengkajian
Menurut Muhith (2015), pada dasarnya pengkajian pada klien terdiri dari :
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang :
nama klien, panggilan, jenis kelamin, alamat, status, agama.
2) Usia dan No RM, 3) Pekerjaan
4) Informan : identitas penanggung jawab

b. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga

1) Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini? 2) Apa yang
sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini? Bagaimana hasilnya?

c. Faktor Predisposisi
Menurut Prabowo (2014) faktor predisposisi yaitu faktor pengalaman yang dialami tiap
orang, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu :

1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan

8
orang yang dicintainya/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
e. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ ;
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien),
2) Ukur tinggi badan dan berat badan klien,
3) Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun dan beri tanda sesuai hasil.
4) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien,
bila ada beri tanda " V " di kotak " ya " dan bila " tidak " beri tanda " V " pada kotak
tidak,
5) Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada.
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
f. Psikososial
1) Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien
dan keluarga. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh.Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data. Contoh :
Gambar 2.1 Genogram

Keterangan :
= Laki-laki = Meninggal

= Klien

= Perempuan = Keluarga

2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri

9
Tanyakan tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja kelompok), kepuasan klien
sebagai laki-Iaki/perempuan.
c) Peran
Tanyakan tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.
d) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran, harapan klien
terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien
terhadap penyakitnya.
e) Harga diri
Tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada
klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penialian
klien terhadap pandangan/penghargaan orang lain.
f) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3) Hubungan sosial

a) Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.
b) Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
c) Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat.
d) Tanyakan pada klien hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai
dengannorma budaya dan agama yang dianut, pandangan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat
klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
c) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
g. Status Mental

1
1) Penampilan
a) Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapih. Misalnya : rambut acak-acakan, kancing bajutidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti,
b) Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai diluar baju,
c) Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tempat, identitas, situasi/ kondisi),
d) Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2) Pembicaraan

a) Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
membisu, apatis dan atau lambat,

b) Apabila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang


tak ada kaitannya beri tanda " V " pada kotak inkoheren,

c) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum,

d) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

3) Aktivitas motorik

a) Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.


b) Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan,
c) Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol.
d) Grimasen = gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol
klien.
e) Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan
dan merentangkan jari-jari. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
dan seperti berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan
tangan dan sebagainya.
f) Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
g) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4) Afek
a) Datar = tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan
atau menyedihkan.
b) Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.

1
c) Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
d) Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang
ada.
e) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
5) lnteraksi selama wawancara
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas,
b) Kontak mata kurang , tidak mau menatap lawan bicara,
c) Defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya),
d) Curiga (menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain)
e) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
6) Persepsi.
a) Jenis-jenis perilaku kekerasan sudah jelas, yaitu marah marah tanpa sebab,
membanting barang, dll
b) Jelaskan isi perilaku kekerasan frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7) Proses pikir
a) Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
a) Jenis-jenis perilaku kekerasan sudah jelas, yaitu marah marah tanpa sebab,
membanting barang, dll
b) Jelaskan isi perilaku kekerasan frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7) Proses pikir
a) Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.

1
d) Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
e) Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali.
f) Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
8) lsi pikir
a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b) Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.
c) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
d) Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau
lingkungan.
e) Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi lingkungan
yang bermakna dan terkait pada dirinya.
f) Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil/ diluar kemampuannya.
g) Waham.
(1) Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan
secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
(2) Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
(3) Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
(4) Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
(5) Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal yang
dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
(6) Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
(7) Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

1
h) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
i) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9) Tingkat kesadaran (data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu, tempat, orang)
diperoleh melalui wawancara).
a) Bingung . tampak bingung dan kacau.
b) Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/ tidak sadar.
c) canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang terjadi di
lingkungan.
d) Orientasi waktu, tempat, orang jelas.
e) Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.
f) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
10) Memori (data diperoleh melalui wawancara)
a) Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi lebih dari satu bulan.
b) Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi dalam minggu terakhir.
c) Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
d) Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
e) Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f) Masalah keperawatan sesuai dengan data
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung (data diperoleh melalui wawancara)
a) Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
b) Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c) Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada
benda-benda nyata.
d) Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e) Masalah keperawatan sesuai data.
12) Kemampuan penilaian

1
a). Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan,
klien dapat mengambil keputusan)

b). Gangguan kemampuan penilaian bermakna (tidak mampu mengambil keputusan


walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan
klien masih tidak mampu mengambil keputusan)
c) . Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d) . Masalah keperawatan sesuai dengan data
h. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Makan
a) Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam(suka/ tidak
suka/ pantang) dan cara makan.
b) Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK, Pergi menggunakan dan
membersihkan WC, membersihkan diri dan merapikan pakaian.
3) Mandi
a) Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)
b) Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4) Berpakaian

Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan


pakaian dan alas kaki.

a) Observasi penampilan dandanan klien.


b) Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
c) Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian.
5) lstirahat dan tidur
a) Lama dan waktu tidur siang / tidur malam
b) Persiapan sebelum tidur seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.

1
c) Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka dan
menyikat gigi.
6) Pendekatan kepada sang pencipta
a) kegiatan yang dilakukan, frekuensi, waktu, jenis kegiatan ( shalat, mengaji,
mendengarkan sholawat )
b) Yang di rasakan setelah beribadah
7) Penggunaan obat
a) Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara.
b) Reaksi obat.
8) Pemeliharaan kesehatan
a) Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut.
b) Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan
lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.
9) Kegiatan di dalam rumah
a) Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
b) Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
c) Mencuci pakaian sendiri
d) Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
10) Kegiatan di luar rumah (tanyakan kemampuan klien)
a) Belanja untuk keperluan sehari-hari, dalam melakukan perjalanan mandiri
dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum), kegiatan
lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air, kantor pos dan
bank).
b) Jelaskan data terkait
c) Masalah keperawatan ditulis dengan data
i. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda "V" pada kotak
koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
j. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada kilen atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
k. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien
simpulkan dalam masalah.

1
l. Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain

2.3.2 Pohon Masalah


Skema 2.2 Pohon Masalah
Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

Resiko Tinggi
Mencederai orang lain

Perubahan persepsi
Perilaku kekerasan
Infektef proses terapi sensori
IsolasiHalusinasi
sosial

Gangguan Harga Diri kronis

Koping keluarga Berduka disfungsional


Sumber : Stuart & Sundeen (1997) dalam Yosep (2014)
tidak

2.3.3 Diagnosa
Menurut Prabowo (2014) diagnosa keperawatan dapat dirumuskan menjadi PE yaitu
permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab
akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah dengan simpton (S) atau
gejala sebagai data penunjang (Prabowo, 2014).
Menurut Yosep, (2014) masalah keperawatan yang sering muncul didalam
perilaku kekerasan yaitu :
1. Perilaku Kekerasan
2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga Diri Rendah : Kronis
5. Isolasi Sosial
6. Berduka Disfungsional
7. Inefektif proses terapi

1
8. Koping keluarga inefektif

2.3.4 Intervensi
Menurut Dermawan & Rusdi (2013)

a. Tujuan Tindakan Keperawatan


1. Tujuan umum :
Klien dapat mengontrol perilakunya dan dapat mengungkapkan kemarahannya secara
asertif.
2. Tujuan khusus :
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan.
b) Klien mampu memilih cara yang kontruktif dalam berespon terhadap
kemarahannya.
c) Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.
d) Klien memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku dan
menggunakan terapi murottal.
b. Tindakan Keperawatan

Dengan menggunakan pendekatan rentang rencana keperawatan mulai dari strategi


pencegahan sampai strategi pengontrolan. Pada strategi pencegahan dapat dilakukann
pendidikan kesehatan, latihan asertif, kesadaran diri, komunikasi verbal dan non verbal,
perubahan lingkungan, intervensi perilaku, penggunaan psikofarmaka dan terapi psikoreligi
(Murottal). Jika strategi ini dilakukan namun klien bertambah agresif, maka teknik manajemen
krisis seperti isolasi dan pengikatan harus dilakukan. Namun demikian pencegahan adalah
upaya yang terbaik dalam dilakukan. Namun demikian pencegahan adalah upaya yang terbaik
dalam mengelola klien dalam perilaku kekerasan

2.4 Strategi Pelaksanaan Dan Terapi Murottal

2.4.1 Terapi Morottal


Terapi Murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh qori (
pembaca Al-Qur’an ) ( Siswantinah,2011). Murottal juga merupakan salah satu jenis
musik yang memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya ( Widayarti, 2011 ).

1
Sementara ada beberapa jenis terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai
pengganti terapi aktivitas yang umum dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi
dengan cara mendengarkan ayat suci Al-Qur’an(Wuryaningsih,Anwar,Wijaya,&
Kurniyawan, 2015).

2.4.2 SOP Setrategi Pelaksanaan (SP) Perilaku Kekerasan

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien : Klien tenang, klien kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.

2. Diagnosa Keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan khusus : Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi murottal

4. Tindakan Keperawatan
SP 4 : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan spiritual (Murottal). Bantu
pasien untuk selalu mendekatkan diri dengan sang pencipta Allah SWT, dengan cara beribadah
seperti Shalat, Mengaji, Murottal ( mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an ). disertai
penjelasan (terapi Murottal) guna beribadah serta berserah diri kepada Allah SWT dan dampak
apabila tidak beribadah yang akan membuat pasien sulit mengontrol emosi.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi
Assalamualaikum ibu/bapak masih ingat nama saya? Ya bagus bapak benar, Sesuai dengan
janji kita kemarin sekarang kita ketemu lagi, bagaimana pak sudah dilakukan latihan tarik nafas
dalam, pukul kasur bantal serta bicara yang baik ? apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? coba kita lihat kegiatannya? Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
selanjutnya dengan spiritual mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk mengontrol rasa
marah dan memberikan rasa lebih tenang? Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditaman? Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit

2. fase Kerja ( Perawat membawa handphone)


Coba ceritakan kegiatan ibadah yang sering ibu/bapak lakukan! Bagus, sekarang yang mana
mau dicoba? Nah, kalau bapak sedang marah coba langsung duduk dan tarik nafas dalam, dan

1
jika masih belum rega maka rebahan dulu agar rilex, jika masih belum reda maka ambil wudhu,
shalat, mengaji dan mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan handphone dilakukan
secara teratur untuk meredakan kemarahan. Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu dan ayat yang
ada dalam Al-Qur’an? Baiklah shalat 5 waktu bapak sudah tau dan sekarang kita coba
untukmendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an melalu speaker yang saya bawa untuk membuat
bapak merasa lebih tenang.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap cakap dengan cara yang ini? Jadi ada beberapa
sebelumnya cara menogntrol emosi yang sudah kita pelajari ini? Bagus, mari kita masukkan
kegiatan ibadah ada jadwal kegiatan bapak. Mari kita masukkan kegiatan shalat 5 waktu,
mengaji dan mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal). Maka sebutkan lagi pak cara
beribadah yang sudah kita pelajari tadi ketika ibu/bapak sedang marah marah.bagus, setelah ini
maka lakukan ibadah yang kita pelajari tadi (shalat,mengaji dan murottal). Nanti kita akan
membicarakan latihan kita hari ini. Saya akan kembali lagi besok di jam yang sama yaitu pukul
14.00, apakah bapak bersedia? Baiklah pak saya izin dulu, Assalamualaikum bapak

2
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian naratif studi literatur yang menggambarkan
implementasi keperawatan mengontrol emosi dengan terapi murotttal pada pasien
skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan.

3.2 Variabel Penelitian


Penelitian ini akan mengeksplorasi variabel implementasi keperawatan mengontrol
emosi, dan variabel kemampuan terapi murottal pada pasien skizofrenia dengan masalah
perilaku kekerasan, serta hubungan atau pengaruh kedua variabel melalui eksplorasi
penelitian/artikel penelitian sebelumnya.
Jika digambarkan dalam skema variabel tersebut seperti berikut
3.2.1 Skema Variabel penelitian
Kemampuan teknik terapi
murottal pada pasien skizofrenia
dengan masalah perilaku
Mengontrol Emosi
kekerasan

3.3 Kriteria Literatur yang Digunakan


Kriteria artikel/ hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 artikel/
hasil penelitian yang dipublikasikan secara online antara tahun 2015-2019. Artikel atau hasil
penelitian tersebut tersedia secara full Teks untuk digunakan peneliti sebagai data untuk dianalis
(sebagaimana terlampir pada penelitian ini

3.4 Sumber Artikel


Artikel/hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui
eksplorasi pada sumber Google Scholar berjumlah 5 artikel/hasil penelitian.

2
3.5 Langkah Studi Literatur
Penentuan lima (5) artikel/ hasil penelitian yang digunakan peneliti dalam studi literatur ini
dilakukan peneliti melalui langkah sebagai berikut:

1. Peneliti menetapkan topik/masalah penelitian yaitu implementasi keperawatan mengontrol


emosi dengan terapi murottal pada pasien skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan.
2. Menetapkan kata kunci yaitu mengontrol emosi, dan teknik terapi murottal.
3. Dengan kata kunci tersebut peneliti melakukan pencarian artikel mengunakan data base dari
Google Scholar, dan diperoleh 15 artikel.
4. Selanjutnya dari 20 artikel penelitian tersebut melakukan penelaahan dan terpilih 8 artikel
prioritas yang memiliki relevansi yang baik dengan topik/masalah riset penelitian. Dari 8
artikel prioritas tersebut selanjutnya peneliti menetapkan 5 artikel yang digunakan sebagai
artikel yang dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian yang dikembangkan peneliti.
5. 5 Artikel tersebut meliputi artikel publikasi dari Rina Herniyanti, Hema Malini, Netrida
(2019); Ernawati1, Samsualam2, Ksuhermi (2020); Ahmad Alifudin, Dwi Heppy
Rochmawati , Purnomo (2016); Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini (2015) dan Arif
Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019)( Full teks artikel sebagaimana terlampir).

3.6 Analisis Data dan Penyajian Hasil Penelitian


Analisa data penelitian ini dilakukan peneliti dengan menyajikan 5 artikel penelitian
yang memiliki relevansi dengan topik atau masalah penelitian, selanjutnya peneliti menuangkan
rangkuman hasil penelitian dari 5 artikel dalam table review seperti berikut:

Sumber Peneliti dan Tujuan Design Sampling Hasil Simpulan


artikel judul penelitian penelitian dan saran
penelitian

Langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis atas artikel dengan mengintegrasikan


hasil-hasil penelitian, menghubungkan topik topik yang berhubungan, mengidentifikasi
sentral issue/ hasil penelitian yang relevan dengan kajian penelitian.

2
3.7 Etika Penelitian
Penelitian studi literatur ini mengimplementasi aspek etik berupa penghargaan atas
karya orang lain, atas hal ini peneliti melakukan pencantuman sumber atas setiap kutipan
baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti. Penghindaran atas plagiarism
peneliti akan melakukan uji plagiarism setelah laporan penelitian dibuat dan sebelum
kegiatan ujian akhir penelitian dilaksanakan. Implementasi aspek kejujuran dilakukan
peneliti dengan menyampaikan hasi studi dari sejumlah artikel secara objektif, jujur dan
tanpa kebohongan serta peneliti akan melampirkan artikel yang digunakan sebagai data hasil
studi kasus.

2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian studi literatur ini disajikan secara naratif untuk menggambarkan hasil
penelitian dari 5 artikel / hasil penelitian yang relevan dengan topik / masalah implementasi
keperawatan mengontrol emosi dengan terapi murottal pada pasien skizofrenia dengan
masalah perilaku kekerasan
Artikel 1 penelitian Rina Herniyanti, Hema Malini, Netrida (2019) yang berjudul
“Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan Klien Skizofrenia” yang
dilaksanakan pada tanggal pada tanggal 19-22 Desember 2017. Pada artikel 1 Hasil
penelitian yang didapat bahwa karakteristik responden usia rata-rata reponden adalah usia 35
tahun, jenis kelaminresponden laki–laki, pendidikan responden SMP pekerjaan responden
tidak bekerja dan status pernikahan responden belum menikah. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Handayani, et al (2016), umur responden 25-44 tahun, jenis kelamin
responden laki-laki, pekerjaan responden tidak bekerja dan status pernikahan reponden
belum menikah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, et al (2015),
umur responden rata-rata 32 tahun, jenis kelamin responden laki-laki, pendidikan responden
SMA, status pekerjaan tidak bekerja.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa usia responden yang mengalami
skizofrenia dalam rentang usia produktif. Dimana faktor umur bisa menjadi respon potensial
seseorang menimbulkan stress. Sedangkan menurut menurut World Health Organization (WHO,
2013) usia produktif penderita akan mengalami gangguan dalam proses fikir, emosi, bahasa,
perilaku, persepsi dan kesadaran. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden yang mengalami skizofrenia dengan perilaku kekerasan sebagian
besar adalah laki-laki. Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa laki-laki
mempunyai sifat yang tertutup, mudah emosi dan apabila ada masalah lebih
sering memendam sendiri, tidak mau berbagi, sehingga apabila sudah tidak sanggup lagi
memikul beban yang dialami akhirnya melampiaskan kekesalannya itu dengan mengamuk,
marah-marah atau melakukan perilaku kekerasan.

2
Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti bahwa ada pengaruh terapi
murottalperubahan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi didapatkan nilai selisih 46.48
dan kelompok kontrol didapatkan nilai selisih 14.05, dimana kedua kelompok intervensi dan
kelompok kontrol terdapat perubahan perilaku kekerasan. Menururt penelitian Setiawan, et al
(2015), menunjukkan ada perubahan yang bermakna tanda gejala kognitif sebelum dan
sesudah diberikan Terapi Musik dan RECBT (p value <0,05), pada kelompok kontrol
menunjukkan ada perubahan yang bermakna tanda gejala pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah kelompok intervensi yang mendapat terapi musik dan RECBT
diberikan terapi musik dan RECBT. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kwon, Gang,
& Oh (2013), kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan fungsi kognitif perilaku positif.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi
murottal dapat merubah perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Menurut Hady, et al (2012)
terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al- Qur’an yang merupakan terapi religi
dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga
memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Sedangkan menurut Heru (2008), efek
murottal bagi tubuh dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon
endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan pemikiran yang baik.

