Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL

HUBUNGAN PENERAPAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS

CENDRAWASIH

PRAMADHITA A.P. BOTUTIHE

2119037

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENERAPAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS

CENDRAWASIH

Disetujui oleh :

Pembimbing satu Pembimbing dua

Hasniati, S.Kep.Ns. M.Kep Maria Kurnyata R.K, S.Kep. Ns. M.Kep

Pada tanggal, 16 Juni 2023

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah

SWT karena atas limpahan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua,

terkhusus kepada penulis yang telah menyusun proposal dengan judul

“Hubungan Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Cendrawasih”.

Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa semua tidak

terlepas dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bimbingan,

motivasi yang sangat berharga serta bantuan moril maupun materil. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang

terhormat Ibu Liyan Yusuf Ku’una, Bapak Saleh Botutihe, dengan

segala pengorbanan, kesabaran, doa dan kasih sayang mereka kepada

penulis tanpa mengeluh dan bosan. Maka dengan kerendahan hati,

penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih kepada :

1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE Selaku Ketua Yayasan

Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik

Makassar.

2. Ibu Dr. Suriani Bahrun, S.Kep. Ns. M.Kes. Selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

3. Ibu Eka Suprapti S.Kep. Ns. M.Kes. Selaku Ketua Prodi SI Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

II
4. Ibu Hasniati, S.Kep. Ns. M.Kep. Selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam

penyusunan proposal.

5. Ibu Maria Kurnyata Rante Kada, S.Kep. Ns. M.Kep. Selaku pembimbing

II yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan serta

motivasi kepada penulis dalam penyusunan proposal.

6. Ibu Yunita Suriani, S.Kep. Ns. M.Kes. Selaku penasehat akademik yang

telah memberikan motivasi serta mengajarkan etika baik kepada

penulis.

7. Pengelola dan seluruh Staf dosen STIK GIA Makassar.

8. Kepada Pihak Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar yang bersedia

membantu memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh

data awal penelitian dan mengizinkan dalam melaksanakan penelitian

ini.

9. Terima kasih kepada kedua orang tua, terutama ibu saya yang selalu

sabar dan selalu berusaha memberikan yang terbaik buat saya, serta

kakak ku tersayang Jusfadilah Sainuddin.

10. Seluruh kawan-kawan mahasiswa STIK GIA MAKASSAR terutama

angkatan “2019” Sahabat seperjuangan (Syafira Rulmadani, Zhadella

R. Abdullah, Asmawati Yusuf, Fransiskawati Bawole, Ica Inaku, Elan

Seftiana Sama’i, Mesya Julianti Entengo, Taufiq Manto) serta yang

lainnya.

III
11. Terima kasih kepada sahabat saya Riyanti Oktapia, Putri Sartika Dewi

dan Rasmidah yang selalu memberikan motivasi kepada saya untuk

menyelesaikan Proposal.

12. Terimakasih kepada kakak Ns. Aludin Sulaya, S.Kep dan Erik Sampe

Toding, S. Kep yang sudah membantu dalam menyelesaikan proposal.

13. Terimakasih kepada teman kecil saya Sarni, Irkha Dwi Nur Safira,

Melda Fitria Ramadani, Andi Angraeni Asra yang tak henti-hentinya

memberikan saya dukungan untuk menyelesaikan proposal

14. Terimakasih kepada teman kontrakan saya Vingky Alvionita Pakaya,

Ramlawati Nebu, Fitrian Pulubuhu, Zhadian W. Abdullah dan Osiana

Mantir yang selalu menghibur dikala saya stress dalam mengerjakan

proposal.

15. Terimakasih untuk Anuarahman Muhidin your are the best support

system

16. Last but no least, I wanna thank me, for believing in me, for doing all

this hard work, for having no days off, for never quitting, for just

being me at all times

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan dan kekurangan

baik dari segi penulisan dan tata bahasanya. Maka dengan kerendahan

hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

demi kesempurnaan proposal ini.

IV
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................

C. Tujuan Penelitian..........................................................................

D. Manfaat Penelitian.........................................................................

E. Hipotesis Penelitian.......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

A. Tinjauan Pustaka Diabetes Melitus.................................................

B. Tinjauan Pustaka Self Care..........................................................

C. Tinjauan Pustaka Kualitas Hidup..................................................

D. Kerangka teori............................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................

A. Kerangka Konsep........................................................................

B. Definisi Operasional....................................................................

C. Desain Penelitian........................................................................

V
D. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................

E. Populasi dan sampel...................................................................

F. Instrumen Penelitian...................................................................

G. Pengumpulan Data.....................................................................

H. Pengolahan dan Analisa Data.......................................................

I. Etika Penelitian...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

VI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dorothea Orem menciptakan teori orem yang dikenal sebagai teori

self care. Self care, menurut Orem, dapat meningkatkan fungsi dan

perkembangan manusia dalam kelompok sosial yang sejalan dengan

potensi manusia. Tahu bahwa manusia memiliki keterbatasan dan

ingin menjadi normal. Self care yang dilakukan pasien diabetes melitus

meliputi pengaturan pola makan, pemantauan kadar gula darah,

penggunaan obat, perawatan kaki, dan latihan fisik (olah raga).

Salah satu tujuan pengaturan pola makan adalah untuk mengontrol

metabolisme sehingga gula darah tetap dalam batas normal. Tujuan

memantau kadar gula darah adalah untuk mengetahui apakah

aktivitas yang dilakukan sudah efektif atau belum. Perawatan kaki

bertujuan untuk mencegah diabetes dan mengontrol gula darah.

olahraga yang meningkatkan kepekaan reseptor insulin sehingga

dapat beraktivitas dengan baik. (Novita Nora, 2021)

Salah satu penyakit degeneratif yang diketahui akan terus

meningkat prevalensinya baik di negara maju maupun berkembang

adalah Diabetes Melitus (Safitri, 2021). Dalam beberapa tahun

terakhir, salah satu masalah yang sering dihadapi oleh penderita

adalah DM tipe II, yang disebabkan oleh pengabaian kondisi dan

kurangnya manajemen diri klien. Hal ini menyebabkan kontrol

1
metabolik glukosa darah yang buruk, yang mengakibatkan penurunan

kualitas hidup. Perubahan fisik yang dialami, yang ditandai dengan

penurunan kemampuan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari,

merupakan konsekuensi dari hal ini. (Arifin, 2020)

Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), ada 537

juta orang yang menderita DM pada tahun 2021. Jumlah ini

diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 700 juta orang

pada tahun 2045. Menurut data dari International Diabetes Federation

tahun 2021, Indonesia sekarang menduduki peringkat ke-5 di dunia

dengan total penderita diabetes terbesar, sebanyak 19,5% populasi.

