RAHMAT AULIA
(NIM : PO.71.20.1.16.060)
i
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN MENGONTROL EMOSI
DENGAN TERAPI MUROTTAL PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH
PERILAKU KEKERASAN
TAHUN 2020
Diajukan Kepada poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
RAHMAT AULIA
(NIM : PO.71.20.1.16.060)
ii
iii
iv
v
BIODATA PENULIS
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
SD Negeri 1 Cempaka
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Mengucap Puji Dan Syukur Kepada Allah SWT,Karya Tulis Ilmiah Ini Saya
Persembahkan Untuk :
1. Tuhan yang maha esa allah SWT yang telah memberikan hidayah dan ridhonya dan
memberikan kekuatan ,melimpahkan karunia serta kemudahan sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat saya persembahkan
2. Kedua orang tua ,ayah saya Amrah Sahedi dan ibu saya Nursyamsu yang senantiasa
mendoakan dan memberikan semangat pada setiap langkahku yang di usahakan dan di
perjuangkan .terima kasih atas semua perjuangan dan cinta yang telah ayah dan ibu
berikan
3. Saudara dan saudariku (Dianita sukma A.Md.Kep., Andini Septika, Dina Adelia,
Achmad Redho, Amanda Fatma Nurgraha) yang saya cintai dan saya sayangi, terima
kasih telah memberikan semangat dan support kepada saya
4. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di poltekkes kemenkes palembang
Motto:
Hidup ini seperti sepeda agar tetap seimbang kau harus tetap bergerak (Albert Einstein)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikumWr. Wb.
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Implementasi Keperawatan Mengontrol Emosi Dengan Terapi Murottal
Pada Pasien Skizofrenia Dengan Perilaku Kekerasan”
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
dorongan, bimbingan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak serta saran baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, Oleh karena itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes sebagai Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Keperawatan
Palembang .
3. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes sebagai Ketua Prodi DIII Jurusan
Keperawatan Palembang.
4. Ibu HJ. Sherli Shobur SKM, MKM selaku pembimbing Akademi yang telah
membimbing di kampus Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang.
5. Ibu Dr. Ira Kusumawaty, S.Kp, M.Kep, MPH selaku pembimbing I yang telah sabar
dan telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini Rahmat Akan selalu ingat jasa Ibu.
6. Ibu Sri Martini, S.Pd., S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu serta memberikan saran sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat
terselesaikan.
7. Dr. Muliyadi S.Kp M.Kep selaku dosen penguji I karya tulis ilmiah.
8. Ibu Rehana S.Pd S.Kep M.Kes selaku dosen penguji II karya tulis ilmiah.
9. Semua Staf, dosen, karyawan dan karyawati Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang Jurusan DIII Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengertahuan
dan mendidik penulis selama pendidikan.
viii
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan
ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran
dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri penulis.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas. Aamiin
Penulis
ix
ABSTRAK
Aulia, R. 2020. Implementasi Keperawatan Mengontrol emosi dengan terapi Murottal pada
pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan. Program Diploma DIII
Keperawatan, Jurusan Keperwatan Poltekkes Kemenkes Palembang. Pembimbing
(I):Dr.Ira Kusumawaty.S.Kep,Mkes. MPH., Pembimbing (II) : Sri
Martini,S.Pd,S.Kp,M.Kes
Latar belakang: Skizofrenia adalah penyakit neurilogis yang mempengaruhi otak dimana hal
teresebut dapat mempengaruhi perubahan perilaku, persepsi diri, perubahan emosional, juga
mempengaruhi perilaku terhadap lingkungannya. Perilaku kekerasan adalah respon terhadap
stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
klien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga profesional
(keliat dan Kemat, 2009 dalam Muhith 2015).
Metode: Jenis penelitian ini adalah naratif dalam bentuk studi literatur menggunakan researt
library. Kriteria artikel/ hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5
artikel/ hasil penelitian yang dipublikasikan secara online antara tahun 2015-2019. Artikel atau
hasil penelitian tersebut tersedia secara full Teks untuk digunakan peneliti sebagai data untuk
dianalis.
Hasil: Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli mengenai cara mengontrol
emosi dengan terapi Murottal pada pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan, didapatkan
bahwa hasil dari penelitian tersebut cukup baik dilakukan pada penderita gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan untuk dapat mengontrol emosi.
Kesimpulan: Diharapkan cara mengontrol emosi dengan Terapi Murottal ini dapat
dikembangkan lagi dan menjadi pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.
Kata Kunci : Skizofrenia,Perilaku kekerasan, Murottal.
ABSTRACT
Aulia, R. 2020. Implementation of Nursing Controlling emotions with Murottal therapy in
schizophrenic patients with violent behavior. Diploma Program in Nursing DIII, Department of
Nursing, Health Ministry of Health, Palembang. Advisor (I): Dr.Ira Kusumawaty.S.Kep, Mkes.
MPH., Advisor (II): Sri Martini, S.Pd, S.Kp, M.Kes
Background: Schizophrenia is a neurilogical disease that affects the brain where it can affect
changes in behavior, self-perception, emotional changes, also affects behavior towards the
environment. Violent behavior is a response to stressors faced by someone, which causes harm
to oneself, others and the environment. Seeing the impact of the losses incurred, then the
handling of clients with violent behavior needs to be done quickly and appropriately by
professionals (Keliat and Kemat, 2009 in Muhith 2015).
Method: This type of research is narrative in the form of literature study using researt library.
Criteria for articles / research results used in this study consisted of 5 articles / research results
x
published online between 2015-2019. The article or research results are available in full text for
researchers to use as data for analysis.
Results: Based on research that has been conducted by experts on how to control emotions with
Murottal therapy in schizophrenic patients with violent behavior, it was found that the results of
the study were good enough for people with mental disorders with violent behavior to be able to
control emotions.
Conclusion: It is hoped that the way to control emotions with this Murottal Therapy can be
further developed and become a lesson for further research.
Keywords: Schizophrenia, Violent behavior, Murottal.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................................vii
HALAMAN ABSTRAK......................................................................................................x
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................4
xii
2.1 Konsep Dasar Skizofrenia................................................................................................4
2.3.1 Pengkajian..................................................................................................................8
2.3.3 Diagnosa....................................................................................................................17
2.3.4 Intervensi....................................................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................21
METODE PENELITIAN.................................................................................................21
xiii
3.7 Etika Penelitian.............................................................................................................23
BAB IV...............................................................................................................................24
4.2 Pembahasan...................................................................................................................35
BAB V................................................................................................................................37
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................37
5.2 Saran.............................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................38
LAMPIRAN.......................................................................................................................40
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR SKEMA
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record di Rumah Sakit Jiwa Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan didapatkan jumlah penderita skizoprenia dalam 3 tahun
terakhir sebanyak 1.158 klien pada tahun 2016, sebanyak 1.128 klien pada tahun 2017 dan
sebanyak 1.367 klien pada tahun 2018. Skizopreniadapat berkembang menjadi perilaku
kekerasan. Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan oleh perawat ada
2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan nonfarmakalogi.
1
Sementara ada beberapa jenis terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai
pengganti terapi aktivitasyang umum dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi dengan
cara mendengarkan ayat suci Al Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 78,
(Wuryaningsih, Anwar, Wijaya, & Kurniyawan, 2015). Murotal terapi dapat memberikan
stimulasi baik terhadap otak, ketika seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat
memberikan respon rileks , tenang dan rasa nyaman.
Selain itu dengan pemberian murotal terapi dapat digunakan sebagai pengobatan stres.
Beberapa Studi menunjukkan bahwa membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat
memberikan stimulus positif untuk otak, (Putra et al., 2018). Terapi dengan alunan bacaan Al-
Qur’an. Stimulan murotal Al-Qur’an dapat dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi
relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan terapi audio lainnya karena stimulan Al-
Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika,
2008) dalam (Ah, Endang, Miranti.Florencia, & Fanni, 2016).
Menurut Fanada (2012), terapi zikir adalah terapi yang menggunakan media zikir yang
bertujuan untuk mengingat Allah SWT yang bertujuan untuk menenangkan hati dan pikiran
manusia. Dengan bacaan do’a dan dzikir orang akan menyerahkan segala permasalahannya
kepada Allah, sehingga beban stress dan gangguan psikologis yang dialaminya mengalami
penurunan, (Mahjoob, Nejati, & Hosseini, 2016).
2
1.3 Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiological yang serius dan menetap, ditandai
dengan kognitif dan persepsi serta afek yang tidak wajar (Laraia, 2009). Penyakit ini bersifat
kronik dan melalui 3 fase, yaitu fase prodromal, fase aktif, dan fase residual. Fase prodromal
dimulai dengan perubahan perasaan dan mood, fase aktif biasanya disebut dengan psikosis
yaitu munculnya gejala halusinasi, delusi, dan ilusi (Sadock & Sadock, 2010)
Perilaku kekerasan adalah respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Melihat dampak
dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan klien dengan perilaku kekerasan perlu
dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga profesional (keliat dan Kemat, 2009 dalam Muhith
2015). Dari penjelasan diatas mengenai perilaku kekerasan penulis menyimpulkan bahwa
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dimana perilaku
kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal, disertai tingkah laku yang tidak
terkontrol.
4
Keterangan :
a. Asertif yaitu individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
b. Frustasi yaitu individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
c. Pasif yaitu individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif yaitu perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol.
e. Kekerasan yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
a. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya/pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.
5
2.2.4 Manifestasi Klinis Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku kekerasan berikut ini :
a. Muka merah dan tegang Pandangan tajam
b. Mengatupkan rahang dengan kuat
c. Mengepalkan tangan
d. Jalan mondar-mandiri
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
g. Mengancam secara verbal atau fisik
h. Melempar atau memukul benda/orang lain
i. Merusak benda atau barang
j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
6
Tabel 2.1 Mekanisme Koping
Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengalami
suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain. Misalnya
seseorang yang sedang marah.
Proyeksi : Menyalahkan orang lain akibat kesukaran atau keinginan yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual.
Represi : Mencegah fikiran yang menyakitkan/membahayakan masuk ke
alam sadar. Misalnya membenci orangtua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
Reaksi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan
Formasi dengan melebih-lebihkan sikap. Misalnya seorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
Dis- : Melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan kepada
placement obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
yang membangkitkan emosi.
a. Terapi Murottal
Terapi Murottal Terapi Murottal dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika
seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respon rileks, tentang dan
rasa nyaman. Selain itu juga dapat menghilangkan stress, beberapa studi menunjukkan juga
bahwa membaca ayat-ayat suci Al-Qur’’an juga memberikan stimulus bai pada otak, (Putra et
al., 2018)
7
adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan keluarga dapat ditingkatkan
secara optimal. (Keliat, 1992)
2.3.1 Pengkajian
Menurut Muhith (2015), pada dasarnya pengkajian pada klien terdiri dari :
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang :
nama klien, panggilan, jenis kelamin, alamat, status, agama.