Artikel 2 Ernawati, Samsualam, Ksuhermi (2020) yang berjudul “Pengaruh


pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan” yang
dilaksanakan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan
pada tanggal 15 April s/d tanggal 15 Mei 2019 pada 30 pasien diruangan kenari Rumah Sakit
Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada artikel 2 Pada saat dilakukan penelitian di Ruang Kenari RSKD Dadi Provinsi
Sulawesi Selatan, sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual terdapat perbedaan atau
pengaruh yang sifnifikan karena dari tanda dan gejala yang muncul ada saat pre-test menjadi
berkurang setelah dilakukan post-test terapi spiritual. Itu sangat terbukti karena pada saat pre-
test, kategori tidak terkontrol lebih banyak (65.0%) dibanding kategori yang tekontrol (35.0%),
sedangkan pada saat post-test kategori terkontrol lebih banyak (80.0%) dibanding kategori
tidak terkontrol (20.0%). Selama satu bulan dengan frekuensi pemberian terapi spiritual dua
kali dalam seminggu. Hasil uji statistik menggunakan Uji Wicoxon di peroleh nilai sig. (2-

2
tailed) 0.003 dengan α (0.05). Oleh karena p<α maka Ha diterima dan H0 ditolak. Maka dalam
hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap
kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus
Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan demikian diberikan terapi spiritual
mendegarkan bacaan Al-qur’an bisa menjadi lebih rileks dan tenang sehingga menurunkan
tingkat emosi pada pasien perilaku kekerasan.
Artikel 3 penelitian Ahmad Alifudin, Dwi Heppy Rochmawati, Purnomo (2016) yang
berjudul “Pengaruh Mendengarkan Asmaul Husna Terhadap Tingkat Kecemasan Ada Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” yang
dilaksanakan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada tanggal Penelitian
dilakukan pada bulan November 2015 sampai bulan Juni 2016. Sedangkan untuk pengambilan
data penelitian dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai 30 Mei 2016. Penelitian dilakukan di
beberapa ruang rawat inap, yaitu ruang Arimbi, Citroanggodo, Gatutkaca, dan Srikandi.
Karakteristik pasien resiko perilaku kekeraan di RSJD Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah, laki-laki sebanyak 33 (62,3%), usia terbanyak 26-35 tahun yaitu 32 (60,4%),
berpendidikan SD sebanyak 28 (52,8%) Skor kecemasan sebelum diberikan terapi
mendengarkan asmaul husna yaitu kategori kecemasan ringan sebanyak 25 responden
(47,2%) dan kecemasan sedang yaitu sebanyak 28 responden (52,8%), kecemasan sedang yaitu
sebanyak 28 responden (52,8%), Skor kecemasan setelah diberikan terapi mendengarkan asmaul
husna ada tiga kategori kecemasan yaitu kecemasan normal sebanyak 19 (35,8%), kecemasan
ringan sebanyak 32 (60,4%) dan kecemasan sedang sebanyak 2 (3,8%). Ada pengaruh
kemampuan berinteraksi sebelum dan sesudah dilakukan terapi mendengarkan asmaul p value
(0,000) < α (0,05). Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan, bahwa pemberian
terapi mendengarkan asmaul husna yang dilakukan secara intensif dan efektif dapat
meningkatkan kemampuan klien resiko perilaku kekerasan dalam menurunkan tingkat
kecemasan yang dapat mengurangi tingkat perilaku kekerasan pasien.

Artikel 4 penelitian Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini (2015) yang berjudul


“Pengaruh Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia
Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta” Penelitian tentang pengaruh psikoreligi terhadap penurunan
perilaku kekerasan di RSJD Surakarta 2014. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 40
responden, dengan pembagian 20 res- ponden menjadi kelompok perlakuan, dimana pada
responden diberikan terapi psikoreligi, sedangkan 20 responden menjadi kelompok kontrol yang
tidak diberikan terapi psikoreligi. Kondisi awal rerata respon perilaku adalah 3,95. Rerata nilai

2
respon verbal adalah 3,35. Rerata nilai respon emosi adalah 4,15 dan rerata nilai respon fisik
adalah 2,42. Dari hasil analisis statistik untuk pretest, dapat diketahui bahwa respon perilaku,
respon verbal, respon emosi, dan respon fisik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ), sehingga dapat dikatakan
bahwa antara kedua kelompok homogen. Dengan demikian orang yang mengikuti terapi psikoreligi
akan membatasi geraknya karena dia ber- fokus pada kegiatanya sehingga dapat mengurangi agresif fisik
klien (Videbecck, 2008). Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon fisik pada
pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psiko- religius. Maka dari itu
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bidang perawatan agar lebih efektif
membimbing/melaku- kan terapi psikoreligius dalam merawat pasien schizofrenia dengan
perilaku kekerasan

Artikel 5 penelitian Arif Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019) yang
berjudul “Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Tangan Kanan Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta” Penelitian ini
dilakukan di Wisma Arjuna RSJ Grhasia DIY pada tanggal 14 Januari 30 Maret – 19
Januari 2019, jumlah sampling pada pasien ada 5 orang. Dari 5 orang dengan gangguan jiwa
yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan kognitif, dimana sebelum
diberikan terapi diukur kemampuan kognitif dengan instrumen ScoRS (Schizophrenia
cognition rating scale), didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif dan 1 pasien
dengan gangguan kognitif ringan. Gambaran kemampuan kognitif orang dengan gangguan
jiwa di jelaskan dalam bentuk tema-tema yang diperoleh dari hasil analisis karakteristik
partisipan dan hasil wawancara terhadap partisipan. Tema 1 yaitu Perubahan emosi,
Perubahan emosi dalam penelitian ini ditunjukkan oleh adanya gejala depresi, kecemasan,
kemarahan, dan harga diri rendah. Bentuk perubahan emosi lain yang terjadi pada
masyarakat korban adalah timbulnya perasaan rendah diri, Tema 2 adalah perubahan
kognitif, temuan penelitian ini menyatakan adanya perubahan kognitif yang terjadi yaitu
penurunan daya pikir. Adanya perubahan kognitif pada pasien seperti tidak mampu berpikir
jernih, menjadi ragu-ragu karena tidak ada kepastian, dan pikiran mereka terpecah pecah
dengan persoalan-persoalan lain yang mereka hadapi ini sesuai dengan temuan Norris,
Muhtador (2014) bahwa salah satu dampak dari masalah keperawatan seperti resiko perilaku
kekerasan, halusinasi dan isolasi sosial adalah terjadinya perubahan kognitif dengan ciri
pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan untuk mengambil keputusan,
menurunnya daya konsentrasi dan daya ingat, mengingat hal-hal yang tidak menyenangkan,

2
dan menyalahkan diri sendiri. Tema 3 mengenai mekanisme koping temuan dalam
penelitian ini, mekanisme koping yang digunakan dapat dikategorikan mekanisme adapatif
dan maladaptif atau tidak efektif. Mekanisme koping yang adapatif di antaranya berdo’a
(pendekatan spiritual), memendam perasaan (represi) dan mengalihkan perhatian agar dapat
melupakan masalah yang terjadi, atau dengan meminta bantuan saudara. Sementara yang
tidak efektif seperti menghujat, mengancam melakukan demonstrasi terus, membuntu atau
memblokir jalan, dan melampiaskan emosi kepada anakistrinya meskipun cara maladaptif
ini hanya bersifat sementara. Tema 4 adalah perubahan fungsi keluarga, Temuan dalam
penelitian ini, masyarakat korban mengalami perubahan fungsi keluarga, yaitu perubahan
pada fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial terkait dengan hubungan kekeluargaan
yang merenggang. Tema 5 adalah Perubahan hubungan sosial kemasyarakatan. Hasil
penelitian menunjukkan solidaritas masyarakat korban melemah dan kepedulian sosial
menurun. Menurut Arham (2015), dampak disintegrasi sosial, tercerai-berainya masyarakat,
dan tidak bisa dikuantifikasi.
Terapi psikoreligius dzikir menggunakan jari tangan kanan sangat efektif dalam meningkatkan
kemampuan kognitif pasien dengan skizofrenia dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan
maka dari itu sangat di anjurkan untuk melakukan terapi psikoreligi.

2
SKEMA 4.1 HASIL PENELUSURAN

JURNAL STUDI LITERATUR

Judul Studi Literatur : Gambaran Implementasi Keperawatan Mengontrol Emosi Dengan Terapi
Murottal Pada Pasien Skizofrenia Dengan Perilaku Kekerasan.

1. Google Scholar (2014-2020)

Mengontrol Emosi Dengan Terapi Murottal Pada Pasien Skizofrenia Dengan Perilaku
Kekerasan, Dari Kata Kunci Tersebut Terdapat hasil 20 Artikel

Full Artikel Hanya Abstrak/tidak bisa di download/tidak lengkap

20 artikel 15 Artikel

(Rumah sakit) (Puskesmas,Keluarga,Masyarakat)


15 Artikel 5 Artikel

8 Artikel yang sesuai judul penelitian

Artikel yang digunakan sebagai acuan Studi Literatur yaitu, Rina Herniyanti, Hema Malini,
Netrida (2019); Ernawati1, Samsualam2, Ksuhermi (2020); Ahmad Alifudin, Dwi Heppy
Rochmawati , Purnomo (2016); Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini (2015) dan Arif
Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019)

2
Tabel 4.1
Review literatur Implementasi mengontrol emosi dengan terapi Murottal pada pasien Skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan
Sumber Tujuan
Peneliti dan Judul Penelitian Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Penelitian
Google Rina Herniyanti, Hema Malini, maka peneliti Pre Test and 46 orang, - Hasil penelitian Terdapat perubahan
Scholar Netrida (2019) tertarik Post Test 23 responden terdapat perbedaan yang yang signifikan antara
(2014-2020) melakukan control Group kelompok signifikan antara perilaku kekerasan
penelitian yang Design, dengan intervensi yang perilaku klien skizofrenia
Pengaruh Terapi Murottal
bertujuan untuk rancangan mendapatkan kekerasan klien sebelum pemberian
Terhadap Perubahan QuasyExperime
mengetahui terapi murottal skizofrenia sebelum dan terapi murottal dengan
Perilaku Kekerasan Klien ntal
pengaruh terapi dan 23 sesudah pemberian terapi setelah pemberian
Skizofrenia
murottal responden murottal (p value 0,000). terapi murottal pada
-Ada perbedaan yang
terhadap kelompok kelompok intervensi
signifikan antara
perubahan kontrol tidak perilaku dan terdapat perubahan
perilaku mendapatkan kekerasan klien yang signifikan antara
kekerasan pada terapi skizofrenia sebelum dan perilaku kekerasan
klien murottalPemberi sesudah kelompok klien skizofrenia
skizofrenia di an terapi kontrol (p sebelum dan setelah
RSJ Tampa murottal value 0,000) pada kelompok kontrol
Provinsi Riau dilakukan 1 kali Ada perbedaan yang
melalui sehari selama 7 bermakna antara
penelitian hari. perilaku kekerasan pada
kuantitatif kelompok
intervensidengan
kelompok kontrol(p
value
0,000). Dimana
perbedaan perilaku
kekerasan lebih besar
terjadi pada

3
kelompok intervensi
dibanding kelompok
kontrol

Google Penelitian ini Pre Penentuan - Uji pengaruh dilakukanKesimpulan penelitian


Scholar Ernawati1, Samsualam2, bertujuan untuk Experimental sampel dilakukan dengan menggunakan uji ini adalah ada pengaruh
(2014-2020) Ksuhermi (2020) mengetahui One Group dengan statistik Wilcoxonantara pelaksanaan
pengaruh Pretest- menggunakan dengan nilai p < 0.05. terapi spiritual terhadap
Pengaruh pelaksanaan terapi pelaksanaan Posttest teknik purposive - Hasil penelitian
kemampuan pasien
spiritual terhadap kemampuan terapi spiritual Design sampling dengan menunjukkan bahwa ada mengontrol perilaku
pasien mengontrol perilaku terhadap besar sampel pengaruh yang signifikankekerasan di Ruang
kekerasan. kemampuan sebanyak 20 antara pelaksanaan terapi
Kenari Rumah Sakit
pasien pasien spiritual terhadap
Khusus Daerah Dadi
mengontrol kemampuan pasien
Provinsi Sulawesi
perilaku mengontrol perilaku
Selatan
kekerasan di kekerasan dimana dari Diharapkan bagi tenaga
Ruang Kenari hasil uji Wilcoxonperawat untuk lebih
Rumah Sakit diperoleh (p=0.003) α < meningkatkan lagi
Khusus Daerah 0.05 pemberian terapi
Dadi Provinsi spiritual terhadap
Sulawesi Ditemukan penurunan kemampuan pasien
Selatan tanda dan gejala mengontrol perilaku
gangguan persepsi kekerasan
sensori yang di alami
klien.

3
Google Ahmad Alifudin, Dwi Heppy Penelitian ini Quasi Jumlah sampel -Uji statistik yang Rekomendasi dari
Scholar Rochmawati, Purnomo (2016) bertujuan untuk Eksperiment dalam penelitian digunakan adalah penelitian ini adalah
(2014-2020) mengetahui dengan ini sebanyak 53 Wilcoxon perawat dapat
pengaruh metode responden dengan -Hasil penelitian menggunakan terapi ini
mendengarkan penelitian One teknik menunjukkan bahwa ada mendengarkan asmaul
Pengaruh asmaul husna Group Pre pengambilan pengaruh mendengarkan husna untuk
Mendengark terhadap tingkat Post test sampel purpose asmaul husna terhadap menurunkan tingkat
kecemasan pada design sampling tingkat kecemasan pada kecemasan pasien
an Asmaul
pasien RPK di pasien RPK dengan nilai resiko perilaku
Husna RSJD Dr. p-value 0.000 kekerasan
Terhadap Amino -sedangkan nilai
Tingkat Gondohutomo z hitung
Kecemasan Provinsi Jawa 6.34. hal ini
Pada Pasien Tengah karena dimensi
spiritual
Resiko berupaya untuk
Perilaku mempertahankan
kekerasan keharmonisan
atau
Di Rsjd Dr. keselarasan dengan
Amino dunia luar,
Gondohuto mendapatkan kekuatan
mo Provinsi ketika sedang
Jawa menghadapi stres
Tengah emosional

3
Google Dwi Ariani Sulistyowati, E. Tujuan dari Quasi Jumlah responden - Kondisi awal rerata hasil penelitian ini
Scholar Prihantini (2015) penelitian ini eksperimen, dalam penelitian respon perilaku adalah dapat digunakan
(2014-2020) adalah untuk desain ini sebanyak 40 3,95. Rerata nilai respon sebagai
Pengaruh Terapi Psikoreligi mengetahui penelitian verbal adalah 3,35. Rerata bahan masukan bidang
responden, dengan
Terhadap Penurunan pengaruh menggunakan nilai respon emosi adalah perawatan agar lebih
pembagian 20 res-
Psikoreligius One Group 4,15 dan rerata nilai efektif
Perilaku Kekerasan Pada ponden menjadi
terhadap Pre and Post respon fisik adalah 2,42 membimbing/melaku-
Pasien Skizofrenia Di kelompok
penurunan test Design - Dari hasil analisis kan terapi psikoreligius
Rumah Sakit Jiwa Daerah perlakuan, dimana
perilaku statistik untuk pretest, dalam merawat pasien
Surakarta kekerasan pada pada responden
dapat diketahui bahwa schizofrenia dengan
pasien diberikan terapi respon perilaku, respon perilaku kekerasan
Schizofrenia psikoreligi, verbal, respon emosi, dan
sedangkan respon fisik antara
20 responden kelompok perlakuan dan
menjadi kelompok kelompok kontrol
kontrol yang tidak menunjukan bahwa tidak
diberikan terapi ada perbedaan yang
psikoreligi bermakna ( p > 0,05 )
- Hasil uji t test nilai
rerata respon perilaku
antara pretest dan post
test dalam kelompok
perlakuan dan kelompok
kontrol menunjukkan ada
yang ber- makna (p <
0,05)

3
Google Arif Munandar, Kellyana untuk membuat Desain Sampel dalam dari 5 orang dengan Terapi psikoreligius
Scholar Irawati, Yonni Prianto (2019) hati dan pikiran Penelitian penelitian ini gangguan jiwa yang dzikir menggunakan
(2014-2020) lebih tenang yang Kualitatif sebanyak 5 dilakukan terapi jari tangan kanan
tentunya akan orang semuanya tidak sangat efektif dalam
Terapi Psikoreligius Dzikir membuat ditemukan gangguan meningkatkan
Menggunakan Tangan Kanan seseorang lebih kognitif, dimana kemampuan kognitif
Pada Orang Dengan Gangguan fokus dalam sebelum diberikan terapi pasien dengan
Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa melakukan diukur kemampuan skizofrenia dengan
Grhasia Daerah Istimewa aktivitas, emosi kognitif dengan masalah keperawatan
Yogyakarta meluap-luap, rasa instrumen ScoRS, resiko perilaku
dendam, dan didapatkan 4 pasien tidak kekerasan, halusinasi
merangsang ada gangguan kognitif dan isolasi sosial
gelombang otak dan 1 pasien dengan
melalui pemijatan gangguan kognitif ringan
tangan pada ruas
jari – jari tangan

Review ini menggambakarkan dari 5 artikel di atas dapat di analisis bahwa terapi murottal yang diguanakan yaitu mendengarkan Al Qur’an,
mendengarkan As Ma’ul Husnah dan Dzikir. Dapat memberi pengaruh positifyang sange;at signifikan bagi responden.
Gambaran hasil yang positif ini dapat dilihat dari hasil analisis 5 artikel yaitu,
artikel 1:dari tabel penelitian Ernawati Dkk tentang terapi murotta mendengarkan Al-Qur’an , Tabel 3 menunjukkan sebelum dilakukan
terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 7 orang (35.0%) dan
jumlah responden yang tidak terkontrol sebanyak 13 orang (65.0%), sedangkan setelah dilakukan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien
mengontrol perilaku kekerasan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 16 orang (80.0%). Jumlah responden yang tidak terkontrol
sebanyak 4 orang (20,0%). Sehingga dalam hal ini ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien

3
mengontrol perilaku kekerasan di mana pada post-test jumlah responden yang terkontrol mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 16
responden (80.0%).
Artilel 2 : dari tebel penelitian Rina Dkk enang terapi murottal mendengarkan Al-Qur’an Surah Ar-Rahman. diatas dapat kita lihat bahwa rata – rata
nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia kelompok intervensi Pre Tes adalah 84.65 dengan nilai skor terendah 79 dan tertinggi 92. Post Tes
adalah 38.17 dengan nilai skor terendah 33 dan tertinggi 46. nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia kelompok kontrol pre tes adalah 83.65
dengan nilai skor terendah 69 dan tertinggi 92.Post Tes adalah 69.30 dengan nilai skor terendah 55 dan tertinggi.
Artikel 3 : Dari tabel penelitian Ahmad Alifudin Dkk tentang terapi murottal mendengarkan Asmaul Husna, menunjukan bahwa nilai mean dan
skewness statistik kecemasan pasien sebelum diberikan terapi mendengarkan asmaul husna adalah 44,81 dan 0,027, dengan Standar Eror 0,902 dan
0,327, hasil p-value 0,072. Kemudian kecemasan responden setelah diberikan terapi mendengarkan asmaul husna didapatkan nilai statistik mean
adalah 35,47 dan 0,407, dengan Standar Eror 0,910 dan 0,327, dan hasil p value 0,000.
Artikel 4 : Dari tabel penelitian Dwi Aryani Dkk tentang terapi murottal mendengarkan Al-Qur’an, Hasil uji t test nilai rerata respon emosi antara
pretest dan post test dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05). Keadan ini menunjukan
bahwa ada perbedaan respon emosi setelah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Artikel 5 : dari 5 orang dengan gangguan jiwa yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan kognitif, dimana sebelum diberikan terapi
diukur kemampuan kognitif dengan instrumen ScoRS, didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif dan 1 pasien dengan gangguan kognitif
ringan. Berasarkan hasil pennellitian terdahulu peneliti mendapatkan gambaran bahwa terapi ini memberi perngaruh yang sangat baik, baik dari segi
emosional dan religius.

3
4.2 Pembahasan

Menurut Yusuf, seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan


perilaku dapat terjadi apabila banyak faktor sosial disekitar lingkungannya yang memicu
munculnya stress. Stres yang berlebih dapat memicu munculnya gangguan jiwa apabila
seseorang tidak memiliki pertahanan atau mekanisme koping yang baik.Terapi spiritual/religi
adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri pasien terhadap kepercayaan
yang dianutnya. Bentuk dari terapi spiritual diantaranya adalah dzikir dan mendengarkan Al-
qur’an. Salah satu tindakan yang dapat menurunkan perilaku kekerasan adalah dengan terapi
spiritual dzikir (subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar) sebanyak 33 kali dan mendengarkan
bacaan Al-qur’an (surah Ar-Rahman) .
Mendengarkan bacaan Al-qur’an dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan
hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas, dan tegang, serta memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung denyut nadi dan aktivitas gelombang
otak. Laju pernapasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
Dengan demikian diberikan terapi spiritual mendegarkan bacaan Al-qur’an bisa menjadi lebih
rileks dan tenang sehingga menurunkan tingkat emosi pada pasien perilaku kekerasan.
Terapi murottal dapat memberi pengaruh terhadap perasaan, pikiran, dan emosi, serta
dengan mendengarkan murottal dapat menenangkan hati, perasaan, rasa takut, cemas, tegang,
pikiran, mengurangi rasa stress dan frustasi. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Widhowati (2010) menunjukkan bahwa penambahan terapi audio dengan murottal surah Ar
Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam menurukan perilaku kekerasan
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi audio.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan status pernikahan bisa jadi salah satu
sumber seseorang individu menjadi stress, bisa jadi karena tuntutan keluarga, citra diri seseorang
atau ejekan-ejekan teman-teman. Sedangkan menurut Notoatmojo, (2007), mengatakan bahwa
ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya skizofrenia adalah faktor lingkungan
mempengaruhi kesehatan mental seseorang diberikan Terapi Musik dan RECBT (p value <
0,05), pada kelompok kontrol menunjukkan ada perubahan yang bermakna tanda gejala pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah kelompok intervensi yang mendapat terapi musik
dan RECBT diberikan terapi musik dan RECBT. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Kwon, Gang, & Oh (2013), kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan fungsi kognitif
perilaku positif.