Menurut Infodatin, prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebesar

10,7%. Jumlah penderita di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,8%,

dengan Provinsi DKI Jakarta yang paling tinggi sebesar 3,4%, dan

provinsi NTT yang paling rendah sebesar 0,9%. (Kementerian

Kesehatan RI., 2020)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi sulawesi Selatan

data distribusi Diabetes Melitus berdasarkan Laporan rutin PTM

puskesmas di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017 menunjukkan

bahwa kasus diabetes melitus tertinggi ada di Kota Makassar sebanyak

5.322 kasus. (Dinkes,2019)

Berdasarkan data dari Puskesmas Cendrawasih bahwa jumlah

penderita Diabetes Melitus pada tahun 2021 sebanyak 860 kasus yang

terdiri dari laki-laki 371 kasus dan perempuan 489 kasus.

2
Apabila Diabetes Melitus tipe II tidak ditangani dengan baik dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit dan berakhir pada komplikasi

akut maupun kronis (Lilyana & Prabasari, 2017). Ketika penderita

Diabetes Melitus mengalami komplikasi, maka akan berdampak pada

penurunan kualitas hidup, serta meningkatnya angka kesakitan

(Nwankwo, 2010). Penurunan kualitas hidup pada pasien Diabetes

Melitus sering diikuti dengan ketidaksanggupan pasien tersebut dalam

melakukan perawatan diri secara mandiri yang biasa disebut dengan

self care. (Anggraini & Prasillia, 2021)

Setiap orang, baik laki-laki maupun wanita, membutuhkan

perawatan diri sendiri. Ketika self-care tidak cukup dan tidak dapat

dipertahankan, kesakitan dan kematian akan terjadi. Self-care adalah

upaya untuk mengajarkan pasien bagaimana memenuhi kebutuhan

hidupnya secara mandiri sehingga mereka dapat menghindari dan

mengelola penyakit mereka sendiri dan mengikuti saran dan

pengobatan yang diberikan oleh profesional kesehatan. (Novita, 2021)

Dalam teori self care, fokusnya adalah tindakan yang dilakukan

individu untuk mengelola penyakit diabetes melitus, seperti menjaga

pola makan (diet), berolahraga atau beraktivitas fisik, memantau gula

darah, mematuhi penggunaan obat, dan merawat kaki (Erida Silalahi,

2021). Diabetes Melitus tipe II memerlukan pengelolaan sendiri

seumur hidup. Jika tidak dilakukan dengan benar, hal ini akan

berdampak negatif dan signifikan terhadap penurunan kualitas hidup,

3
penurunan harapan hidup usia, dan peningkatan angka kesakitan.

(Setyadewi, 2022)

Kualitas hidup (Qol) didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO, 2021) sebagai persepsi atau pandangan seseorang tentang

posisinya dalam hidupnya dalam konteks sistem nilai dan budaya

tempat mereka tinggal, serta kaitannya dengan tujuan, harapan,

standar, dan fokus hidup mereka. Komplikasi dapat menyebabkan

penurunan umur, harapan hidup, dan kualitas hidup. Kualitas hidup

pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

kondisi fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Sebagian besar

penderita mengalami kualitas hidup yang buruk, terlepas dari apakah

mereka mengalami komplikasi atau tidak. Ini diyakini karena diabetes

adalah penyakit yang sulit disembuhkan.

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien

DM tipe 2 yaitu dengan melaksanakan self care yang baik. Self care

yang baik dilihat dari kepatuhan melakukan perawatan kaki,

pengukuran gula darah, olahraga, dan edukasi (Tjok & Made, 2020).

Self care adalah bentuk perilaku yang dilakukan oleh setiap individu

dalam menjaga kesehatan, perkembangan, dan kehidupan di

sekitarnya. (Baker & Denyes, 2008; Zaura dkk, 2021)

Self care yang baik untuk penderita DM tipe 2 dapat berdampak

pada kualitas hidup mereka. Self care berkontribusi pada peningkatan

fungsi-fungsi manusia serta perkembangan di dalam kelompok sosial

4
sesuai dengan potensi manusia, mengetahui keterbatasan manusia,

dan keinginan manusia untuk menjadi normal. Self care yang

dilakukan oleh pasien diabetes meliputi pemantauan kadar gula darah,

pengaturan pola makan (diet), penggunaan obat, perawatan kaki, dan

aktivitas fisik. Kualitas hidup pasien diabetes dapat dilakukan dan

dikaitkan dalam beberapa hal seperti kebutuhan yang terus-menerus

untuk perawatan penderita diabetes, gejala yang dapat muncul ketika

kadar gula darah kurang stabil, dan kemungkinan komplikasi yang

timbul akibat penyesuaian diet. (Chaidir, 2017; Anggraini & Prasilia,

2021)

Berdasarkan pernyataan di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terkait Hubungan Penerapan Self Care Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah Hubungan

Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe II di Puskesmas Cendrawasih ?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Penerapan Self Care Dengan

Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas

Cendrawasih

5
1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi penerapan Self Care pasien Diabetes Melitus

tipe II di Puskesmas Cendrawasih

b. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe II di

puskesmas Cendrawasih

c. Menganalisis hubungan antara Self Care dengan kualitas hidup

pasien Diabetes Melitus tipe II

1.4 Manfaat Penilitian

1 Bagi Institusi Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk wawasan pada

penderita Diabetes Melitus bagi semua mahasiswa keperawatan

sebagai sumber ilmu dan informasi

2 Bagi perawat puskesmas

Penelitan ini dapat memberikan tambahan informasi dan

pengembangan pelayanan kesehatan serta dijadikan sebagai

pertimbangan untuk pemberian asuhan keperawatan

3 Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang besar bagi

peneliti dalam melakukan penelitian terkait dengan Hubungan

Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe II

4 Bagi peneliti selanjutnya

6
Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi tambahan

dan data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai

penelitian Hubungan Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

1.5 Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe II

2. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

karena kelainan sekresi insulin kerja insulin atau keduanya

(PERKENI, 2019). Diabetes melitus merupakan penyakit

yang ditandai oleh kadar gula darahnya lebih dari normal

(Hiperglikemia) yang diakibatkan oleh kurangnya produksi

insulin. (Hasdinah, 2012)

Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu masalah

kesehatan utama pada masyarakat. Menurut American

Diabetes Association (ADA) diabetes adalah kelompok

penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar

gula darah yang disebut dengan hiperglikemia akibat dari

kelainan sekresi insulin. (Saputri, 2020)

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang

ditandai dengan kadar gula darah glukosa di dalam darah

tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah

8
setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan meningkat

setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.

Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan

atau puasa adalah 70 110 mg/dl darah. Kadar gula darah

normal biasanya kurang dari 120 - 140 mg/dl pada 2 jam

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula

darah maupun mengandung karbohidrat. (Irianto, 2015)

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit

hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar

insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang

normal. Karena insulin dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas,

maka diabetes melitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin

dependent diabetes melitus (Restyana, 2015).