2) Usia dan No RM, 3) Pekerjaan
4) Informan : identitas penanggung jawab
b. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga
1) Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini? 2) Apa yang
sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini? Bagaimana hasilnya?
c. Faktor Predisposisi
Menurut Prabowo (2014) faktor predisposisi yaitu faktor pengalaman yang dialami tiap
orang, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
8
orang yang dicintainya/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
e. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ ;
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien),
2) Ukur tinggi badan dan berat badan klien,
3) Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun dan beri tanda sesuai hasil.
4) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien,
bila ada beri tanda " V " di kotak " ya " dan bila " tidak " beri tanda " V " pada kotak
tidak,
5) Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada.
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
f. Psikososial
1) Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien
dan keluarga. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh.Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data. Contoh :
Gambar 2.1 Genogram
Keterangan :
= Laki-laki = Meninggal
= Klien
= Perempuan = Keluarga
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri
9
Tanyakan tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja kelompok), kepuasan klien
sebagai laki-Iaki/perempuan.
c) Peran
Tanyakan tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.
d) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran, harapan klien
terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien
terhadap penyakitnya.
e) Harga diri
Tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada
klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penialian
klien terhadap pandangan/penghargaan orang lain.
f) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3) Hubungan sosial
a) Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.
b) Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
c) Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat.
d) Tanyakan pada klien hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai
dengannorma budaya dan agama yang dianut, pandangan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat
klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
c) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
g. Status Mental
1
1) Penampilan
a) Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak
rapih. Misalnya : rambut acak-acakan, kancing bajutidak tepat, resleting tidak
dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti,
b) Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai diluar baju,
c) Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian tidak tepat
(waktu, tempat, identitas, situasi/ kondisi),
d) Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2) Pembicaraan
a) Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,
membisu, apatis dan atau lambat,
3) Aktivitas motorik
1
c) Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
d) Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang
ada.
e) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
5) lnteraksi selama wawancara
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas,
b) Kontak mata kurang , tidak mau menatap lawan bicara,
c) Defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya),
d) Curiga (menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain)
e) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
6) Persepsi.
a) Jenis-jenis perilaku kekerasan sudah jelas, yaitu marah marah tanpa sebab,
membanting barang, dll
b) Jelaskan isi perilaku kekerasan frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7) Proses pikir
a) Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
a) Jenis-jenis perilaku kekerasan sudah jelas, yaitu marah marah tanpa sebab,
membanting barang, dll
b) Jelaskan isi perilaku kekerasan frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7) Proses pikir
a) Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
b) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
1
d) Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya,
masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
e) Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali.
f) Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
8) lsi pikir
a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b) Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.
c) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang
sebenarnya tidak ada.
d) Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau
lingkungan.
e) Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi lingkungan
yang bermakna dan terkait pada dirinya.
f) Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil/ diluar kemampuannya.
g) Waham.
(1) Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan
secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
(2) Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
(3) Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
(4) Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
(5) Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal yang
dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
(6) Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
(7) Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
1
h) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
i) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9) Tingkat kesadaran (data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu, tempat, orang)
diperoleh melalui wawancara).
a) Bingung . tampak bingung dan kacau.
b) Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/ tidak sadar.
c) canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang terjadi di
lingkungan.
d) Orientasi waktu, tempat, orang jelas.
e) Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.
f) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
10) Memori (data diperoleh melalui wawancara)
a) Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi lebih dari satu bulan.
b) Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian yang
terjadi dalam minggu terakhir.
c) Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
d) Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
e) Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f) Masalah keperawatan sesuai dengan data
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung (data diperoleh melalui wawancara)
a) Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
b) Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c) Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada
benda-benda nyata.
d) Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e) Masalah keperawatan sesuai data.
12) Kemampuan penilaian
1
a). Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan,
klien dapat mengambil keputusan)
1
c) Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka dan
menyikat gigi.
6) Pendekatan kepada sang pencipta
a) kegiatan yang dilakukan, frekuensi, waktu, jenis kegiatan ( shalat, mengaji,
mendengarkan sholawat )
b) Yang di rasakan setelah beribadah
7) Penggunaan obat
a) Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara.
b) Reaksi obat.
8) Pemeliharaan kesehatan
a) Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut.
b) Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan
lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.
9) Kegiatan di dalam rumah
a) Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
b) Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
c) Mencuci pakaian sendiri
d) Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
10) Kegiatan di luar rumah (tanyakan kemampuan klien)
a) Belanja untuk keperluan sehari-hari, dalam melakukan perjalanan mandiri
dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum), kegiatan
lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air, kantor pos dan
bank).
b) Jelaskan data terkait
c) Masalah keperawatan ditulis dengan data
i. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda "V" pada kotak
koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
j. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada kilen atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
k. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien
simpulkan dalam masalah.
1
l. Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain
Resiko Tinggi
Mencederai orang lain
Perubahan persepsi
Perilaku kekerasan
Infektef proses terapi sensori
IsolasiHalusinasi
sosial
2.3.3 Diagnosa
Menurut Prabowo (2014) diagnosa keperawatan dapat dirumuskan menjadi PE yaitu
permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab
akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah dengan simpton (S) atau
gejala sebagai data penunjang (Prabowo, 2014).
Menurut Yosep, (2014) masalah keperawatan yang sering muncul didalam
perilaku kekerasan yaitu :
1. Perilaku Kekerasan
2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga Diri Rendah : Kronis
5. Isolasi Sosial
6. Berduka Disfungsional
7. Inefektif proses terapi
1
8. Koping keluarga inefektif
2.3.4 Intervensi
Menurut Dermawan & Rusdi (2013)
1
Sementara ada beberapa jenis terapi komplementer yang dapat diberikan sebagai
pengganti terapi aktivitas yang umum dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi
dengan cara mendengarkan ayat suci Al-Qur’an(Wuryaningsih,Anwar,Wijaya,&
Kurniyawan, 2015).
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : Klien tenang, klien kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
3. Tujuan khusus : Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi murottal
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan spiritual (Murottal). Bantu
pasien untuk selalu mendekatkan diri dengan sang pencipta Allah SWT, dengan cara beribadah
seperti Shalat, Mengaji, Murottal ( mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an ). disertai
penjelasan (terapi Murottal) guna beribadah serta berserah diri kepada Allah SWT dan dampak
apabila tidak beribadah yang akan membuat pasien sulit mengontrol emosi.
1. Fase Orientasi
Assalamualaikum ibu/bapak masih ingat nama saya? Ya bagus bapak benar, Sesuai dengan
janji kita kemarin sekarang kita ketemu lagi, bagaimana pak sudah dilakukan latihan tarik nafas
dalam, pukul kasur bantal serta bicara yang baik ? apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? coba kita lihat kegiatannya? Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
selanjutnya dengan spiritual mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk mengontrol rasa
marah dan memberikan rasa lebih tenang? Dimana enaknya kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditaman? Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit
1
jika masih belum rega maka rebahan dulu agar rilex, jika masih belum reda maka ambil wudhu,
shalat, mengaji dan mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan handphone dilakukan
secara teratur untuk meredakan kemarahan. Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu dan ayat yang
ada dalam Al-Qur’an? Baiklah shalat 5 waktu bapak sudah tau dan sekarang kita coba
untukmendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an melalu speaker yang saya bawa untuk membuat
bapak merasa lebih tenang.
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap cakap dengan cara yang ini? Jadi ada beberapa
sebelumnya cara menogntrol emosi yang sudah kita pelajari ini? Bagus, mari kita masukkan
kegiatan ibadah ada jadwal kegiatan bapak. Mari kita masukkan kegiatan shalat 5 waktu,
mengaji dan mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murottal). Maka sebutkan lagi pak cara
beribadah yang sudah kita pelajari tadi ketika ibu/bapak sedang marah marah.bagus, setelah ini
maka lakukan ibadah yang kita pelajari tadi (shalat,mengaji dan murottal). Nanti kita akan
membicarakan latihan kita hari ini. Saya akan kembali lagi besok di jam yang sama yaitu pukul
14.00, apakah bapak bersedia? Baiklah pak saya izin dulu, Assalamualaikum bapak
2
BAB III
METODE PENELITIAN
2
3.5 Langkah Studi Literatur
Penentuan lima (5) artikel/ hasil penelitian yang digunakan peneliti dalam studi literatur ini
dilakukan peneliti melalui langkah sebagai berikut:
2
3.7 Etika Penelitian
Penelitian studi literatur ini mengimplementasi aspek etik berupa penghargaan atas
karya orang lain, atas hal ini peneliti melakukan pencantuman sumber atas setiap kutipan
baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti. Penghindaran atas plagiarism
peneliti akan melakukan uji plagiarism setelah laporan penelitian dibuat dan sebelum
kegiatan ujian akhir penelitian dilaksanakan. Implementasi aspek kejujuran dilakukan
peneliti dengan menyampaikan hasi studi dari sejumlah artikel secara objektif, jujur dan
tanpa kebohongan serta peneliti akan melampirkan artikel yang digunakan sebagai data hasil
studi kasus.
2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian studi literatur ini disajikan secara naratif untuk menggambarkan hasil
penelitian dari 5 artikel / hasil penelitian yang relevan dengan topik / masalah implementasi
keperawatan mengontrol emosi dengan terapi murottal pada pasien skizofrenia dengan
masalah perilaku kekerasan
Artikel 1 penelitian Rina Herniyanti, Hema Malini, Netrida (2019) yang berjudul
“Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan Klien Skizofrenia” yang
dilaksanakan pada tanggal pada tanggal 19-22 Desember 2017. Pada artikel 1 Hasil
penelitian yang didapat bahwa karakteristik responden usia rata-rata reponden adalah usia 35
tahun, jenis kelaminresponden laki–laki, pendidikan responden SMP pekerjaan responden
tidak bekerja dan status pernikahan responden belum menikah. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Handayani, et al (2016), umur responden 25-44 tahun, jenis kelamin
responden laki-laki, pekerjaan responden tidak bekerja dan status pernikahan reponden
belum menikah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, et al (2015),
umur responden rata-rata 32 tahun, jenis kelamin responden laki-laki, pendidikan responden
SMA, status pekerjaan tidak bekerja.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa usia responden yang mengalami
skizofrenia dalam rentang usia produktif. Dimana faktor umur bisa menjadi respon potensial
seseorang menimbulkan stress. Sedangkan menurut menurut World Health Organization (WHO,
2013) usia produktif penderita akan mengalami gangguan dalam proses fikir, emosi, bahasa,
perilaku, persepsi dan kesadaran. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden yang mengalami skizofrenia dengan perilaku kekerasan sebagian
besar adalah laki-laki. Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa laki-laki
mempunyai sifat yang tertutup, mudah emosi dan apabila ada masalah lebih
sering memendam sendiri, tidak mau berbagi, sehingga apabila sudah tidak sanggup lagi
memikul beban yang dialami akhirnya melampiaskan kekesalannya itu dengan mengamuk,
marah-marah atau melakukan perilaku kekerasan.