3
Berdasarkan artikel dari ”Ira Kusumawaty, Yunike, Marta Pastari” (2020) Optimalisasi
pelayanan posyandu kesehatan jiwa dapat terwujud jika kader kesehatan telah memahami
topik kesehatan jiwa secara seutuhnya. Pemahaman tentang kesehatan jiwa, gangguan jiwa dapat
membekali kader kesehatan jiwa dalam mendeteksi secara dini gangguan jiwa di lingkungan
masyarakat. Membekali kemampuan dalam merawat penderita gangguan jiwa, menjadi faktor
yang tidak kalah pentingnya dalam mengotimalkan kiprah kader kesehatan jiwa dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi
murottal dapat merubah perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Menurut Hady, et al (2012)
terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al- Qur’an yang merupakan terapi religi
dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga
memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Sedangkan menurut Heru (2008), efek
murottal bagi tubuh dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon
endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan pemikiran yang baik.
orang, selalu memberontak 21 orang berubah menjadi kadang-kadang memberontak 12
orang.
Berdasarkan hasil penelitian artikel di atas, peneliti merekomendasikan agar para
peneliti yang akan datang untuk dapat lebih memperhatikan sumber kutipan yang
dicantumkan dalam penelitiannya agar mempermudah penelitian selanjutnya.

3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Terdapat 5 (lima) artikel yang memiliki relevansi dengan implementasi
keperawatan mengontrol emosi dengan Terapi Murottal Pada Pasien Skizofrenia
dengan perilaku kekerasan.
5.1.2 Terapi Murottal mampu mengendalikan marah, emosi dan perilaku kekerasan pada
klien skizofrenia.
5.1.3 Dari 5 artikel yang penulis analisis dapata disimpulkan bahwa Implementasi audio
Terapi Murottal sangat Recomended untuk diterapkan dalam penuruan emosi pada
pasien skzofrenia dengan masalah perilaku kekerasan yang kemudian bisa
dikembangkan lebih lagi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat memfasilitasi penerapan
Terapi Murottal yang dapat menurunkan emosi pada pasien perilaku kekerasan dan dapat
menjadi Terapi yang rutin pada pasien dalam dengan perilaku kekerasan.
5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat mengembangkan Terapi murottal dalam mengontrol perilaku
kekerasan serta dapat meningkatkan standar keterampilan pelayanan kesehatan
khususnya dalam perawatan klien skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan.
5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian yang akan datang diharapkan dapat menggunakan variabel yang
lebih bervariasi dan menggunakan bentuk metode penelitian lainnya, sehingga penelitian
tentang perilaku kekerasan pasien skizofrenia dapat terus berkembang.

3
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Diakses pada 20 maret 2020

Kemenkes RI. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Penyajian Pokok-
Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Diakses pada 20 maret 2020

NIMH, 2016. Launched the Recovery After an Initial Schizophrenia Episode


(RAISE).https://www.nimh.nih.gov. Diakses pada 20 maret 2020.

Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatan dan Konsep Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika. Diakses pada 20 maret 2020

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
ditjenpp.kemenkumham.go.id. Diakses pada 24 Oktober 2018 Wahyuningsih, D.,
Keliat, B.A., & Hastono, S.P., 2011. Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Klien
Skizofrenia Dengan Assertiveness Training (AT). https://scholar.google.co.id Diakses
pada 20 maret 2020

WHO, 2016. Kesehatan Jiwa. www.who.int. Diakses pada 20 maret 2020

Yosep, I., & Sutini, T. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Diakses
pada 20 maret 2020

Health WFFM. Annual Report 2016. In Mill Street, USA; 2016.


Available from: https://wfmh.global/wp-content/uploads/2016-wfmh-annual-
report.pdf Diakses di Google Schoolar tanggal 5 April 2020
Stuart GW. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. 1st Indone. Pasaribu BAK
and J, editor. Elsevier Singapore Pte Ltd.; 2016 Diakses di Google Schoolar
tanggal 5 April 2020

Yanti, Rina Herni, Hema Malini, and Netrida Netrida. "Pengaruh terapi murottal terhadap
perubahan perilaku kekerasan klien skizofrenia." Jurnal Keperawatan 11.3
(2019): 199-208. Diakses di Google Schoolar tanggal 5 April 2020

Ernawati, Ernawati, Samsualam Samsualam, and Suhermi Suhermi. "Pengaruh


Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Perilaku
Kekerasan." Window of Health: Jurnal Kesehatan (2020): 49-56. Diakses di
Google Schoolar tanggal 5 April 2020

Alifudin, A., & Rochmawati, D. H. (2016). PENGARUH MENDENGARKAN ASMAUL


HUSNA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN RESIKO

3
PERILAKU KEKERASAN DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH. Karya Ilmiah. Diakses di Google Schoolar tanggal
5 April 2020

Sulistyowati, Dwi Ariani, and E. Prihantini. "Pengaruh Terapi Psikoreligi Terhadap


Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta." Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan 4.1 (2015). Diakses di
Google Schoolar tanggal 5 April 2020

Munandar, Arif, Kellyana Irawati, and Yoni Prianto. "Terapi Psikoreligius Dzikir
Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah
Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta." DINAMIKA KESEHATAN
JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN 10.1 (2019): 69-75. Diakses di
Google Schoolar tanggal 5 April 2020

Kusumawaty, Ira, Yunike Yunike, and Marta Pastari. "Penyegaran Kader Kesehatan Jiwa
Mengenai Deteksi Dini Gangguan Jiwa dan Cara Merawat Penderita Gangguan
Jiwa." Journal of Community Engagement in Health 3.1 (2020): 25-28. Diakses
di Google Schoolar tanggal 5 April 2020

3
LAMPIRAN

4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199 - 208 p-ISSN 2085-1049
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
KEKERASAN KLIEN SKIZOFRENIA

Rina Herniyanti1, Hema Malini1, Netrida2


1
Magister Keperawatan, Universitas Andalas, Jl. Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh, Kota Padang,
Sumatera Barat 25163
2
RS Jiwa Prof HB Saanin Padang, Jalan Raya Ulu Gadut, Limau Manis Selatan, Pauh, Limau Manis Sel,
Padang, Kota Padang, Sumatera Barat 25157
*inaherniyanti23@gmail.com

INFORMASI ABSTRAK
ARTIKEL Gangguan jiwa berat atau skizofrenia setiap tahunnya mengalami
Riwayat Artikel peningkatan.Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah perilaku
Diterima : 24 Juli 2019 kekerasan.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi murottal
Diterima dalam bentuk revisi terhadap perubahan perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Desain
: 03 September 2019 penelitian adalah Pre Test and Post Test control Group Design, dengan
Disetujui : rancangan QuasyExperimental. Penelitian dilakukan terhadap 46
24 September 2019
responden yaitu 23 orang kelompok intervensi dan 23 orang kelompok
kontrol. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probability sampling dengan carapurvosive sampling.Kelompok
intervensi mendapatkan terapi murottal 15 menit dalam sehari selama 7
hari.Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum dan sesudah pemberian terapi
murottal (p value 0,000).Ada perbedaan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum dan sesudah kelompok kontrol (p
value 0,000). Ada perbedaan yang bermakna antara perilaku kekerasan
pada kelompok intervensidengan kelompok kontrol(p value
0,000).Dimana perbedaan perilaku kekerasan lebih besar terjadi pada
kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol.

Kata kunci :skizofrenia, perilaku kekerasan, terapi murottal

THE EFFECT OF MUROTTAL THERAPY ON CHANGES IN VIOLENCE


BEHAVIOR IN SCHIZOPHRENIC CLIENTS

ABSTRACT
Severe mental disorder or schizophrenia increased gradually. These conditions can lead to violent
behavior problems. The objective of the study was to investigate the effect of murottal therapy on
changes in violent behavior on schizophrenic clients. The research design Pre Test and Post Test
control of Group Design, with Quasy Experimental design. The study was conducted on 46
respondents that is 23 people intervention group and 23 control group. The sampling technique used
in this research is non probability sampling by purvosive sampling. The intervention group received
murottal therapy 15 minutes a day for 7 days. The results of the study there were significant
differences between the violent behavior of schizophrenic clients before and after the intervention
murottal (p value 0,000). There is a significant difference between the violent behavior of
schizophrenic clients before and after the control group (p value 0,000). There was a significant
difference between violent behavior in the intervention group with control group (p value 0,000).
Eventhough, in control group there is significant devrence of violent behavior still in intervention
group the fifferances is lisher.

Keywords:schizophrenia, violent behavior,murottal therapy

4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN Tindakan perilaku kekerasan jika tidak


Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit dilakukan intervensi dampak yang dapat
yang disebabkan karena adanya kekacauan ditimbulkan adalah bisa membahayakan diri
pikiran, persepsi, tingkah laku dan tidak sendiri, orang lain maupun merusak
mampu menyesuaikan diri sendiri, orang lain, lingkungan.Untuk merubah perilaku klien
masyarakat, dan lingkungan. Sehingga dapat sangat diperlukan pemberi terapi medis dan
dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah non medis.Terapi non medis salah satunya
ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi adalah terapi komplementer.Florence
stressor ditandai dengan adanya penyimpangan Nightingale menggambarkan penggunaan
pikiran, perasaan, tingkah laku sehingga klien terapi komplementer seperti musik di dalam
tidak bisa menjalankan fungsi hidupnya secara perawatan holistik klien (Setyoadi, 2011).
normal (Trigoboff, 2013). Hasil penelitian tentang obat herbal
menunjukkan bahwa 70-90% dari terapi
Prevalensi gangguan jiwa berat atau kesehatan di seluruh dunia menggunakan
skizofrenia menurut data World Health terapi komplementer secara rutin sebagai
Organization (WHO) tahun 2016 bagian perawatan kesehatan (Setyoadi,
mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di 2011).Dalam penelitian ini yang digunakan
seluruh dunia ini lebih sering terjadi pada laki- adalah terapi murottal.Menurut Hady, et al
laki (12 juta), dibandingkan perempuan (9 (2012) terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi
juta). Sedangkan prevalensi gangguan jiwa bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi
berat (Skizofrenia) penduduk Indonesia 1,7 dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-
dari 1.000 atau sekitar 400.000 orang Qur’an selama beberapa menit atau jam
menderita gangguan jiwa. Jumlah terbanyak sehingga memberikan dampak positif bagi
pertama adalah di DI Yogyakarta dan Aceh tubuh seseorang.
yaitu sebanyak 2,7 per mil. Setelah Aceh,
jumlah terbanyak kedua di Sumatra adalah di Terapi murottal dapat memberi pengaruh
Kepulauan Riau yaitu sebanyak 2,2 per mil. terhadap perasaan, pikiran, dan emosi, serta
Sedangkan di Provinsi Riausebesar 0,9 permil dengan mendengarkan murottal dapat
penduduk yang mengalami ganguan jiwa, menenangkan hati, perasaan, rasa takut, cemas,
artinya 1 dari 1.000 orang mengalami tegang, pikiran, mengurangi rasa stress dan
gangguan jiwa di Riau(Riskesdas, frustasi. Didukung oleh penelitian yang
2013).Skizofrenia adalah gangguan mental dilakukan oleh Widhowati (2010)
yang parah yang mempengaruhi lebih dari 21 menunjukkan bahwa penambahan terapi audio
juta orang di seluruh dunia.Skizofrenia dengan murottal surah Ar Rahman pada
ditandai dengan distorsi dalam berpikir, kelompok perlakuan lebih efektif dalam
persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan menurukan perilaku kekerasan dibandingkan
perilaku(WHO, 2016). Sehingga dapat dengan kelompok kontrol yang tidak
dikatakan bahwa klien skizofrenia mempunyai mendapatkan terapi audio.
perilaku yang dapat mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan
di RSJ Tampan Provinsi Riau, mengatakan
Menurut Stuart (2013), perilaku kekerasan bahwa belum pernah dilakukan penelitian
merupakan respon maladaptif dari marah tentang terapi murottal, yang pernah dilakukan
akibat ketidakmampuan klien untuk mengatasi penelitian adalah terapi Zikir pada klien
stressor lingkungan yang dialaminya. Menurut halusinasi. Sedangkan hasil wawancara pada 5
Keliat, et. al (2015) respon yang dapat klien bulan Desember 2017, sebanyak 3 klien
diperlihatkan adalah klien selalu berpikiran mengatakan apabila ada masalah yang selalu
negatif dalam menghadapi stressor, cerewet, muncul dalam pikirannya adalah ingin
suka berdebat atau marah, meremehkan memukul, marah-marah, klien orang yang suka
keputusan, mudah tersinggung, merasa tidak dendam, mudah tersinggung, klien tampak
berdaya, merasa dendam, ingin memukul, tatapan mata tajam. Sedangkan 2 Klien
menyalahkan orang lain, tekanan darah mengatakan kalau ada masalah selalu yang
meningkat, nadi meningkat, wajah merah, mata timbul dalam pikirannya yang negatif seperti
melotot atau pandangan tajam, mengamuk, ingin memukul, memecahkan barang-barang,
nada suara keras, kasar, dan bisa menarik diri. dan menyalahkan orang.Klien merasa orang
4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
yang mudah frustasi, dan suka curiga.Klien
tampak emosi labil, nada suara tinggi.

4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Berdasarkan latar belakang diatas, maka intermediate, bersedia menjadi responden,


peneliti tertarik melakukan penelitian yang tidak mengalami gangguan indera
bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi pendengaran, tidak mengalami penurunan
murottal terhadap perubahan perilaku kesadaran,komunikatif dan kooperatif,
kekerasan pada klien skizofrenia di RSJ Tampa responden beragama islam.Penelitian
Provinsi Riau melalui penelitian kuantitatif. dilaksanakan setelah melalui prosedur lolos
kaji etik (ethical clearance) dan komite etika
METODE penelitian Fakultas Kedokteran UNAND
Penelitian ini menggunakan desain Padang pada tanggal 19 Desember 2017
QuasyExperimental dengan rancangan Pre dengan No: 538/KEP/FK/2017.Sebelum
Test and Post Test control Group Design. melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu
Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali, menjelaskan kepada responden tentang
sebelum dilakukan terapi murottal, disebut Pre prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Test dan setelah dilakukan terapi murottal, Analisis perubahanperilaku kekerasan pada
disebut Post Test.Populasi dalam penelitian ini kelompok intervensi dan kelompok kontrol
adalah seluruh klien skizofrenia dengan sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada
perilaku kekerasan yang dirawat diruangan kelompok intervensi dengan menggunakan uji
intermediate RSJ Tampan Provinsi Riau. dependent t-test (Paired sample t-test).Untuk
Sampel dalam penelitian ini adalah 46 orang, menganalisa perbedaan perilaku kekerasan
23 responden kelompok intervensi yang antara kelompok intervensi dengan kelompok
mendapatkan terapi murottal dan 23 responden kontrol setelah kelompok intervensi mendapat
kelompok kontrol tidak mendapatkan terapi perlakuan menggunakan uji t independent
murottalPemberian terapi murottal dilakukan 1 dengan tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05).
kali sehari selama 7 hari.
HASIL
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien Karakteristik responden disajikan pada tabel
skizofrenia dengan masalah perilaku berikut.
kekerasan, klien yang dirawat diruangan

Tabel 1.
Karakteristik usia responden (n=46)
V ariabel
Kelompok Mean SD Min-Maks
Usia Intervensi 30.83 9.703 15-54
Kontrol 37.78 13.611 19-67
Tabel 1 diatas dapat kita lihat rata – rata usia Sedangkan kelompok kontrol usia rata – rata
reponden dikelompok intervensi yaitu 30 tahun yaitu 37 tahun.

Tabel 2.
Karakteristik jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan klien skizofrenia (n=46)
Kelompok
Jumlah
Variabel Kategori Intervensi (23) Kontrol (23)
f % f % f %
Jenis Laki-laki 17 73.9 12 52.2 29 63
kelamin Perempuan 6 26.1 11 47.8 17 37
Pendidikan Tidak sekolah 1 4.3 1 4.3 2 4.4
SD 8 34.8 6 26.1 14 30.4
SMP 11 47.8 12 52.2 23 50
SMA 2 8.7 4 17.4 6 13
Pedidikan tinggi 1 4.3 0 0 1 2.2
Pekerjaan Bekerja 10 43.5 8 34.8 18 39
Tidak kerja 13 56.5 15 65.2 28 61
Status Belum menikah 16 69.6 6 26.1 22 48

44
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Pernikahan Menikah 5 21.7 13 56.5 18 39
Duda/Janda 2 8.7 4 17.4 6 13

45
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 2 diatas dapat kita lihat dikelompok kontrol lebih separuh klien laki-laki sebanyak
intervensi lebih dari separuh laki-laki sebanyak 12 orang (52.2%), lebih separuh klien SMP
17 orang (73.9%), klien SMP terbanyak 11 sebanyak 12 orang (52.2%), lebih dari separuh
orang (47.8%), sebagian klien tidak bekerja klien tidak bekerja sebanyak 15 orang (65.2%),
sebanyak 13 orang (56.5%), dan lebih dari
dan lebih dari separuh klien tidak nikah
separuh klien belum menikah sebanyak 16
sebanyak 13 orang (56.5%).
orang (69.6%). Sama halnya dengan kelompok

Tabel 3
Perilaku kekerasan pada klien kelompok intervensi di rsj tampan provinsi riau (n=23)
Variabel Kelompok Mean SD Min-Maks
Intervensi Pre Tes 84.65 4.509 79-92
Post Tes 38.17 3.822 33-46
Tabel 3 diatas dapat kita lihat bahwa rata – rata Post Tes adalah 38.17 dengan nilai skor
nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia terendah 33 dan tertinggi 46.
kelompok intervensi Pre Tes adalah 84.65
dengan nilai skor terendah 79 dan tertinggi 92.