2.1.2 Etiologi

Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa gejala sebelum

hasil diagnosis, diabetes melitus tipe II awalnya diobati

dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet

(umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat

pengurangan berat badan. (Ehsa, 2010, dalam Nora Novita

Sari, 2021)

2.1.3 Faktor Resiko

Menurut (Isnaini, 2018, dalam Nora Novita Sari, 2021) faktor

resiko terjadinya DM tipe 2 yaitu: Faktor yang berisiko tetapi

9
dapat diubah oleh manusia, dalam hal ini dapat berupa pola

makan, pola kebiasaan sehari-hari seperti makan, pola

istirahat, pola aktivitas dan pengelolaan stres. Faktor yang

kedua adalah faktor yang berisiko tetapi tidak dapat diubah

seperti usia, jenis kelamin serta faktor pasien dengan latar

belakang keluarga dengan penyakit diabetes. (Suiraoka,

2012)

Faktor risiko kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2

antara lain usia, aktifitas fisik, terpapar asap, indeks massa

tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya hidup, adanya

riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan,

riwayat ketidaknormalan glukosa dan kelainan lainnya.

(Morton et al, 2012; Koes Irianto 2012; De Graaf et al, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012)

menyatakan bahwa riwayat keluarga, aktifitas fisik, umur,

stres, tekanan darah serta nilai kolesterol berhubungan

dengan terjadinya DM tipe dua, dan orang yang memiliki

berat badan dengan tingkat obesitas berisiko 7,14 kali

terkena penyakit DM tipe dua jika dibandingkan dengan

orang yang berada pada berat badan ideal atau normal.

2.1.4 Patofisiologi

Diabetes melitus tipe 2 merupakan masalah utama

adalah berhubungan dengan resistensi insulin dan gangguan

10
sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan penurunan

sensitivitas jaringan pada insulin. Untuk mengatasi resistensi

insulin dan mencegah penumpukan glukosa darah,

peningkatan sejumlah insulin harus disekresikan dalam

mengatur kadar gula darah dalam batas normal atau sedikit

lebih tinggi kadarnya, namun jika sel beta tidak dapat

meningkatkan dan menjaga kebutuhan insulin maka glukosa

akan terjadi peningkatan dan DM tipe 2 akan terus

berkembang. (Tarwoto, 2011, dalam Nora Novita Sari, 2021)

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Tarwoto dkk (2016) dan Tandra (2018) tanda

dan gejala yang biasa terjadi pada kasus diabetes melitus

yaitu sebagai berikut :

1. Poliuria (Sering kencing)

Hiperglikemia mengakibatkan sebagian dari glukosa

disekresi oleh ginjal bersamaan dengan urin karena

tubulus ginjal mengalami keterbatasan proses filtrasi dan

reabsorpsi. Frekuensi miksi dipengaruhi oleh konsumen air

yang banyak sehingga meningkatkan pengeluaran

glukosa.

2. Polidipsia (Sering merasa haus)

11
Gejala sering (poliuria) mengakibatkan tubuh mengalami

dehidrasi, hal tersebut dapat menstimulus pusat sehingga

meningkatkan keinginan untuk minum.

3. Polipagia (Peningkatan rasa lapar)

Adanya peningkatan katabolisme, cadangan energy

berkurang akibat terjadinya pemecahan glikogen untuk

energi, hal tersebut yang merangsang pusat lapar.

4. Berat badan menurun

Berat badan mengalami penurunan akibat hilangnya

cairan tubuh, glikogen, cadangan trigliserida dan massa

otot. Otot tidak mendapatkan gula dan energi yang cukup,

sehingga pemecahan jaringan lemak dan otot diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan energi dan mengakibatkan

berat badan pasien menurun.

5. Gangguan mata, penglihatan kabur

Pada keadaan kronis, melambatnya aliran darah akibat

hiperglikemia, tidak lancarnya sirkulasi ke vaskuler, dan

memicu terjadinya retina serta keruhnya lensa mata.

6. Masalah pada kulit

12
Peningkatan glukosa menyebabkan terjadinya pada kulit

sehingga timbul sensasi gatal. Jamur dan bakteri mudah

menyerang area kulit.

7. Kelemahan dan keletihan

Penyebab pasien mudah kelelahan dan letih adalah

kebutuhan cadangan energi kurang, adanya kelaparan sel,

dan kehilangan potassium.

8. Luka sulit sembuh

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan luka sulit

sembuh yaitu:

a. Infeksi, bakteri akan mudah berkembang ketika kadar

gula darah tinggi

b. Dinding pembuluh darah mengalami kerusakan,

sehingga aliran darah menuju ke kapiler menjadi

lambat dan menghambat proses penyembuhan luka.

c. Gangguan saraf atau mati rasa membuat pasien tidak

peduli pada lukanya dan memperparah luka tersebut.

9. Kadar glukosa yang tinggi mengakibatkan terjadinya

kerusakan pada saraf.

Rusaknya saraf sensorik menimbulkan keluhan dan sering

muncul yaitu rasa kesemutan atau mati rasa. Selain itu

juga munculnya rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu

seperti lengan, betis, kaki bahkan timbul seperti terbakar.

13
10. Gusi menjadi merah dan bengkak

Melemahnya kemampuan rongga mulut dalam melawan

infeksi, sehingga gusi menjadi merah dan bengkak.

Timbulnya infeksi.

11. Kadang kondisi tertentu, tubuh sudah mampu

beradaptasi peningkatan kadar glukosa darah.

2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah

meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes melitus.

Tujuan penatalaksanaan meliputi:

1. Tujuan jangka panjang pendek : menghilangkan keluhan

diabetes melitus memperbaiki kualitas hidup, dan

mengurangi resiko komplikasi akut.

2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat

progresivitas penyakit mikroangiopati dan makroangiopati.

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas, dan

profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara

komprehensif.

Langkah – langkah penatalaksanaan umum

Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada

pertemuan pertama, yang meliputi:

1. Riwayat Penyakit

14
a. Usia dan karasteristik saat onset diabetes.

b. Pola makan, status nutrisi, status aktivitas fisik, dan

riwayat perubahan berat badan.

c. Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa

muda.

d. Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang

digunakan, perencanaan makan dan program latihan

jasmani.

e. Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetic,

hyperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia).

2. Pemeriksaan fisik

a. Pengukuran tinggi dan berat badan

b. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran

tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari

kemungkinan adanya hipotensi ortostatik.

c. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid

d. Pemeriksaan jantung.

e. Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun stetoskop.

f. Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi

kelainan vaskular, neuropati dan adanya deformitas)

g. Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,

hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering,

dan bekas lokasi penyuntikan insulin).

15
h. Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan

diabetes melitus tipe lain.

3. Evaluasi laboratorium

a. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam

setelah TTGO

b. Pemeriksaan kadar HbA1c

Langkah-langkah penatalaksanaan khusus

Penatalaksanan diabetes melitus dimulai dengan

penerapan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas

fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologi dengan obat

anti hiperglikemik secara oral dan/atau suntikan. Obat anti

hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai sebagai terapi

tunggal kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan

dekompensasi metabolic berat. Misalnya ketoasidosis, stres

berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya

ketonuria, harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan

sekunder atau tersier. Pengetahuan tentang pemantauan

mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya

harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang

16
pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah

mendapat pelatihan khusus.