2
Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti bahwa ada pengaruh terapi
murottalperubahan perilaku kekerasan pada kelompok intervensi didapatkan nilai selisih 46.48
dan kelompok kontrol didapatkan nilai selisih 14.05, dimana kedua kelompok intervensi dan
kelompok kontrol terdapat perubahan perilaku kekerasan. Menururt penelitian Setiawan, et al
(2015), menunjukkan ada perubahan yang bermakna tanda gejala kognitif sebelum dan
sesudah diberikan Terapi Musik dan RECBT (p value <0,05), pada kelompok kontrol
menunjukkan ada perubahan yang bermakna tanda gejala pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah kelompok intervensi yang mendapat terapi musik dan RECBT
diberikan terapi musik dan RECBT. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kwon, Gang,
& Oh (2013), kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan fungsi kognitif perilaku positif.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi
murottal dapat merubah perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Menurut Hady, et al (2012)
terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al- Qur’an yang merupakan terapi religi
dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga
memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Sedangkan menurut Heru (2008), efek
murottal bagi tubuh dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon
endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan pemikiran yang baik.
Pada artikel 2 Pada saat dilakukan penelitian di Ruang Kenari RSKD Dadi Provinsi
Sulawesi Selatan, sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual terdapat perbedaan atau
pengaruh yang sifnifikan karena dari tanda dan gejala yang muncul ada saat pre-test menjadi
berkurang setelah dilakukan post-test terapi spiritual. Itu sangat terbukti karena pada saat pre-
test, kategori tidak terkontrol lebih banyak (65.0%) dibanding kategori yang tekontrol (35.0%),
sedangkan pada saat post-test kategori terkontrol lebih banyak (80.0%) dibanding kategori
tidak terkontrol (20.0%). Selama satu bulan dengan frekuensi pemberian terapi spiritual dua
kali dalam seminggu. Hasil uji statistik menggunakan Uji Wicoxon di peroleh nilai sig. (2-
2
tailed) 0.003 dengan α (0.05). Oleh karena p<α maka Ha diterima dan H0 ditolak. Maka dalam
hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap
kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus
Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan demikian diberikan terapi spiritual
mendegarkan bacaan Al-qur’an bisa menjadi lebih rileks dan tenang sehingga menurunkan
tingkat emosi pada pasien perilaku kekerasan.
Artikel 3 penelitian Ahmad Alifudin, Dwi Heppy Rochmawati, Purnomo (2016) yang
berjudul “Pengaruh Mendengarkan Asmaul Husna Terhadap Tingkat Kecemasan Ada Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” yang
dilaksanakan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada tanggal Penelitian
dilakukan pada bulan November 2015 sampai bulan Juni 2016. Sedangkan untuk pengambilan
data penelitian dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai 30 Mei 2016. Penelitian dilakukan di
beberapa ruang rawat inap, yaitu ruang Arimbi, Citroanggodo, Gatutkaca, dan Srikandi.
Karakteristik pasien resiko perilaku kekeraan di RSJD Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah, laki-laki sebanyak 33 (62,3%), usia terbanyak 26-35 tahun yaitu 32 (60,4%),
berpendidikan SD sebanyak 28 (52,8%) Skor kecemasan sebelum diberikan terapi
mendengarkan asmaul husna yaitu kategori kecemasan ringan sebanyak 25 responden
(47,2%) dan kecemasan sedang yaitu sebanyak 28 responden (52,8%), kecemasan sedang yaitu
sebanyak 28 responden (52,8%), Skor kecemasan setelah diberikan terapi mendengarkan asmaul
husna ada tiga kategori kecemasan yaitu kecemasan normal sebanyak 19 (35,8%), kecemasan
ringan sebanyak 32 (60,4%) dan kecemasan sedang sebanyak 2 (3,8%). Ada pengaruh
kemampuan berinteraksi sebelum dan sesudah dilakukan terapi mendengarkan asmaul p value
(0,000) < α (0,05). Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan, bahwa pemberian
terapi mendengarkan asmaul husna yang dilakukan secara intensif dan efektif dapat
meningkatkan kemampuan klien resiko perilaku kekerasan dalam menurunkan tingkat
kecemasan yang dapat mengurangi tingkat perilaku kekerasan pasien.
2
respon verbal adalah 3,35. Rerata nilai respon emosi adalah 4,15 dan rerata nilai respon fisik
adalah 2,42. Dari hasil analisis statistik untuk pretest, dapat diketahui bahwa respon perilaku,
respon verbal, respon emosi, dan respon fisik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna ( p > 0,05 ), sehingga dapat dikatakan
bahwa antara kedua kelompok homogen. Dengan demikian orang yang mengikuti terapi psikoreligi
akan membatasi geraknya karena dia ber- fokus pada kegiatanya sehingga dapat mengurangi agresif fisik
klien (Videbecck, 2008). Ada perbedaan penurunan perilaku kekerasan pada respon fisik pada
pasien yang diberi terapi psikoreligius dan yang tidak diberi terapi psiko- religius. Maka dari itu
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bidang perawatan agar lebih efektif
membimbing/melaku- kan terapi psikoreligius dalam merawat pasien schizofrenia dengan
perilaku kekerasan
Artikel 5 penelitian Arif Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019) yang
berjudul “Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Tangan Kanan Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta” Penelitian ini
dilakukan di Wisma Arjuna RSJ Grhasia DIY pada tanggal 14 Januari 30 Maret – 19
Januari 2019, jumlah sampling pada pasien ada 5 orang. Dari 5 orang dengan gangguan jiwa
yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan kognitif, dimana sebelum
diberikan terapi diukur kemampuan kognitif dengan instrumen ScoRS (Schizophrenia
cognition rating scale), didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif dan 1 pasien
dengan gangguan kognitif ringan. Gambaran kemampuan kognitif orang dengan gangguan
jiwa di jelaskan dalam bentuk tema-tema yang diperoleh dari hasil analisis karakteristik
partisipan dan hasil wawancara terhadap partisipan. Tema 1 yaitu Perubahan emosi,
Perubahan emosi dalam penelitian ini ditunjukkan oleh adanya gejala depresi, kecemasan,
kemarahan, dan harga diri rendah. Bentuk perubahan emosi lain yang terjadi pada
masyarakat korban adalah timbulnya perasaan rendah diri, Tema 2 adalah perubahan
kognitif, temuan penelitian ini menyatakan adanya perubahan kognitif yang terjadi yaitu
penurunan daya pikir. Adanya perubahan kognitif pada pasien seperti tidak mampu berpikir
jernih, menjadi ragu-ragu karena tidak ada kepastian, dan pikiran mereka terpecah pecah
dengan persoalan-persoalan lain yang mereka hadapi ini sesuai dengan temuan Norris,
Muhtador (2014) bahwa salah satu dampak dari masalah keperawatan seperti resiko perilaku
kekerasan, halusinasi dan isolasi sosial adalah terjadinya perubahan kognitif dengan ciri
pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan untuk mengambil keputusan,
menurunnya daya konsentrasi dan daya ingat, mengingat hal-hal yang tidak menyenangkan,
2
dan menyalahkan diri sendiri. Tema 3 mengenai mekanisme koping temuan dalam
penelitian ini, mekanisme koping yang digunakan dapat dikategorikan mekanisme adapatif
dan maladaptif atau tidak efektif. Mekanisme koping yang adapatif di antaranya berdo’a
(pendekatan spiritual), memendam perasaan (represi) dan mengalihkan perhatian agar dapat
melupakan masalah yang terjadi, atau dengan meminta bantuan saudara. Sementara yang
tidak efektif seperti menghujat, mengancam melakukan demonstrasi terus, membuntu atau
memblokir jalan, dan melampiaskan emosi kepada anakistrinya meskipun cara maladaptif
ini hanya bersifat sementara. Tema 4 adalah perubahan fungsi keluarga, Temuan dalam
penelitian ini, masyarakat korban mengalami perubahan fungsi keluarga, yaitu perubahan
pada fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial terkait dengan hubungan kekeluargaan
yang merenggang. Tema 5 adalah Perubahan hubungan sosial kemasyarakatan. Hasil
penelitian menunjukkan solidaritas masyarakat korban melemah dan kepedulian sosial
menurun. Menurut Arham (2015), dampak disintegrasi sosial, tercerai-berainya masyarakat,
dan tidak bisa dikuantifikasi.
Terapi psikoreligius dzikir menggunakan jari tangan kanan sangat efektif dalam meningkatkan
kemampuan kognitif pasien dengan skizofrenia dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan
maka dari itu sangat di anjurkan untuk melakukan terapi psikoreligi.
2
SKEMA 4.1 HASIL PENELUSURAN
Judul Studi Literatur : Gambaran Implementasi Keperawatan Mengontrol Emosi Dengan Terapi
Murottal Pada Pasien Skizofrenia Dengan Perilaku Kekerasan.