Tabel 4
Perilaku kekerasan klien skizofrenia kelompok kontrol (n=23)
Variabel Kelompok Mean SD Min-Maks

Kontrol Pre Tes 83.65 5.482 69-92


Post Tes 69.30 6.825 55-81
Tabel 4 diatas dapat kita lihat bahwa rata – rata adalah 69.30 dengan nilai skor terendah 55 dan
nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia tertinggi 81.
kelompok kontrol pre tes adalah 83.65 dengan
nilai skor terendah 69 dan tertinggi 92.Post Tes

Tabel 5
Analisis rerata nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia diberikan terapi murottalpada kelompok
intervensi (n=23)
Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI p value

Pre Test 84.65 4.509 79-92 44.389– 48.568


Post Test 38.17 3.822 33-46 0,000
Selisih 46.48 0.687
Tabel 5 diatas dapat kita lihat hasil statistik diatas dapat juga kita lihat bahwa terdapat
diperoleh p value 0,000 (p = < 0,05) yang selisih rerata perilaku kekerasan klien
artinya ada perbedaan yang signifikan antara skizofrenia yaitu 46.48 yang artinya terjadi
perilaku kekerasan klien skizofrenia sebelum perubahan perilaku kekerasan klien skizofrenia
pemberian terapi murottal dengan setelah setelah diberi terapi murottal.
pemberian terapi murottal. Dari hasil tabel 5

Tabel 6
Analisis rerata perilaku kekerasan pada klienskizofrenia pada kelompok kontrol (n=23)
Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI p value
Pre Test 83.65 5.482 69-92 11.516 – 17.179
Post Test 69.30 6.825 55-81 0,000
Selisih 14.05 -1.343

20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 6 diatas dapat kita lihat hasil statistik terdapat selisih rerata perilaku kekerasan klien
diperoleh p value 0,000 (p = < 0,05) yang skizofrenia yaitu 14.05 yang artinya terjadi
artinya ada perbedaan yang signifikan antara perubahan perilaku kekerasan klien skizofrenia
perilaku kekerasan klien skizofrenia Pre Test tanpa diberi terapi murottal.
dan Post Test pada kelompok kontrol. Dari hasil
tabel 6 diatas dapat juga kita lihat bahwa

Tabel 7
Analisis rerata nilai perbedaan perubahanperilaku kekerasan pada klien skizofreniakelompok
intervensi dengan kelompok kontrol sesudah intervensi (n=46)
Variabel Kelompok Mean SD SE Min-Maks p value
Intervensi 38.17 3.822 0.797 33-46
Sesudah Kontrol 69.30 6.825 1.423 55-81 0,000
Selisih 31.13 -3.003
Tabel 7 diatas didapatkan rata – rata perilaku bahwa jenis kelaminresponden yang mengalami
kekerasan klien skizofrenia setelah diberi terapi skizofrenia dengan perilaku kekerasan sebagian
murottal adalah 31.13, dengan standar deviasi -
3.003. Hasil statistik diperoleh p value 0,000 (p
< 0,05) yang artinya ada perbedaan yang
bermakna antara perilaku kekerasan setelah
kelompok intervensi diberi terapi murottal
dengan kelompok kontrol yang tanpa perlakuan.

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang didapat bahwa
karakteristik responden usia rata-rata reponden
adalah usia 35 tahun, jenis kelaminresponden
laki – laki, pendidikan responden SMP,
pekerjaan responden tidak bekerja dan status
pernikahan responden belum menikah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Handayani, et al (2016), umur responden
25-44 tahun, jenis kelamin responden laki-laki,
pekerjaan responden tidak bekerja dan status
pernikahan reponden belum menikah.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Setiawan, et al (2015), umur responden rata-rata
32 tahun, jenis kelamin responden laki-laki,
pendidikan responden SMA, status pekerjaan
tidak bekerja.

Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan


bahwa usia responden yang mengalami
skizofrenia dalam rentang usia produktif.
Dimana faktor umur bisa menjadi respon
potensial seseorang menimbulkan stress.
Sedangkan menurut menurut World Health
Organization (WHO, 2013)usia produktif
penderita akan mengalami gangguan dalam
proses fikir, emosi, bahasa, perilaku, persepsi
dan kesadaran. Penelitian ini juga menunjukkan

20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
besar adalah laki-laki.Berdasarkan analisa
peneliti dapat disimpulkan bahwa laki-laki
mempunyai sifat yang tertutup, mudah emosi
dan apabila ada masalah lebih sering
memendam sendiri, tidak mau berbagi,
sehingga apabila sudah tidak sanggup lagi
memikul beban yang dialami akhirnya
melampiaskan kekesalannya itu dengan
mengamuk, marah-marah atau melakukan
perilaku kekerasan

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa


pendidikan responden yang mengalami
skizofrenia dengan perilaku kekerasan sebagian
besar adalah pendidikan rendah, Berdasarkan
analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa
berpendidikan rendah menjadi faktor stress bagi
klien karena merasa minder, malu atau diejek
tidak sekolah. Sedangkan menurut Sue, et al
(2014), pendidikan yang rendah dapat berakibat
pada stress yang bisa menjadi faktor terjadinya
skizofrenia. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa status pernikahan responden yang
mengalami skizofrenia dengan perilaku
kekerasan sebagian besar adalah belum
menikah.Berdasarkan analisa peneliti dapat
disimpulkan status pernikahan bisa jadi salah
satu sumber seseorang individu menjadi stress,
bisa jadi karena tuntutan keluarga, citra diri
seseorang atau ejekan-ejekan teman-teman.
Sedangkan menurut Notoatmojo, (2007),
mengatakan bahwa ada faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya skizofrenia adalah
faktor lingkungan mempengaruhi kesehatan
mental seseorang.

2
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Perilaku kekerasan klien skizofrenia amuk/agresif, jengkel, tidak berdaya,


sebelum intervensi pada kelompok bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
intervensi dan kelompok kontrol orang lain, merusak lingkungan, dan
Hasil penelitian yang didapat bahwasebelum
dilakukan terapi murottal (surah Ar Rahman
ayat 1-78) sebagian besar responden di
kelompok intervensi maupun kontrol
mengalami masalahperilaku kekerasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, et al
(2015) menunjukkan bahwa sebelum dilakukan
Terapi Musik dan RECBT total rata-rata
komposit tanda gejala perilaku kekerasan
100,84 (67.32%) pada klien perilaku kekerasan
di RSJ Prof Dr Soerojo Magelang.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan


peneliti sebelum dilakukan terapi pada
kelompok intervensi didapatkan nilai skor
terendah 79 dan nilai skor tertinggi 92. Perilaku
kekerasan yang didapatkan adalah tidak pernah
berfikiran positif 18 orang, selalu berfikiran
negatif apabila menghadapi stressor 19 orang,
tidak pernah berfikir tidak ada gunanya
berdebat atau marah-marah 18 orang, selalu
merasa mudah tersinggu 19 orang, selalu
jengkel, dendam dan ingin memukul 18 orang,
selalu mengamuk, memukul bila orang
mengganggunya 22 orang, selalu bicara kasar
dan ketus 18 orang, selalu memberontak 21
orang.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan


peneliti sebelum dilakukan terapi pada
kelompok kontrol didapatkan didapatkan nilai
skor terendah 69 dan nilai skor tertinggi 92.
Perilaku kekerasan yang didapatkan adalah
tidak pernah berfikiran positif 17 orang, selalu
berfikiran negatif apabila menghadapi stressor
15 orang, tidak pernah berfikir tidak ada
gunanya berdebat atau marah-marah 15 orang,
selalu merasa mudah tersinggu 17 orang, selalu
merasa frustasi 17 orang, selalu jengkel,
dendam dan ingin memukul 18 orang, selalu
mengamuk, memukul bila orang
mengganggunya 22 orang, selalu bicara kasar
dan ketus 20 orang, selalu memberontak 20
orang, dan pernah tidak diterima oleh keluarga
17 orang.

Menurut Yosep (2009), tanda dan gejala


perilaku kekerasan adalah muka merah, tegang,
mata melotot/ pandangan tajam, bicara kasar,
nada suara tinggi, membentak, kata-kata kotor,
ketus, memukul benda/orang lain, menyerang

2
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
cerewet, kasar, berdebat, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar,
penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.Sedangkan menurut (Stuart, Gail.
Wiscarz., Laraia, 2013)gejala-gejala yang
dialami klien dengan perilaku kekerasan tidak
semua orang didiagnosa skizofrenia. Seseorang
individu ketika mendapatkan stressor pada
faktor predisposisi maupun presipitasi yang
berasal dari biologis, psikologis dan
sosiokultural yang akan berlanjut pada tahap
penilaian stressor. Hasil penilaian inilah yang
akan menimbulkan respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial.

Sedangkan menurut penelitian Erwina (2011),


penilaian terhadap stressor pada model adaptasi
Roy masuk pada stimulus fokal, karena data-
data yang didapatkan terhadap masalah yang
dihadapi klien merasa memandang dirinya
negatif terhadap stressor dan merasa tidak
mempunyai kemampuan untuk mengatasi
masalahnya, klien merasa mudah putus asa,
mudah tersinggung (marah) dan mudah
menyerah saat mengahadapi masalah, klien
tidak mampu mengungkapkan masalah secara
efektif, cendrung negatif berupa ungkapan
marah baik verbal maupun pasif, merasa tidak
berharga dan sebagian besar klien suka
menyendiri.

Perilaku kekerasan klien skizofrenia setelah


intervensi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Hasil penelitian yang didapat bahwasetelah
dilakukan terapi murottal (surah Ar Rahman
ayat 1-78), didapatkan nilai skor terendah 33
dan nilai skor tertinggi 46 yang artinya ada
perubahan setelah diberikan murottal (surah Ar
Rahman ayat 1-78).Berdasarkan hasil kuesioner
yang dilakukan peneliti setelah dilakukan terapi
(surah Ar Rahman ayat 1-78) pada kelompok
intervensi didapatkan perubahan perilaku
kekerasan adalah pernah berfikiran positif 19
orang, kadang-kadang berfikiran negatif apabila
menghadapi stressor 17 orang, tidak pernah
merasa tersinggu 11 orang, tidak pernah merasa
frustasi 22 orang, tidak pernah jengkel, dendam
dan ingin memukul 15 orang, kadang-kadang
mengamuk, memukul bila orang
mengganggunya 13 orang, tidak pernah bicara
kasar dan ketus 13 orang, kadang-kadang
memberontak 12 orang. Sedangkan menurut

20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Heru (2008), efek murottal bagi tubuh dapat menunjukkan ada perubahan yang bermakna
menurunkan hormon-hormon stress, tanda gejala kognitif sebelum dan sesudah
mengaktifkan hormon endorphin alami,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi,
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan
pemikiran yang baik.

Hasil penelitian yang didapat pada kelompok


kontrol yang tidak mendapatkan terapi murottal
(surah Ar Rahman ayat 1-78), didapatkan nilai
skor terendah 55 dan nilai skor tertinggi 81
yang artinya tetap ada perubahan perilaku
kekerasan karena selama penelitian responden
tetap mendapatkan intervensi keperawatan
generalis dan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK). Menurut(Stuart, Gail. Wiscarz., Laraia,
2013) intervensi keperawatan dilakukan untuk
mencegah dan mengatasi masalah perilaku
agresif. Sedangkan Menurut Keliat, et al
(2014), klien yang ikut dalam kegiatan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi
untuk mengendalikan perilaku kekerasan.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan


peneliti pada kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan terapi murottal didapatkan
perubahan perilaku kekerasan adalah kadang-
kadang berfikiran positif 15 orang, pernah
berfikiran negatif apabila menghadapi stressor
16 orang, pernah berpikiran orang yang cerewet
11 orang, kadang-akdang berfikir tidak ada
gunanya berdebat atau marah-marah 20 orang,
pernah merasa mudah tersinggu 15 orang,
pernah merasa frustasi 17 orang, pernah
jengkel, dendam dan ingin memukul 18 orang,
pernah mengamuk, memukul bila orang
mengganggunya 16 orang, kadang-kadang
bicara kasar dan ketus 19 orang, pernah
memberontak 17 orang.

Pengaruh terapi murottal terhadap


perubahan perilaku kekerasan
Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti
bahwa ada pengaruh terapi murottalperubahan
perilaku kekerasan pada kelompok intervensi
didapatkan nilai selisih 46.48 dan kelompok
kontrol didapatkan nilai selisih 14.05, dimana
kedua kelompok intervensi dan kelompok
kontrol terdapat perubahan perilaku kekerasan.
Menururt penelitian Setiawan, et al (2015),

20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
diberikan Terapi Musik dan RECBT (p value <
0,05), pada kelompok kontrol menunjukkan ada
perubahan yang bermakna tanda gejala pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
kelompok intervensi yang mendapat terapi
musik dan RECBT diberikan terapi musik dan
RECBT. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Kwon, Gang, & Oh (2013), kelompok
eksperimen menunjukkan peningkatan fungsi
kognitif perilaku positif.

Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan


bahwa dengan pemberian terapi murottal dapat
merubah perilaku kekerasan pada klien
skizofrenia. Menurut Hady, et al (2012) terapi
murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al-
Qur’an yang merupakan terapi religi dimana
seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an
selama beberapa menit atau jam sehingga
memberikan dampak positif bagi tubuh
seseorang. Sedangkan menurut Heru (2008),
efek murottal bagi tubuh dapat menurunkan
hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon
endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks,
dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah
serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, menimbulkan ketenangan, kendali
emosi, dan pemikiran yang baik.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan


peneliti setelah diberikan terapi murottal pada
kelompok intervensi didapatkan bahwa Perilaku
kekerasan yang didapatkan adalah tidak pernah
berfikiran positif 18 orang berubaha menjadi
pernah berfikiran positif 19 orang, selalu
berfikiran negatif apabila menghadapi stressor
19 orang berubaha menjadi kadang-kadang
berfikiran negatif apabila menghadapi stressor
17 orang, selalu merasa mudah tersinggu 19
orang berubah menjadi tidak pernah merasa
tersinggu 11 orang, selalu jengkel, dendam dan
ingin memukul 18 orang berubah menjadi tidak
pernah jengkel, dendam dan ingin memukul 15
orang, selalu mengamuk, memukul bila orang
mengganggunya 22 orang berubah menjadi
kadang-kadang mengamuk, memukul bila
orang mengganggunya 13 orang, selalu bicara
kasar dan ketus 18 orang berubah menjadi
tidak pernah bicara kasar dan ketus 13 orang,
selalu memberontak 21 orang berubah menjadi
kadang-kadang memberontak 12 orang.

Sedangkan terjadinya perubahan perilaku


kekerasan klien skizofrenia pada kelompok

20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kontrol karena selama penelitian klien tetap berubah menjadi tidak pernah tersinggung,
juga mendapatkan terapi medis sesuai resep
yang didapat dari dokter dan tindakan
keperawatan seperti pemberian terapi generalis,
TAK diruangan klien tetap diberikan.Menurut
Stuart (2016) terapi mendis yang dapat
diberikan seperti obat antipsikotik adalah
Chlorpromazine (CPZ), Risperidon (RSP),
Haloperidol (HLP), Clozapin dan
Trifluoperazine (TFP). Sedangkan terapi non
medis seperti terapi generalis, tindakan
keperawatan yang dapat diajarkan klien
perilaku kekerasan antara lain mengajarkan
klien untuk mengenal masalah perilaku
kekerasan serta mengajarkan mengendalikan
amarah atau perilaku kekerasan secara fisik:
nafas dalam dan pukul kasur bantal, minum
obat, verbal/sosial: menyatakan secara asertif
rasa marahnya, spiritual: beribadah sesuai
keyakinan klien, dan terapi TAK(Keliat, et al.,
2014).

Perbedaan perubahan perilaku kekerasan


pada klien skizofrenia antara kelompok
intervensi (sesudah pemberian terapi
murottal) dengankelompok kontrol (tanpa
perlakuan) sesudah intervensi
Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti
bahwaada perbedaan yang bermakna antara
perilaku kekerasan kelompok intervensi yang
telah diberi terapi murottal dengan kelompok
kontrol yang tanpa perlakuan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sulistyowati & Prihantini
(2015) bahwa ada perbedaan respon perilaku
setelah dilakukan intervensi antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol berarti
pemberian psikoreligi berpengaruh terhadap
penurunan respon perilaku. Sedangkan
menurutWidhowati (2010), menunjukkan
bahwa penambahan terapi audio dengan
murottal surah Ar Rahman pada kelompok
perlakuan lebih efektif dalam menurukan
perilaku kekerasan dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
terapi audio.

Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan


peneliti setelah diberikan terapi murottal pada
kelompok intervensi didapatkan bahwa
perubahan perilaku adalah tidak pernah
berpikiran positif/baik terhadap masalah setelah
diberikan intervensi berubah menjadi pernah
berpikiran positif/baik terhadap masalah, selalu
mudah tersinggung setelah diberikan intervensi
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
selalu merasa frustasi setelah diberikan
intervensi berubah menjadi tidak pernah merasa
frustasi, selalu merasa jengkel, dendam, dan
ingin memukul setelah diberikan intervensi
berubah menjadi tidak pernah merasa jengkel,
dendam, dan ingin memukul, selalu mengamuk,
memukul bila diganggu orang lain setelah
diberikan intervensi berubah menjadi tidak
pernah memukul, mengamuk bila diganggu
orang lain, selalu bicara kasar dan ketus setelah
diberikan intervensi berubah menjadi tidak
pernah bicara kasar dan ketus.

Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan


bahwa dengan pemberian terapi murottal dapat
merubah perilaku kekerasan pada klien
skizofrenia sangat bermakna dan terjadi
perubahan yang sangat efektif. Menurut
Faradisi (2012), pengaruh terapi pembacaan Al-
Qur’an bisa membuat perubahan-perubahan
arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah,
perubahan detak jantung. Perubahan tersebut
akan memberikan relaksasi atau penurunan
ketegangan saraf diotak. Menurut Asti, (2009),
murottal Al-Qur’an mampu memacu sistem
saraf parasimpatis yang mempunyai efek
berlawanan dengan sistem saraf simpatis.
Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua
sistem saraf autonom yang menjadi prinsip
dasar timbulnya respon relaksasi, yakni terjadi
keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis

SIMPULAN
Hasil uji statistik didapatkan bahwa usia dalam
rentang dewasa awal, jenis kelamin laki-laki,
pendidikan SMP, pekerjaan tidak bekerja, dan
status pernikahan belum menikah.Terdapat
perubahan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum pemberian
terapi murottal dengan setelah pemberian terapi
murottal pada kelompok intervensi dan terdapat
perubahan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum dan setelah
pada kelompok kontrol.

DAFTAR PUSTAKA
Faradisi, F. (2012). Efektivitas terapi murotal
dan terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien pra
operasi di pekalongan firman faradisi.
jurnal ilmu kesehatan. vol v no 2
september 2012, v(2).

Hady.,Wahyuni., P. (2012). Perbedaan

20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

efektifitas terapi musik klasik dan terapi keperawatan kesehatan jiwa stuart. (b. a.
musik murrotal terhadap perkembangan keliat, ed.) (indonesia). fakultas
kognitif anak autis di slb autis kota
surakarta, 9(2), 72–81.

Handayani, L., Rahmadani, A., Saufi, A.,


Masyarakat, F. K., Dahlan, U. A.,
Soepomo, J. P., & Yogyakarta, K. (2016).
Faktor resiko kejadian skizofrenia di
rumah sakit jiwa grhasia daerah istimewa
yogyakarta, 13(2), 135–148.

Heru, B. (2008). Psikologi umum. jakarta:


universitas gunadarma.

Keliat, Budi. Anna., Akemat., Helena, Novy.,


Nurhaeni, H. (2014). Keperawatan
kesehatan jiwa komunitas cmhn (basic
course). jakarta: egc.

keliat, Budi Anna., Putri, Eka Yossie Susanti.,


L. (20015). Draff scanning 33 diagnosa
keperawatan jiwa (workshop k). program
studi ners spesialis keperawatan jiwa
fakultas ilmu keperawatan universitas
indonesia.

Kwon, M., Gang, M., & Oh, K. (2013). Effect


of the group music therapy on brain wave
, behavior , and cognitive function among
patients with chronic schizophrenia. asian
nursing research, 7(4), 168–174.
https://doi.org/10.1016/j.anr.2013.09.005

Setiawan, Heri., Keliat, Budi Anna., Wardani, I.


Y. (2015). Tanda gejala dan kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan dengan
terapi musik dan rational emotive cognitif
behavior therapy di rsj prof dr soerojo
magelang. jurnal ners vol. 10 no. 2
oktober 2015: 233-241.