2.1.7 Diagnosa Diabetes Melitus

Diagnosa diabetes melitus ditegakkan atau dasar

pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan glukosa darah

yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara

enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan

hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glucometer.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya

glukosuria. (Perkeni, 2019)

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang

diabetes kecurigaan adanya diabetes perlu dipikirkan apabila

terdapat keluhan seperti:

1. Keluhan klasik diabetes melitus : poliuria, polidipsia,

polifagia dan penurunan berat yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya.

2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,

dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada

wanita.

Tabel 1. Kriteria Diagnosa Diabetes Melitus

Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL puasa adalah kondisi

tidak ada asupan kalori minimal 8 jam {B}

17
Atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah tes toleransi

glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram {B}

Atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan keluhan

klasik

Atau

Pemeriksaan HbA1C ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohemoglobin Standarization Program

(NGSP)

Sumber : Perkeni, (2019)

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat penyakit diabetes

melitus dapat berupa gangguan pada pembuluh darah baik

makrovaskular maupun mikrovaskuluar, serta gangguan

pada sistem saraf atau neuropati. Gangguan ini dapat terjadi

pada penyandang Diabetes melitus tipe 2 yang sudah lama

menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 yang baru

terdiagnosis. Komplikasi makrovaskular umumnya mengenai

organ jantung, otak dan pembuluh darah,sedangkan

gangguan mikrovaskuler dapat terjadi pada mata dan ginjal,

keluhan-keluhan neurapati juga umum dialami penyandang

diabetes melitus baik motoric, sensorik atau pun neuropati

otonom. (PERKENI, 2019)

18
2.2 Definisi Self Care

Self care merupakan salah satu teori keperawatan yang

dikembangkan oleh Dorothea E Orem. Pengertian self care

menurut Orem ialah kegiatan yang dilakukan oleh pasien itu

sendiri untuk memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan

kehidupan, kesehatan dan kesejahteran sesuai keadaan, baik

sehat maupun sakit. Orang dewasa dapat merawat diri sendiri,

sedangkan orang sakit memerlukan bantuan dalam pemenuhan

aktivitas self care. Manusia memiliki hak masing-masing untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Perawat mengupayakan agar

pasien mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan mereka

sendiri. Sama halnya dengan pasien diabetes, mereka

diharapkan dapat melakukan self care diabetes secara mandiri.

(Kusniawati, 2016)

Self care sering diartikan sebagai self management pada

pasien DM. Menurut Bai et al, self care diabetes adalah

program yang harus dijalankan sepanjang hidup dan menjadi

tanggung jawab penuh bagi pasien DM. Dalam kamus

kesehatan, self care diabetes diartikan sebagai tindakan mandiri

untuk mengontrol diabetes yang meliputi tindakan pengobatan

dan pencegahan komplikasi. (Medikal Dictionary, 2018)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self

care diabetes adalah tindakan atau program bagi pasien DM

19
dalam hal perawatan diri sendiri yang bertujuan untuk

mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi.

2.2.1 Teori Self Care Dorothea Orem E.

Orem berpendapat bahwa perawatan diri adalah

fungsi pengaturan manusia di mana orang harus bertindak

untuk diri mereka sendiri atas dasar musyawarah. Perawatan

diri sebagai tindakan yang disengaja adalah tindakan untuk

mencapai hasil yang ditentukan, didahului dengan

penyelidikan, refleksi dan penilaian untuk menilai situasi dan

dengan pilihan yang disengaja tentang apa yang harus

dilakukan. Manajemen diri adalah proses terlibat secara aktif

dalam aktivitas perawatan diri dengan tujuan meningkatkan

perilaku dan kesejahteraan seseorang. Manajemen diri

meliputi perencanaan makan, aktivitas fisik yang

direncanakan, pemantauan glukosa darah, minum obat

diabetes dan mengelola episode penyakit dan glukosa darah

rendah dan tinggi. Standar nasional untuk pendidikan dan

dukungan manajemen diri diabetes mendefinisikan

pendidikan manajemen diri diabetes sebagai proses

kolaboratif dan berkelanjutan yang dimaksudkan untuk

memfasilitasi pengembangan pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan yang diperlukan untuk manajemen mandiri

diabetes yang berhasil. (Lambrinou, et al., 2019)

20
Untuk memfasilitasi manajemen diri pada penyakit

kronis, pola hubungan pasien penyedia harus lebih

kolaboratif. Hubungan dan komunikasi kolaboratif pasien-

penyedia terbukti menghasilkan kepuasan pasien yang lebih

besar, kepatuhan terhadap rencana perawatan, dan hasil

kesehatan yang lebih baik. Pendekatan ini mempromosikan

pengambilan keputusan bersama (SDM), pendekatan yang

berpusat pada pasien yang membantu pasien membuat

keputusan perawatan kesehatan yang lebih baik berdasarkan

preferensi informasi mereka bekerja sama dengan penyedia

layanan kesehatan mereka. SDM memungkinkan penyedia

dan pasien untuk menjadi ahli, untuk mendiskusikan tentang

pilihan pengobatan yang berbeda dan untuk

mempertimbangkan pilihan berdasarkan nilai, preferensi dan

konteks pasien. Untuk mencapai manajemen diri yang efektif

termasuk modifikasi gaya hidup, sangat penting untuk

memotivasi orang dengan Diabetes Melitus. Kurangnya

motivasi, tidak adanya dukungan sosial dan implikasi terkait

penyakit, seperti kelelahan, adalah alasan utama

ketidakpatuhan terhadap manajemen diri yang efektif dari

pasien Diabetes Melitus. (Lambrinou, Hansen and Beulens,

2019)

2.2.2 Keyakinan Dan Nilai-nilai Theori Dorothea E.

21
Keyakinan Orem tentang empat konsep utama keperawatan

adalah :

1. Individu

Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus

menerus mempertahankan self care untuk hidup dan

sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan

efeknya.

2. Sehat

Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan

self care yang berperan untuk mempertahankan dan

meningkatkan integritas struktural fungsi dan

perkembangan.

3. Lingkungan

Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan

keperluan self care dan perawat termasuk di dalamnya

tetapi tidak spesifik.

4. Keperawatan

Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang

dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan

kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care

yang mencakup, integritas struktural, fungsi dan

perkembangan

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Care

22
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi self care

menurut (Naningsi, 2022)

1. Usia

Beberapa penelitian menemukan bahwa pengidap DM

pada usia tua memiliki self care dengan lebih baik dan

teratur daripada mereka yang menderita DM pada usia

muda. Peningkatan usia adalah peningkatan kedewasaan

dan kematangan seseorang sehingga klien berpikir lebih

rasional tentang manfaat yang akan diperoleh jika

melakukan aktivitas self care DM secara adekuat. Usia

lanjut sangat terkait dengan tingginya tingkat aktivitas

fisik, kepatuhan terhadap makanan atau diet, dan

perawatan kaki pada penderita Diabetes.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan dengan aktivitas self

care DM. Aktivitas self care DM harus dilakukan oleh pria

maupun wanita. Terdapat penelitian yang menunjukkan

bahwa pasien DM perempuan memiliki aktivitas self care

yang lebih baik daripada pasien DM pria. Namun, terdapat

juga penelitian yang mengatakan sebaliknya bahwa pria

memiliki aktivitas self care yang lebih baik dibandingkan

wanita dengan DM. Mengemukakan bahwa tidak ada

23
hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas self care

DM.