Mengontrol Emosi Dengan Terapi Murottal Pada Pasien Skizofrenia Dengan Perilaku
Kekerasan, Dari Kata Kunci Tersebut Terdapat hasil 20 Artikel
20 artikel 15 Artikel
Artikel yang digunakan sebagai acuan Studi Literatur yaitu, Rina Herniyanti, Hema Malini,
Netrida (2019); Ernawati1, Samsualam2, Ksuhermi (2020); Ahmad Alifudin, Dwi Heppy
Rochmawati , Purnomo (2016); Dwi Ariani Sulistyowati, E. Prihantini (2015) dan Arif
Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019)
2
Tabel 4.1
Review literatur Implementasi mengontrol emosi dengan terapi Murottal pada pasien Skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan
Sumber Tujuan
Peneliti dan Judul Penelitian Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Penelitian
Google Rina Herniyanti, Hema Malini, maka peneliti Pre Test and 46 orang, - Hasil penelitian Terdapat perubahan
Scholar Netrida (2019) tertarik Post Test 23 responden terdapat perbedaan yang yang signifikan antara
(2014-2020) melakukan control Group kelompok signifikan antara perilaku kekerasan
penelitian yang Design, dengan intervensi yang perilaku klien skizofrenia
Pengaruh Terapi Murottal
bertujuan untuk rancangan mendapatkan kekerasan klien sebelum pemberian
Terhadap Perubahan QuasyExperime
mengetahui terapi murottal skizofrenia sebelum dan terapi murottal dengan
Perilaku Kekerasan Klien ntal
pengaruh terapi dan 23 sesudah pemberian terapi setelah pemberian
Skizofrenia
murottal responden murottal (p value 0,000). terapi murottal pada
-Ada perbedaan yang
terhadap kelompok kelompok intervensi
signifikan antara
perubahan kontrol tidak perilaku dan terdapat perubahan
perilaku mendapatkan kekerasan klien yang signifikan antara
kekerasan pada terapi skizofrenia sebelum dan perilaku kekerasan
klien murottalPemberi sesudah kelompok klien skizofrenia
skizofrenia di an terapi kontrol (p sebelum dan setelah
RSJ Tampa murottal value 0,000) pada kelompok kontrol
Provinsi Riau dilakukan 1 kali Ada perbedaan yang
melalui sehari selama 7 bermakna antara
penelitian hari. perilaku kekerasan pada
kuantitatif kelompok
intervensidengan
kelompok kontrol(p
value
0,000). Dimana
perbedaan perilaku
kekerasan lebih besar
terjadi pada
3
kelompok intervensi
dibanding kelompok
kontrol
3
Google Ahmad Alifudin, Dwi Heppy Penelitian ini Quasi Jumlah sampel -Uji statistik yang Rekomendasi dari
Scholar Rochmawati, Purnomo (2016) bertujuan untuk Eksperiment dalam penelitian digunakan adalah penelitian ini adalah
(2014-2020) mengetahui dengan ini sebanyak 53 Wilcoxon perawat dapat
pengaruh metode responden dengan -Hasil penelitian menggunakan terapi ini
mendengarkan penelitian One teknik menunjukkan bahwa ada mendengarkan asmaul
Pengaruh asmaul husna Group Pre pengambilan pengaruh mendengarkan husna untuk
Mendengark terhadap tingkat Post test sampel purpose asmaul husna terhadap menurunkan tingkat
kecemasan pada design sampling tingkat kecemasan pada kecemasan pasien
an Asmaul
pasien RPK di pasien RPK dengan nilai resiko perilaku
Husna RSJD Dr. p-value 0.000 kekerasan
Terhadap Amino -sedangkan nilai
Tingkat Gondohutomo z hitung
Kecemasan Provinsi Jawa 6.34. hal ini
Pada Pasien Tengah karena dimensi
spiritual
Resiko berupaya untuk
Perilaku mempertahankan
kekerasan keharmonisan
atau
Di Rsjd Dr. keselarasan dengan
Amino dunia luar,
Gondohuto mendapatkan kekuatan
mo Provinsi ketika sedang
Jawa menghadapi stres
Tengah emosional
3
Google Dwi Ariani Sulistyowati, E. Tujuan dari Quasi Jumlah responden - Kondisi awal rerata hasil penelitian ini
Scholar Prihantini (2015) penelitian ini eksperimen, dalam penelitian respon perilaku adalah dapat digunakan
(2014-2020) adalah untuk desain ini sebanyak 40 3,95. Rerata nilai respon sebagai
Pengaruh Terapi Psikoreligi mengetahui penelitian verbal adalah 3,35. Rerata bahan masukan bidang
responden, dengan
Terhadap Penurunan pengaruh menggunakan nilai respon emosi adalah perawatan agar lebih
pembagian 20 res-
Psikoreligius One Group 4,15 dan rerata nilai efektif
Perilaku Kekerasan Pada ponden menjadi
terhadap Pre and Post respon fisik adalah 2,42 membimbing/melaku-
Pasien Skizofrenia Di kelompok
penurunan test Design - Dari hasil analisis kan terapi psikoreligius
Rumah Sakit Jiwa Daerah perlakuan, dimana
perilaku statistik untuk pretest, dalam merawat pasien
Surakarta kekerasan pada pada responden
dapat diketahui bahwa schizofrenia dengan
pasien diberikan terapi respon perilaku, respon perilaku kekerasan
Schizofrenia psikoreligi, verbal, respon emosi, dan
sedangkan respon fisik antara
20 responden kelompok perlakuan dan
menjadi kelompok kelompok kontrol
kontrol yang tidak menunjukan bahwa tidak
diberikan terapi ada perbedaan yang
psikoreligi bermakna ( p > 0,05 )
- Hasil uji t test nilai
rerata respon perilaku
antara pretest dan post
test dalam kelompok
perlakuan dan kelompok
kontrol menunjukkan ada
yang ber- makna (p <
0,05)
3
Google Arif Munandar, Kellyana untuk membuat Desain Sampel dalam dari 5 orang dengan Terapi psikoreligius
Scholar Irawati, Yonni Prianto (2019) hati dan pikiran Penelitian penelitian ini gangguan jiwa yang dzikir menggunakan
(2014-2020) lebih tenang yang Kualitatif sebanyak 5 dilakukan terapi jari tangan kanan
tentunya akan orang semuanya tidak sangat efektif dalam
Terapi Psikoreligius Dzikir membuat ditemukan gangguan meningkatkan
Menggunakan Tangan Kanan seseorang lebih kognitif, dimana kemampuan kognitif
Pada Orang Dengan Gangguan fokus dalam sebelum diberikan terapi pasien dengan
Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa melakukan diukur kemampuan skizofrenia dengan
Grhasia Daerah Istimewa aktivitas, emosi kognitif dengan masalah keperawatan
Yogyakarta meluap-luap, rasa instrumen ScoRS, resiko perilaku
dendam, dan didapatkan 4 pasien tidak kekerasan, halusinasi
merangsang ada gangguan kognitif dan isolasi sosial
gelombang otak dan 1 pasien dengan
melalui pemijatan gangguan kognitif ringan
tangan pada ruas
jari – jari tangan
Review ini menggambakarkan dari 5 artikel di atas dapat di analisis bahwa terapi murottal yang diguanakan yaitu mendengarkan Al Qur’an,
mendengarkan As Ma’ul Husnah dan Dzikir. Dapat memberi pengaruh positifyang sange;at signifikan bagi responden.
Gambaran hasil yang positif ini dapat dilihat dari hasil analisis 5 artikel yaitu,
artikel 1:dari tabel penelitian Ernawati Dkk tentang terapi murotta mendengarkan Al-Qur’an , Tabel 3 menunjukkan sebelum dilakukan
terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 7 orang (35.0%) dan
jumlah responden yang tidak terkontrol sebanyak 13 orang (65.0%), sedangkan setelah dilakukan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien
mengontrol perilaku kekerasan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 16 orang (80.0%). Jumlah responden yang tidak terkontrol
sebanyak 4 orang (20,0%). Sehingga dalam hal ini ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien
3
mengontrol perilaku kekerasan di mana pada post-test jumlah responden yang terkontrol mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 16
responden (80.0%).
Artilel 2 : dari tebel penelitian Rina Dkk enang terapi murottal mendengarkan Al-Qur’an Surah Ar-Rahman. diatas dapat kita lihat bahwa rata – rata
nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia kelompok intervensi Pre Tes adalah 84.65 dengan nilai skor terendah 79 dan tertinggi 92. Post Tes
adalah 38.17 dengan nilai skor terendah 33 dan tertinggi 46. nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia kelompok kontrol pre tes adalah 83.65
dengan nilai skor terendah 69 dan tertinggi 92.Post Tes adalah 69.30 dengan nilai skor terendah 55 dan tertinggi.
Artikel 3 : Dari tabel penelitian Ahmad Alifudin Dkk tentang terapi murottal mendengarkan Asmaul Husna, menunjukan bahwa nilai mean dan
skewness statistik kecemasan pasien sebelum diberikan terapi mendengarkan asmaul husna adalah 44,81 dan 0,027, dengan Standar Eror 0,902 dan
0,327, hasil p-value 0,072. Kemudian kecemasan responden setelah diberikan terapi mendengarkan asmaul husna didapatkan nilai statistik mean
adalah 35,47 dan 0,407, dengan Standar Eror 0,910 dan 0,327, dan hasil p value 0,000.
Artikel 4 : Dari tabel penelitian Dwi Aryani Dkk tentang terapi murottal mendengarkan Al-Qur’an, Hasil uji t test nilai rerata respon emosi antara
pretest dan post test dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05). Keadan ini menunjukan
bahwa ada perbedaan respon emosi setelah dilakukan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Artikel 5 : dari 5 orang dengan gangguan jiwa yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan kognitif, dimana sebelum diberikan terapi
diukur kemampuan kognitif dengan instrumen ScoRS, didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif dan 1 pasien dengan gangguan kognitif
ringan. Berasarkan hasil pennellitian terdahulu peneliti mendapatkan gambaran bahwa terapi ini memberi perngaruh yang sangat baik, baik dari segi
emosional dan religius.
3
4.2 Pembahasan
3
Berdasarkan artikel dari ”Ira Kusumawaty, Yunike, Marta Pastari” (2020) Optimalisasi
pelayanan posyandu kesehatan jiwa dapat terwujud jika kader kesehatan telah memahami
topik kesehatan jiwa secara seutuhnya. Pemahaman tentang kesehatan jiwa, gangguan jiwa dapat
membekali kader kesehatan jiwa dalam mendeteksi secara dini gangguan jiwa di lingkungan
masyarakat. Membekali kemampuan dalam merawat penderita gangguan jiwa, menjadi faktor
yang tidak kalah pentingnya dalam mengotimalkan kiprah kader kesehatan jiwa dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian terapi
murottal dapat merubah perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Menurut Hady, et al (2012)
terapi murottal Al-Qur’an adalah terapi bacaan Al- Qur’an yang merupakan terapi religi
dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga
memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Sedangkan menurut Heru (2008), efek
murottal bagi tubuh dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon
endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan pemikiran yang baik.
orang, selalu memberontak 21 orang berubah menjadi kadang-kadang memberontak 12
orang.
Berdasarkan hasil penelitian artikel di atas, peneliti merekomendasikan agar para
peneliti yang akan datang untuk dapat lebih memperhatikan sumber kutipan yang
dicantumkan dalam penelitiannya agar mempermudah penelitian selanjutnya.
3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Terdapat 5 (lima) artikel yang memiliki relevansi dengan implementasi
keperawatan mengontrol emosi dengan Terapi Murottal Pada Pasien Skizofrenia
dengan perilaku kekerasan.
5.1.2 Terapi Murottal mampu mengendalikan marah, emosi dan perilaku kekerasan pada
klien skizofrenia.
5.1.3 Dari 5 artikel yang penulis analisis dapata disimpulkan bahwa Implementasi audio
Terapi Murottal sangat Recomended untuk diterapkan dalam penuruan emosi pada
pasien skzofrenia dengan masalah perilaku kekerasan yang kemudian bisa
dikembangkan lebih lagi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat memfasilitasi penerapan
Terapi Murottal yang dapat menurunkan emosi pada pasien perilaku kekerasan dan dapat
menjadi Terapi yang rutin pada pasien dalam dengan perilaku kekerasan.
5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat mengembangkan Terapi murottal dalam mengontrol perilaku
kekerasan serta dapat meningkatkan standar keterampilan pelayanan kesehatan
khususnya dalam perawatan klien skizofrenia dengan masalah perilaku kekerasan.
5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi penelitian yang akan datang diharapkan dapat menggunakan variabel yang
lebih bervariasi dan menggunakan bentuk metode penelitian lainnya, sehingga penelitian
tentang perilaku kekerasan pasien skizofrenia dapat terus berkembang.