Setyoadi., K. (2011). Terapi modalitas


keperawatan pada klien psikogeriatrik.
jakarta: salemba medika.

Stuart, Gail. Wiscarz., Laraia, M. T. (2013).


Principles and practice of psychiatric
nursing. (7th ed.). st. louis: mosby.

Stuart, G. W. (2013). Buku saku keperawatan


jiwa, ed 5. jakarta: egc.

Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan praktik

21
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
keperawatan universitas indonesia.

Sulistyowati, D. A., & Prihantini, E. (2015).


Pengaruh terapi psikoreligi terhadap
perubahan perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah
surakarta. jurnal terpadu ilmu kesehatan,
4, 72–77.

Trigoboff. (2013). Contemporary psychiatric


mental health nursing (third edit).
pearson.

WHO. (2013). Schizophrenia. retrieved from.

WHO. (2016). Schizophrenia. retrieved from


http://www.who.int/en/news-room/fact-
sheets/detail/schizophrenia

Widhowati, S. S. (2010). Efektifitas terapi


audio dengan murottal surah ar rahman
untuk menurunkan perilaku kekerasan di
rsjd dr. amino gondohutomo semarang.

Yosep, I. (2009). Keperawatan jiwa, edisi


revisi. bandung: refika aditama.

21
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

E-ISSN 2614-5375
Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 3 No. 1 (Januari, 2020) : 049-056
Terakreditasi Nasional Peringkat 3 No. 36/E/KPT/2019

ARTIKEL RISET
URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh3106

Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol


Perilaku Kekerasan
Ernawati1, Samsualam2, KSuhermi3
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia
1,2,3

Email Penulis Korespondensi (K): suhermi.suhermi@umi.ac.id


ernawaty0697@gmail.com1, samsualamalam@yahoo.com2 , suhermi.suhermi@umi.ac.id3
(085242002916)

ABSTRAK

Perawat dapat mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan melakukan tindakan salah satunya adalah terapi
spiritual atau religius. Bentuk dari terapi spiritual dalam penelitian ini adalah dzikir dan mendengarkan bacaan
Al- Qur’an surah Ar-Rahman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan terapi spiritual
terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre
Experimental One Group Pretest-Posttest Design, yaitu design penelitian yang terdapat Pre-test sebelum diberi
perlakuan dan Post-test setelah diberi perlakuan. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi tanda dan
gejala yang muncul pada pasien sebelum dan sesudah diberikan terapi spiritual. Penentuan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 20 pasien. Uji pengaruh dilakukan
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan nilai p < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku
kekerasan dimana dari hasil uji Wilcoxon diperoleh (p=0.003) α < 0.05. Kemampuan mengontrol perilaku
kekerasan sebelum dilakukan terapi spiritual adalah sebanyak sembilan pasien, sedangkan sesudah dilakukan
terapi spiritual adalah sebanyak sebelas pasien. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh antara
pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah
Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Diharapkan bagi tenaga perawat untuk lebih meningkatkan
lagi pemberian terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan.

Kata kunci: Terapi; spiritual; kekerasan; mengontrol; psikiatri

PUBLISHED BY : Public
Article history :
Health Faculty Universitas
Muslim Indonesia Address : Received 23 Desember 2019
Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II Received in revised form 10 Januari 2020
UMI) Makassar, Sulawesi Selatan. Accepted 12 Januari 2020
Email : Available online 25 Januari 2020
licensed by Cr ea ti ve Co m mo ns A tt ri bu tio n - S ha reA li ke 4. 0 I n ter na t
jurnal.woh@gmail.com, jurnalwoh.fkm@umi.ac.idio na l L ic ens e .
Phone :
+62 85255997212

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 4


ABSTRACT

Nurses can control the violent behavior of patients by taking action one of which is spiritual or religious therapy.
The form of spiritual therapy in this study is dhikr and listening to the recitation of the Qur'an surah Ar-Rahman.
This study aims to determine the effect of the implementation of spiritual therapy on the ability of patients to
control violent behavior in the Walnut Room of the Dadi Special Hospital of South Sulawesi Province. The
research design used in this study is the Pre Experimental One Group Pretest-Posttest Design, which is a
research design that contains a Pre-test before being treated and Post-test after being treated. The research
instrument used observation sheets of signs and symptoms that appeared in patients before and after being given
spiritual therapy. Determination of the sample is done by using purposive sampling technique with a sample size
of 20 patients. The effect test was performed using the Wilcoxon statistical test with a p value <0.05. The results
showed that there was a significant influence between the implementation of spiritual therapy on the ability of
patients to control violent behavior where the Wilcoxon test results were obtained (p = 0.003) α <0.05. The
ability to control violent behavior before spiritual therapy is carried out as many as nine patients, while after
spiritual therapy is carried out as many as eleven patients. The conclusion of this study is that there is an
influence between the implementation of spiritual therapy on the ability of patients to control violent behavior in
the Walnut Room of the Dadi Regional Special Hospital of South Sulawesi Province. It is expected that nurses
will further enhance the provision of spiritual therapy to the patient's ability to control violent behavior.

Keywords: Therapy; spiritual; violence; control; psychiatry

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia,
termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dengan berbagai fakta biologis, psikologis sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.1
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat
berbentuk melukai diri kita sendiri untuk bunuh diri atau membiarkan diri kita terlantar. 2 Perilaku
kekerasan pada orang bisa juga dikatakan tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian
untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.3
Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan
adalah terapi religius atau spritual, yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri
klien terhadap kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spritual diantaranya adalah dzikir dan
mendengarkan Al-Qur’an. Berzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia. Dzikir
adalah peringatan doa yang paling tinggi yang di dalamnya tersimpan berbagai keutamaan dan manfaat
yang besar bagi hidup dan kehidupan kita. Bahkan kualitas kita di hadapan Allah sangat dipengaruhi
oleh kualitas dzikir kita kepada-Nya. Mendengarkan Al-Qur’an atau murottal adalah pembacaan Al-
qur’an dengan menggunakan tajwid yang benar dan berirama.4 Penelitian ini bertujuan untuk

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5


mengetahui pengaruh pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku
kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
METODE

Penelitian ini menggunakan metode Pre-Experimental One Group Pretest-Posttest Design, yaitu
memberikan terapi spiritual dengan zikir dan membaca Al-Quran dua kali dalam seminggu
selama satu bulan yang dipandu oleh terapis agama atau perawat di rumah sakit. Setelah itu
dilakukan pengkajian dan observasi kepada pasien seberapa besar pasien mampu mengontrol
perilaku kekerasannya. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah
Dadi Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 15 April s/d tanggal 15 Mei 2019. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua klien dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan pada bulan Februari
hingga bulan Maret di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan yang
berjumlah 30 pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah klien dengan masalah keperawatan perilaku
kekerasan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 20 pasien. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling dengan kriteria inklusi, yaitu pasien beragama Islam, pasien lama yang masih
sering mengalami perilaku kekerasan, serta telah mendapatkan pengobatan secara teratur. Kriteria
Ekslusi dalam penelitian ini, yaitu tahap tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan.5
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pre-Test Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan
Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan
Pre-Test
TerapiSpiritual n (%)

Terkontrol 7 35.00
TidakTerkontrol 13 65.00
Total 20 100.00

Tabel 1 menunjukkan jumlah responden pada pre-test terapi spiritual yang tertinggi adalah tidak
terkontrol sebanyak 13 responden (65.0%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Post-Test Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien
Mengontrol Perilaku Kekerasan

Post-Test
Terapispiritual n (%)
Terkontrol 16 80.00
TidakTerkontrol 4 20.00
Total 20 100.00

Berdasarkan tabel 2 jumlah responden pada post-test terapi spiritual yang tertinggi adalah
kelompok terkontrol, sebanyak 16 responden (80.0%). Adapun jumlah post-test terapi spiritual
terendah adalah tidak terkontrol, sebanyak 4 responden (20.0%).
Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5
Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5
Tabel 3. Perbedaan Pre-Test dan Post-Test Terapi Spiritual terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol
Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan
Terapi Spiritual Pre-Test Post-Test
n % n %
Terkontrol 7 35.00 16 80.00
TidakTerkontrol 13 65.00 4 20.00
Total 20 100.00 20 100.0 0

Tabel 3 menunjukkan sebelum dilakukan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien


mengontrol perilaku kekerasan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 7 orang (35.0%) dan
jumlah responden yang tidak terkontrol sebanyak 13 orang (65.0%), sedangkan setelah dilakukan terapi
spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan jumlah responden yang terkontrol
sebanyak 16 orang (80.0%). Jumlah responden yang tidak terkontrol sebanyak 4 orang (20,0%).
Sehingga dalam hal ini ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual terhadap
kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di mana pada post-test jumlah responden yang
terkontrol mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 16 responden (80.0%).

Tabel 4. Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien Mengotrol


Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan
Terapi Spiritual Pre-Test Post-Test p value
Mean Mean
Kelompok perlakukan (n= 20) 9 11 0.003

Tabel 4 menunjukkan nilai p value = 0.003 < α= 0.05 dengan demikian hipotesis nol (H0)
ditolak dan menerima Ha, artinya bahwa terdapat perbedaan kemampuan mengontrol perilaku
kekerasan sebelum dan setelah diberikan terapi spiritual.

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi
selatan selama satu bulan dengan frekuensi pemberian terapi spiritual dua kali dalam seminggu. Hasil
uji statistik menggunakan Uji Wicoxon di peroleh nilai sig. (2-tailed) 0.003 dengan α (0.05). Oleh
karena p<α maka Ha diterima dan H0 ditolak. Maka dalam hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di
Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyu bahwa ada pengaruh peningkatan
kemampuan mengotrol halusinasi pendengaran setelah di berikan terapi spiritual dzikir. 6 Apabila terapi
spiritual dilakukan secara terus menerus dan jika pasien sering mengikuti jadwal terapi keagamaan
maka akan semakin memberikan pengaruh yang kuat untuk membantu pasien mengotrol perilaku
kekerasan

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5


dan menenangkan hatinya. Dengan demikian pasien pun akan semakin percaya diri dan merasa lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terapi spiritual apabila dilafalkan secara baik dan
benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks. Terapi spiritual (dzikir dan mendengarkan bacaan
Al-qur’an) juga dapat diterapkan pada pasien perilaku kekerasan, karena ketika pasien melakukan
terapi spiritual dengan tekun dan memusatkan perhatian yang sempurna (khusu’) dapat memberikan
dampak saat perilaku kekerasan yang juga memiliki masalah keperawatan halusinasi pendengaran yang
dapat membuat pasien melakukan kekerasan itu dapat menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan
lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi spiritual: dzikir dan mendengarkan bacaan Al-
Qur’an.3
Menurut Yusuf, seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku dapat
terjadi apabila banyak faktor sosial disekitar lingkungannya yang memicu munculnya stress. Stres yang
berlebih dapat memicu munculnya gangguan jiwa apabila seseorang tidak memiliki pertahanan atau
mekanisme koping yang baik.7 Terapi spiritual/religi adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara
mendekatkan diri pasien terhadap kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spiritual diantaranya
adalah dzikir dan mendengarkan Al-qur’an. Salah satu tindakan yang dapat menurunkan perilaku
kekerasan adalah dengan terapi spiritual dzikir (subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar) sebanyak 33
kali dan mendengarkan bacaan Al-qur’an (surah Ar-Rahman) yang dibacakan langsung oleh petugas
terapi keagamaan Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Mendengarkan bacaan Al-qur’an dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan
hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas, dan tegang, serta memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung denyut nadi dan aktivitas gelombang otak. Laju pernapasan
yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,
pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. Dengan demikian diberikan terapi
spiritual mendegarkan bacaan Al-qur’an bisa menjadi lebih rileks dan tenang sehingga menurunkan
tingkat emosi pada pasien perilaku kekerasan.8
Pada saat dilakukan penelitian di Ruang Kenari RSKD Dadi Provinsi Sulawesi Selatan, sebelum
dan sesudah dilakukan terapi spiritual terdapat perbedaan atau pengaruh yang sifnifikan karena dari
tanda dan gejala yang muncul ada saat pre-test menjadi berkurang setelah dilakukan post-test terapi
spiritual. Itu sangat terbukti karena pada saat pre-test, kategori tidak terkontrol lebih banyak (65.0%)
dibanding kategori yang tekontrol (35.0%), sedangkan pada saat post-test kategori terkontrol lebih
banyak (80.0%) dibanding kategori tidak terkontrol (20.0%).
Seluruh pasien beragama Islam yang ada di Ruang Kenari menjalani terapi keagamaan atau
terapi spiritual secara bergantian, dimulai dari 10 hingga 15 pasien yang ikut terapi keagamaan
mengikuti jadwal yaitu setiap hari selasa dan kamis. Adapun kegiatan keagamaan yang biasanya diikuti
oleh pasien adalah dzikir, membaca atau memperdengarkan Al-qur’an, ceramah agama, dan lain

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5


sebagainya. Pasien

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5


tersebut mengatakan akan merasa tenang apabila sedang mengikuti terapi keagamaan terutama pada
saat diperdengarkan bacaan Al-qur’an. Ketika tanda marah muncul pada diri pasien maka hal yang
dilakukannya adalah kadang-kadang membaca bacaan surah Al-qur’an yang menurutnya ia hafal dan
ada pula yang langsung berdzikir untuk menenangkan hatinya.
Pada saat wawancara pasien mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh peneliti dan mau
menjawab serta mengikuti alur penelitian, meskipun beberapa dari mereka ada yang menunjukkan
sikap menarik diri sehingga beberapa pertanyaan tidak mampu ia jawab namun pasien tersebut masih
bisa membantu dalam penelitian ini. Pada saat dilakukannya terapi spiritual (dzikir dan mendengarkan
bacaan Al-qur’an) pasien melakukan dzikir dengan baik namun masih ada pula yang belum mampu
melakukan dzikir (subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar) tersebut. Akan tetapi pada saat
diperdengarkan bacaan Al-qur’an yang dibacakan langsung oleh petugas terapi keagamaan Rumah
Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan seluruh pasien mendengarkan bacaan surah Ar-
rahman tersebut dengan penuh perhatian meskipun beberapa dari mereka ada yang tidak terlalu
memperhatikannya namun mereka masih bisa menyebutkan nama surah yang diperdengarkan, dan
bahkan ada yang langsung membacakan beberapa ayat dari Surah Ar-rahman tersebut dan mengatakan
merasa lega setelah membacanya sendiri.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang,
yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan, secara verbal maupun non-verbal. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan atau agresifitas dapat didefinisikan, yaitu suatu perilaku mencederai atau
melukai diri sendiri, orang lain/sekelompok orang dan lingkungan, baik secara verbal, fisik, dan
psikologis yang akan mengakibatkan beberapa kerugian seperti trauma fisik, psikologis, dan bahkan
kematian. Untuk mengatasi maupun meminimalkan dampak tersebut, maka perawat perlu mengetahui
karakteristik perilaku yang ditunjukkan oleh individu melakukan perilaku kekerasan mulai dari kondisi
memperlihatkan permusuhan sampai pada tingkat yang serius seperti memukul atau melukai dan reaksi
perilaku kekerasan yang ditunjukkan setiap individu berbeda-beda dan berfluktuasi.9,10,11,12
Kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan merupakan salah satu proses dalam
pemulihan terhadap penyakitnya. Pasien bukan hanya untuk sekadar pulih dari penyakit, tapi untuk
membuat kehidupannya menjadi lebih berarti. Selama menjalani proses pemulihan, individu
membutuhkan dukungan dari lingkungan. Mereka membutuhkan supportive environment dari keluarga,
tetangga, masyarakat, pemerintah, dan swasta.10,13,14,15

KESIMPULAN DAN SARAN


Ada pengaruh antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol
perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Diharapkan pihak rumah sakit dapat lebih memperhatikan lagi pasiennya terutama di Ruang Kenari
dengan memberikan terapi spiritual yang teratur agar hati pasien menjadi lebih tenang dan merasa lebih

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5


dekat dengan Allah SWT, terutama pasien dengan perilaku kekerasan. Untuk peneliti selajutnya
diharapkan agar menggunakan metode penelitian yang lain, sampel yang lebih banyak, dan waktu yang
lebih lama agar dapat memperoleh hasil yang lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Health WFFM. Annual Report 2016. In Mill Street, USA; 2016. Available from:
https://wfmh.global/wp-content/uploads/2016-wfmh-annual-report.pdf

2. Stuart GW. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. 1st Indone. Pasaribu BAK and J,
editor. Elsevier Singapore Pte Ltd.; 2016.

3. Laela Dewi Saputri, Dwi Heppy S-. Pengaruh Terapi Spiritual Mendengarkan Ayat Suci Al-Quran
Terhadap Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di RSJ DR.
Amino Gondohutomo. Karya Ilm STIKES Telogorejo. 2015;22:1–12.

4. Wulandari I. Pemberian terapi Psikoreligius (Shalat) Terhadap Frekuensi Halusinasi Pendengaran


Pada Asuhan Keperawatan Jiwa Sdr.I Dengan Skizofrenia Paranoid di Ruang Arjuna RSJD
Surakarta. 2014; Available from: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl-
indriwulan-871-1-kti_indr-i.pdf.

5. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

6. Hidayati, Wahyu Catur, Dwi Heppy Rochmawati T. Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap
Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Di RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2014;1–9.

7. Yusuf, Ah. fitryasari, Rizky. Nihayati HE. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika; 2015.

8. Fitriani I. Penerapan Tindakan Keperawatan Mengontrol Marah Dengan Spiritual : Psikoreligius


Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan Di Wisma Dwarawati RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Karya Ilmiah Akhir Ners. ABA J [Internet]. 2017;102(4):24–5. Available from:
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14639947.2011.564813%0Ahttp://dx.doi.org/10.10
80/15426432.2015.1080605%0Ahttps://doi.org/10.1080/15426432.2015.1080605%0Ahttp://hein
online.org/HOL/Page?handle=hein.journals/abaj102&div=144&start_page=26&collection=jour

9. Baradero Mary. Seri Asuhan Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC; 2014.

10. Suhermi, Fatma J. Dukungan Keluarga dalam Proses Pemulihan Orang dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ). Jurnal Kesehatan Suara Forikes [Internet]. 2019;10(April):109–11. Available from:
https://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf10207

11 Nurlaili N, Nurdin AE, Putri DE, Arif Y, Basmanelly B, Fernandes F. Pengaruh tehnik distraksi
menghardik dengan spiritual terhadap halusinasi pasien. Jurnal Keperawatan. 2019 Sep
26;11(3):177-90

12 Yusuf A. Terapi Keluarga Dengan Pendekatan Spiritual Terhadap Model Keyakinan Kesehatan
Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia (The Effect of Family Therapy with Spiritual
Approach Toward Family’S Health Belief Model in Taking Care of Patient with Schizophrenia).
Jurnal Ners. 2013

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5


13 Susilowati Y, Ningsih DW. Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa Dengan Perilaku Kekerasan Di
Ruang Citro Anggodo RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Profesi Keperawatan (JPK).
2015 Jul 1;2(2)

14 Ariani TA. Perbandingan Ketuntasan Perawatan Klien Perilaku Kekerasan antara yang Menerima
Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pekerja Sosial (Sebuah Studi di UPT Rehabilitasi Sosial Eks
Psikotik Pasuruan). Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery). 2016 Apr 1;3(1):079-
88.