3. Tingkat Pendidikan

Dalam pengelolaan DM, pengetahuan merupakan

faktor penting.Sebuah studi menemukan bahwa

kurangnya pengetahuan dapat menghambat pengelolaan

self care. Sedangkan, pasien dengan pendidikan rendah

akan kesulitan untuk belajar merawat dirinya. Namun,

banyak penelitian juga mengungkapkan bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dan aktivitas self

care DM, yang berarti bahwa pasien dengan tingkat

pendidikan tinggi belum tentu patuh dalam melakukan

aktivitas self care DM.

4. Tingkat pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi self care pada DM. Menurut penelitian

yang dilakukan, secara umum pasien DM yang

berpenghasilan tinggi cenderung kurang mengikuti self

care DM dibandingkan pasien DM yang berpenghasilan

rendah. Hal ini mungkin karena orang berpenghasilan

tinggi memiliki kehidupan yang lebih berisiko daripada

orang berpenghasilan rendah.

5. Lamanya menderita DM

24
Pasien dengan penyakit DM yang lebih lama memiliki

aktivitas self care DM lebih tinggi dibandingkan pasien

yang baru menderita DM. Klien yang telah menderita DM

selama lebih dari 11 tahun biasanya lebih memahami

perilaku Self Care berdasarkan pengalamannya selama

sakit sehingga klien lebih memahami hal-hal terbaik yang

harus dilakukan untuk tetap sehat. Hal ini dapat dicapai

dengan melakukan aktivitas aktivitas self care secara

teratur dan konsisten.

6. Motivasi

Motivasi adalah kondisi internal yang membangkitkan

seseorang untuk melakukan tindakan, mendorong untuk

mencapai tujuan tertentu dan membuat seseorang tetap

tertarik pada kegiatan tertentu (Potter, 2010). Motivasi

dapat menimbulkan perubahan energi dalam diri

seseorang dan pada akhirnya akan berhubungan langsung

dengan psikologis, dan emosional untuk bertindak dan

melakukan sesuatu guna mencapai tujuan, kebutuhan,

dan keinginan tertentu.

Motivasi pasien DM merupakan faktor penting yang

dapat memberikan dorongan yang kuat bagi klien DM

untuk melakukan aktivitas self care DM, sehingga gula

darah dapat terkontrol secara optimal dan komplikasi

25
dapat dicegah. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi

adalah salah satu kunci self care pada pasien DM

(Kisokanth, Prathapan, Indrakumar, & Joseph, 2014).

Kusniawati (2011) dalam Penelitiannya menyimpulkan

bahwa ada hubungan antara motivasi dengan self care

DM, semakin tinggi motivasi klien maka semakin tinggi

pula aktivitas self care pasien DM.

7. Dukungan sosial

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara self care DM dengan dukungan sosial.

Semakin banyak dukungan yang diterima, maka semakin

banyak pula aktivitas self care yang dilakukan.

8. Aspek emosional

Masalah emosional pada penderita DM berupa stres,

kecemasan tentang penyakit dan masa depannya,

perasaan sedih, memikirkan kemungkinan komplikasi,

ketakutan, tidak antusias dengan program pengobatan,

bosan dengan pengobatan yang rutin dilakukan, dan

kecemasan terhadap perubahan gula darah. Aspek

emosional yang dialami oleh penderita DM merupakan hal

yang akan mempengaruhi aktivitas self care DM. Lebih

mudah bagi klien untuk melakukan perawatan mandiri

dalam kehidupan sehari-hari jika mereka menerima dan

26
memahami semua kondisi yang muncul akibat

penyakitnya. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian

emosional yang tinggi untuk mencapai keberhasilan

program pengobatan bagi penderita DM sehingga klien

dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya dan

mendapatkan perawatan secara rutin.

9. Keyakinan terhadap efektivitas penatalaksanaan DM

Terdapat kontribusi antara keyakinan pada efektifitas

penatalaksanaan DM terhadap self care. Semakin tinggi

kepercayaan terhadap efektivitas pengelolaan DM maka

kinerja self care DM akan semakin tinggi.

10. Komunikasi petugas Kesehatan

Komunikasi adalah poin penting dalam perawatan

pribadi pasien DM. Pemberian informasi dan pendidikan

kesehatan terkait self care akan mempengaruhi tingkat

perawatan diri klien. Semakin tinggi frekuensi pemberian

informasi oleh petugas kesehatan maka semakin tinggi

pula aktivitas self care. Penelitian yang dilakukan oleh Nur

Naningsi (2022) menyatakan bahwa komunikasi petugas

kesehatan adalah faktor yang paling dominan

berkontribusi terhadap self care DM.

2.3 Kualitas Hidup

27
2.3.1 Definisi Kualitas Hidup

Who mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi

individu di kehidupan mereka dalam konteks kebudayaan

dan norma kehidupan dan hubungannya dengan tujuan,

harapan, standar dan perhatian mereka. Hal ini dipengaruhi

oleh kesehatan fisik, mental, psikologi, kepercayaan pribadi

dan hubungan sosial mereka dengan lingkungan sekitar.

Kualitas hidup (quality life) merupakan konsep analisis

kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal

terkait dengan persepsi secara individu mengenai tujuan,

harapan,standard dan perhatian secara spesifik terhadap

kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi oleh nilai dan

budaya pada lingkungan individu tersebut berada. (WHO,

2004)

Kualitas hidup memiliki maksud sebagai usaha untuk

membawa penilaian memperoleh kesehatan. World Health

Organization Quality Of Life (WHOQOL) mendefinisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap

kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan

sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan,

standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu

konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik

28
individu, psikologis, tingkat kemandirian serta hubungan

individu dengan lingkungan. (Nursalam, 2016)

2.3.2 Struktur Kualitas Hidup

Nursalam (2016), bahwa pengakuan sifat multidimensi

kualitas hidup tercermin dalam struktur WHOQOL-100 yaitu:

1. Usulan Penggunaan

Perlu diantisipasi bahwa penilaian WHOQOL-100 akan

digunakan dalam cara yang berskala luas. Cara-cara

tersebut akan digunakan dengan skala cukup besar dalam

uji klinis, dalam menetapkan nilai di berbagai bidang, dan

alam mempertimbangkan perubahan kualitas hidup

selama intervensi. Penilaian WHOQOL juga diharapkan

akan menjadi nilai di berbagai bidang, dan alam

mempertimbangkan perubahan kualitas hidup selama

intervensi. Penilaian WHOQOL juga diharapkan akan

menjadi nilai dimana prognosis penyakit cenderung hanya

melibatkan pengurangan atau pemulihan parsial, dana

dimana perawatan mungkin lebih pariatif daripada kuratif.

(Nursalam, 2016)

2. Pengukuran QoL

The WHOQOL- BREF menghasilkan kualitas profil

hidup adalah mungkin untuk menurunkan empat skor

29
domain. Keempat skor domain menunjukkan sebuah

persepsi individu tentang kualitas kehidupan di setiap

domain tertentu. Domain skor berskalakan kearah yang

positif (yaitu skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas

hidup lebih tinggi). Biasanya seperti cakupan indeks

antara 0 (mati) dan 1 (kesehatan sempurna). Semua skala

dan faktor tunggal diukur dalam rentang skor 0-100. Nilai

skala yang tinggi mewakili tingkat respons yang lebih

tinggi. (Nursalam, 2016)

Jadi nilai tinggi untuk mewakili skala fungsional tinggi

atau tingkat kesehatan yang lebih baik nilai yang tinggi

untuk status kesehatan umum atau QoL menunjukkan

Qol yang tinggi: tetapi nilai tinggi untuk skala gejala

menunjukkan tingginya simtomatologi atau masalah.

Dengan menggunakan teknik Tem Trade Off (TTO)

dimana 0 menunjukkan kematian dan 100 menunjukkan

lebih buruk dari mati. Rating Scale (RS) mengukur QoL

dengan cara yang sangat mudah, RS menanyakan QoL,

secara langsung sebagai sebuah titik dari 0 yang

berhubungan dengan kesehatan yang sempurna.

(Nursalam,2016)

2.3.3 Domain QoL Menurut WHOQOL-BREF

30
Menurut WHO 2021, ada empat domain yang

dijadikan parameter untuk mengetahui kualitas hidup. Setiap

domain dijabarkan dalam beberapa aspek yaitu:

1. Domain kesehatan fisik, yang dijabarkan dalam beberapa

aspek, sebagai berikut:

a. Kegiatan kehidupan sehari-hari

b. Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis

c. Energi dan kelelahan

d. Mobilitas

e. Rasa sakit dan ketidaknyamanan

f. Tidur dan istirahat

g. Kapasitas kerja

2. Domain psikologis, yang dijabarkan dalam beberapa

aspek, sebagai berikut :

a. Bentuk dan tampilan tubuh

b. Perasaan negatif

c. Perasaan positif

d. Penghargaan diri

e. Spiritualitas agama atau keyakinan pribadi

f. Berpikir, belajar, memori yang konsentrasi

3. Domain hubungan sosial, yang dijabarkan dalam

beberapa aspek, sebagai berikut :

a. Hubungan pribadi

31
b. Dukungan sosial

c. Aktivitas sosial

4. Domain lingkungan yang dijabarkan dalam beberapa

aspek, sebagai aspek :

a. Sumber daya keuangan

b. Kebebasan, keamanan, dan kenyamanan fisik

c. Kesehatan dan kepedulian sosial; aksebilitas dan

kualitas

d. Lingkungan rumah

e. Peluang untuk memperoleh informasi dan

keterampilan baru

f. Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan

keterampilan baru

g. Lingkungan fisik (polusi atau kebisingan atau lalu

lintas atau iklim) Transportasi. (Nursalam, 2016)

32
2.3.4 Kerangka Teori

DM

Etiologi:
Faktor Resiko: Manifestasi klinis:
Faktor genetik, Obesitas,
1. Faktor yang berisiko 1. Poliuria
Konsumsi tinggi lemak dan
tetapi dapat diubah 2. Polidipsia
rendah serat, dan kurang
oleh manusia. 3. Polipagia
gerak badan (aktivitas).
2. Faktor yang berisiko 4. BB menurun
tetapi tidak dapat 5. Gangguan pada mata
diubah oleh manusia.

Self care pada pasien DM terdiri dari:


Komplikasi:
1. pola makan (diet),
gangguan pada
2. aktivitas fisik/olahraga,
pembuluh darah, baik
3. monitoring gula darah,
makrovaskular maupun
4. kepatuhan konsumsi obat,
mikrovaskuluar
5. perawatan kaki.

33
Komplikasi
dapat dicegah

Kualitas Hidup
Meningkat

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen adalah Self Care sedangkan

variabel dependen adalah Kualitas Hidup. Adapun kerangka konsep

penelitian ini adalah :

Independen Variabel Variabel Dependen

Self Care Kualitas Hidup

34
= variabel dependen

= variabel independen

= garis penghubung

Gambar 3.1 kerangka konsep

35
A. Definisi operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang Batasan variable yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan. Menurut (Nursalam, 2017) Sangat penting untuk

memberikan penjelasan operasional tentang variabel yang telah

didefinisikan. Definisi operasional mengacu pada sifat yang diamati

(diukur) sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran yang cermat terhadap suatu objek atau fenomena

yang dapat diulangi oleh orang lain. Tabel 3.1 menggambarkan

definisi operasional penelitian.

36
Tabel 3.1 definisi operasional

No Variabel/sub Kriteria Objektif


Definisi operasional Alat ukur skala
variabel

Variabel dependen

1 Kualitas Hidup Sudut pandang responden Kuesioner Kurang jika nilai 0-25 Ordinal

terhadap keadaannya dalam Cukup jika nilai 26-50

kehidupan. WHOQOL Baik jika nilai 51-75

memiliki 4 domain, yaitu : Sangat baik jika nilai

Kesehatan fisik, psikologis, 76-100

hubungan sosial, dan

lingkungan

Variabel independen

2 Self Care Kemampuan pasien untuk Kuesioner Baik jika nilai ≥ 30 Interval

melakukan Perawatan Kurang jika nilai ≤ 30

terhadap dirinya sendiri yang

meliputi aspek pola makan

(diet), aktivitas fisik/olahraga,

monitoring gula darah,

kepatuhan konsumsi obat,

dan perawatan kaki.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Dengan menggunakan

pendekatan cross-sectional yang mengumpulkan data tentang variabel

37
bebas dan variabel terikat secara bersamaan, desain penelitian ini

bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat dan kualitas hidup. (Notoatmodjo, 2010) (ada

ygterbaru 2017)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Cendrawasih

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juli – Agustus 2023

D. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Notoadmojo, 2010). Populasi

pada penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus yang datang di

Puskesmas Cendrawasih.

E. Sampel dan Teknik pengambilan sampel

1. Sampel

38
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti (Notoadmojo, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik Random sampling, yaitu Pengambilan

sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pengambilan

sampel terdapat dua kriteria yang ditetapkan oleh peneliti yaitu

kriteria inklusi dan karakteristik eksklusi :

1. Kriteria Inklusi Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Responden yang telah di diagnosa Diabetes Melitus

tipe II

b) Responden yang kadar gula darahnya diatas 126

mg/dl

c) Usia 45 tahun keatas

d) Memiliki kemampuan membaca dan menulis

e) Bersedia menjadi responden peneliti

5. Kriteria Eksklusi

a) Responden dengan gangguan pendengaran,

penglihatan, tidak bisa melakukan aktivitas fisik

karena kondisi tertentu misalnya gangguan pada

sistem muskuloskeletal.

39
Adapun cara yang dilakukan untuk menentukan sampel penelitian

adalah lemeshow:

Z 21 – a/2 P (1 – P) N
n=
d 2 (N – 1) + Z 2
1 – a/2 P (1 – P)

1.96 2 (0.50) (1 – 0.50) 860


n=
0.05 2 (860 – 1) + 1.96 2 (0.50) (1 – 0.50)

825.944
n=
3.111
n = 265.44
5
n = 266

π 238
Transgender = x 266 = 73.61 = 74
860
keterangan :

n = Jumlah sampel

Za = Nilai standar dari distribusi sesuai a = 5% = (1.96)

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0.05)

N = Populasi

P =

π
Transgender =

2. Teknik pengambilan sampel

40
Teknik - teknik pengambilan sampel menggunakan random

sampling.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Yang digunakan untuk mengukur Hubungan Penerapan Self Care

Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di

Puskesmas Cendrawasih.

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah oleh peneliti

(Arikunto 2013). Pada tahap pengumpulan data, diperlukan suatu

instrumen yang dapat diklasifikasikan 5 bagian meliputi pengukuran

biologi, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala. Instrumen

penelitian yang akan digunakan adalah angket berupa kuesioner yang

berisi masalah atau tema yang sedang diteliti sehingga menampakkan

pengaruh atau hubungan dalam penelitian dan skala. (nursalam 2013)

Kuesioner tentang self-care terdiri atas 15 pertanyaan, Instrument

yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner Self

Care yang sudah baku, dengan nilai Nilai cronbach alpha pada variabel

self care 0,277.

Instrumen berikutnya dalam penelitian ini yakni lembar kuesioner

WHOQOL untuk menilai kualitas hidup pasien diabetes melitus.

41
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner WHOQOL yang telah diuji validitas dan realibilitas oleh

peneliti di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar dengan banyaknya

56 sampel sebanyak 26 pertanyaan dengan cara menyebar angket

atau instrumen agar diisi oleh responden dan setelah terisi,

didapatkan hasil nilai sig outcom lebih kecil dari 0,05 dan

realibilitasnya tinggi yaitu 0,935. Dengan demikian instrument

WHOQOL valid dan realibel. yang telah diuji validitas dan realibiitas

serta didapatkan hasil nilai sig outcom lebih kecil dari 0,05 dan

realibilitasnya tinggi yaitu 0,935. Dengan demikian instrumen

WHOQOL valid dan realibel.

G. Pengelolah data

Pengelola data menurut (Notoatmojo, 2012), terdiri dari empat

tahap meliputi editing, coding, tabulating, dan entry

1. Editing adalah proses pengecekan perlengkapan data berupa

kelengkapan identitas responden serta isian maupun jumlah

lembar observasi sehingga jika terdapat ketidaksesuaian bisa di

lengkapi oleh peneliti

2. Coding merupakan Tindakan pemberian kode atau angka untuk

memudahkan pengolah data. Untuk variabel Selfcare peneliti

memberikan kode pada setiap jawaban dari kuesioner yang ada.

42
3. Tabulating adalah Tindakan pengelompokan data dan dimasukan

dalam bentuk tabel sesuai dengan skor yang telah ditentukan

pada lembar observasi.

4. Entri merupakan tahap memasukan data yang diperoleh

menggunakan perangkat lunak komputer dengan bantuan SPSS.

H. Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan Analisa data univariat dan analisa

bivariat

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan

dalam analisis ditampilkan dalam distribusi frekuensi, analisis

univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel dependen dan independen.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen

secara bersamaan dengan menggunakan uji koofisien korelasi (x)

dengan derajat kemaknaan (α) adalah 0,05 apabila nilai p < 0,05

maka hasilnya bermakna secara statistic atau terdapat hubungan

(Ho ditolak dan Ha diterima), sedangkan bila nilai p > 0,05 maka

hasilnya tidak bermakna secara statistic atau tidak dapat

hubungan ( Ho gagal ditolak), sedangkan bila nilai p > 0,05 maka

43
hasilnya tidak bermakna secara statistic atau tidak terdapat

hubungan ( Ha diterima).

I. Etika Penelitian

Penelitian ini berpegang teguh pada standar penelitian yang

berlaku yaitu: Responden berhak untuk ataupun tidak ikut dalam

kegiatan. Penelitian yang tidak dilakukan pemaksaan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung bebas dari eksploitasi, bebas

dari penderitaan, kerahasiaan perlu surat persetujuan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan ijin

kepada Pihak Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan, kemudian

kuesioner diberikan kepada responden yang diteliti dengan

menekankan masalah etika, yaitu:

1. Lembar persetujuan menjadi responden

Lembar persetujuan penelitian akan diberikan kepada

responden, responden diharapkan dibaca terlebih dahulu

tujuannya adalah agar respondent tahu maksud dan tujuan

penelitian serta dampak selama pengumpulan data. Jika

responden berpartisipasi maka mendatangkan lembar

persetujuan.

2. Tanpa nama

Pemberian nama pada lembaran kuesioner dimaksud agar

tidak terjadi kesalahan dalam identifikasi data untuk

mengidentifikasi kesamaan yang kemiripan nama. Untuk menjaga

44
kerahasiaan identitas subjek peneliti telah mengubah nama-nama

responden menjadi angka Ketika mengelola data.

3. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi telah dijamin oleh peneliti dengan tidak

memberikan informasi apapun kepada orang yang tidak

kepentingan dengan penelitian, lembar kuesioner akan

dimusnahkan setelah penelitian selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R. B., & Prasillia, A. (2021). Hubungan Self Care Terhadap

Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus : Study Literature). Stikes Citra

Delima Bangka Belitung, 3(2), 6.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infodatin tetap produktif, cegah, dan

atasi Diabetes Melitus 2020. Pusat Data Dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI.

Naningsi, N. (2022). Gambaran perilaku self care pada penderita diabetes

melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Tamalanrea Makassar . 1–

45
43.

Safitri, D. E. (2021). Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Klien

Diabetes Mellitu Tipe 2 (Literature Review). Universitas Dr.Soebandi

Jember, 2, 1–127.

uimedan. (n.d.). JURNAL KEPERAWATAN.

http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATANhttp://ju

rnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN

Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA

https://scholar.google.com/scholar?

q=related:ZG_vGCmmNn8J:scholar.google.com/

&scioq=internasional+skripsi+self+care+dengan+kualitas+hidup+pasien

+DM+tipe+II+tahun+2022&hl=id&as_sdt=0,5

Zaura, T. A., Bahri, T. S., & Darliana, D. (2021). Hubungan Self care

dengan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2. JIM FKep Volume V Nomor 2

Tahun 2021 JIM FKep Volume V Nomor 2 Tahun 2021. JIM FKep, V(1),

38–46.

Anggraini, R. B., & Prasilia, A. (2021). Hubungan self care terhadap

kualitas hidup pasien diabetes melitus : study literature. Nursing Science

Journal (NSJ), 2, 6. https://doi.org/https://doi.org/10.53510/nsj.v2i2.88

46
Lembar Kuesioner Self Care

Kode Responden

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti.

2. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner

tersebut sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, dengan cara

memberi tanda ceklis () pada jawaban yang telah disediakan.

47
3. Semua pertanyaan/pernyataan sedapat mungkin diisi secara jujur dan

lengkap.

4. Bila ada pertanyaan/pernyataan yang kurang dipahami, kami mohon

Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menanyakan langsung kepada peneliti.

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Lama menderita :

48
Keterangan

1 = tidak pernah

2 = jarang

3 = selalu

49
1 2 3
No
Pertanyaan Tidak
Jarang Selalu
Pernah

A Pola Diet

Saya mengikuti pola makan sehat

1 berdasarkan instruksi dari tenaga Kesehatan

atau dokter

Saya mengkonsumsi sayur-sayuran dan


2
buah-buahan

Saya mengkonsumsi makanan tinggi lemak


3
seperti: daging, udang, kepiting, dan kerang

Dalam sehari, saya memberi selang waktu


4
dalam mengkonsumsi karbohidrat

B Latihan Fisik

Saya melakukan aktivitas olahraga selama


5
30 menit

Saya melakukan Latihan fisik di luar

6 lingkungan rumah seperti (berenang,

berjalan, dan bersepeda)

C Mengontrol gula darah

saya melakukan tes gula darah sebulan


7
sekali

saya melakukan tes gula darah sesuai


8
anjuran dokter

D Pengobatan

9 saya minum obat sesuai anjuran dokter

saya melakukan pemeriksaan ke RS atau

10 puskesmas tiap bulan (jika masih

pengobatan)

saya menggunakan insulin sesuai anjuran


11
dokter

E Perawatan Kaki
50
Saat di rumah atau bekerja saya selalu
12
memakai alas kaki
KUESIONER

KUALITAS HIDUP PADA PASIEN DIABETES MELITUS

N Sangat Baik-Baik
Pertanyaan Buruk Baik Sangat Baik
o Buruk Saja

1 Bagaimana menurut anda

kualitas hidup anda ?

Tidak
N Sangat tidak Biasa-Biasa Memua Sangat
Pertanyaan Memuas
o Memuaskan saja skan Memuaskan
kan

Seberapa puas anda


2
terhadap Kesehatan anda ?

51
Tidak Dalam
Dalam Jumlah Sangat
No Pertanyaan Sama Sedikit Jumlah
Sedang Sering
Sekali Berlebihan

3 Seberapa jauh rasa sakit

fisik anda mencegah anda

dalam beraktivitas sesuai

kebutuhan ?

4 Seberapa sering anda

membutuhkan terapi medis

untuk dapat berfungsi

dalam kehidupan sehari-hari

anda ?

5 Seberapa jauh anda

menikmati hidup anda ?

6 Seberapa jauh anda merasa

hidup anda berarti ?

7 Seberapa jauh anda mampu

berkonsentrasi ?

8 Secara umum, seberapa

aman anda rasakan dalam

kehidupan anda sehari-

hari ?

9 Seberapa sehat lingkungan

dimana anda tinggal

(berkaitan dengan sarana

dan prasarana)

52
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal

ini dalam satu bulan terakhir

Tidak Sama Sepenuhnya


No Pertanyaan Sedikit Sedang Seringkali
Sekali Dialami

10 Apakah anda memiliki fitalitas

yang cukup untuk beraktivitas

sehari-hari ?

11 Apakah anda dapat menerima

penampilan tubuh anda ?

12 Apakah anda memiliki cukup

uang untuk memenuhi

kebutuhan anda ?

13 Seberapa jauh ketersediaan

informasi bagi kehidupan

anda dari hari ke hari ?

14 Seberapa sering anda

memiliki kesempatan untuk

bersenang-senang/rekreasi ?

Sangat Biasa-Biasa
No Pertanyaan Buruk Baik Sangat Baik
Buruk Saja

15 Seberapa baik kemampuan

anda dalam bergaul ?

No Pertanyaan Sangat Tidak Biasa - Memuaskan Sangat

Tidak

53
Memuaskan Memuaskan Biasa Saja Memuaskan

16 Seberapa puaskah

anda dengan tidur

anda ?

17 Seberapa puaskah

anda dengan

kemampuan anda

untuk menampilkan

aktivitas kehidupan

anda sehari-hari ?

18 Seberapa puaskah

anda dengan

kemampuan anda

untuk bekerja ?

19 Seberapa puaskah

anda terhadap diri

anda ?

20 Seberapa puaskah

anda dengan

hubungan personal/

sosial anda ?

21 Seberapa puaskah

anda dengan

kehidupan seksual

anda ?

22 Seberapa puaskah

anda dengan

54
dukungan yang anda

peroleh dari teman

anda ?

23 Seberapa puaskah

anda dengan

dukungan yang anda

peroleh dari teman

anda ?

24 Seberapa puaskah

anda dengan akses

anda pada layanan

Kesehatan ?

25 Seberapa puaskah

anda dengan

transportasi yang

harus anda jalani ?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau

mengalami hal-hal berikut ini dalam satu bulan terakhir

Sangat Baik-Baik
No Pertanyaan Buruk Baik Sangat Baik
Buruk Saja

26 Seberapa sering anda memiliki

perasaan negatif seperti ‘feeling

blue’ (Kesepian), putus asa, cemas

dan depresi ?

55
Tabel berikut harus dilengkapi setelah wawancara selesai

Skor Skor yang berubah


Persamaan untuk menghitung skor domain
mentah 4-20 0-100

27 Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + a= b: c:

Q18

□+□+□+□+□+□+□

28 Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26) a= b: c:

□+□+□+□+□+□

29 Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 a= b: c:

□+□+□

30 Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 + a= b: c:

Q25

□+□+□+□+□+□+□+□

56
KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Penerapan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada

Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Cendrawasih

Petunjuk :

5. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu demografi, kuesioner

tentang pengetahuan Diabetes Melitus.

6. Mohon kesediaan bapak/ibu/saudara/I untuk mengisi kuesioner

ini sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, beri tanda ceklis

pada jawaban yang anda pilih.

b) Data Demografi

No. Responden :

1. Nama Inisial :

2. Usia :

57
3. Jenis Kelamin

i. Laki-laki :

j. Perempuan :

b. Pendidikan

a. SD :

b. SMP :

c. SMA :

d. Perguruan Tinggi :

c. Pekerjaan

a. Petani :

b. Pedagang :

c. PNS :

d. Wiraswasta :

e. Lainnya, sebutkan… :

d. Status Sosial :

e. Lama menderita DM :

58

Anda mungkin juga menyukai