3
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Diakses pada 20 maret 2020
Kemenkes RI. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Penyajian Pokok-
Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Diakses pada 20 maret 2020
Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatan dan Konsep Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika. Diakses pada 20 maret 2020
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
ditjenpp.kemenkumham.go.id. Diakses pada 24 Oktober 2018 Wahyuningsih, D.,
Keliat, B.A., & Hastono, S.P., 2011. Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Klien
Skizofrenia Dengan Assertiveness Training (AT). https://scholar.google.co.id Diakses
pada 20 maret 2020
Yosep, I., & Sutini, T. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Diakses
pada 20 maret 2020
Yanti, Rina Herni, Hema Malini, and Netrida Netrida. "Pengaruh terapi murottal terhadap
perubahan perilaku kekerasan klien skizofrenia." Jurnal Keperawatan 11.3
(2019): 199-208. Diakses di Google Schoolar tanggal 5 April 2020
3
PERILAKU KEKERASAN DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH. Karya Ilmiah. Diakses di Google Schoolar tanggal
5 April 2020
Munandar, Arif, Kellyana Irawati, and Yoni Prianto. "Terapi Psikoreligius Dzikir
Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah
Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta." DINAMIKA KESEHATAN
JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN 10.1 (2019): 69-75. Diakses di
Google Schoolar tanggal 5 April 2020
Kusumawaty, Ira, Yunike Yunike, and Marta Pastari. "Penyegaran Kader Kesehatan Jiwa
Mengenai Deteksi Dini Gangguan Jiwa dan Cara Merawat Penderita Gangguan
Jiwa." Journal of Community Engagement in Health 3.1 (2020): 25-28. Diakses
di Google Schoolar tanggal 5 April 2020
3
LAMPIRAN
4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199 - 208 p-ISSN 2085-1049
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU
KEKERASAN KLIEN SKIZOFRENIA
INFORMASI ABSTRAK
ARTIKEL Gangguan jiwa berat atau skizofrenia setiap tahunnya mengalami
Riwayat Artikel peningkatan.Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah perilaku
Diterima : 24 Juli 2019 kekerasan.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi murottal
Diterima dalam bentuk revisi terhadap perubahan perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Desain
: 03 September 2019 penelitian adalah Pre Test and Post Test control Group Design, dengan
Disetujui : rancangan QuasyExperimental. Penelitian dilakukan terhadap 46
24 September 2019
responden yaitu 23 orang kelompok intervensi dan 23 orang kelompok
kontrol. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probability sampling dengan carapurvosive sampling.Kelompok
intervensi mendapatkan terapi murottal 15 menit dalam sehari selama 7
hari.Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum dan sesudah pemberian terapi
murottal (p value 0,000).Ada perbedaan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum dan sesudah kelompok kontrol (p
value 0,000). Ada perbedaan yang bermakna antara perilaku kekerasan
pada kelompok intervensidengan kelompok kontrol(p value
0,000).Dimana perbedaan perilaku kekerasan lebih besar terjadi pada
kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol.
ABSTRACT
Severe mental disorder or schizophrenia increased gradually. These conditions can lead to violent
behavior problems. The objective of the study was to investigate the effect of murottal therapy on
changes in violent behavior on schizophrenic clients. The research design Pre Test and Post Test
control of Group Design, with Quasy Experimental design. The study was conducted on 46
respondents that is 23 people intervention group and 23 control group. The sampling technique used
in this research is non probability sampling by purvosive sampling. The intervention group received
murottal therapy 15 minutes a day for 7 days. The results of the study there were significant
differences between the violent behavior of schizophrenic clients before and after the intervention
murottal (p value 0,000). There is a significant difference between the violent behavior of
schizophrenic clients before and after the control group (p value 0,000). There was a significant
difference between violent behavior in the intervention group with control group (p value 0,000).
Eventhough, in control group there is significant devrence of violent behavior still in intervention
group the fifferances is lisher.
4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
4
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 1.
Karakteristik usia responden (n=46)
V ariabel
Kelompok Mean SD Min-Maks
Usia Intervensi 30.83 9.703 15-54
Kontrol 37.78 13.611 19-67
Tabel 1 diatas dapat kita lihat rata – rata usia Sedangkan kelompok kontrol usia rata – rata
reponden dikelompok intervensi yaitu 30 tahun yaitu 37 tahun.
Tabel 2.
Karakteristik jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan klien skizofrenia (n=46)
Kelompok
Jumlah
Variabel Kategori Intervensi (23) Kontrol (23)
f % f % f %
Jenis Laki-laki 17 73.9 12 52.2 29 63
kelamin Perempuan 6 26.1 11 47.8 17 37
Pendidikan Tidak sekolah 1 4.3 1 4.3 2 4.4
SD 8 34.8 6 26.1 14 30.4
SMP 11 47.8 12 52.2 23 50
SMA 2 8.7 4 17.4 6 13
Pedidikan tinggi 1 4.3 0 0 1 2.2
Pekerjaan Bekerja 10 43.5 8 34.8 18 39
Tidak kerja 13 56.5 15 65.2 28 61
Status Belum menikah 16 69.6 6 26.1 22 48
44
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Pernikahan Menikah 5 21.7 13 56.5 18 39
Duda/Janda 2 8.7 4 17.4 6 13
45
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 2 diatas dapat kita lihat dikelompok kontrol lebih separuh klien laki-laki sebanyak
intervensi lebih dari separuh laki-laki sebanyak 12 orang (52.2%), lebih separuh klien SMP
17 orang (73.9%), klien SMP terbanyak 11 sebanyak 12 orang (52.2%), lebih dari separuh
orang (47.8%), sebagian klien tidak bekerja klien tidak bekerja sebanyak 15 orang (65.2%),
sebanyak 13 orang (56.5%), dan lebih dari
dan lebih dari separuh klien tidak nikah
separuh klien belum menikah sebanyak 16
sebanyak 13 orang (56.5%).
orang (69.6%). Sama halnya dengan kelompok
Tabel 3
Perilaku kekerasan pada klien kelompok intervensi di rsj tampan provinsi riau (n=23)
Variabel Kelompok Mean SD Min-Maks
Intervensi Pre Tes 84.65 4.509 79-92
Post Tes 38.17 3.822 33-46
Tabel 3 diatas dapat kita lihat bahwa rata – rata Post Tes adalah 38.17 dengan nilai skor
nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia terendah 33 dan tertinggi 46.
kelompok intervensi Pre Tes adalah 84.65
dengan nilai skor terendah 79 dan tertinggi 92.
Tabel 4
Perilaku kekerasan klien skizofrenia kelompok kontrol (n=23)
Variabel Kelompok Mean SD Min-Maks
Tabel 5
Analisis rerata nilai perilaku kekerasan klien skizofrenia diberikan terapi murottalpada kelompok
intervensi (n=23)
Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI p value
Tabel 6
Analisis rerata perilaku kekerasan pada klienskizofrenia pada kelompok kontrol (n=23)
Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI p value
Pre Test 83.65 5.482 69-92 11.516 – 17.179
Post Test 69.30 6.825 55-81 0,000
Selisih 14.05 -1.343
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 6 diatas dapat kita lihat hasil statistik terdapat selisih rerata perilaku kekerasan klien
diperoleh p value 0,000 (p = < 0,05) yang skizofrenia yaitu 14.05 yang artinya terjadi
artinya ada perbedaan yang signifikan antara perubahan perilaku kekerasan klien skizofrenia
perilaku kekerasan klien skizofrenia Pre Test tanpa diberi terapi murottal.
dan Post Test pada kelompok kontrol. Dari hasil
tabel 6 diatas dapat juga kita lihat bahwa
Tabel 7
Analisis rerata nilai perbedaan perubahanperilaku kekerasan pada klien skizofreniakelompok
intervensi dengan kelompok kontrol sesudah intervensi (n=46)
Variabel Kelompok Mean SD SE Min-Maks p value
Intervensi 38.17 3.822 0.797 33-46
Sesudah Kontrol 69.30 6.825 1.423 55-81 0,000
Selisih 31.13 -3.003
Tabel 7 diatas didapatkan rata – rata perilaku bahwa jenis kelaminresponden yang mengalami
kekerasan klien skizofrenia setelah diberi terapi skizofrenia dengan perilaku kekerasan sebagian
murottal adalah 31.13, dengan standar deviasi -
3.003. Hasil statistik diperoleh p value 0,000 (p
< 0,05) yang artinya ada perbedaan yang
bermakna antara perilaku kekerasan setelah
kelompok intervensi diberi terapi murottal
dengan kelompok kontrol yang tanpa perlakuan.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang didapat bahwa
karakteristik responden usia rata-rata reponden
adalah usia 35 tahun, jenis kelaminresponden
laki – laki, pendidikan responden SMP,
pekerjaan responden tidak bekerja dan status
pernikahan responden belum menikah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Handayani, et al (2016), umur responden
25-44 tahun, jenis kelamin responden laki-laki,
pekerjaan responden tidak bekerja dan status
pernikahan reponden belum menikah.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Setiawan, et al (2015), umur responden rata-rata
32 tahun, jenis kelamin responden laki-laki,
pendidikan responden SMA, status pekerjaan
tidak bekerja.
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
besar adalah laki-laki.Berdasarkan analisa
peneliti dapat disimpulkan bahwa laki-laki
mempunyai sifat yang tertutup, mudah emosi
dan apabila ada masalah lebih sering
memendam sendiri, tidak mau berbagi,
sehingga apabila sudah tidak sanggup lagi
memikul beban yang dialami akhirnya
melampiaskan kekesalannya itu dengan
mengamuk, marah-marah atau melakukan
perilaku kekerasan
2
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
2
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
cerewet, kasar, berdebat, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar,
penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.Sedangkan menurut (Stuart, Gail.
Wiscarz., Laraia, 2013)gejala-gejala yang
dialami klien dengan perilaku kekerasan tidak
semua orang didiagnosa skizofrenia. Seseorang
individu ketika mendapatkan stressor pada
faktor predisposisi maupun presipitasi yang
berasal dari biologis, psikologis dan
sosiokultural yang akan berlanjut pada tahap
penilaian stressor. Hasil penilaian inilah yang
akan menimbulkan respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial.
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Heru (2008), efek murottal bagi tubuh dapat menunjukkan ada perubahan yang bermakna
menurunkan hormon-hormon stress, tanda gejala kognitif sebelum dan sesudah
mengaktifkan hormon endorphin alami,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi,
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, dan
pemikiran yang baik.
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
diberikan Terapi Musik dan RECBT (p value <
0,05), pada kelompok kontrol menunjukkan ada
perubahan yang bermakna tanda gejala pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
kelompok intervensi yang mendapat terapi
musik dan RECBT diberikan terapi musik dan
RECBT. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Kwon, Gang, & Oh (2013), kelompok
eksperimen menunjukkan peningkatan fungsi
kognitif perilaku positif.
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
kontrol karena selama penelitian klien tetap berubah menjadi tidak pernah tersinggung,
juga mendapatkan terapi medis sesuai resep
yang didapat dari dokter dan tindakan
keperawatan seperti pemberian terapi generalis,
TAK diruangan klien tetap diberikan.Menurut
Stuart (2016) terapi mendis yang dapat
diberikan seperti obat antipsikotik adalah
Chlorpromazine (CPZ), Risperidon (RSP),
Haloperidol (HLP), Clozapin dan
Trifluoperazine (TFP). Sedangkan terapi non
medis seperti terapi generalis, tindakan
keperawatan yang dapat diajarkan klien
perilaku kekerasan antara lain mengajarkan
klien untuk mengenal masalah perilaku
kekerasan serta mengajarkan mengendalikan
amarah atau perilaku kekerasan secara fisik:
nafas dalam dan pukul kasur bantal, minum
obat, verbal/sosial: menyatakan secara asertif
rasa marahnya, spiritual: beribadah sesuai
keyakinan klien, dan terapi TAK(Keliat, et al.,
2014).
SIMPULAN
Hasil uji statistik didapatkan bahwa usia dalam
rentang dewasa awal, jenis kelamin laki-laki,
pendidikan SMP, pekerjaan tidak bekerja, dan
status pernikahan belum menikah.Terdapat
perubahan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum pemberian
terapi murottal dengan setelah pemberian terapi
murottal pada kelompok intervensi dan terdapat
perubahan yang signifikan antara perilaku
kekerasan klien skizofrenia sebelum dan setelah
pada kelompok kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Faradisi, F. (2012). Efektivitas terapi murotal
dan terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien pra
operasi di pekalongan firman faradisi.
jurnal ilmu kesehatan. vol v no 2
september 2012, v(2).
20
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
efektifitas terapi musik klasik dan terapi keperawatan kesehatan jiwa stuart. (b. a.
musik murrotal terhadap perkembangan keliat, ed.) (indonesia). fakultas
kognitif anak autis di slb autis kota
surakarta, 9(2), 72–81.
21
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
keperawatan universitas indonesia.
21
Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3 September 2019, Hal 199-208 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
E-ISSN 2614-5375
Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 3 No. 1 (Januari, 2020) : 049-056
Terakreditasi Nasional Peringkat 3 No. 36/E/KPT/2019
ARTIKEL RISET
URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh3106
ABSTRAK
Perawat dapat mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan melakukan tindakan salah satunya adalah terapi
spiritual atau religius. Bentuk dari terapi spiritual dalam penelitian ini adalah dzikir dan mendengarkan bacaan
Al- Qur’an surah Ar-Rahman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan terapi spiritual
terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi
Provinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre
Experimental One Group Pretest-Posttest Design, yaitu design penelitian yang terdapat Pre-test sebelum diberi
perlakuan dan Post-test setelah diberi perlakuan. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi tanda dan
gejala yang muncul pada pasien sebelum dan sesudah diberikan terapi spiritual. Penentuan sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 20 pasien. Uji pengaruh dilakukan
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan nilai p < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku
kekerasan dimana dari hasil uji Wilcoxon diperoleh (p=0.003) α < 0.05. Kemampuan mengontrol perilaku
kekerasan sebelum dilakukan terapi spiritual adalah sebanyak sembilan pasien, sedangkan sesudah dilakukan
terapi spiritual adalah sebanyak sebelas pasien. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh antara
pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di Ruang Kenari Rumah
Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Diharapkan bagi tenaga perawat untuk lebih meningkatkan
lagi pemberian terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan.
PUBLISHED BY : Public
Article history :
Health Faculty Universitas
Muslim Indonesia Address : Received 23 Desember 2019
Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II Received in revised form 10 Januari 2020
UMI) Makassar, Sulawesi Selatan. Accepted 12 Januari 2020
Email : Available online 25 Januari 2020
licensed by Cr ea ti ve Co m mo ns A tt ri bu tio n - S ha reA li ke 4. 0 I n ter na t
jurnal.woh@gmail.com, jurnalwoh.fkm@umi.ac.idio na l L ic ens e .
Phone :
+62 85255997212
Nurses can control the violent behavior of patients by taking action one of which is spiritual or religious therapy.
The form of spiritual therapy in this study is dhikr and listening to the recitation of the Qur'an surah Ar-Rahman.
This study aims to determine the effect of the implementation of spiritual therapy on the ability of patients to
control violent behavior in the Walnut Room of the Dadi Special Hospital of South Sulawesi Province. The
research design used in this study is the Pre Experimental One Group Pretest-Posttest Design, which is a
research design that contains a Pre-test before being treated and Post-test after being treated. The research
instrument used observation sheets of signs and symptoms that appeared in patients before and after being given
spiritual therapy. Determination of the sample is done by using purposive sampling technique with a sample size
of 20 patients. The effect test was performed using the Wilcoxon statistical test with a p value <0.05. The results
showed that there was a significant influence between the implementation of spiritual therapy on the ability of
patients to control violent behavior where the Wilcoxon test results were obtained (p = 0.003) α <0.05. The
ability to control violent behavior before spiritual therapy is carried out as many as nine patients, while after
spiritual therapy is carried out as many as eleven patients. The conclusion of this study is that there is an
influence between the implementation of spiritual therapy on the ability of patients to control violent behavior in
the Walnut Room of the Dadi Regional Special Hospital of South Sulawesi Province. It is expected that nurses
will further enhance the provision of spiritual therapy to the patient's ability to control violent behavior.
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia,
termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dengan berbagai fakta biologis, psikologis sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.1
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat
berbentuk melukai diri kita sendiri untuk bunuh diri atau membiarkan diri kita terlantar. 2 Perilaku
kekerasan pada orang bisa juga dikatakan tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian
untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.3
Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan
adalah terapi religius atau spritual, yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri
klien terhadap kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spritual diantaranya adalah dzikir dan
mendengarkan Al-Qur’an. Berzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia. Dzikir
adalah peringatan doa yang paling tinggi yang di dalamnya tersimpan berbagai keutamaan dan manfaat
yang besar bagi hidup dan kehidupan kita. Bahkan kualitas kita di hadapan Allah sangat dipengaruhi
oleh kualitas dzikir kita kepada-Nya. Mendengarkan Al-Qur’an atau murottal adalah pembacaan Al-
qur’an dengan menggunakan tajwid yang benar dan berirama.4 Penelitian ini bertujuan untuk
Penelitian ini menggunakan metode Pre-Experimental One Group Pretest-Posttest Design, yaitu
memberikan terapi spiritual dengan zikir dan membaca Al-Quran dua kali dalam seminggu
selama satu bulan yang dipandu oleh terapis agama atau perawat di rumah sakit. Setelah itu
dilakukan pengkajian dan observasi kepada pasien seberapa besar pasien mampu mengontrol
perilaku kekerasannya. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah
Dadi Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 15 April s/d tanggal 15 Mei 2019. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua klien dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan pada bulan Februari
hingga bulan Maret di Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan yang
berjumlah 30 pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah klien dengan masalah keperawatan perilaku
kekerasan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 20 pasien. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Purposive Sampling dengan kriteria inklusi, yaitu pasien beragama Islam, pasien lama yang masih
sering mengalami perilaku kekerasan, serta telah mendapatkan pengobatan secara teratur. Kriteria
Ekslusi dalam penelitian ini, yaitu tahap tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan.5
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pre-Test Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan
Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan
Pre-Test
TerapiSpiritual n (%)
Terkontrol 7 35.00
TidakTerkontrol 13 65.00
Total 20 100.00
Tabel 1 menunjukkan jumlah responden pada pre-test terapi spiritual yang tertinggi adalah tidak
terkontrol sebanyak 13 responden (65.0%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Post-Test Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien
Mengontrol Perilaku Kekerasan
Post-Test
Terapispiritual n (%)
Terkontrol 16 80.00
TidakTerkontrol 4 20.00
Total 20 100.00
Berdasarkan tabel 2 jumlah responden pada post-test terapi spiritual yang tertinggi adalah
kelompok terkontrol, sebanyak 16 responden (80.0%). Adapun jumlah post-test terapi spiritual
terendah adalah tidak terkontrol, sebanyak 4 responden (20.0%).
Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5
Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim 5
Tabel 3. Perbedaan Pre-Test dan Post-Test Terapi Spiritual terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol
Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan
Terapi Spiritual Pre-Test Post-Test
n % n %
Terkontrol 7 35.00 16 80.00
TidakTerkontrol 13 65.00 4 20.00
Total 20 100.00 20 100.0 0
Tabel 4 menunjukkan nilai p value = 0.003 < α= 0.05 dengan demikian hipotesis nol (H0)
ditolak dan menerima Ha, artinya bahwa terdapat perbedaan kemampuan mengontrol perilaku
kekerasan sebelum dan setelah diberikan terapi spiritual.
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi
selatan selama satu bulan dengan frekuensi pemberian terapi spiritual dua kali dalam seminggu. Hasil
uji statistik menggunakan Uji Wicoxon di peroleh nilai sig. (2-tailed) 0.003 dengan α (0.05). Oleh
karena p<α maka Ha diterima dan H0 ditolak. Maka dalam hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di
Ruang Kenari Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyu bahwa ada pengaruh peningkatan
kemampuan mengotrol halusinasi pendengaran setelah di berikan terapi spiritual dzikir. 6 Apabila terapi
spiritual dilakukan secara terus menerus dan jika pasien sering mengikuti jadwal terapi keagamaan
maka akan semakin memberikan pengaruh yang kuat untuk membantu pasien mengotrol perilaku
kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
1. Health WFFM. Annual Report 2016. In Mill Street, USA; 2016. Available from:
https://wfmh.global/wp-content/uploads/2016-wfmh-annual-report.pdf
2. Stuart GW. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. 1st Indone. Pasaribu BAK and J,
editor. Elsevier Singapore Pte Ltd.; 2016.
3. Laela Dewi Saputri, Dwi Heppy S-. Pengaruh Terapi Spiritual Mendengarkan Ayat Suci Al-Quran
Terhadap Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di RSJ DR.
Amino Gondohutomo. Karya Ilm STIKES Telogorejo. 2015;22:1–12.
6. Hidayati, Wahyu Catur, Dwi Heppy Rochmawati T. Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap
Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Di RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2014;1–9.
7. Yusuf, Ah. fitryasari, Rizky. Nihayati HE. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika; 2015.
9. Baradero Mary. Seri Asuhan Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC; 2014.
10. Suhermi, Fatma J. Dukungan Keluarga dalam Proses Pemulihan Orang dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ). Jurnal Kesehatan Suara Forikes [Internet]. 2019;10(April):109–11. Available from:
https://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf10207
11 Nurlaili N, Nurdin AE, Putri DE, Arif Y, Basmanelly B, Fernandes F. Pengaruh tehnik distraksi
menghardik dengan spiritual terhadap halusinasi pasien. Jurnal Keperawatan. 2019 Sep
26;11(3):177-90
12 Yusuf A. Terapi Keluarga Dengan Pendekatan Spiritual Terhadap Model Keyakinan Kesehatan
Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia (The Effect of Family Therapy with Spiritual
Approach Toward Family’S Health Belief Model in Taking Care of Patient with Schizophrenia).
Jurnal Ners. 2013
14 Ariani TA. Perbandingan Ketuntasan Perawatan Klien Perilaku Kekerasan antara yang Menerima
Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pekerja Sosial (Sebuah Studi di UPT Rehabilitasi Sosial Eks
Psikotik Pasuruan). Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery). 2016 Apr 1;3(1):079-
88.
15 Nyumirah S. Manajemen Asuhan Keperawatan Spesialis Jiwa pada Klien Halusinasi di Ruang
Sadewa Di Rs Dr. H Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. 2014 May 15;2(1):1-3.
PENGARUH MENDENGARKAN ASMAUL HUSNA TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH
***) ABSTRAK
Perilaku kekerasan merupakan suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, Gejala kecemasan, baik akut
maupun kronis, merupakan komponen utama bagi semua gangguan psikiatri, sebagian dari
komponen kecemasan itu menjelma dalam bentuk gangguan panik, fobia, obsesi kompulsi, dan
sebagainya. Salah satu terapi individual yang bermanfaat untuk mengontrol kecemasan pasien
perilaku kekerasan adalah melalui pendekatan strategi dengan cara spiritual mendengarkan
asmaul husna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan asmaul husna
terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan metode penelitian
One Group Pre Post test design. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 53 responden
dengan teknik pengambilan sampel purpose sampling. Uji statistik yang digunakan adalah
Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh mendengarkan asmaul husna
terhadap tingkat kecemasan pada pasien RPK dengan nilai p-value 0.000 sedangkan nilai z hitung
6.34. hal ini karena dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres
emosional. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat dapat menggunakan terapi
mendengarkan asmaul husna untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien resiko perilaku
kekerasan.
ABSTRACT
Violent behavior is a feeling or emotion that arises as a reaction to anxiety increases and
perceived as threatening, symptoms of anxiety, whether acute or chronic, is a major component
of all psychiatric disorders, most of the components of anxiety was manifest in the form of panic
disorder, phobias, obsessions compulsions, and so on. One individual therapy is beneficial to
control the patient's anxiety violent behavior is through a strategic approach by way of spiritual
listening of Asmaul Husna. Research This study aims to determine the effect of listening Asmaul
husna Against Anxiety Levels in Patients Risk Behavior Violence in Amino Gondohutomo
Mental Hospital of Central Java. The design of this research use a quasi eksperiment with one
group pre-post test design. The sample was 53 respondens selected by used purpose sampling
technique. The statistical test used in this research was Wilcoxon. The results showed that there
was the influence of listening Asmaul Husna on the level of anxiety in patients RPK by 0.000
while the value of z calculated 6.34. this is because the spiritual dimension seeks to maintain
harmony or harmony with the outside world, struggled to answer or gain strength when facing
emotional stress. Recommendations from this study were nurses can use to listen to the Asmaul
Husna therapy to reduce patient anxiety level of risk of violent behavior.
Key words :Resiko perilaku kekerasan, Asmaul husna, Anxiety
PENDAHULUAN
Variabel Mean SD
Karakteristik Jumlah
Responden Skor pre intervensi 44,81 6.563
N % Skor post intervensi 35,47 6.641
Usia/Umur
18-20 2 7,5 Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa
21-25 3 5,7 skor rata-rata kecemasan pasien dengan
26-35 32 60,4 resiko perilaku kekerasan sebelum
36-59 14 26,4
dilakukan terapi mendengarkan asmaul
Jenis Kelamin husna adalah 44,81 kemudian setelah
Laki-laki 33 62,3 dilakukan terapi rata-rata skor kecemasan
Perempuan 20 37,7 turun menjadi 35,47. Sedangkan standar
deviasi sebelum dilakukan terapi 6.563
Pendidikan kemudian setelah dilakukan terapi menjadi
SD 28 52,8 6.641.
SMP 12 22,6
SMA 4 7,5
S1 2 3,8 3. Uji normalitas
Tidak sekolah 7 13,2 Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
bahwa jumlah responden laki-laki lebih dilakukan terapi mendengarkan asmaul
banyak daripada responden perempuan, husna pasien resiko perilaku kekerasan di
yaitu sebanyak 33 (62,3%) pada laki- RSUD Dr. Amino Gondhohutomo Provinsi
laki. Usia responden terbanyak adalah Jawa Tengah pada bulan Mei 2016 (n=53)
usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 32
(60,4%). Sedangkan tingkat pendidikan
responden terbanyak adalah SD dengan
jumlah responden mencapai 28 Uji Statistik Standar P-
(52,8%). normalitas Eror value
Pre test 0.000
Mean 44,81 0,902
Skewnes 0,027 0,327
SARAN
2. Bagi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,s. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta . 2010. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta . 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha Medika
Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Medan: USU Press
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013 [internet]. 2013 [cited 2014 Feb 28].Available from:
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas 2013/Hasil%20Riskesdas%202013. pdf, diperoleh 20 februari
2016
Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba
Medika. Jakarta.
http://www.solopos.com/2015/10/11/ga gasan-memartabatkan-orang-
dengan-gangguan-jiwa-650652 , diperoleh pada 16 Januari 2015
Videbeck, Sheila L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa : alih bahasa, Renata Komalasari
Alfrina Hany, Editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni.--- Jakarta : EGCYosep,
2014. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
Yosep Iyus. 2014. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72–
Abstract: Psikoreligius Therapy, Violent Behavior in Patients with Schizophrenia, Decline in Violent
Behavior. Schizophrenia is a clinical syndrome or disease processes that affect, perception, emotion,
behavior, and social functioning. The main problem that often occurs in patients with schizophrenia
are violent behavior. Violent behavior is a condition where a person perform actions that can
physically harm either to yourself, others, and the environment. In the management of violent behavior
are three strategies, namely: strategy deep breath, hit the pillow, chatting with others, Spiritual and
psikoreligius obat.Sedangkan utilization is part of the spiritual strategy. The purpose of this study was
to determine the effect Psikoreligius to decrease violent behavior in patients with schizophrenia.
Research Methods. The research is a Quasi-experimental, research design using One Group Pre and
Post Test Design. Sampling using non-probability sampling technique with purposive sampling.
Analysis of the data used is paired t test.
Keywords: psikoreligius therapy, violent behavior in patients with schizophrenia, decline in violent
behavior
Kata Kunci: terapi psikoreligius, perilaku kekerasan pada pasien schizofrenia, penurunan perilaku kekerasan
Untuk mendapatkan kesehatan mental yang Nurjanah (2004). Selanjutnya kondisi ini dapat
prima, tidaklah mungkin terjadi begitu saja. Selain me- nyebabkan timbulnya gangguan jiwa dalam
menye- diakan lingkungan yang baik untuk tingkat ringan maupun berat yang memerlukan
pengembangan potensi, dari individu sendiri penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit
dituntut untuk melakukan berbagai usaha jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit
menggunakan berbagai kesempatan yang ada umum, salah satunya adalah penderita
untuk mengembangkan dirinya. schizophrenia (Nurjanah, 2004).
Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap Schizofrenia merupakan suatu sindrome
peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi
mental-emosional manusia Hidayati (2000) dalam kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi
sosial, tetapi
72
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan
schizofrenia mempengaruhi setiap individu secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
dengan cara yang berbeda. Derajat gangguan pada orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau
fase akut atau fase psikotik dan fase kronis atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap
fase jangka panjang sangat bervariasi diantara suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak
individu (Videbeck, 2008). terkon- trol (Stuart dan Laraia, 2005), sedangkan
Menurut Isaac (2004), 1% populasi penduduk kema- rahan adalah perasaan jengkel yang muncul
dunia mengalami schizofrenia dalam hidupnya, 95% sebagai respon terhadap kecemasan yang
penderita schizofrenia mengidap penyakit ini dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).
seumur hidup, penderita schizofrenia menempati Penelitian psikiatrik membuktikan bahwa terda-
25% tem- pat tidur rawat inap rumah sakit. Kurang pat hubungan yang sangat signifikan antara
lebih 33%– 50% tunawisma di Amerika serikat komit- men agama dan kesehatan. Orang yang
menderita Schizofrenia. Lebih dari 50% penderita sangat reli- gius dan taat menjalankan ajaran
schizofrenia bermasalah dengan alkohol atau obat- agamanya relatif lebih sehat dan atau mampu
obatan yang mungkin berusaha mengatasi sendiri mengatasi penderitaan penyakitnya sehingga proses
gejala-gejala stressnya. Di seluruh Asia, penyembuhan penyakit lebih cepat (Zainul Z,
diperkirakan 2–10 dari setiap 1000 penduduk 2007). Saat ini perkembangan terapi di dunia
mengalami schizofrenia, dan 10% diantaranya kesehatan sudah berkembang ke arah pendekatan
perlu diobati dan dirawat intensif karena telah keagamaan (psikoreligius). Dari berba- gai
sampai pada taraf yang mengkhawatir- kan. penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat
Prevalensi penderita schizofrenia di keimanan seseorang erat hubungannya dengan ke-
Indonesia adalah 0,3–1%. Apabila penduduk kebalan dan daya tahan dalam menghadapi
Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan berbagai problem kehidupan yang merupakan
sekitar 2 juta jiwa menderita schizofrenia. stresor psiko- sosial.
Schizofrenia adalah gang- guan mental yang Pada tahun 1946, WHO mendefinisikan kese-
sangat luas dialami di Indonesia, dimana sekitar hatan sebagai keadaan lengkap dari kesejahteraan
99% Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah fisik, mental, sosial dan bukan semata-mata
penderita schizofrenia (Sosrosumihardjo, 2007). katiada- an penyakit atau kesakitan. Definisi
Permasalahan utama yang sering terjadi pada kesehatan ini merupakan pemicu dan pemacu
pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan. penelitian dan prak- tik di bidang psikoreligi
Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan kesehatan. Psikoreligi kese- hatan mulai
NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan berkembang pesat sejak saat itu, jika dikaitkan
pengkajian gejala psikotik atau tanda positif. dengan faktor-faktor psikologis yang mem-
Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku pengaruhi kesehatan seseorang yang bertujuan
kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri untuk memperoleh kesehatan dalam arti yang
pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal ini yang sesuai dengan pengertian WHO di atas (Hasan,
menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa 2008). Berdasarkan studi pendahuluan yang
ke rumah sakit. dilakukan pada tanggal 4 Februari 2014, dengan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di melihat catatan medik Rumah Sakit Jiwa daerah
mana seseorang melakukan tindakan yang dapat Surakarta, jumlah pasien rawat inap adalah
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sebanyak 116 pasien, dari jumlah tersebut 90
sen- diri, orang lain, maupun lingkungan. Hal pasien (77,5%) dirawat dengan diagnosa
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan Schizofrenia. Dari 90 pasien schizofrenia yang
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif masuk rawat inap dengan riwayat perilaku
(Stuart dan Sundeen, 2006). kekerasan adalah sebanyak 98,8% atau 89 pasien
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu (sumber: Instalasi Rekam Medis RSJD Surakart,
akibat yang ekstrim dari rasa marah atau 2011). Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta belum
ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku mempunyai Standar Asuhan Keperawatan (SAP)
agresif dan peri- laku kekerasan itu sendiri sering tentang terai psikoreligius, tetapi terapi ini sudah
dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di dilaksanakan, hanya pelaksanaannya belum optimal.
suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi Dengan demikian dampak dari psikoreligi
yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu terhadap penurunan perilaku kekerasan belum
keadaan di mana seseorang melakukan tindakan terlihat secara nyata. Berdasarkan latar belakang
yang dapat membahayakan diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh penggunaan psikoreligius terhadap
penurunan perilaku kekerasan
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan
pada pasien Skizofrenia di UGD dan ruang rawat ada perbedaan respon perilaku setelah dilakukan
Intensif di RSJD Surakarta. intervensi antara kelompok perlakuan dengan ke-
lompok kontrol berarti pemberian psikoreligi berpe-
METODE PENELITIAN ngaruh terhadap penurunan respon perilaku.
Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperimen Seperti yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini:
dengan design penelitian menggunakan Pre and
Post test Control Group Design. Pengambilan Tabel 2. Perbandingan Rerata Nilai Respon Perilaku
pada Pretest dan Posttest dalam Kelompok
sampel dengan menggunakan teknik non probabi
Perlakuan dan Kelompok Kontrol pada
lity sampling dengan cara purposive sampling Pasien Skizofrennia di RSJD Surakarta
untuk mencari pengaruh pemberian psikoreligi
Kelo mpok
terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Variabel Nilai p
Perlakuan Kontrol
skizofrenia di RSJD Surakarta. Analisa dengan uji Pretest 3,95 3 ,9 0,901
t test untuk membedakan nilai pretest - postest Posttest 0,15 2,55 0,000
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Sedangkan penurunan respon perilaku antara
HASIL PENELITIAN pretest dan postest pada kelompok perlakuan dan
R esponden penelitian ini adalah pasien kelompok kontrol menunjukan adanya penurunan
Skizofrennia yang dirawat di RSJD Surakarta yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan.
tahun 2014. Jumlah responden dalam penelitian Seperti yang terlihat pada tabel 3 berikut ini:
ini sebanyak 40 responden, dengan pembagian 20 Tabel 3. Perbandingan Penurunan Respon Perilaku
res- ponden menjadi kelompok perlakuan, dimana Pretest dan Postest Kelompok Perlakuan
pada responden diberikan terapi psikoreligi, dan Kelompok Kontrol pada Pasien
sedangkan 20 responden menjadi kelompok kontrol Skizofrennia
yang tidak diberikan terapi psikoreligi. di RSJD Surakarta
Kondisi awal rerata respon perilaku adalah Rerata Nilai Respon Perilaku
Kelompo k Nilai p
3,95. Rerata nilai respon verbal adalah 3,35. P retest Postest
Rerata nilai respon emosi adalah 4,15 dan rerata Perlakuan 3,95 0,15 0,000
nilai respon fisik adalah 2,42. Kontrol 3,90 2,55 0,01
Dari hasil analisis statistik untuk pretest,
dapat diketahui bahwa respon perilaku, respon Hasil uji t test nilai rerata respon verbal
verbal, respon emosi, dan respon fisik antara antara pretest dan post test dalam kelompok
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol perlakuan dan kelompok kontrol menunjukan ada
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Keadan ini
bermakna ( p > 0,05 ), sehingga dapat dikatakan menunjukan bahwa ada perbedaan respon verbal
bahwa antara kedua kelompok homogen . Seperti setelah dilakukan inter- vensi antara kelompok
dalam tabel berikut ini 1: perlakuan dengan kelompok kontrol. Seperti yang
disajikan dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 1.Rerata Nilai Respon Responden menurut
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Tabel 4. Perbandingan Rerata Nilai Respon Perilaku
Kontrol pada Pasien Skizofrennia di RSJD pada Pretest dan Posttest dalam Kelompok
Surakarta Perlakuan dan Kelompok Control pada
Variabel Rerata Kelompok Nilai
Pasien Skizofrennia di RSJD Surakarta
Nilai p Variabel Kelompok Nilai
Perlakuan Kontro l
Perlakuan Kontrol p
Respon perilaku 3,925 3,95 3,9 0,901 Pretest 3,4 3,3 0,714
Respon verbal 3,35 3,4 3,3 0,714 Post test 0,9 2,25 0,001
Respon eEmosi 4,15 4,3 4 0,138
Sedangkan penurunan respon perilaku antara
Respon fisik 2,425 2,45 2,4 0,711 pretest dan postest pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol menunjukan adanya penurunan
Hasil uji t test nilai rerata respon perilaku yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan.
antara pretest dan post test dalam kelompok Seperti yang terlihat pada tabel 5 berikut ini:
perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan
ada yang ber- makna (p < 0,05). Keadan ini
menunjukan bahwa
Sulistyowati, Pengaruh Terapi Psikoreligi terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan
Tabel 5. Perbandingan Penurunan Respon Verbal Pre- Tabel 8. Perbandingan Rerata Nilai Respon Fisik
test dan Posttest Kelompok Perlakuan dan pada Pretest dan Posttest dalam Kelompok
Kelompok Kontrol pada Pasien Perlakuan dan Kelompok Kontrol pada Pasien
Skizofrennia di RSJD Surakarta Skizofrennia di RSJD Surakarta
Rerata Nilai Respon Perila ku Nilai Kelompo k
Kelompok Variabel Nilai p
Pretest Postest p Perlakuan Kontrol
Perlakuan 3,4 0,9 0,000 Pretest 2,45 2,4 0,7 11
Kontrol 3,3 2,25 0,037 Posttest 0,15 1,2 0,0 00
DAFTAR RUJUKAN
Isaac, A. 2006. Panduan Belajar: Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, E/3. Alih
bahasa: Dean Praty Rahayuningsih, Editor edisi
Bahasa indonesia : Sari Kurnianingsih, S.Kp,
Copy Edi- tor: Lia astika Sari. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., dan Akemat. 1996. Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Marlindawani, J. 2009. Penggunaan Restrain pada
Pasien Amuk/Perilaku Kekerasan Ditinjau dari
Sudut Pandang Etik. http://www.library. upnvj.
ac.id/pdf/2s1keperawatan, diunduh tanggal 26
Juni 2012.
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Editor : T. Heath er
Herdman; alih bahasa: Made Sumarwati, Dwi widiarti,
Estu Tiar; editor Bahasa Indonesia: Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan,
edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Alih bahasa: Achir Yani S. Hamid; editor dalam
Bahasa Indonesia: Yasmin Asih, edisi3. Jakarta: EGC.
Stuart and Laraia. 2005. Principles and practice of
Psichiatric Nursing. (5th Ed). Medical Univer-
sity of South Carolina.
Stuart and Sundeen. 2006. Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Alih bahasa: Renata Komalasari, Afrina Hany;
editor edisi Bahasa indonesia, Pamilih Eko
Karyuni. Jakarta: EGC
Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan
Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Daerah Istimewa Yogyakarta
DOI: https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1.451
ABSTRAK
Latar belakang: Terapi psikoreligius dzikir menggunakan jari tangan kanan adalah suatu
pengobatan secara kerohanian atau kebatinan agar kondisi kejiwaan klien serta akalnya berada
dalam kondisi yang proporsional dengan cara dzikir agar senantiasa merasa dekat dengan-Nya,
metode dzikirnya menggunakan jari tangan kanan
Tujuan: Terapi psikoreligius dzikir ini bertujuan untuk membuat hati dan pikiran lebih tenang yang
tentunya akan membuat seseorang lebih fokus dalam melakukan aktivitas, emosi meluap-luap, rasa
dendam, dan merangsang gelombang otak melalui pemijatan tangan pada ruas jari – jari tangan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Populasi penelitian ini adalah
orang dengan gangguan jiwa yang dirawat inap di rumah sakit jiwa Grhasia DIY. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 5 orang.
Hasil: dari 5 orang dengan gangguan jiwa yang dilakukan terapi semuanya tidak ditemukan gangguan
kognitif, dimana sebelum diberikan terapi diukur kemampuan kognitif dengan instrumen ScoRS,
didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan kognitif dan 1 pasien dengan gangguan kognitif ringan
Kesimpulan: Terapi psikoreligius dzikir menggunakan jari tangan kanan sangat efektif dalam
meningkatkan kemampuan kognitif pasien dengan skizofrenia dengan masalah keperawatan resiko
perilaku kekerasan, halusinasi dan isolasi sosial.
Kata kunci : Psikoreligius Dzikir, Jari Tangan Kanan, dan Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Psychoreligious Therapy of Dhikr Using Right Hand Fingers In People With Mental Disorders
In Grhasia Mental Hospital Daerah Istimewa Yogyakarta
Abstra
ct
Background: Psychological therapy of dhikr using the right hand finger is a spiritual or kebatinan
treatment so that the mental condition of the client and his mind are in a proportional condition by
always dzikir to Allah SWT to always feel close to Him, as for the dhikr method using the right
hand finger.
Purpose: This psychiatric dhikr therapy aims to make the heart and mind calmer which will
certainly make a person more focused in doing activities, overflowing emotions, revenge, and
stimulate brain waves through hand massage on the fingers.
Method: This study was conducted using a qualitative research design with a case study method.
The population in qualitative research is termed a social situation in this study were people with
mental disorders who were hospitalized in Grhasia DIY mental hospitals. The sample in this of 5
people.
Results: Of the 5 people with mental disorders who were treated for therapy all found no cognitive
impairment, where before cognitive therapy was measured with ScoRS, 4 patients had no cognitive
impairment and 1 patient with mild cognitive impairment
Conclusion: Psychiatric dzikir therapy using the right-hand finger is very effective in improving
the cognitive abilities of patients with schizophrenia with nursing problems at risk of violent
behavior, hallucinations and social isolation.
Pendahuluan
(Alligood, 2014).
Qs AL-Ahzab ayat 41
Metode
pada tanggal
Dari 5 orang dengan gangguan jiwa terjadi pada masyarakat korban adalah
yang dilakukan terapi semuanya tidak timbulnya perasaan rendah diri, Tema 2 adalah
sebelum diberikan terapi diukur kemampuan menyatakan adanya perubahan kognitif yang
kognitif dengan instrumen ScoRS terjadi yaitu penurunan daya pikir. Adanya
(Schizophrenia cognition rating scale), perubahan kognitif pada pasien seperti tidak
didapatkan 4 pasien tidak ada gangguan mampu berpikir jernih, menjadi ragu-ragu
kognitif dan 1 pasien dengan gangguan karena tidak ada kepastian, dan pikiran mereka
Tabel 1 kemampuan kognitif orang dengan lain yang mereka hadapi ini sesuai dengan
gangguan jiwa di RSJ Grhasia DIY sebelum dan
sesudah diberikan terapi psikoreligius dzikir
temuan Norris, Muhtador (2014) bahwa salah
menggunakan jari tangan kanan
Alligood, M.R. 2014. Nursing Theorists and Their Work, 8th ed. Missouri: Mosby Elsevier.
Arham, MU. 2015. Terapi spiritual melalui dzikir pada santri gangguan jiwa di PP Al Qadir
Cangkringan Yogyakarta. Yogyakarta: FKD UIN Sunan Kalijaga.
Dermawan, D. 2017. Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di
RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Volume 15 no. 1. ejournal@stikespku.ac.id
Hadist riwayat Abu Dawud, II/8, At Tirmidzi V/521, dan Shahihul Jami, IV/271, No.
4865.Hidayatulloh, dkk. 2013. Al quran dan Tajwid kode transliterasi. Bekasi : Cipta bagus
segara
Hussein, JW. 2016. The social psychological and phenomenological construct of spirituality in the
culture of dhikr in Eastern Ethiopia. https://doi.org/10.117711354067-
16672415, 0(0) 1-23. SAGE.
Keefe, et al. 2015. Reliability, validity and treatment sensitivity of the Schizophrenia Cognition Rating
Scale. http://dx.doi.org/10.1016/j.
176–184 Elsevier.
Muhtador. 2014. Pemaknaan Ayat Al-Quran Dalam Mujahadah: Studi Living Al Quran Di PP Al-
Munawwir Krapyuak Komplek Al Kandiyas” Jurnal Penelitian. Vol.8 No. 1
Bukti ScreenShoot:
Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Palembang.
DEWAN PENGUJI