15 Nyumirah S. Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa pada Klien Halusinasi di Ruang
Sadewa Di Rs Dr. H Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. 2014 May 15;2(1):1-3.
PENGARUH MENDENGARKAN ASMAUL HUSNA TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Ahmad Alifudin*), Dwi Heppy Rochmawati **) Purnomo

***) ABSTRAK
Perilaku kekerasan merupakan suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, Gejala kecemasan, baik akut
maupun kronis, merupakan komponen utama bagi semua gangguan psikiatri, sebagian dari
komponen kecemasan itu menjelma dalam bentuk gangguan panik, fobia, obsesi kompulsi, dan
sebagainya. Salah satu terapi individual yang bermanfaat untuk mengontrol kecemasan pasien
perilaku kekerasan adalah melalui pendekatan strategi dengan cara spiritual mendengarkan
asmaul husna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan asmaul husna
terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan metode penelitian
One Group Pre Post test design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 responden
dengan teknik pengambilan sampel purpose sampling. Uji statistik yang digunakan adalah
Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul husna
terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK dengan nilai p-value 0.000 sedangkan nilai z hitung
6.34. hal ini karena dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres
emosional. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat dapat menggunakan terapi
mendengarkan asmaul husna untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien resiko perilaku
kekerasan.

Kata kunci : Resiko perilaku kekerasan, Mendengarkan asmaul husna, Kecemasan

ABSTRACT
Violent behavior is a feeling or emotion that arises as a reaction to anxiety increases and
perceived as threatening, symptoms of anxiety, whether acute or chronic, is a major component
of all psychiatric disorders, most of the components of anxiety was manifest in the form of panic
disorder, phobias, obsessions compulsions, and so on. One individual therapy is beneficial to
control the patient's anxiety violent behavior is through a strategic approach by way of spiritual
listening of Asmaul Husna. Research This study aims to determine the effect of listening Asmaul
husna Against Anxiety Levels in Patients Risk Behavior Violence in Amino Gondohutomo
Mental Hospital of Central Java. The design of this research use a quasi eksperiment with one
group pre-post test design. The sample was 53 respondens selected by used purpose sampling
technique. The statistical test used in this research was Wilcoxon. The results showed that there
was the influence of listening Asmaul Husna on the level of anxiety in patients RPK by 0.000
while the value of z calculated 6.34. this is because the spiritual dimension seeks to maintain
harmony or harmony with the outside world, struggled to answer or gain strength when facing
emotional stress. Recommendations from this study were nurses can use to listen to the Asmaul
Husna therapy to reduce patient anxiety level of risk of violent behavior.
Key words :Resiko perilaku kekerasan, Asmaul husna, Anxiety
PENDAHULUAN

Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan


Menurut Muhtarudin dari Kabid
kesehatan dengan manifestasi-manifestasi
Pengelolaan Masalah Kesejahteraan Sosial
psikologis atau perilaku terkait dengan
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
penderitaan yang nyata dan kinerja yang
Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten
buruk, dan disebabkan oleh gangguan
Semarang, jumlah penderita gangguan
biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis,
kejiwaan di Kabupaten Semarang cukup
atau kimiawi (Psikologi.or.id, ¶3). menurut
banyak. Bahkan di tahun 2014 saja tercatat
Keliat (2011), gangguan jiwa yaitu sindrom
ada 589 orang, 111 orang diantaranya
atau pola perilaku yang secara klinis
adalah anak-anak. Paling banyak persebaran
bermakna yang berhubungan dengan distres
penderita Psikotik itu di Desa Rembes,
atau penderitaan dan menimbulkan
Kecamatan Bringin dengan jumlah
gangguan pada satu atau lebih fungsi
penderita sebanyak 17 orang. (Munir dalam
kehidupan manusia.
kompas 2015, ¶5).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
mengalami peningkatan yang sangat
mempengaruhi otak dan menyebabkan
signifikan, dan setiap tahun di berbagai
timbulnya fikiran, persepsi, emosi, gerakan
belahan dunia jumlah penderita gangguan
dan perilaku yang aneh dan terganggu
jiwa bertambah. Berdasarkan data dari
(Videback, 2008). Sedangkan tanda dan
World Health Organisasi (WHO), ada
gejala skizofrenia menurut (deherba.com,
sekitar 450 juta orang di dunia yang
¶2) adalah delusi, halusinasi, cara berfikir
mengalami gangguan jiwa. WHO
yang berantakan, berperilaku tidak teratur
menyatakan setidaknya ada satu dari empat
atau abnornal, gejala negatif lain.Sedangkan
orang didunia mengalami masalah mental,
manifestasi klinik dari perilaku kekerasan
dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang
salah satunya yaitu berperilaku agresif atau
ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah
mengamuk (Yosep, 2014, hlm.256). jadi
yang sangat serius (Solopos.com, ¶2).
dengan demikian perilaku kekerasan bnyak
ditemukan pada klien dengan gangguan
Berdasarkan Riset kesehatan dasar
skizofrenia.
(Riskesdas tahun 2013) prevalensi
gangguan jiwa berat pada gangguan jiwa di
indonesia1,7 per mil. Gangguan jiwa berat Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku
terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi agresif di sertai marah dan salah satu
selatan, Bali, Jawa tengah. Proporsi RT dorongan untuk melakukan tindakan dalam
yang pernah memasung ART gangguan bentuk destruktif dan masih terkontrol.
jiwa berat 14,3 persen terbanyak pada (Yosep, 2009). Resiko perilaku kekerasan
penduduk yang tinggal dipedesaan (18,2%) adalah Suatu perasaan atau emosi yang
(Grhasia.com,¶3). timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan
yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman (Dalami, 2009, hlm.89).
Gejala kecemasan, baik akut maupun perubahan yang terjadi setelah adanya
kronis, merupakan komponen utama bagi eksperimen. Penelitian ini menilai pengaruh
semua gangguan psikiatri, sebagian dari mendengarkan asmaul husna terhadap
komponen kecemasan itu menjelma dalam tingkat kecemasan pasien risiko perilaku
bentuk gangguan panik,fobia, obsesi kekerasan (RPK) dengan menggunakan
kompulsi, dan sebagainya (hawari,2008). metode One Group Pre Post test design
penatalaksanaan ansietas pada tahap (Notoatmodjo, 2012, hlm.57). Untuk
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu mengetahui tingkat kecemasan pasien RPK
metode pendekatan yang bersifat holistik, sebelum dan sesudah diberikan intervensi
yaitu mencangkup fisik, psikologik atau mendengarkan asmaul husna.
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius
(Hawari dalam yosep, 2014, hlm.367). Data yang diperoleh dari RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada
Salah satu terapi individual yang bulan Januari sampai September 2015
bermanfaat untuk mengontrol resiko populasi pasien yang mengalami RPK
perilaku kekerasan terapi adalah melalui sebanyak 2258 pasien, sehingga rata-rata
pendekatan strategi dengan cara tiap bulan sebanyak 251 pasien. Jumlah
religius/spiritual (SP 4). Dimensi spiritual sampel pada penelitian ini menggunakan
berupaya untuk mempertahankan rumus pengambilan sampel menurut
keharmonisan atau keselarasan dengan Nursalam (2014, hlm.171) dengan hasil
dunia luar, berjuang untuk menjawab atau yang didapatkan adalah 53 responden.
mendapatkan kekuatan ketika sedang
menghadapi stres emosional, sakit fisik atua Penelitian dilakukan di RSJD Dr. Amino
kematian (Hamid, 2008). Spiritualitas Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
adalah Keyakinan dalam hubunganya Penelitian dilakukan pada bulan November
dengan yang Maha Kuasa dan Maha 2015 sampai bulan Juni 2016. Sedangkan
Pencipta (Hamid, 2008, hlm.2). untuk pengambilan data penelitian
dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai 30
Dari uraian-uraian diatas maka peneliti Mei 2016. Penelitian dilakukan di beberapa
ingin meneliti tentang Pengaruh ruang rawat inap, yaitu ruang Arimbi,
Mendengarkan Asmaul Husna terhadap Citroanggodo, Gatutkaca, dan Srikandi.
tingkat Kecemasan pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan di RSDJ Dr. Amino Alat pengumpulan data ini menggunakan
Gondohutomo Semarang. lembar quisioner. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan kuisioner State
METODE PENELITIAN Anxiety Inventory (SAI). SAI didapatkan
dari sumber yang sudah baku dan
Metode yang digunakan dalam penelitian didapatkan nilai r dalam validitasnya.
ini adalah Quasy eksperimen one group pre
post and test without control. Rancangan ini Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih
juga tidak ada kelompok pembanding dahulu dilakukan uji statistik dengan
(kontrol), tetapi paling tidak sudah menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dilakukan observasi pertama (pretest) yang karena jumlah responden 53 orang
memungkinkan menguji perubahan– (>50orang). kemudian didapatkan data
berdistribusi tidak normal normal dengan ρ- 2. Tingkat kecemasan sebelum dan
value 0.072, maka selanjutnya dilakukan uji sesudah dilakukan terapi
wilcoxon mendengarkan asmaul husna pasien
resiko perilaku kekerasan
HASIL PENELITIAN Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden
1. Data karakteristik responden berdasarkan tingkat kecemasan sebelum
Tabel 5.1 dan sesudah dilakukan terapi
Distribusi frekuensi gambaran mendengarkan asmaul husna pasien
karakteristik responden di RSUD Dr. resiko perilaku kekerasan di RSUD Dr.
Amino Gondhohutomo Provinsi Jawa Amino Gondhohutomo Provinsi Jawa
Tengah pada bulan April 2016 Tengah pada bulan Mei 2016 (n=53)
(n=53)

Variabel Mean SD
Karakteristik Jumlah
Responden Skor pre intervensi 44,81 6.563
N % Skor post intervensi 35,47 6.641
Usia/Umur
18-20 2 7,5 Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa
21-25 3 5,7 skor rata-rata kecemasan pasien dengan
26-35 32 60,4 resiko perilaku kekerasan sebelum
36-59 14 26,4
dilakukan terapi mendengarkan asmaul
Jenis Kelamin husna adalah 44,81 kemudian setelah
Laki-laki 33 62,3 dilakukan terapi rata-rata skor kecemasan
Perempuan 20 37,7 turun menjadi 35,47. Sedangkan standar
deviasi sebelum dilakukan terapi 6.563
Pendidikan kemudian setelah dilakukan terapi menjadi
SD 28 52,8 6.641.
SMP 12 22,6
SMA 4 7,5
S1 2 3,8 3. Uji normalitas
Tidak sekolah 7 13,2 Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
bahwa jumlah responden laki-laki lebih dilakukan terapi mendengarkan asmaul
banyak daripada responden perempuan, husna pasien resiko perilaku kekerasan di
yaitu sebanyak 33 (62,3%) pada laki- RSUD Dr. Amino Gondhohutomo Provinsi
laki. Usia responden terbanyak adalah Jawa Tengah pada bulan Mei 2016 (n=53)
usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 32
(60,4%). Sedangkan tingkat pendidikan
responden terbanyak adalah SD dengan
jumlah responden mencapai 28 Uji Statistik Standar P-
(52,8%). normalitas Eror value
Pre test 0.000
Mean 44,81 0,902
Skewnes 0,027 0,327

Post test 0.072


Mean 35,47 0,910 Nilai Z hitung sebesar -6,341 yang
Skawnes 0,407 0,327 merupakan nilai mutlak. Selanjutnya pada
tarif kesalahan 5% tabel 1,64, sehingga Z
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa hitung > Z tabel maka Ho ditolak dan Ha
nilai mean dan skewness statistik diterima artinya ada pengaruh yang
kecemasan pasien sebelum diberikan terapi bermakna mendengarkan asmaul husna
mendengarkan asmaul husna adalah 44,81 terhadap tingkat kecemasan pada pasien
dan 0,027, dengan Standar Eror 0,902 dan resiko perilaku kekerasan.
0,327, hasil p-value 0,072. Kemudian
kecemasan responden setelah diberikan PEMBAHASAN
terapi mendengarkan asmaul husna 1. Usia
didapatkan nilai statistik mean adalah Hasil penelitian ini diperoleh jumlah
35,47 dan 0,407, dengan Standar Eror responden terbanyak adalah usia 26-35
0,910 dan 0,327, dan hasil p value 0,000. tahun. Retang usia tersebut dapat
dikategorikan pada kelompok usia
4. Analisis pengaruh Analisis pengaruh dewasa. Jumlah responden pada usia
mendengarkan asmaul husna terhadap dewasa dalam penelitian ini sebesar 32
tingkat kecemasan pasien resiko responden (60,4%).
perilaku kekerasan
Tabel 5.4 Menurut yosep (2009) mengungkapkan
Pengaruh mendengarkan asmaul husna kehidupan pada usia dewasa semakin
terhadap tingkat kecemasan sebelum kompleks, Kesulitan dalam
dan sesudah diberikan terapi pasien mengkomunikasikan sesuatu dalam
resiko perilaku kekerasan keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah
Variabel Z Mean SD P- cenderung melalukan kekerasan dalam
value menyelesaikan konflik, pada tahap ini
Sebelum 44,81 6,563 0,000 seseorang dituntut untuk memenuhi
terapi tugas perkembanganya yaitu bekerja,
Setelah - 35,47 6,641 0,072 memasuki tahap perkembangan untuk
terapi
membentuk keluarga, menghidupi
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa keluarga serta membina anak-anaknya,
nilai mean skor kecemasan sebelum terapi kesulitan-kesulitan atua tantangan
adalah 44,81 dengan Standar deviasi 6,563. dalma mencapai tujuan perkembangan
Pada skor kecemasan setelah terapi hidup dapat menimbulkan suatu
didapatkan rata-rata 35,47, dengan Standar stressor.
deviasi 6,641 dan nilai Z adalah -6,341.
Didapatkan nilai mean perbedaan skor Pada usia dewasa banyak stressor yang
kecemasan sebelum dan setelah terapi berasal dari lingkungan pekerjaan,
mendengarkan asmaul husna adalah 9,34 rumah tangga, masyarakat sehingga
dengan standar deviasi 0.078. seseorang lebih mudah untuk
mengalami stres dan beresiko
Dari hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test melakukan perilaku kekerasan. Hal ini
didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05).
biasanya terjadi pada usia sudah Faktor lain yang dapat menjelaskan
menjadi orang tua, bahwa prevalensi laki-laki lebih besar
Menurut hawari (2008) menjadi orang untuk mengalami gangguan jiwa dari
tua pada zaman sekarang ini tidak pada wanita karena disebabkan konflik
semudah pada zaman dahulu (misal sebagai kepala keluarga.
tahun 60’an) hal ini disebabkan karena
kondisi tatanan sosial dan ekonomi jauh Pasien resiko perilaku kekerasan di
berbeda. Orang tua pada zaman dahulu RSJD Dr. Amino Gondohutomo
mempunyai anak banyak tidak menjadi Provinsi Jawa Tengah lebih banyak
masalah, tidak demikian hanya yang berjenis kelamin laki-laki
sekarang banyak anak dianggap dibandingkan wanita, hal ini disebabkan
merepotkan. karena responden laki-laki lebih besar
jumlahnya. Selain karena pengambilan
Hasil penelitian ini sesuai dengan data paling banyak diruangan yang
penelitian yang dilakukan Laela dewi berjenis kelamin laki-laki. Juga hasil
(2015) tentang pengaruh mendengarkan penelitian menyatakan sebagian besar
al-qur’an terhadap kemampuan laki-laki karena laki-laki lebih rentang
mengontrol marah, responden terbanyak mengalami gangguan jiwa, karena
pada penelitian tersebut adalah usia keadaan dan sebagai kepala keluarga
dewasa 27-34 tahun yaitu sebanyak 35 beban kehidupan yang ditanggung lebih
orang (46%). besar dibandingkan wanita.

2. Jenis kelamin 3. Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Pendidikan pasien resiko perilaku
jenis kelamin responden resiko perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino
kekerasan terbanyak adalah laki-laki Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
dengan jumlah sebanyak 33 (62,3%) paling banyak pendidikannya adalah SD
pada laki-laki dan 20 (37,7%) pada sebanyak 28 (52,8%)
perempuan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk
Berdasarkan Hungu (2007, ¶1) jenis mengembangkan kepribadian dan
kelamin adalah perbedaan antara kemampuan di dalam dan di luar
perempuan dan laki-laki secara biologis sekolah dan berlangsung seumur hidup.
sejak seseorang lahir. Wanita biasanya Pendidikan mempengaruhi proses
memiliki daya tahan tubuh yang lebih belajar, makin tinggi pendidikan
baik dibandingkan dengan laki-laki seseorang makin mudah orang tersebut
dalam menghadapi stressor. untuk menerima informasi. Pendidikan
Fenomena yang terjadi sekarang adalah tinggi maka seseorang akan cenderung
dimana laki-laki cenderung memendam mendapatkan informasi, baik dari orang
masalah-masalah dibandingkan dengan lain maupun dari media massa. Semakin
perempuan. banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat
erat kaitannya dengan pendidikan diberikan terapi mendengarkan asmaul
diharapkan seseorang dengan husna ada tiga kategori kecemasan yaitu
pendidikan yang lebih tinggi, maka kecemasan normal sebanyak 19
orang tersebut akan makin luas pula (35,8%), kecemasan ringan sebanyak 32
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). (60,4%) dan kecemasan sedang
sebanyak 2 (3,8%).
Pendidikan responden resiko perilaku
kekerasan di RSJD Dr. Amino Dari hasil analisa menggunakan uji
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah wilcoxon menunjukkan nilai p value
tingkat pendidikan terbanyak adalah SD (0,000) < α (0,05). Hal ini menunjukkan
dimana pendidikan SD termasuk bahwa ada pengaruh mendengarkan
pendidikan yang rendah, dan biasanya asmaul husna terhadap tingkat
merasa kurang percaya diri, kecemasan pada pasien resiko perilaku
pengetahuan mereka sangat kurang, kekerasan.
sehingga pasien memiliki kesulitan Menurut yosep (2009) Resiko perilaku
untuk menerima informasi. Hal tersebut kekerasan adalah perilaku agresif di
juga dipengaruhi oleh faktor status sertai marah dan salah satu dorongan
sosial ekonomi yang rendah dan untuk melakukan tindakan dalam
kebutuhan hidup sehari-hari yang bentuk destruktif dan masih terkontrol.
meningkat. Dengan pendidikan yang
rendah dan masalah yang banyak, Penelitian yang dilakukan oleh Laela
menyebabkan pola koping yang dewi (2015) yang berjudul terapi
dialami tidak baik dalam menyelesaikan mendengarkan al-qur’an terhadap
masalah akhirnya terjadi stress yang kemampuan mengontrol marah pasien
tinggi. resiko perilaku kekerasan didapatkan
ada pengaruh mendengarkan al-qur’an
4. Analisis bivariate terhadap kemampuan mengontrol
Sebagian besar jumlah responden marah.
berjenis kelamin laki-laki yaitu 33
(62,3%) dan 20 (37,7%) pada SIMPULAN
perempuan, karena laki-laki mudah Berdasarkan hasil penelitian dan
marah dan tidak bisa mengontrol pembahasan maka dapat disimpulkan:
emosinya. Pada penelitian ini 1. Karakteristik pasien resiko perilaku
didapatkan hasil jumlah responden yang kekeraan di RSJD Amino
diberikan terapi ada 53, skor kecemasan Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah,
dengan kategori kecemasan normal laki-laki sebanyak 33 (62,3%), usia
dengan skor 20-31, kecemasan ringan terbanyak 26-35 tahun yaitu 32
dengan skor 32-43,dan kecemasan (60,4%), berpendidikan SD sebanyak
normal dengan skor 44-55. Sebelum 28 (52,8%),
diberikan terapi mendengarkan asmaul
husna terdapat kategori kecemasan 2. Skor kecemasan sebelum diberikan
ringan yaitu sebanyak 25 responden terapi mendengarkan asmaul husna
(47,2%) dan kecemasan sedang yaitu yaitu kategori kecemasan ringan
sebanyak 28 responden (52,8%), setelah sebanyak 25 responden (47,2%) dan
kecemasan sedang yaitu sebanyak 28 acuan pelaksanaan lain di
responden (52,8%), area yang
3. Skor kecemasan setelah diberikan terapi
mendengarkan asmaul husna ada tiga
kategori kecemasan yaitu kecemasan
normal sebanyak 19 (35,8%),
kecemasan ringan sebanyak 32 (60,4%)
dan kecemasan sedang sebanyak 2
(3,8%).
4. Ada pengaruh kemampuan berinteraksi
sebelum dan sesudah dilakukan terapi
mendengarkan asmaul p value (0,000) <
α (0,05).

SARAN

Berdasarkan simpulan hasil penelitian ada


beberapa hal yang dapat disarankan, antara
lain:

1. Bagi RSJD Dr. Amino Gondohutomo


Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan


sebagai masukan, bahwa pemberian
terapi mendengarkan asmaul husna
yang dilakukan secara intensif dan
efektif dapat meningkatkan kemampuan
klien resiko perilaku kekerasan dalam
menurunkan tingkat kecemasan di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah.

2. Bagi keperawatan

Tindakan keperawatan bagi pasien


gangguan jiwa khususnya resiko
perilaku kekerasan dapat diintervensi
menggunakan terapi mendengarkan
asmaul husna untuk menurunkan
kecemasanya.

3. Pada penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi


sama dengan menggunakan metode penelitian
yang berbeda, dengan menggunakan terapi
mendengarkan asmaul husna pada kasus yang
berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaul-husna.com, Asmaul husna,


http://www.asmaul-
husna.com/2015/06/asmaul-husna- dan-
artinya.html, diperoleh pada 12 januari 2016

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan


Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Dalami, Ermawati dkk. (2009). Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta:Trans Info Media.

Deherba.com , gangguan mental


skizofrenia
https://www.deherba.com/gangguan
-mental-skizofrenia-beberapa- gejala-
yang-ditimbulkannya.html, diperoleh
pada 8 desember 2015

Hamid S. (2008). Bunga Rampai: Asuhan


Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Hawari D, 2013. Manajemen Stres Cemas dan


Depresi. Cetakan Keempat, Ed.Kedua,
Jakarta: FKUI.

Hungu. (2007). Jenis kelamin.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/23622/3/Chapter%2011
.pdf diperoleh tanggal 10 Mei 2015

Ann Isaacs, 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa


Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Munir,(2015) Inilah Penyebab Penderita Sakit Jiwa Berakhir di Jalanan setelah Direhabilitasi.
http://regional.kompas.com/read/20
15/05/20/01432171/Inilah.Penyeba b.Penderita.Sakit.Jiwa.Berakhir.di.J alanan.setelah.Direhabilitasi
diperoleh pada 12 desember 2015

Notoatmodjo,s. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta . 2010. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta . 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika.

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha Medika

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Medan: USU Press

Psikologi.or.id , Pengertian (definisi) gangguan jiwahttp://psikologi.or.id/psikologi- umum-


pengantar/pengertian- definisi-gangguan-jiwa.htm, diakses 21 januari 2012, diperoleh pada 10 desember
2015

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013 [internet]. 2013 [cited 2014 Feb 28].Available from:
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas 2013/Hasil%20Riskesdas%202013. pdf, diperoleh 20 februari
2016

Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba
Medika. Jakarta.

Solopos.com . Memartabatkan Orang dengan Gangguan Jiwa

http://www.solopos.com/2015/10/11/ga gasan-memartabatkan-orang-
dengan-gangguan-jiwa-650652 , diperoleh pada 16 Januari 2015

Stuart, G.W. (2006). Keperawatan Jiwa. (Edisi 5.). Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa : alih bahasa, Renata Komalasari
Alfrina Hany, Editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni.--- Jakarta : EGCYosep,
2014. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Yosep Iyus. 2014. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72–

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN


PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract: Psikoreligius Therapy, Violent Behavior in Patients with Schizophrenia, Decline in Violent
Behavior. Schizophrenia is a clinical syndrome or disease processes that affect, perception, emotion,
behavior, and social functioning. The main problem that often occurs in patients with schizophrenia
are violent behavior. Violent behavior is a condition where a person perform actions that can
physically harm either to yourself, others, and the environment. In the management of violent behavior
are three strategies, namely: strategy deep breath, hit the pillow, chatting with others, Spiritual and
psikoreligius obat.Sedangkan utilization is part of the spiritual strategy. The purpose of this study was
to determine the effect Psikoreligius to decrease violent behavior in patients with schizophrenia.
Research Methods. The research is a Quasi-experimental, research design using One Group Pre and
Post Test Design. Sampling using non-probability sampling technique with purposive sampling.
Analysis of the data used is paired t test.

Keywords: psikoreligius therapy, violent behavior in patients with schizophrenia, decline in violent
behavior

Abstrak: Terapi Psikoreligius, Perilaku Kekerasan pada Pasien Schizofrenia, Penurunan


Perilaku Kekerasan. Schizofrenia merupakan suatu syndrome klinis atau proses penyakit yang
mempengaruh, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial. Permasalahan utama yang sering terjadi pada
pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Dalam manajemen perilaku kekerasan terdapat 3 strategi yaitu: strategi nafas dalam, pukul
bantal, bercakap-cakap dengan orang lain, spiritual dan pemanfaatan obat. Sedangkan psikoreligius
merupakan bagian dari strategi spiri- tual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Psikoreligius terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Schizofrenia. Metode Penelitian. Jenis
penelitian ini adalah Quasi eksperimen, desain penelitian menggunakan One Group Pre and Post test
Design. Pengambilan sampel dengan meng- gunakan teknik non probability sampling dengan cara
purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji paired t test.

Kata Kunci: terapi psikoreligius, perilaku kekerasan pada pasien schizofrenia, penurunan perilaku kekerasan

Untuk mendapatkan kesehatan mental yang Nurjanah (2004). Selanjutnya kondisi ini dapat
prima, tidaklah mungkin terjadi begitu saja. Selain me- nyebabkan timbulnya gangguan jiwa dalam
menye- diakan lingkungan yang baik untuk tingkat ringan maupun berat yang memerlukan
pengembangan potensi, dari individu sendiri penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit
dituntut untuk melakukan berbagai usaha jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit
menggunakan berbagai kesempatan yang ada umum, salah satunya adalah penderita
untuk mengembangkan dirinya. schizophrenia (Nurjanah, 2004).
Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap Schizofrenia merupakan suatu sindrome
peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi
mental-emosional manusia Hidayati (2000) dalam kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi
sosial, tetapi

72
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan

schizofrenia mempengaruhi setiap individu secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
dengan cara yang berbeda. Derajat gangguan pada orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau
fase akut atau fase psikotik dan fase kronis atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap
fase jangka panjang sangat bervariasi diantara suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
individu (Videbeck, 2008). terkon- trol (Stuart dan Laraia, 2005), sedangkan
Menurut Isaac (2004), 1% populasi penduduk kema- rahan adalah perasaan jengkel yang muncul
dunia mengalami schizofrenia dalam hidupnya, 95% sebagai respon terhadap kecemasan yang
penderita schizofrenia mengidap penyakit ini dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).
seumur hidup, penderita schizofrenia menempati Penelitian psikiatrik membuktikan bahwa terda-
25% tem- pat tidur rawat inap rumah sakit. Kurang pat hubungan yang sangat signifikan antara
lebih 33%– 50% tunawisma di Amerika serikat komit- men agama dan kesehatan. Orang yang
menderita Schizofrenia. Lebih dari 50% penderita sangat reli- gius dan taat menjalankan ajaran
schizofrenia bermasalah dengan alkohol atau obat- agamanya relatif lebih sehat dan atau mampu
obatan yang mungkin berusaha mengatasi sendiri mengatasi penderitaan penyakitnya sehingga proses
gejala-gejala stressnya. Di seluruh Asia, penyembuhan penyakit lebih cepat (Zainul Z,
diperkirakan 2–10 dari setiap 1000 penduduk 2007). Saat ini perkembangan terapi di dunia
mengalami schizofrenia, dan 10% diantaranya kesehatan sudah berkembang ke arah pendekatan
perlu diobati dan dirawat intensif karena telah keagamaan (psikoreligius). Dari berba- gai
sampai pada taraf yang mengkhawatir- kan. penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat
Prevalensi penderita schizofrenia di keimanan seseorang erat hubungannya dengan ke-
Indonesia adalah 0,3–1%. Apabila penduduk kebalan dan daya tahan dalam menghadapi
Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan berbagai problem kehidupan yang merupakan
sekitar 2 juta jiwa menderita schizofrenia. stresor psiko- sosial.
Schizofrenia adalah gang- guan mental yang Pada tahun 1946, WHO mendefinisikan kese-
sangat luas dialami di Indonesia, dimana sekitar hatan sebagai keadaan lengkap dari kesejahteraan
99% Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah fisik, mental, sosial dan bukan semata-mata
penderita schizofrenia (Sosrosumihardjo, 2007). katiada- an penyakit atau kesakitan. Definisi
Permasalahan utama yang sering terjadi pada kesehatan ini merupakan pemicu dan pemacu
pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan. penelitian dan prak- tik di bidang psikoreligi
Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan kesehatan. Psikoreligi kese- hatan mulai
NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan berkembang pesat sejak saat itu, jika dikaitkan
pengkajian gejala psikotik atau tanda positif. dengan faktor-faktor psikologis yang mem-
Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku pengaruhi kesehatan seseorang yang bertujuan
kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri untuk memperoleh kesehatan dalam arti yang
pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal ini yang sesuai dengan pengertian WHO di atas (Hasan,
menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang
ke rumah sakit. dilakukan pada tanggal 4 Februari 2014, dengan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di melihat catatan medik Rumah Sakit Jiwa daerah
mana seseorang melakukan tindakan yang dapat Surakarta, jumlah pasien rawat inap adalah
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sebanyak 116 pasien, dari jumlah tersebut 90
sen- diri, orang lain, maupun lingkungan. Hal pasien (77,5%) dirawat dengan diagnosa
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan Schizofrenia. Dari 90 pasien schizofrenia yang
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif masuk rawat inap dengan riwayat perilaku
(Stuart dan Sundeen, 2006). kekerasan adalah sebanyak 98,8% atau 89 pasien
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu (sumber: Instalasi Rekam Medis RSJD Surakart,
akibat yang ekstrim dari rasa marah atau 2011). Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta belum
ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku mempunyai Standar Asuhan Keperawatan (SAP)
agresif dan peri- laku kekerasan itu sendiri sering tentang terai psikoreligius, tetapi terapi ini sudah
dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di dilaksanakan, hanya pelaksanaannya belum optimal.
suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi Dengan demikian dampak dari psikoreligi
yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu terhadap penurunan perilaku kekerasan belum
keadaan di mana seseorang melakukan tindakan terlihat secara nyata. Berdasarkan latar belakang
yang dapat membahayakan diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh penggunaan psikoreligius terhadap
penurunan perilaku kekerasan
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan

pada pasien Skizofrenia di UGD dan ruang rawat ada perbedaan respon perilaku setelah dilakukan
Intensif di RSJD Surakarta. intervensi antara kelompok perlakuan dengan ke-
lompok kontrol berarti pemberian psikoreligi berpe-
METODE PENELITIAN ngaruh terhadap penurunan respon perilaku.
Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimen Seperti yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini:
dengan design penelitian menggunakan Pre and
Post test Control Group Design. Pengambilan Tabel 2. Perbandingan Rerata Nilai Respon Perilaku
pada Pretest dan Posttest dalam Kelompok
sampel dengan menggunakan teknik non probabi
Perlakuan dan Kelompok Kontrol pada
lity sampling dengan cara purposive sampling Pasien Skizofrennia di RSJD Surakarta
untuk mencari pengaruh pemberian psikoreligi
Kelo mpok
terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Variabel Nilai p
Perlakuan Kontrol
skizofrenia di RSJD Surakarta. Analisa dengan uji Pretest 3,95 3 ,9 0,901
t test untuk membedakan nilai pretest - postest Posttest 0,15 2,55 0,000
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Sedangkan penurunan respon perilaku antara
HASIL PENELITIAN pretest dan postest pada kelompok perlakuan dan
R esponden penelitian ini adalah pasien kelompok kontrol menunjukan adanya penurunan
Skizofrennia yang dirawat di RSJD Surakarta yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan.
tahun 2014. Jumlah responden dalam penelitian Seperti yang terlihat pada tabel 3 berikut ini:
ini sebanyak 40 responden, dengan pembagian 20 Tabel 3. Perbandingan Penurunan Respon Perilaku
res- ponden menjadi kelompok perlakuan, dimana Pretest dan Postest Kelompok Perlakuan
pada responden diberikan terapi psikoreligi, dan Kelompok Kontrol pada Pasien
sedangkan 20 responden menjadi kelompok kontrol Skizofrennia
yang tidak diberikan terapi psikoreligi. di RSJD Surakarta
Kondisi awal rerata respon perilaku adalah Rerata Nilai Respon Perilaku
Kelompo k Nilai p
3,95. Rerata nilai respon verbal adalah 3,35. P retest Postest
Rerata nilai respon emosi adalah 4,15 dan rerata Perlakuan 3,95 0,15 0,000
nilai respon fisik adalah 2,42. Kontrol 3,90 2,55 0,01
Dari hasil analisis statistik untuk pretest,
dapat diketahui bahwa respon perilaku, respon Hasil uji t test nilai rerata respon verbal
verbal, respon emosi, dan respon fisik antara antara pretest dan post test dalam kelompok
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Keadan ini
bermakna ( p > 0,05 ), sehingga dapat dikatakan menunjukan bahwa ada perbedaan respon verbal
bahwa antara kedua kelompok homogen . Seperti setelah dilakukan inter- vensi antara kelompok
dalam tabel berikut ini 1: perlakuan dengan kelompok kontrol. Seperti yang
disajikan dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 1.Rerata Nilai Respon Responden menurut
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Tabel 4. Perbandingan Rerata Nilai Respon Perilaku
Kontrol pada Pasien Skizofrennia di RSJD pada Pretest dan Posttest dalam Kelompok
Surakarta Perlakuan dan Kelompok Control pada
Variabel Rerata Kelompok Nilai
Pasien Skizofrennia di RSJD Surakarta
Nilai p Variabel Kelompok Nilai
Perlakuan Kontro l
Perlakuan Kontrol p
Respon perilaku 3,925 3,95 3,9 0,901 Pretest 3,4 3,3 0,714
Respon verbal 3,35 3,4 3,3 0,714 Post test 0,9 2,25 0,001
Respon eEmosi 4,15 4,3 4 0,138
Sedangkan penurunan respon perilaku antara
Respon fisik 2,425 2,45 2,4 0,711 pretest dan postest pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol menunjukan adanya penurunan
Hasil uji t test nilai rerata respon perilaku yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan.
antara pretest dan post test dalam kelompok Seperti yang terlihat pada tabel 5 berikut ini:
perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan
ada yang ber- makna (p < 0,05). Keadan ini
menunjukan bahwa
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan

Tabel 5. Perbandingan Penurunan Respon Verbal Pre- Tabel 8. Perbandingan Rerata Nilai Respon Fisik
test dan Posttest Kelompok Perlakuan dan pada Pretest dan Posttest dalam Kelompok
Kelompok Kontrol pada Pasien Perlakuan dan Kelompok Kontrol pada Pasien
Skizofrennia di RSJD Surakarta Skizofrennia di RSJD Surakarta
Rerata Nilai Respon Perila ku Nilai Kelompo k
Kelompok Variabel Nilai p
Pretest Postest p Perlakuan Kontrol
Perlakuan 3,4 0,9 0,000 Pretest 2,45 2,4 0,7 11
Kontrol 3,3 2,25 0,037 Posttest 0,15 1,2 0,0 00

Hasil uji t test nilai rerata respon emosi antara


pretest dan post test dalam kelompok perlakuan Sedangkan penurunan respon emosi antara
dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan pretest dan postest pada kelompok perlakuan dan
yang bermakna (p<0,05). Keadan ini menunjukan kelompok kontrol menunjukan adanya penurunan
bahwa ada perbedaan respon emosi setelah yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan.
dilakukan inter- vensi antara kelompok perlakuan Seperti yang terlihat pada tabel 9 berikut ini:
dengan kelompok kontrol. Seperti yang disajikan
Tabel 9. Perbandingan Penurunan Respon Fisik
dalam tabel 6 berikut ini: Pretest dan Posttest Kelompok Perlak uan
dan Kelompok Kontrol pada Pasien
Tabel 6. Perbandingan Rerata Nilai Respon Emosi pada
Skizofrennia di RSJD Surakarta
Pretest dan Postest dalam Kelompok Perlakuan
Rerata Nilai Respon
dan Kelompok Kontrol pada PasienSkizofrennia Nilai
Kelompok Perilaku p
di RSJD Surakarta Pretest Postest
V Kelomp ok Nilai Perlakuan 3 ,4 0,9 0,000
ariabel
Perlakuan Kontrol p Kontrol 3 ,3 2,25 0,003
Pretest 4,3 4 0,138
Posttest 0,9 3,15 0,000 PEMBAHASAN
Sedangkan penurunan respon emosi antara Schizofrenia merupakan suatu sindrome
pretest dan postest pada kelompok perlakuan dan klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi
kelompok kontrol menunjukan adanya penurunan kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi
yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan. sosial, tetapi schizofrenia mempengaruhi setiap
Seperti yang terlihat pada tabel 7 berikut ini: individu dengan cara yang berbeda. Derajat
gangguan pada fase akut atau fase psikotik dan
Tabel 7. Perbandingan Penurunan Respon Emosi Pre- fase kronis atau fase jangka panjang sangat
test dan Posttest Kelompok Perlakuan dan bervariasi diantara individu (Videbeck, 2008).
Kelompok Kontrol pada Pasien Skizofrennia Masalah keperawatan yang sering muncul pada
di RSJD Surakarta penderita schizofrenia adalah perilaku kekerasan.
Rerata Nilai Respon Menurut Stuart dan Laraia (2005) ada
3 strategi dalam manajemen perilaku kekerasan,
Kelompok Perilaku Nilai p
yaitu strategi pencegahan, antisipasi, dan penge-
Pretest Postest kangan. Terapi Psikoreligi merupakan bagian dari
Perlakuan 3,4 0,9 0,000 latihan assertive, sehingga terapi Psikoreligi
Kontrol 3,3 2,25 0,057
masuk dalam strategi pencegahan. (Marlindawani,
2009).
Hasil uji t test nilai rerata respon fiik antara Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan kita diwajibkan
pretest dan post test dalam kelompok perlakuan untuk berbakti kepadaNya, tapi terkadang kita
dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan tidak menjalankan secara maksimal atau khusuk
yang bermakna (p<0,05). Keadan ini menunjukan karena lemahnya keimanan, keterbatasan waktu
bahwa ada perbedaan respon fisik setelah dan situasi yang tidak mendukung. Dengan terapi
dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan Psikoreligi jika dilaksanakan secara lebih maksimal
dengan kelompok kontrol. Seperti yang disajikan atau khusuk akan menjadi tindakan yang efektif
dalamtable 8 berikut ini: menurunkan perilaku kekerasan pada pasien
skhizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan

Penelitian tentang pengaruh psikoreligi untuk tujuan mengubah keimanan seseorang


terhadap penurunan perilaku kekerasan di RSJD terha- dap agama yang sudah diyakininya,
Surakarta 2014. Hasil penelitian dan melainkan untuk membangkitkan kekuatan
interprestasinya adalah sebagai berikut: spiritual dalam mengha- dapi penyakit merupakan
terapi psikoreligius (Yosep, 2009). Dengan terapi
Pengaruh Psikoreligi terhadap Penurunan psikoreligi akan melakukan kontrol terhadap
Perilaku Kekerasan emosi yang mempengaruhi proses fikir serta
Respon perilaku kekerasan yang dilakukan ketegangan otot (Stuart& Laraia, 2005) Hal ini
observasi meliputi respon perilaku, respon fisik, dibuktikan oleh hasil penelitian, bahwa setelah
respon emosi dan respon verbal. Menurut tabel 4. diberi terapi psikoreligi ada perubahan signifikan
9 bahwa terapi psikoreligi berpengaruh dibandingkan pasien yang tidak diberi terapi
menurunkan perilaku kekerasan pada pasien psiko- religi, hal ini bisa dilihat pada table 3, 5, 7
Skizofrenia di RSJD Surakarta. Penurunan ini dan 9 di atas. Dengan demikian terapi Psikoreligi
meliputi penurunan pada respon fisik. Didalam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
ajaran agama manapun bahwa sesorang yang akan penurunan perila- ku kekerasan pada pasien
melakukan Doa, Dzikir dan mengikuti ceramah Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta
agama disunahkan untuk men- sucikan diri, khusus (Videbecck, 2008).
dalam ajaran islam (berwudhlu). Menurut H.R
Buchori Muslim bahwa air wudhlu dapat KESIMPULAN DAN SARAN
merangsang syaraf yang ada pada tubuh kita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi
Dengan demikian aliran darah yang ada pada Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan
tubuh kita menjadi lancar, sehingga tubuh kita akan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di
menjadi rilek dan akan menurunkan ketegangan. RSJD Surakarta, Ada perbedaan penurunan
Dimana kalau kondisi tegang tidak segera perilaku keke- rasan pada respon perilaku pada
dinetralisir akan berdampak kemarahan. pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang
Kemarahan merupakan salah satu tanda dari tidak diberi terapi psiko- religius, Ada perbedaan
perilaku kekerasan. Hal ini juga didukung oleh penurunan perilaku keke- rasan pada respon
pendapat Ilham 2008, bahwa terapi psikoreligi verbal pada pasien yang diberi terapi psikoreligi
yang meliputi doa-doa, dzikir, cera- mah dan yang tidak diberi terapi psiko- religius, Ada
keagamaan, dan lain-lain dapat meningkatkan perbedaan penurunan perilaku keke- rasan pada
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi respon emosi pada pasien yang diberi terapi
berba- gai problem kehidupan yang merupakan psikoreligius dan yang tidak diberi terapi
stressor psikososial guna peningkatan integrasi psikoreligius, Ada perbedaan penurunan perilaku
kesehatan jiwa. Dari sudut ilmu kedokteran jiwa kekerasan pada respon fisik pada pasien yang
atau kepera- watan jiwa atau kesehatan jiwa, diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi
doa dan dzikir (psikoreligius terapi) merupakan terapi psiko- religius. Saran hasil penelitian adalah
terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi daripada hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
psikoterapi biasa (Ilham, 2008) masukan bidang perawatan agar lebih efektif
Dengan demikian orang yang mengikuti membimbing/melaku- kan terapi psikoreligius
terapi psikoreligi akan membatasi geraknya karena dalam merawat pasien schizofrenia dengan
dia ber- fokus pada kegiatanya sehingga dapat perilaku kekerasan.
mengurangi agresif fisik klien (Videbecck, 2008).
Respon fisik akan mempengaruhi respon emosi
(Boyd & Nihart, 1998). Respon fisik merupakan
respon yang meng- ikuti perubahan kognitif pada
klien perilaku keke- rasan (Boyd & Nihart, 1998).
Berdasarkan model adaptasi Stuart menjelaskan
bahwa penilaian sese- orang terhadap stressor
memberikan makna dan dampak dari suartu
situasi yang menekan dan ditun- jukkan dengan
respon kognitif, afektif, respon fisik, respon
perilaku dan social (Stuart & laraia, 2005).
Pendekatan keagamaan dalam praktek kedokteran
dan keperawatan dalam dunia kesehatan, bukan
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan

DAFTAR RUJUKAN
Isaac, A. 2006. Panduan Belajar: Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, E/3. Alih
bahasa: Dean Praty Rahayuningsih, Editor edisi
Bahasa indonesia : Sari Kurnianingsih, S.Kp,
Copy Edi- tor: Lia astika Sari. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dan Akemat. 1996. Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Marlindawani, J. 2009. Penggunaan Restrain pada
Pasien Amuk/Perilaku Kekerasan Ditinjau dari
Sudut Pandang Etik. http://www.library. upnvj.
ac.id/pdf/2s1keperawatan, diunduh tanggal 26
Juni 2012.
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Editor : T. Heath er
Herdman; alih bahasa: Made Sumarwati, Dwi widiarti,
Estu Tiar; editor Bahasa Indonesia: Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan,
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Alih bahasa: Achir Yani S. Hamid; editor dalam
Bahasa Indonesia: Yasmin Asih, edisi3. Jakarta: EGC.
Stuart and Laraia. 2005. Principles and practice of
Psichiatric Nursing. (5th Ed). Medical Univer-
sity of South Carolina.
Stuart and Sundeen. 2006. Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Alih bahasa: Renata Komalasari, Afrina Hany;
editor edisi Bahasa indonesia, Pamilih Eko
Karyuni. Jakarta: EGC
Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Daerah Istimewa Yogyakarta

Arif Munandar1, Kellyana Irawati2,Yonni Prianto3


1
Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Perawat Rumah Sakit Jiwa Grhasia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta No.
Korespondensi:085253708078 e-mail: arifm96553@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1.451

ABSTRAK

Latar belakang: Terapi psikoreligius dzikir menggunakan jari tangan kanan adalah suatu
pengobatan secara kerohanian atau kebatinan agar kondisi kejiwaan klien serta akalnya berada
dalam kondisi yang proporsional dengan cara dzikir agar senantiasa merasa dekat dengan-Nya,
metode dzikirnya menggunakan jari tangan kanan
Tujuan: Terapi psikoreligius dzikir ini bertujuan untuk membuat hati dan pikiran lebih tenang yang
tentunya akan membuat seseorang lebih fokus dalam melakukan aktivitas, emosi meluap-luap, rasa
dendam, dan merangsang gelombang otak melalui pemijatan tangan pada ruas jari – jari tangan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Populasi penelitian ini adalah
orang dengan gangguan jiwa yang dirawat inap di rumah sakit jiwa Grhasia DIY. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 5 orang.
Hasil: dari 5 orang dengan gangguan jiwa yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan
kognitif, dimana sebelum diberikan terapi diukur kemampuan kognitif dengan instrumen ScoRS,
didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif dan 1 pasien dengan gangguan kognitif ringan
Kesimpulan: Terapi psikoreligius dzikir menggunakan jari tangan kanan sangat efektif dalam
meningkatkan kemampuan kognitif pasien dengan skizofrenia dengan masalah keperawatan resiko
perilaku kekerasan, halusinasi dan isolasi sosial.

Kata kunci : Psikoreligius Dzikir, Jari Tangan Kanan, dan Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Psychoreligious Therapy of Dhikr Using Right Hand Fingers In People With Mental Disorders
In Grhasia Mental Hospital Daerah Istimewa Yogyakarta

Abstra
ct

Background: Psychological therapy of dhikr using the right hand finger is a spiritual or kebatinan
treatment so that the mental condition of the client and his mind are in a proportional condition by
always dzikir to Allah SWT to always feel close to Him, as for the dhikr method using the right
hand finger.
Purpose: This psychiatric dhikr therapy aims to make the heart and mind calmer which will
certainly make a person more focused in doing activities, overflowing emotions, revenge, and
stimulate brain waves through hand massage on the fingers.
Method: This study was conducted using a qualitative research design with a case study method.
The population in qualitative research is termed a social situation in this study were people with
mental disorders who were hospitalized in Grhasia DIY mental hospitals. The sample in this of 5
people.
Results: Of the 5 people with mental disorders who were treated for therapy all found no cognitive
impairment, where before cognitive therapy was measured with ScoRS, 4 patients had no cognitive
impairment and 1 patient with mild cognitive impairment
Conclusion: Psychiatric dzikir therapy using the right-hand finger is very effective in improving
the cognitive abilities of patients with schizophrenia with nursing problems at risk of violent
behavior, hallucinations and social isolation.
Pendahuluan

Perkembangan diera globalisasi dan

pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial

dan budaya pada masyarakat. Disisi lain, tidak

semua orang mempunyai kemampuan yang

sama untuk menyesuaikan dengan berbagai

perubahan, serta mengelola konflik dan stres

tersebut (Dermawan, 2017). Penderita

gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan

semakin meningkat seiring dengan dinamisnya

kehidupan masyarakat. Hampir 400 juta

penduduk dunia menderita masalah gangguan

jiwa. Satu dari empat anggota keluarga

mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak

terdiagnosis secara tepat sehingga tidak

memperoleh perawatan dan pengobatan

dengan tepat. Di rumah sakit jiwa Indonesia

sekitar 70% mengalami resiko perilaku

kekerasan (Muhtador, 2014). Terapi

psikoreligius Dzikir menurut bahasa berasal

dari kata ”dzakar” yang berarti ingat. Dzikir

juga di artikan “menjaga dalam ingatan”. Jika

berdzikir kepada Allah artinya menjaga

ingatan agar selalu ingat kepada Alla ta‟ala.


Dzikir menurut syara‟ adalah ingat kepada Allah

dengan etika tertentu yang sudah ditentukan

AlQur‟an dan hadits dengan tujuan mensucikan

hati dan mengagungkan Allah. Menurut Ibn Abbas

ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar

manusia tetap terbiasa dzikir (ingat) kepadaNya

ketika berada diluar shalat. Tujuan dari dzikir

adalah mengagungkan Allah, mensucikan hati dan

jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba yang

bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh, dapat

mengobati penyakit dengan metode Ruqyah,

mencegah manusia dari bahaya nafsu (Arham,

2015). Teori keperawatan jean watson tentang

“philosophy and science of caring”, memahami

bahwa manusia memiliki 4 cabang kebutuhan

manusia, yang meliputi kebutuhan makanan dan

cairan, kebutuhan eliminasi dan vertilasi,

kebutuhan psikofisikial, kebutuhan seksual,

kebutuhan psikososial sehingga dalam upaya

mencapai kesehatan manusia seharusnya dalam

keadaan sejahtera, baik fisik, mental, dan

spiritual karena sejahtera merupakan

keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa

(Alligood, 2014).
Qs AL-Ahzab ayat 41

. Hadist Riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi

Abdullah bin Amr berkata “ saya melihat

Rasulullah SAW berdzikir dengan melipatkan

jari-jari menggunakan tangan kanannya”.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang

bertujuan untuk memahami objek yang

ditelitinya serta untuk menjelaskan bagaimana

keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat

terjadi, dimana peneliti ingin menjelaskan atau

mengungkap makna konsep atau fenomena

pengalaman yang didasari oleh kesadaran

yang terjadi pada beberapa individu.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14

Januari sampai 19 Januari 2019. Penelitian ini

dilakukan di Wisma Arjuna RSJ Grhasia DIY

pada tanggal

14 Januari 30 Maret – 19 Januari 2019.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif

kualitatif dengan pendekatan proses

keperawatan (nursing proses). Populasi

penelitian adalah pasien dengan halusinasi

pendengaran, dengan kriteria inklusi pasien


dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan,

halusinasi dan isolasi sosial dengan jumlah

sampel sebanyak 5 orangg. Pengambilan

sampel dengan Purposive Sampling.

Instrumen penelitian menggunakan Pedoman

Wawancara, Buku dan alat tulis. Teknik

Analisa menggunakan transkrip wawancara.

Peneliti memberikan tindakan Dzikir ketika

pasien ketika pasien selesai melaksanakan

sholat wajib. Prosedur pelaksanaan terapi

psikoreligius dzikir, yaitu Pastikan peserta

dalam keadaan berwudhu, Peserta duduk

bersila dengan nyaman, tenang, khusyu,

berpakaian bersih dan rapi, Posisi duduk

menghadap ke arah kiblat, Sebelum mulai,

terapis memimpin doa dan kegiatan ini akan

berlangsung selama 60 menit, Terapis akan

memperagakan tata cara berdzikir

menggunakan jari tangan kanan dengan baik

dan benar, Awali dzikir dengan istigfar

(Astaqfirullahal’adzim) sebanyak 3 kali,

dilanjutkan dengan tasbih (Subhannallah) 33

kali, tahmid (Alhamdulillah) 33 kali, dan

takbir (Allahu akbar) 33 kali dan ditutup

dengan kalimat tahlil (laillahaillahlah


muhammaddarasulullah) sebanyak 1 kali,
Diskusi
Menggunakan tangan kanan , Ibu jari (jempol)
Gambaran kemampuan kognitif orang
digunakan sebagai penunjuk ruas jari dan 1
dengan gangguan jiwa di jelaskan dalam
jari dihitung 7 kecuali ibu jari dihitung 5,
bentuk tema-tema yang diperoleh dari hasil
Jangan hitung ruas jarinya, tetapi hitunglah
analisis karakteristik partisipan dan hasil
ujung ruas jari kiri dan kanan + ujung jari dan
wawancara terhadap partisipan. Tema 1 yaitu
Terapis mengevaluasi dan menutup kegiatan
Perubahan emosi, Perubahan emosi dalam
dengan doa.
penelitian ini ditunjukkan oleh adanya gejala

depresi, kecemasan, kemarahan, dan harga diri

Hasil rendah. Bentuk perubahan emosi lain yang

Dari 5 orang dengan gangguan jiwa terjadi pada masyarakat korban adalah

yang dilakukan terapi semuanya tidak timbulnya perasaan rendah diri, Tema 2 adalah

ditemukan gangguan kognitif, dimana perubahan kognitif, temuan penelitian ini

sebelum diberikan terapi diukur kemampuan menyatakan adanya perubahan kognitif yang

kognitif dengan instrumen ScoRS terjadi yaitu penurunan daya pikir. Adanya

(Schizophrenia cognition rating scale), perubahan kognitif pada pasien seperti tidak

didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan mampu berpikir jernih, menjadi ragu-ragu

kognitif dan 1 pasien dengan gangguan karena tidak ada kepastian, dan pikiran mereka

kognitif ringan. terpecahpecah dengan persoalan-persoalan

Tabel 1 kemampuan kognitif orang dengan lain yang mereka hadapi ini sesuai dengan
gangguan jiwa di RSJ Grhasia DIY sebelum dan
sesudah diberikan terapi psikoreligius dzikir
temuan Norris, Muhtador (2014) bahwa salah
menggunakan jari tangan kanan

Karekter P1 P2 P3 P4 P5 satu dampak dari masalah keperawatan seperti


istik
Umur 34 34 32 30 40
Jenis Laki - Laki - Laki - Laki - Laki -
resiko perilaku kekerasan, halusinasi dan
kelamin laki laki laki laki laki
Pendidik SMA S1 S1 SMA SMA
an
isolasi sosial adalah terjadinya perubahan
Agama Islam Islam Islam Islam Islam
Pekerjaa Wiras Wiras Wiras Tidak Tidak
n wasta wasta wasta bekerja bekerja
kognitif dengan ciri pikiran kacau, salah
Sebelum Norm Normal Normal Normal Ringan
al
Sesudah Norm Normal Normal Normal Normal
al
persepsi, menurunnya kemampuan untuk
hubungan sosial kemasyarakatan. Hasil
mengambil keputusan, menurunnya daya
penelitian menunjukkan solidaritas
konsentrasi dan daya ingat, mengingat hal-hal
masyarakat korban melemah dan kepedulian
yang tidak menyenangkan, dan menyalahkan
sosial menurun. Menurut Arham (2015),
diri sendiri. Tema 3 mengenai mekanisme
dampak disintegrasi sosial, tercerai-berainya
koping temuan dalam penelitian ini,
masyarakat, dan tidak bisa dikuantifikasi.
mekanisme koping yang digunakan dapat

dikategorikan mekanisme adapatif dan


Kesimpulan
maladaptif atau tidak efektif. Mekanisme
Terapi psikoreligius dzikir
koping yang adapatif di antaranya berdo’a
menggunakan jari tangan kanan sangat efektif
(pendekatan spiritual), memendam perasaan
dalam meningkatkan kemampuan kognitif
(represi) dan mengalihkan perhatian agar
pasien dengan skizofrenia dengan masalah
dapat melupakan masalah yang terjadi, atau
keperawatan resiko perilaku kekerasan,
dengan meminta bantuan saudara. Sementara
halusinasi dan isolasi sosial. Penerapan terapi
yang tidak efektif seperti menghujat,
ini perlu dijadikan program rutin rumah sakit
mengancam melakukan demonstrasi terus,
jiwa sebagai terapi aktivitas sosial maupun
membuntu atau memblokir jalan, dan
kegiatan harian pasien di ruang perawatan,
melampiaskan emosi kepada anakistrinya
khusus pada ruangan pasien yang dalam tahap
meskipun cara maladaptif ini hanya bersifat
maitenance.
sementara. Tema 4 adalah perubahan fungsi

keluarga, Temuan dalam penelitian ini,

masyarakat korban mengalami perubahan

fungsi keluarga, yaitu perubahan pada fungsi

sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial

terkait dengan hubungan kekeluargaan yang

merenggang. Tema 5 adalah Perubahan


Daftar pustaka

Alligood, M.R. 2014. Nursing Theorists and Their Work, 8th ed. Missouri: Mosby Elsevier.

Arham, MU. 2015. Terapi spiritual melalui dzikir pada santri gangguan jiwa di PP Al Qadir
Cangkringan Yogyakarta. Yogyakarta: FKD UIN Sunan Kalijaga.

Dermawan, D. 2017. Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Volume 15 no. 1. ejournal@stikespku.ac.id

Hadist riwayat Abu Dawud, II/8, At Tirmidzi V/521, dan Shahihul Jami, IV/271, No.
4865.Hidayatulloh, dkk. 2013. Al quran dan Tajwid kode transliterasi. Bekasi : Cipta bagus
segara

Hussein, JW. 2016. The social psychological and phenomenological construct of spirituality in the
culture of dhikr in Eastern Ethiopia. https://doi.org/10.117711354067-
16672415, 0(0) 1-23. SAGE.

Keefe, et al. 2015. Reliability, validity and treatment sensitivity of the Schizophrenia Cognition Rating
Scale. http://dx.doi.org/10.1016/j.
176–184 Elsevier.

Muhtador. 2014. Pemaknaan Ayat Al-Quran Dalam Mujahadah: Studi Living Al Quran Di PP Al-
Munawwir Krapyuak Komplek Al Kandiyas” Jurnal Penelitian. Vol.8 No. 1
Bukti ScreenShoot:

Tanggal 7 April 2020 Tanggal 8 April 2020 Tanggal 9 April 2020

Tanggal 9 April 2020 Tanggal 12 April 2020 Tanggal 13 April 2020


Tanggal 16 April 2020 Tanggal 23 April 2020 Tanggal 26 April 2020

Tanggal 4 Mei 2020 Tanggal 6 Mei 2020 Tanggal 8 Mei 2020


Bukti ScreenShoot
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Rahmat Aulia


NIM : PO 71 20 1 17 060
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Jurusan : Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang
Judul Karya Tulis Ilmiah : Mengontrol Emosi Dengan Terapi Murottal Pada Klien
Skzofrenia Dengan Masalah Perilaku Kekerasan

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Ira Kusumawaty, S.Kep, M.Kep MPH:


Pembimbing II : Sri Martini, S.Pd., S.Kp.,M.Kes:

Penguji I : Dr. Muliyadi, S.Kep, M.Kep


Penguji II : Rehana, S.Pd, S.Kep, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai