Anda di halaman 1dari 60

STUDY LITERATURE REVIEW: PENGARUH PENYULUHAN

KESEHATAN SENAM KAKI DIABETES TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI SENAM
KAKI PASIEN DIABETES MELITUS

PROPOSAL LITERATURE RIVIEW

HISNAWATI
NH0116068

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDIN
MAKASSAR
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal dengan judul“study
literature review:pengaruh penyuluhan kesehatan senam kaki diabetes terhadap
peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus”telah disetujui untuk disajikan di
hadapan Tim Penguji pada Seminar Proposal Penelitian Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar.

Makassar, .................2020

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Syaifuddin Zaenal., SKM., S.Kep., Ns., M.Kes Eva Arna Abrar., S.Kep., Ns., M.Kep.

Disetujui Oleh
KaProdi S1 Keperawatan

(Indra Dewi, S.Kep,Ns.,M.Kes)


NIDN. 0929128501

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, atas kasih karunia serta berkat

kesehatan dan pengetahuan yang dianugerahkan kepada peneliti sehingga skripsi dengan

judul "study literature review:pengaruh penyuluhan kesehatan senam kaki

diabetes terhadap peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus "ini dapat

terselesaikan walaupun masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada hambah-Nya yang

diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam, sang revolusioner dunia sejati yang telah

mengantarkan kita dari pengetahuan klasik sampai kepada pengetahuan modern yaitu

Baginda Nabi besar Muhammad SAW.

Dengan segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ayah dan Bunda tercinta atas segala dukungan spritual, material dan

kasih sayang serta pengorbanan yang tak terhingga kepada Ananda sehingga Ananda

dapat merasakan indahnya hidup ini dan menyelesaikan pendidikan sesuai dengan

harapannya. Sungguh jasa kalian tidak akan pernah mampu terbalaskan.

Melalui kesempatan ini, izinkan saya sebagai penulis mengucapkan rasa

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Yahya Haskas, SH, M.Kn., selaku Ketua Yayasan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar atas semua jasa yang

diberikan kepada

iii
2. peneliti sehingga peneliti sampai pada tahap penyusunan skripsi di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar.

3. Bapak DR. Yasir Haskas, S.Pt., SE., M.M.Kes., selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar atas semua jasa yang

diberikan kepada peneliti.

4. Ibu Indra Dewi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua Program Studi S1

Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar

atas segala bantuan dan kebijaksanaan yang telah diberikan kepada peneliti.

5. Ibu Irmayani, S.Kep., Ns., M.Kes selakuPenasehat Akademik peneliti

atas segala nasehat yang diberikan.

6. Bapak Syaifuddin Zaenal., SKM., S.Kep., Ns., M.Kes selaku

pembimbing I atas bimbingan, motivasi, dan segala kebijaksanaan yang

diberikan dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat berjalan

dengan lancar.

7. Ibu Eva Arna Abrar., S.Kep., Ns., M.Kep.selaku pembimbing II atas

motivasi, bimbingan dan kebijaksanaan yang diberikan dalam penyusunan skripsi

ini sehingga peneliti mengerti dan dapat menyeselesaikan skripsi ini pada waktu

yang tepat.

8. Bapak H. Dr. Yasir, S.Pt., SE., M.Mkes selaku penguji yang

memberikan pengalaman, kebijaksanaan dan motivasi sehingga peneliti tetap

selalu semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

iv
9. Para responden yang tidak dapat saya cantumkan namanya satu persatu

yang telah bersedia dan ikhlas untuk menjadi responden.

10. Kakanda-kakanda, saudara-saudara dan adinda-adinda tercinta yang

ada di Lembaga Hijau Hitam (Himpunan Mahasiswa Islam) komisariat STIKES

Nani Hasanuddin Makassar atas bantuan, doa dan motivasinya dengan harapan

agar peneliti sukses dalam cita-cita yang diimpikannya..

11. Pihak lain yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini,

yang tidak dapat peneliti cantumkan namanya satu persatu.

Segala kesempurnaan di dunia ini hanyalah milik Allah SWT semata dan

dengan rendah hati, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan untuk itu kritik, saran dan sanggahan yang bersifat membangun sangat

peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.Besar harapan peneliti dengan

adanya skripsi yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan membantu

peneliti untuk menyempurnakan skripsi ini. Amin…!!!

Makassar,…............ 2020

Penyusun

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................... ....................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………….……………………………………………...11
B. Rumusan Masalah………………….……………………………………..14
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………15
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………..15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Diabetes Melitus………………………..…………........17


B. Tinjauan Umum Pengetahuan..................................... ………………......22
C. Tinjauan Umum Penyuluhan kesehatan..…………………….………......25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Literature Review.........................................................................31
B. Proses Pengumpulan Data........................................................................31
C. Sintesis Data.............................................................................................32
D. Etika Penelitian.........................................................................................32
E. Sintesis Grid.............................................................................................34

vi
DAFTAR SINGKATAN

DM = Diabetes Melitus
DMT1 = Diabetes Melitus Tipe 1
DMT2 =Diabetes MelitusTipe 2
IDDM =Dependent Diabetes Mellitus
GDM =Gestasional Diabetes Melitus
IFG =Impairel Fasting Glucose
IGT =Impaired Glucose Tolerance
NIDDM =Non - Insulin - Dependent Diabetes Mellitus
WHO =World Health Organization
PERKENI =Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
SD =Sekolah Dasar
TGT =Toleransi Glukosa Terganggu
IDF =The international Diabetes Federation

vii
DAFTAR SINGKATAN

Antibiotik =obat yang menghentikan atau memperlambat pertumbuhan


bakteri
Amputasi =penghilangan ekstermitas tubuh oleh trauma atau
pembedahan.
Biokimia =ilmu yang mempelajari kimia organisme hidup, termasuk
manusia
Diabetes mellitus =kelainan metabolisme yang disebabkan oleh beberapa faktor,
dengan gejala-gejala berupa hiperglikemia (peningkatan kadar
glukosa darah) dan gangguan metabolisme pada karbohidrat,
lemak dan protein
Depresi =gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau kesenagan, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan
energi rendah
Diet =proses pengurangan jumlah kalori harian
Diastolik =tekanan darah bawah

Etiologi =ilmu tentang penyebab penyakit


Genetik =karakteristik yang diturunkan dari orang tua pada keturunan
Hepatik =berkaitan dengan hati, atau obat herbal yang digunakan untuk
mengobati kondisi hati
Hiperglikemia =suatu kondisi yang terjadi pada orang dengan diabetes melitus
bila kadar glukosa darah yang terlalu tinggi
Herpes =infeksi virus rekuren yang disebabkan oleh herpesvirus
hominis
Indeks glikemik =sebuah peringkat yang diberikan kepada makanan untuk
Insulin =hormon yang mengatur metabolisme karbohidrat
Jaringan adiposa. =jaringan yang terdiri dari sel-sel adiposit
Jaringan perifer =jaringan yang berada pada bagian tepi tubuh
Karbohidrat =sumber energi bagi tubuh
Komplikasi =gangguan kesehatan ringan sampai berat akibat dari proses
perjalanan penyakit
Kongenital =lahir pada kelahiran (bawaan lahir)
Kolesterol =lemak yang terkandung dalam aliran darah atau sel tubuh
yang sebenarnya dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel
dan sebagai bahan baku beberapa hormon
Koagulasi =menyebabkan pengumpalan zat dalam larutan
Kuantitatif =penelitian ilmia yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta kausalitas hubungan-hubunganya

viii
Kuantitatif =penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis
Ketoasidosis diabetik =glokosa darah tinggi, seringkali disebabkan oleh penyakit atau
menggunakan insulin terlalu sedikit
Langerhans =bagian tubuh yang berada di dalam pankreas
Lipolisis =sebuah sindrom yang melibatkan matabolisme lipid abnormal
dan redistribusi lemak tubuh
Makrovaskuler =berkenaan dengan pembuluh darah yang besar (memiliki
diameter lebih dari 100 mikron)
Metabolisme =kemampuan tubuh untuk memecah kalori dan oksigen untuk
mengubah menjadi energi
Prevalensi =seberapa sering suatu penyakit atau kondisi pada sekelompok
orang
Populasi =jumlah keseluruhan dari responden

Patofisiologi =ilmu tentang proses perjalanan penyakit


Pankreas =organ keenjar yang terletak di bagian perut.
Pradisposisi =menjadi lebih mungkin atau rentan
Pra-diabetes =suatu kondisi dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari
normal tetapi tidak cukup tinggi di diagnosis diabetes
Protein =rantai molekul panjang yang terdiri dari asam amino yang
bergabung dengan ikatan peptida
Rubella =sutu kondisi penyakit yang ditandai dengan demam akut,
ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening
Reseptor =molekul khusus pada permukaan sel yang merespon sinyal
eksternal
Reflex =respon atau gerakan yang tak disengaja yang dapat diprediksi
terhadap rangsangan tertentu.
Stroke =kematian sel otak tiba-tiba akibat gangguan aliran darah
keotak
Sistolik =tekanan darah atas
Stres =istilah yang mengacu pada gabungan tekanan fisik, mental,
dan emosinal pada seseorang
Trigliserida =adanya lemak dalam darah ini mempunyai hubungan yang
dekat dengan kegemukan, dan dikenal sebagai salah satu faktor
resiko penyakit jantung
Terapi =upaya pengembalian kesehatan dan fungsionalitas tubuh
kekondisi normal
Virus =organisme kecil yang berkaitan baik dalam sel dan
menyebabkan penyakit

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senam kaki diabetes melitus merupakan kegiatan atau latihan yang di


lakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan
membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki diabetes
dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi (Agustianingsih, 2013).
Diabetes Mellitus (DM) merupakansalah satu penyakit yang
prevalensinyaterus mengalami peningkatan di dunia,baik pada negara maju
ataupun negaraberkembang, sehingga dikatakan bahwaDM sudah menjadi
masalah kesehatanatau penyakit global pada masyarakat.Organisasi
kesehatan dunia atau WHOmemperkirakan bahwa lebih dari 346juta
orang diseluruh dunia mengidapDM. Jumlah ini kemungkinan akanlebih
dari dua kalilipat pada tahun 2030tanpa intervensi. Hampir 80% kematianDM
terjadi dinegara berpenghasilanrendah dan menengah (Suiraoka,2012).
Secarah harfiah, Diabetes Melitus berasal dari kata “diabetes” yang
berarti mengalir dan “melitus” yang berarti madu. Jadi, Diabetes Melitus
adalah suatu gangguan metabolik secara menahun yang ditandai dengan
adanya hiperglikemik. Ada juga yang menganggap penyakit Diabetes Melitus
identik dengan makan kentang dan akhirnya potong kaki. Menurut catatan
sejarah yang ada, sebenarnya penyakit diabetes sudah dikenal sejak ribuan
tahun sebelum masehi. Ketika itu, para ahli terkait, telah mengupayakan obat
penyembuhannya. Namun hingga sekarang, yang dapat mereka lakukan
hanyalah upaya untuk menurunkan kadar gulanya saja (Citya Ardhilla,2013).
Kebiasaan melakukan aktivitas fisik diharapkan akan mempengaruhi kadar
gula darah penderita (Nur & Wilya, 2014). Selain itu, Decroli (2019)

1
mengatakan bahwa Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah dalam tubuh yang dapat menyebabkan
komplikasi pada banyak organ karena ketidakstabilan kadar gula darah
tersebut. Penyakit yang muncul seperti masalah penglihatan, penyakit jantung,
penyakit ginjal, luka, stroke dan penyakit penyerta lainnya sulit disembuhkan .

Hingga saat ini penyakit degeneratiftelah menjadi penyebab


kematianterbesar di dunia. Bahkan hal iniberimbas kepada kerugian yang
telahdialami oleh beberapa negara di dunia.Sebanyak 38 juta (68%) dari
56 jutakematian di dunia pada tahun 2012disebabkan oleh penyakit
degeneratif(American Diabetes Association, 2014).
Menurut International DiabetesFederation Pada tahun 2017, sekitar
425juta orang di seluruh dunia menderitaDM. Jumlah terbesar orang dengan
DMyaitu berada di wilayah Pasifik Barat159 juta dan Asia Tenggara 82
juta.China menjadi negara dengan penderitaDM terbanyak di dunia dengan
114 jutapenderita, kemudian diikuti oleh India72,9 juta, lalu Amerika serikat
30,1 juta,kemudian Brazil 12,5 juta dan Mexico12 juta penderita.
Indonesia mendudukiperingkat ke tujuh untuk penderita DMterbanyak di
dunia dengan jumlah 10,3juta penderita (International DiabetesFederation
(IDF, 2017).Pada tahun 2015 Indonesia berdiri padaposisi ketujuh dengan
jumlah penderitasebanyak 10 juta jiwa. Jumlah penderitaDM ini diperkirakan
akan meningkatpada tahun 2040, yaitu sebanyak 16,2juta jiwa penderita,
dapat diartikanbahwa akan terjadi peningkatanpenderita sebanyak 56,2%
dari tahun2015 sampai 2040. Indonesia jugamerupakan negara ketiga
yang jumlahorang dengan gangguan toleransiglukosa (20-79 tahun) pada
tahun 2015yaitu sebesar 29 juta jiwa orang (IDF,2017).
Laporan dari Badan Penelitian danPengembanganKesehatan
KementrianKesehatan tahun 2013 menyebutkanterjadi peningkatan
prevalensi padapenderita DM yang diperolehberdasarkan wawancara yaitu
1,1%sedangkan prevalensi DM berdasarkandiagnosis dokter atau gejala
pada tahun2018 sebesar 2% dengan prevalensiterdiagnosis dokter tertinggi

2
padadaerah DKI Jakarta (3,4%) dan palingrendah daerah terdapat di
provingsiNTT (0,9%). Prevalensi dari penderitaDM cenderung meningkat
padaperempuan (1,8%) dibandingkandengan laki-laki (1,2%)
berdasarkankategori usia penderita DM terbesarberada pada rentang usia
55-64 tahundan 65-74 tahun. Kemudian untukdaerah domisili lebih
banyak pendudukDM yang berada di perkotaan (1,9%)dibanding dengan
pedesaan (1,0%)(Riskesdas, 2018).Pada tingkat regional khususnya di provinsi
sulawesi selatan sebagai wilayah objek penelitian, Kasus Diabetes Melitus di
Propinsi Sulawesi-Selatan antara 1% -6.1% yang tedanrsebar di 25 kabupaten
dan kota. Kasus paling banyak ditemukan di Kabupaten Tator 6.1%, Makassar
5.3% dan Luwuk 5.2%, kasus terendah adalah Pangkajene, Enrekang dan
Luwuk Timur masing-masing 1%. (Marewa, 2015).
Menurut Purwanti (2016) Salah satu komplikasi umum dari DM adalah
masalah kakidia betik, Kaki diabetik yang tidak dirawat dengan baik akan
mudah mengalami luka dan cepat berkembang menjadi ulkus kaki, Penderita
DM mempunyai resiko 15% terjadinya ulkus kaki diabetik pada masa hidupnya
dan resiko terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun sebesar 70%.
Munali dkk (2019) mengatakan bahwa Ulkus kaki diabetik tidak akan
terjadi bila penderita DM mempunyai pengetahuan dan mau menjaga serta
merawat kaki secara rutin. Meski demikian, banyak penderita DM yang tidak
memiliki pengetahuan perawatan kaki diabetik serta menjalankan perawatan
kaki yang diharapkan. Sampai saat ini, masalah kaki diabetes masih kurang
mendapat perhatian sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat
pada pengelolaan penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya
berkembang menjadi penderita osteomyelitis dan teramputasi kakinya.
Kompleksitas permasalahan kaki diabetes memerlukan pendekatan terpadu dari
beberapa bidang spesialis terkait. (Mulyana, 2014).
Upaya pencegahan dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
peningkatan kesehatan, menjaga status gizi yang baik, pemeriksaan
berkalaDM, pemeriksaan berkala kaki penderita, pencegahan atau
perlindungan terhadap trauma dengan sepatu khusus, higiene personal

3
termasuk kaki, menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan
ulkus. (Munali,2019).
Salah satu cara peningkatan pengetahuan adalah dengan penyuluhan
kesehatan bagi penyandang diabetes dan keluarganya. Penyuluhan harus sering
dilakukan oleh dokter atau perawat dan dapat diberikan langsung baik secara
perseorangan atau kelompok, atau melalui poster dan selebaran. Penyuluhan
tersebut meliputi beberapa hal, antara lain: tentang DM, pengetahuan mengenai
perlunya diet secara ketat, latihan fisik atau senam kaki, minum obat dan juga
pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan maupun perawatannya. Dengan
demikian, perkumpulan atau klub para penderita diabetes melitus, memang
perlu diadakan atau dibentuk di setiap kota. (Agustina, 2019).
Agustina (2019) menambahkan bahwa Kebanyakan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh penyandang diabetes akan penyuluhan kesehatan dideteksi
oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya ditumbuhkan rasa saling
membutuhkan pada penyandang diabetes.
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan
memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki, Selain itu dapat juga membuat meningkatnya kekuatan otot betis, otot
paha, dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi. (Soegondo, 2007) dalam
(Kholidah,2018).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan masalah yang akan diteliti adalah “ Literatur Review Pengaruh

penyuluhan kesehatan senam kaki diabetes terhadap peningkatan pengetahuan

pasien diabetes melitus”

C. Tujuan Penelitian

4
Tujuan penelitian terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk Mereview Jurnal Penelitian mengenaipengaruh penyuluhan
kesehatan senam kaki diabetes terhadap peningkatan pengetahuan pasien
diabetes melitus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hasil review Jurnal Penelitian mengenai pengaruh
penyuluhan kesehatan senam kaki diabetes terhadap peningkatan pasien
diabetes melitus
D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian terbagi atas 4 macam yaitu :


1. Bagi Pendidikan Keperawatan
a. Dapat menambah wawasan bagi institusi pendidikan keperawatan tentang
Diabetes melitus dan pentingnya pelaksanaan senam kaki diabetes bagi
klien diabetes.
b.Memberi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan tentang perlunya
melakukan penyuluhan tentang senam kaki diabetes untuk pengetahuan
klien diabetes.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan tentang
pentingnya pelaksanan penyuluhan tentang senam kaki diabetes bagi klien
diabetes.
3. Bagi Penderita Diabetes Melitus
Memberi masukan dan menambah wawasan pada klien Diabetes melitus
mengenai pentingnya pelaksanaan senam kaki diabetes sehingga dapat
mencegah luka kaki diabetes lebih lanjut.
4. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan serta pengalaman
yang sangat berharga bagi peneliti tentang penyakit diabetes dan manfaat
senam kaki diabetes.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6
A. Tinjauan Umum Dari Topik/Judul Literatur
1. Senam Kaki Diabetes
Senam kaki merupakan kegiatan ataulatihan yang dilakukan untuk
mencegahterjadinya luka dan membantu melancarkanperedaran darah
bagian kaki. Senam kakidapat memperbaiki sirkulasi dar ah dan memper
kuat otot-otot kecil kaki danmencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki.Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha dan juga
mengatasiketerbatasan pergerakan sendi (Soegondo,2009) dalam Wahyuni
(2016).
Penatalaksanaan senam kaki diabetik sangat besar manfaatnya bagi
penderita DM. Sebuah studi yang pernah dilakukan di kabupaten Sangihe
menunjukkan bahwa senam kaki yang dilakukan oleh penderita DM
berpengaruh pada penurunan kadar gula darah. Aktivitas yang dilakukan
penderita dapat menekan terjadinya kenaikan gula darah. Dari penelitian
yang dilakukan, para penderita dapat menyadari pentingnya senam kaki
ataupun melakukan aktivitas. Upaya dalam mengendalikan gula darah tidak
efektif hanya dilakukan dengan pengobatan saja. Hal tersebut dikarenakan
penderita yang mengalami DM disebabkan oleh kerusakan pankreas dalam
meproduksi insulin, dimana insulin ini berfungsi dalam mengendalikan
kadar gula darah. Untuk menunjang peran pankreas yang mengalami
kerusakan tadi, perlu didukung faktor lain yang mempunyai fungsi yang
sama yaitu dalam mempengaruhi produksi gula darah. Faktor penting lain
tersebut adalah diet dan latihan. Diet berkaitan dengan pemilihan dan
kepatuhan dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar gula
yang dianjurkan. Terutama makanan yang rendah gula. Adapun latihan yang
dianjurkan adalah aktivitas yang dapat membantu menurunkan kadar gula
darah seperti jalan-jalan, senam tubuh dan senam kaki sesuai kebutuhan dan
kemampuan (Ruben et al., 2016).
2. Diabetes Melitus

7
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula
darah, atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2016),
sedangkan menurut International Diabetes Federation (2017) Diabetes
melitus adalah kondisi kronis yang terjadketika ada peningkatan kadar
glukosa dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup
hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif.

a. Klasifikasi Diabetes Melitus


Berdasarkan sebab yang mendasari kemunculannya, Diabetes melitus
dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

1) Diabetes Melitus Tipe 1


Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau
pankreas. Biasanya mengenai anak-anak dan remaja sehingga
Diabetes melitus ini disebut juvenile diabetes (diabetes usia muda),
namun saat ini Diabetes melitus ini juga dapat terjadi pada orang
dewasa. Faktor penyebab Diabetes melitus tipe 1 adalah infeksi virus
dan reaksi auto-imun (rusaknya system kekebalan tubuh) yang
merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas, secara
menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak
dapat menghasilkan insulin.

2) Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin
dan disfungsi sekresi insulin sel β. Diabetes tipe 2 biasanya disebut
diabetes life style karena selain faktor keturunan, juga disebabkan oleh
gaya hidup yang tidak sehat.

3) Diabetes Tipe Khusus

8
Diabetes tipe khusus disebabkan oleh suatu kondisi seperti
endokrinopati, penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetik, induksi
obat atau zat kimia, infeksi, dan lain-lain.

4) Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah Diabetes yang terjadi pertama kali saat
hamil atau diabetes yang hanya muncul pada saat
kehamilan.Biasanya diabetes ini muncul pada minggu ke-24 (bulan
keenam).Diabetes ini biasanya menghilang sesudah melahirkan
(Bilous; Donelly, 2014). Berdasarkan data dari Kementrian
Kesehatan, jumlah pasien DM rawat inap maupun rawat jalan di
rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit
endokrin dan 4% perempuan hamil menderita diabetes
gestasional.Angka lahir mati terutama pada kasus dengan diabetes
tak terkendali dapat terjadi 10 kali dalam normal. Diperkirakan
kejadian diabetes gestasional adalah sekitar 0,7%, tetapi sering sekali
sukar ditemukan karena rendahnya kemampuan deteksi dini (Kurniadi;
Nurrahmani, 2014).
b. Patofisiologi Diabetes Melitus
1) Patofisiologi DM tipe 1 Terjadinya DM tipe 1 utamanya disebabkan
oleh defisiensi insulin. Defisiensi insulin dapat menyebabkan
gangguan metabolisme lipid, protein, dan glukosa (Raju dan Raju,
2010) dalam (Ozougwu et al., 2013).
Gangguan metabolisme lipid terjadi karena meningkatnya asam
lemak bebas dan benda keton sehingga penggunaan glukosa berkurang
dan menyebabkan hiperglikemia (Ozougwu et al., 2013).Gangguan
metabolisme protein terjadi karena meningkatnya kecepatan proteolisis
yang menyebabkan asam amino dalam plasma tinggi dan peningkatan
proses katabolisme protein. Gangguan metabolisme glukosa terjadi
karena peningkatan prosesglukoneogenesis sehingga glukosa hepatik
meningkat (Ozougwu et al., 2013).

9
2) Patofisiologi DM tipe 2 Terjadinya DM tipe 2 utamanya disebabkan
oleh resistensi insulin (Raju dan Raju, 2010 dalam (Ozougwu et al.,
2013). Selain itu, terjadinya DM tipe 2 bisa terjadi karena resistensi
insulin dan defisiensi insulin (Holt, 2004 dalam (Ozougwu et al.,
2013).Umumnya patofisiologi DM tipe 2 dipengaruhi oleh beberapa
keadaan yaitu:
a) Resistensi insulin dikarenakan obesitas dan penuaan (Lemos et al.,
2011 dalam (Fatimah, 2015).
b) Disfungsi sel β pankreas sehingga menyebabkan defisiensi insulin
yang terjadi melalui 3 jalur yaitu (Hakim et al., 2010 dalam
(Fatimah, 2015) :
c) Pengaruh luar yang menyebabkan rusaknya sel β pankreas seperti
virus dan zat kimia.
d) Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
e) Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
f) Terjadinya peningkatan glukosa hepatik yang tidak disertai
kerusakan sel β pankreas.
c. Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita Diabetes melitus sebagian besar
Diabestes melitus tipe 2, berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat
diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
Diabetes Association (2010) bahwa Diabetes melitus berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga Diabetes
melitus(first degree relative), umur >45 tahun, etnik, riwayat melahirkan
bayi berat badan lahir bayi >4000 gram atau < 2500gram, riwayat pernah
menderita DM gestasional
(Bennett2008;Wildetal.2004).Faktorrisikoyangdapatdiubahmeliputiobesita
s berdasarkan IMT >25kg/m2 atau lingkar perut >80 cm untuk wanita, >90
cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan
diet tidak sehat (Giugliano and Esposito,2012)

10
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
Polycystic Ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki
riwatyat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler seperti stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Peripheral
Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein (Kahn Cooper and Del
Prato, 2014).

d. Diagnosis Diabetes Melitus


Diagnosis Diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria (Perkeni, 2015).Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
Diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:Keluhan
klasik Diabetes melitus: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
beratbadan yang tidak dapat dijelaskansebabnya.Keluhan lain: lemah
badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta
pruritus vulva padawanita.

e. Komplikasi
Penderita Diabetes melitus memiliki risiko yang tinggi dalam
kejadian masalah kesehatan lainnya, karena kadar gula yang tinggi secara
konsisten bisa memengaruhi penyakit baru yang timbul. Penyakit yang
timbul akan memengaruhi organ yang ada ditubuh kita seperti jantung,
pembuluh darah, mata, saraf, dan ginjal, penyakit kardiovaskuler, buta,
luka anggota badan bagian bawah, dan penyakit gagal ginjal merupakan
penyakit yang sebagian besar dialami oleh penderita Diabetes melitus
(International Diabetes Federation, 2014).

11
Wulandari (2013) mengatakan bahwa respons tubuh seseorang
terhadap penyakit sangat bergantung pada adanya penyakit Diabetes
melitus dalam tubuh seseorang sehingga setiap penderita diabetes melitus
berbeda kejadian komplikasinya, perbedaan komplikasi yang dialami pada
penderita Diabetes Melitus juga bergantung pada keluhan subyektif yang
dirasakan.
Menurut (Ernawati, 2013) komplikasi Diabetes melitus dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:Komplikasi akut Gangguang keseimbangan
kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi hipoglikemi,
ketoasidosis diabeteik dan syndrome HHNK (Koma hiperglikemik
hiperosomolar nonketotik) atau hyperosmolar nonketotik (HONK).

3. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
telinga . Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila
perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).
a. Tingkatan Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yakni sebagai berikut :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

12
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan (Notoatmodjo, 2010).
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan
menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari, misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus datang ke Posyandu (Notoatmodjo, 2010).
3) Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan (Notoatmodjo, 2010).
4) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, dan prinsip (Notoatmodjo, 2010).
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan
terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada (Notoatmodjo,
2010).

13
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2010) adalah:
1) Umur
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-
penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang
dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur
seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan
yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang
lain.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga
dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan
memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan,
hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang
tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan
hidup yang berkualitas.
3) Paparan Media Massa

14
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka
berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,
sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
4) Sosial Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga,
status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding
orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial
ekonomi seseorang semakin mudah dalam mendapatkan
pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.
5) Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi
media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik
maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.
6) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman
seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering
mengikuti organisasi.
4. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Secara umum penyuluhan kesehatan adalah suatu usaha yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya yang
bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat untuk berprilaku hidup sehat
(Sari, 2013).
Penyuluhan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya

15
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan, bagaimana menhindari atau
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang
lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2012) dalam Wulandari (2017).

5. Tujuan Penyuluhan Kesehatan


Pada umumnya kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengubah
kehidupanmasyarakat menjadi lebih baik dari keadaan yang ada menuju
tingkat yang lebih baik lagi. Perubahan kehidupan masyarakat tersebut
dimaksudkan mencakup setiap bidang, di segala segi, dan dalam semua
lapangan. Agar mencapai sasaran, maka tujuan komunikasi penyuluhan itu
hendaknya:
a. Bermakna (meaningfull)
Apakah tujuan tersebut menunjang tujuan program yang lebih luas?
Adakah arti dari tujuan komunikasi tersebut bagi seluruh kegiatan
program?
b.Realistik
Apakah tujuan dimaksud merupakan sesuatu yang memang benar-benar
mungkin dicapai?
c. Jelas
Sehingga orang lain di luar instansi yang bersangkutan dapat mengerti
dengan mudah mengenai apa tujuan ynag hendak dicapai.
d. Dapat diukur (measurable)
Dapat diukur apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak?Sementara itu,
Kartasapoetra (1987:7) mengatakan bahwa dalam perencanaan dan
peaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang.
1) Tujuan jangka pendek
a)Perubahan tingkat pengetahuan
b)Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan

16
c)Perubahan sikap
d)Perubahan motif tindakan
2) Tujuan jangka panjang
a)Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha dengan
cara-cara yang lebih baik
b)Better business, berusaha yang lebih menguntungkan
c)Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan
utama telah tercapai. (Komunikasi, 2015).
6. Metode Penyuluhan
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
adalah ( Notoatmodjo, 2010) :
a. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan.
b. Metode Diskusi Kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang
suatu topik pembicaraan diantara 5 –20 peserta (sasaran) dengan seorang
pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

c. Metode Curah Pendapat


Adalahs suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota
mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan
oleh masing –masing peserta, dan evaluasi atas pendapat –pendapat tadi
dilakukan kemudian.
d. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau
peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan
seorang pemimpin.
e. Metode Bermain peran

17
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa
diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai
bahan pemikiran oleh kelompok.
f. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang
sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan
alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu
besar jumlahnya.
g. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan
topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
h. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas

suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.


7. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyuluhan
Menurut Effendy (2010), faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap
sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah :
a.Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima
informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat
menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. KepercayaanMasyarakat

18
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang
–orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.
8.Langkah-langkah penyuluhan
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus
melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah –langkah dalam penyuluhan
kesehatan masyarakat sebagai berikut (Effendy, 2010) :
1)Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
a)Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
b)Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat.
2)Menyusun perencanaan penyuluhan
a)Menetapkan tujuan
b)Penentuan sasaran
c)Menyusun materi / isi penyuluhan
3)Memilih metoda yang tepat
a)Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakanb)Penentuan kriteria
evaluasi.
4)Pelaksanaan penyuluhan
a)Penilaian hasil penyuluhan
b)Tindak lanjutdari penyuluhan

19
B. Kerangka Teori

Penyuluhan kesehatan Senam


Kaki

Pengetahuan

Tingkatan Pengetahuan : Faktor yang mempengaruhi


- Tahu (Know) pengetahuan :
- Memahami - Pendidikan
(Comprehension) - Paparan media massa
- Analisis (Analysis) - Sosial ekonomi
- Aplikasi (Application) - Hubungan sosial
- Sintesis (Synthesis) - Pengalaman
- Evaluasi (Evaluation)

Sumber : Wulandari (2017), Sari (2013), Notoadmodjo (2010).

20
BAB III
METODE LITERATURE RIVIEW

A. Desain Literature Riview


Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode studi
kepustakaan atau literatur review.Literatur reviewmerupakan penuntun yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan mengenai topik yang spesifik
dengan tujuan memperlihatkan kepada pembaca apa yang sudah ditemukan
tentang topik penelitian tersebut dan apa yang belum diketahui, untuk mencari
rasional dari penelitian yang sudah dilakukan atau untuk ide penelitian
selanjutnya(Antony, 2013).
Literature review adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan
penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan
kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari
perumusan masalah yang ingin diteliti (Kusmayadi, 2011).
B. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data didapatkan melalui e-jurnal yaitu Pubmed,
Google Scholar, Science Direct. Study Literature Riview ini menggunakan
artikel jurnal Literature Riview internasional dan nasional.
Kata kunci yang di gunakan untuk mencari jurnal internasional yaitu :
1. Foot exercise
2. health counseling
3. Diabetes mellitus
4. knowledge
Sedangkan kata kunci yang digunakan untuk mencari jurnal nasional yaitu:
1. Penyuluhan kesehatan
2. senam kaki
3. Diabetes mellitus
4. Pengetahuan
Proses pengumpulan data dibuat mulai dari persiapan hingga akhir
pengumpulan data dengan menggunakan Study Literature Review dalam

21
desain Literature Riview ini, maka akan dijelaskan tentang bagaimana proses
pengumpulan data berupa flowchart tentang literature-literaturenya.
C. Sintesis Data
Study Literature Review ini di sintesis menggunakan metode
naratifdengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi.
Kemudiandikumpulkan dan dibuat ringkasan artikel meliputi nama
peneliti,tahun terbit, negara penelitian, judul penelitian, metode danringkasan
hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebutdimasukan ke dalam
tabel.
D. Etika Penelitian
Terdapat tiga prinsip etika dasar yang telah menjadi dasar bagi upaya
Literature Riview yang berfungsi sebagai pembenaran untuk penghormatan
atas tindakan manusia terhadap orang, kebaikan, dan keadilan (Pourtney G
Leslie, 2020) :
1. Menghormati orang (Respect For Person)
Menghormati martabat manusia sangat penting untuk perilaku etis.
Prinsip-prinsip ini menggabungkan dua pertimbangan, yang pertama
adalah otonomi pribadi yang mengacu pada penentuan nasib sendiri dan
kapasitas individu untuk membuat keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka dan untuk bertindak berdasarkan keputusan itu.
Prinsip-prinsip ini juga mengakui bahwa mereka yang memiliki otonomi
yang berkurang harus dilindungi beberapa individu yang mungkin
merupakan subyek yang tepat. Untuk Literature Riview seperti anak-anak
atau pasien dengan masalah kognitif mungkin tidak dapat berunding
tentang tujuan pribadi dalam kasus ini peneliti berkewajiban untuk
memastikan bahwa pembuat keputusan pengganti yang berwenang
tersedia memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang beralasan
dan berkomitmen untuk kesejahteraan individu yang dikompromikan.
2. Kebaikan (beneficience)
Beneficience mengacu pada kewajiban untuk menjaga kesejahteraan
individu yang meluas ke proyek-proyek Literature Riview dan seluruh

22
perusahaan Literature Riview untuk memastikan bahwa semua yang
terlibat dalam Literature Riview klinis terikat untuk memaksimalkan
kemungkinan manfaat dan meminimalkan risiko bahaya yang mungkin
terjadi secara fisik, psikologis, sosial, atau kerugian ekonomi yang
melampaui. Pengalaman yang diharapkan dalam manfaat Literature
Riview kehidupan sehari-hari dapat mencakup pengetahuan baru yang
dapat diterapkan pada subyek atau pasien di masa depan, atau yang
mungkin memiliki dampak langsung pada peserta Literature Riview
seperti peningkatan status kesehatan, analisis hubungan, manfaat, dan
risiko.
3. Keadilan (justice)
Keadilan mengacu pada keadilan dalam proses Literature Riview atau
distribusi manfaat yang adil dan beban prinsip-prinsip ini berbicara
kepada seleksi yang adil dari subyek yang sesuai untuk studi tertentu yang
diambil dari populasi tertentu yang kemungkinan besar akan mendapat
manfaat dari temuan Literature Riview. Seleksi subyek tidak boleh
diskriminatif berdasarkan kriteria yang tidak relevan tetapi pada alasan
yang terkait langsung dengan masalah yang sedang dipelajari. Studi yang
didukung oleh dana publik harus menunjukkan bahwa mereka termasuk
beragam subjek yang mungkin mendapat manfaat dari aplikasi Literature
Riview. Pertanyaan keadilan juga berlaku untuk beban Literature Riview
terutama jika subjek diambil dari populasi yang kurang beruntung.
Misalnya pasien dengan sumber daya yang lebih sedikit dapat ditargetkan
meskipun manfaat akan menguntungkan mereka yang mampu
mendapatkan perawatan yang lebih baik.

E. Proses Pengumpulan Referensi


Studi literature ini melalui penelusuran publikasi ilmiah dengan
menggunakan database Pubmed, Google Scholar, Pubmed dengan
keyword 1 “foot exercise” ditemukan 41305 artikel dan keyword 2
“Health conseling” ditemukan 188724 artikel, selanjutnya keyword 3

23
“Diabetes melitus” ditemukan 192715 artikel, selanjutnya keyword 4
“Knowledge” ditemukan 2354 artikel, selanjutnya dilakukan
penggabungan keyword 1,2,3 dan 4 tersisa 423 artikel. Pencarian
berikutnya di Google Scholar dengan keyword 1 “Penyuluhan
kesehatan” ditemukan 2050 artikel, keyword ke 2 “Senam Kaki”
ditemukan 73800 artikel, keyword ke 3 “Diabetes melitus” ditemukan
302 artikel, keyword ke 4 “Pengetahuan” ditemukan 824 artikel.
Selanjutnya dilakukan penggabungan keyword 1,2,3 dan 4 tersisa 4190
artikel. Pencarian berikutnya di Science Direct dengan keyword 1
“Foot exercise” ditemukan 19 artikel, keyword ke 2 “Healt conceling”
ditemukan 440661, keyword ke 3 “Diabetes melitus” ditemukan 236
artikel, keyword ke 4 “knowledge” ditemukan 19 artikel. selanjutnya
dilakukan pengabungan keyword 1,2,3 dan 4 tersisa 75 artikel. 1.
Kriteria Inklusi : a. Artikel penelitian tentang health conceling foot
exercise b. Publikasi antara tahun 2016-2020 c. Publikasi
internasional. d. Artikel menggunakan bahasa inggris. E. Full text,
journal article, open acces. 2. Kriteria Eksklusi: a. Artikel selain
bahasa inggris. B. Artikel literature review, systematic review, RCT.

24
Pubmed Google Scholar
(n=415) (n=4190)

Jumlah Artikel yang di


identifikasi
(n=4680)
Inklusi : > fokus ke kata
kunci, 5 tahun terakhir.dll

Hasil skrining
(n=152) Eksklusi : Artikel yang tidak
relevan

Hasil screening yang relevan


(n = 27)

Artikel yang sesuai (n= 15) Penyuluhan Kesehatan

25
26
E.Sintesis Grid
No Penulis/tahun Judul Penelitian Tujuan Responden Pengumpulan data Hasil Penelitian
1 Hidayatus Penyuluhan kesehatan Tujuan Lansia yang hadir Kegiatan pelaksanaan Hasil penyuluhan Diabetes
Sya’diyah, Dini diabetes melitus pengabdian pada saat penyuluhan Diabetes Melitus dan aplikasi senam
Mei Widayanti, Penatalaksnaan dan masyarakat ini penyuluhan Melitus, penatalaksanaan kaki pada lansia, di akhir
Yoga Kertapati, aplikasi senam kaki adalah dilakukan sebanyak dan aplikasi senam kaki sesi yaitu beberapa lansia
Sapto Dwi Pada lansia di memberikan 45 orang terdiri atas beberapa diberikan pertanyaan
Anggoro, wilayah pesisir penyuluhan tahapan, yaitu : 1) mengenai apa yang telah
Akif Ismail, surabaya tentang Diabetes Sosialisasi dan perijinan, disuluhkan antara lain
Theresia Atik, Melitus tentang 2) Persiapan alat dan pengertian Diabetes
Dimas penataksanaaany sarana serta media Melitus, bagaimana tanda
Gustayansyah a dan aplikasi penyuluhan, 3) dan gejalanya, etiologi
(2020) senam kaki. Melakukan penyuluhan atau
dan aplikasi 4) Evaluasi faktor-faktor yang
hasil menyebabkan Diabetes
kegiatan penyuluhan Melitus, upaya dan
pencegahannya,
komplikasi yang dapat
muncul serta
mendemonstrasikan
kembali senam kaki
yang telah dilaksanakan.
Pengembangan program
pengabdian masyarakat
bidang peningkatan kualitas
kesehatan lansia yang
terintegrasi dengan program
akademik, pemerintah dan

27
stakeholder (mitra) perlu
terus ditingkatkan. Serta
perlunya kegiatan
pengabdian masyarakat
secara berkala dan
berkelanjutan
untuk lebih menggali lagi
lebih dalam dalam
masalah-masalah
kesehatan yang
dihadapi oleh para lansia
2 Sunaryo Joko Pendidikan Kesehatan Untuk Jumlah responden Metode yang digunakan Dari hasil pelaksanaan
Waluyo (2018) Dengan Simulasi mengetahui pada penelitian ini dalam kegiatan kegiatan
Senam Kaki Pada kondisi penderita sebanyak 25 orang pengabdian kepada pendidkan kesehatan
Penyakit diabetes melitus penderita diabetes masyarakat ini melalui tentang penyakit
Diabetes Melitus melalui senam melitus penyuluhan dan simulasi, diabetes mellitus dan
kaki diabetes dengan teknik simulasi senam kaki di
pelaksanaan peserta desa Gentan dapat
diberikan penyuluhan disimpulkan bahwa
terlebih dahulu tentang program berjalan dengan
penyakit diabetes baik. Hasil dari
melitus dan cara pendidikan kesehatan 90%
pencegahahanya, peserta mampu
kemudian memperagakan cara
dilanjutkan dengan perawatan kaki pada
simulasi cara perawatan penderita diabetes melitus
kaki pada penderita secara benar..
diabetes melitus. Metode Hasil pemeriksaan kadar

28
ini diambil oleh penulis gula darah juga
dengan maksud agar menujukkan sebagian
masyarakat dapat besar warga memiliki
langsung mempraktekkan kadar gula darah yang
sehingga lebih mudah normal. Warga juga
untuk diingat dan disarankan untuk terus
lakukan oleh masyarakat. menjaga pola hidup
Adapun tahapan sehat terutama pola makan
kegiatan adalah sebagai agar terhindar dari
berikut : (1) tahap penyakit diabetes mellitus.
pertama diawali dengan Masukkan dari
proses pemeriksaan peserta, agar kegiatan
kadar gula darah yang seperti ini bisa rutin
pelaksanaannya dilakukan bukan hanya
bersamaan dengan penyakit diabetes saja
kegiatan posyandu lansia juga infomasi tentang
Desa Gentan, (2) tahap penyakit yang lainnya..
kedua memberikan
pendidikan kesehatan
tentang penyakit
diabetes melitus, (3)
tahap ketiga dilanjutkan
dengan simulasi senam
kaki untuk penderita
diabetes melitus.
3 Mukhtar Effendi Gambaran Untuk Populasi dalam Penelitian ini merupakan Berdasarkan hasil
Harahap (2015) pengetahuan mengetahui penelitian ini penelitian penelitian yang telah
penderita diabetes pengetahuan adalah deskriptif dengan dilakukan pada bulan Mei

29
melitus penderita Seluruh penderita kemampuan 2015 di RSU IPI
Terhadap senam kaki diabetes melitus DM berjumlah 56 menggambarkan dan Medan, maka diperoleh
diabetik di rsu ipi terhadap senam orang menguraikan masalah kesimpulan sebagai
medan kaki yang dirawat di RSU yang ada yaitu untuk berikut
Tahun 2015 IPI Medan dari mengetahui gambaran Hasil penelitian yang
tanggal pengetahuan penderita dilakukan di
15 sampai 30 Mei DM terhadap senam Ruang Rawat inap RSU
tahun 2015. kaki diabetik di RSU IPI IPI Medan tentang
Medan Tahun 2015. senam kaki diabetik
terhadap pasien DM
tergolong berpengetahuan
cukup untuk
menjawab kuesioner yang
diberikan yaitu
mayoritas 18 responden (
60%) dari 30
responden tetapi dari
pengalaman penderita
DM, hanya 5 responden
sudah (16,7%) dan
25 belum pernah
responden (83,3%) dari
30
responden mendengar dan
melakukan senam
kaki diabetik. Jadi
semakin bertambahnya
usia akan semakin

30
berkembang pula daya
tanggap dan pola pikir
sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin
membaik. Hal ini
dipengaruhi oleh
pendidikan penderita DM
yang mayoritas
berpendidikan SMP . Jadi
semakin tinggi pendidikan
seseorang maka
semakin luas pula
pengetahuannya dan juga
motivasi penderita DM
untuk mencari
berbagai sumber informasi
tentang
pengobatan klien yang
mengalami Diabetes
Melitus (DM). Banyak
penderita DM di
masyarakat menganggap
penyakit DM adalah
hal yang biasa dan tidak
perlu berobat ke
tenaga kesehatan padahal
menurut (STPTM
Dinas Kesehatan Propinsi

31
Sumatera Utara,
2008). Penyakit diabetes
melitus di Medan,sampai
September 2009
merupakan penyakit
dengan penderita
terbanyak, yang terus
mengalami peningkatan
jumlahnya. Yang
mana sampai
menyebabkan Ulkus
ganggren
jika penderita DM tidak
di Cegah atau di
tanggulangi dengan baik.
4 Putri Dafriani Edukasidandemonstra Untuk Jumlah pasien yang Kegiatan ini dilakukan Edukasi yang diberikan
,Roza Marlinda sisenamkaki mengetahui mengikuti kegiatan selama 1 hari kepada pasien
(2020) diabetespadapasien perubahan ini dengan beberapa DM harus komprehensif
Diabetesmellitus(dm) prilaku pasien berjumlah 15orang. rangkaian kegiatan yang meliputi kognitif,
dirsudrasidinkotapada mengenai senam terdiri dari :persiapan, afektif dan psikomotor. Hal
ng kaki diabetes pelaksanaan kegiatan ini akan
dan evaluasi. Pada tahap membawa perubahan
persiapan, prilaku pasien DM
dilakukanlah proses kearah yang lebih baik.
pengurusan izin kegiatan Disarankan kesetiap
melalui direktur RSUD. petugas kesehatan ataupun
Rasidin. Lalu perawat di setiap
dilakukanlah persiapan lini pelayanan tetap

32
alat dan bahan yang memberikan edukasi yang
dibutuhkan selama rutin, konsisten dan
kegiatan sepertikursi, menyeluruh terutama
infokus, kertas koran, pena tentang senam kaki agar
dan kertas. Setelah dapat mengurangi
semuanya siap gangguan
dilakukanlah persiapan neuropatipadapasien DM
pasien.
Pasien dimobilisasi
kesebuah ruangan khusus
untuk edukasi.
5 Nita Yunianti Upaya pemberian untuk Dalam kegiatan Rancangan kegiatan Hasil dari kegiatan
Ratnasari (2019) penyuluhan kesehatan meningkatkan kali ini kami pengabdian masyarakat penyuluhan kesehatan ini
tentang diabetes pengetahuan berperan sebagai ini adalah berupa adalah terjadi peningkatan
mellitus dan masyarakat penyuluh atau penyuluhan kesehatan pengetahuan masyarakat
senam kaki diabetik tentang penyakit narasumber selama tentang tentang penyakit DM dan
terhadap pengetahuan DM serta prosedur penyakit DM serta peningkatan kesadaran
dan keterampilan meningkatkan pelaksanaan senam demonstrasi senam kaki masyarakat akan
masyarakat desa kesadaran kaki diabetik diabetik. Khalayak sasaran pentingnya senam kaki
Kedungringin, masyarakat akan didemonstrasikan. adalah warga masyarakat diabetik.
Wonogiri pentingnya Untuk desa Kedungringin Rekomendasi yang
melakukan memperlancar Wonogiri, khususnya diberikan pada kegiatan
senam kaki jalannya acara, para penderita DM. Alat pengabdian masyarakat ini
diabetik secara kami juga dibantu yang digunakan dalam adalah disarankan untuk
rutin untuk oleh 10 mahasiswa kegiatan penyuluhan senantiasa melakukan
menurunkan semester VI dan adalah laptop dan LCD, senam kaki ini setiap hari
kadar gula jumlah responden leaflet DM, sound selama 30 menit selain
darah. sebanyak 15 orang system. Sementara alat untuk mencegah luka

33
yang diabetes juga dapat
digunakan pada saat mengontrol gula darah.
demonstrasi senam kaki Rekomendasi untuk
adalah kursi dan kertas perawat yang ada di
koran. Puskesmas
untuk membuat Standar
Operasional Prosedur
(SOP) sebagai bentuk
meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada
pasien DM. Untuk
penelitian selanjutnya
diharapkan
membandingkan
efektifitas senam kaki
diabetik terhadap gula
darah, sensitifitas kaki,
capillary refill time serta
menambahkan banyak
sampel.
6 Handono Fatkhur Pengaruh Edukasi untuk 40 orang Metode penelitian yang Hasil penelitian
Rahman, Aditya, Perawatan Kaki mengetahui digunakan dalam menunjukkan mean
Wahyu Dengan Media Flip pengaruh penelitian ini adalah pengetahuan sebelum
Santoso,Heri Chart Terhadap edukasi metode kuantitatif dengan diberi edukasi
Siswanto (2020) Perubahan perawatan kaki jenis pre-eksperimental perawatan kaki yaitu dari
Perilaku Klien dengan media tipe one-group pretest- 10,05 dan sesudah diberi
Diabetes Melitus Flip Chart posttest edukasi perawatan kaki
terhadap menjadi 15,63 dan ρ value

34
perubahan (0,000<0,05), sedangkan
perilaku klien mean tindakan sebelum
Diabetes Melitus. diberi edukasi perawatan
kaki yaitu dari 7,13 dan
sesudah diberi edukasi
perawatan kaki menjadi
10,50 dan ρ value
(0,000<0,05) serta mean
sikap
sebelum diberi edukasi
perawatan kaki yaitu dari
33,40 dan sesudah diberi
edukasi perawatan kaki
menjadi 39,53 dan ρ value
(0,000<0,05). Dan hasil
mean perilaku sebelum
diberi edukasi perawatan
kaki yaitu 50,58 dan mean
perilaku sesudah diberi
edukasi perawatan kaki
menjadi 65,65 dan ρ value
(0,000<0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa ada
pengaruh edukasi
perawatan kaki dengan
media
Flip Chart terhadap
perubahan perilaku klien

35
Diabetes Melitus.
Penelitian ini
menyarankan agar
edukasi perawatan kaki
menggunakan media flip
chart diberikan kepada
klien diabetes.
7 Novelia Wulan Pengaruh pendidikan Untuk Sampel sebanyak 30 Desain penelitian Quasi Setelah dilakukan
Dari, Sofiana kesehatan senam kaki mengetahui responden Eksperimen untuk penelitian, maka dapat
Nurchayati, Oswati melalui Pengaruh mengungkapkan disimpulkan pemberian
Hasanah (2014) Media audio visual pendidikan hubungan sebab akibat pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan kesehatan senam dengan melalui media audio
Pelaksanaan senam kaki melalui cara melibatkan visual pada kelompok
kaki Media audio kelompok kontrol eksperimen meningkatkan
Pada pasien dm tipe 2 visual terhadap disamping pengetahuan
pengetahuan kelompok eksperimen. pelaksanaan senam kaki
Pelaksanaan pada pasien DM tipe 2.
senam kaki Berdasarkan hasil uji
Pada pasien dm wilcoxon, diperoleh p value
tipe 2 (0,002) < α (0,05), yang
bermakna sebelum dan
sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
melalui
media audio visual pada
kelompok eksprimen.
Perbedaan post test
pengetahuan antara

36
kelompok
eksprimen dan kelompok
kontrol berdasarkan
hasil uji statistik mann
whitney adalah (0,006)
pada α (0,05). Maka
dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan
melalui media audio visual
efektif terhadap
pengetahuan pelaksanaan
senam
kaki pada pasien DM tipe 2.
8 Meriani Herlina Gambaran Untuk tehnik Total Adapun jenis Dari hasil penelitian
(2019) pengetahuan pasien mengetahui Sampling dengan penelitian ini adalah ditemukan bahwa
diabetes melitus Gambaran sampel sebanyak deskriptif, dan metode mayoritas Pengetahuan
Tipe 2 tentang senam pengetahuan 10 sampel dengan pengambilan sampel Non Pasien Diabetes Melitus
kaki pada diabetes di pasien diabetes tekhnik kuesioner Probability Sampling Tipe 2 Tentang Senam
Lingkungan xxiv melitus menggunakan 15 dengan Kaki di Lingkungan
pekan labuhan Tipe 2 tentang pertanyaan. tehnik Total Sampling XXIV Pekan Labuhan
Kecamatan medan senam kaki pada Kecamatan Medan
labuhan diabetes di Labuhan Tahun
Lingkungan xxiv 2017 berpengetahuan
pekan labuhan kurang berjumlah 5
Kecamatan responden (50%),
medan labuhan berdasarkan umur
mayoritas berumur > 60
tahun keatas sebanyak 3

37
responden (30%),
mayoritas berpendidikan
SD sebanyak 4 responden
(40%),
mayoritas yang tidak
memperoleh informasi
sebanyak 6 responden
(60%). Dari data diatas
dapat
disimpulkan bahwa
mayoritas responden yang
ada di Lingkungan XXIV
Pekan Labuhan
Kecamatan
Medan Labuhan mayoritas
berpengetahuan kurang
untuk itu disarankan
kepada responden agar
dapat
meningkat pengetahuan
tentang diabetes mellitus
dan senam kaki dengan
cara memperoleh
informasi
dari tenaga kesehatan,
media elektronik ataupun
media cetak. Dan
diharapkan kepada tim

38
medis agar
dapat bekerja sama
dengan klien dalam
memperhatikan penderita
DM dengan mengenalkan
atau
mengajarkan senam kaki
diabetik yang sangat
bermanfaat untuk
melancarkan sistem
peredaran darah
pada kaki untuk mencegah
luka ganggren.
9 Anggi Saputra Pengaruh Pendidikan Untuk sample yang Penelitian ini merupakan Hasil dari penelitian yang
(2017) Kesehatan Simulasi: mengetahui digunakan dalam jenis penelitian telah dilakukan tentang
Senam Kaki Pengaruh penelitian ini kuantitatif dengan desain pengaruh pendidikan
Terhadap Pendidikan adalah sejumlah 46 penelitian yaitu pra- kesehatan simulasi :
Pengetahuan Dan Kesehatan responden. eksperimental dengan senam kaki terhadap
Kemampuan Simulasi: Senam rancangan yang pengetahuan dan
Penderita Diabetes Kaki digunakan kemampuan
Melitus Tipe II Di Terhadap adalah pre dan post tes penderitaDiabetes melitus
Wilayah Puskesmas Pengetahuan Dan dalam satu kelompok di wilayah Puskesmas
Garuda Kota Kemampuan (one-group pra-post-test Garuda Kota Bandung,
Bandung Penderita design). didapatkan
Diabetes kesimpulan sebagai berikut:
Melitus Tipe II a. Sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan
tentang senam kaki dapat

39
disimpulkan bahwa
sebagian banyak reponden
memiliki pengetahuan
cukup
(58,7%) dan sebagian
banyak responden tidak
mampu melakukan senam
kaki (91,3%)
b. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
tentang senam kaki dapat
disimpulkan bahwa
sebagian besar responden
memiliki pengetahuan
cukup
(63%) dan sebagian
responden mampu
melakukan senam kaki
(54,3%).
c. Terdapat pengaruh
antara tingkat pengetahuan
sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan
kesehatan simulasi :
senam kaki dengan nilai
p value
0,000 < α (0,05), yang
artinya ha diterima.

40
d. Terdapat pengaruh
antara tingkat kemampuan
sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan
kesehatan simulasi :
senam kaki dengan nilai
p value
0,000 < α (0,05), yang
artinya ha diterima.
10 Juli Yanti Silaen Pengetahuan Dan Tujuan Jumlah sampel Penelitian ini bersifat Hasil penelitian ini
Tindakan Penderita penelitian ini dalam penelitian ini deskriptif. Desain menunjukkan bahwa
Diabetes Melitus adalah untuk sebanyak 30 sampel penelitian penelitian responden memiliki
Dalam Melakukan mengetahui cross sectional. pengetahuan cukup
Senam Kaki pengetahuan dan Pengambilan sampel sebanyak 19 orang
Diabetik Di Klinik tindakan dengan teknik accidental (63,3%) tentang senam
Asri Wound Care penderita sampling. kaki diabetik, dan hasil
Centre Medan Tahun diabetes melitus penelitian responden
2019 dalam melakukan mayoritas yang melakukan
senam kaki tindakan tidak mampu
diabetik melakukan senam kaki
di Klinik Asri diabetik sesuai
Wound Care SOP sebanyak 20
Centre Medan responden (66,7%).
Tahun 2019 Pengetahuan sangat
penting untuk dikuasai agar
dapat memberikan tindakan
yang
tepat dan akurat. Oleh

41
karena itu, diharapkan
kepada responden
khususnya pada penderita
diabetes mellitus
mempertahankan
pengetahuan melalui
sumber kesehatan yang
ada
khususnya tentang senam
kaki diabetik agar dapat
melakukan tindakan sesuai
prosedur
yang ada.
11 Rohani (2013) Pengaruh kombinasi Untuk Jumlah sampel Rancangan penelitian Berdasarkan hasil
senam diabetes mengetahui dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian pengaruh
melitus pengaruh sebanyak 41 orang rancangan penelitian kombinasi senam Diabetes
Dansenam kaki kombinasi senam Quasi Melitus dan
diabetik terhadap diabetes melitus experiment non- senam kaki Diabetik
penurunan Dansenam kaki equeivalent control group terhadap penurunan kadar
Kadar gula darah diabetik terhadap pre – post test design” gula darah pasien Diabetes
pasien diabetes penurunan merupakan Melitus
melitus tipe 2 Kadar gula darah rancangan yang observasi tipe 2 anggota Persadia RS
Anggota persadia rs pasien diabetes variabel tercoba dilakukan Husada Jakarta, dapat
husada melitus tipe 2 beberapa kali pada subjek disimpulkan sebagai berikut
2013 yang :
sama , sebelum dan 1. Senam Diabetes

42
sesudah perlakuan. Melitus (SDM)
berpengaruh terhadap
penurunan kadar Gula
Darah pasien Diabetes
Melitus tipe 2 anggota
Persadia RS Husada
Jakarta
dengan hasil analisa adalah
t hitung (-7,395) > t tabel (-
1,685)
2. Senam Diabetes
Melitus (SDM) dan
senam kaki Diabetik
(SKD) berpengaruh
terhadap penurunan kadar
gula darah pasien
Diabetes Melitus tipe 2
anggota
Persadia RS Husada
dengan hasil analisa adalah
t hitung (-12,66) > t tabel (-
1,685).
3. Tidak ada hubungan
antara umur, jenis
kelamin, pelatihan senam,

43
frekuensi
senam dan sarapan pagi
terhadap penurunan kadar
Gula Darah pasien DM tipe
2 anggota Persadia RS
Husada dengan intervensi
SDM dan SKD.
4. Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara
variabel konfonding dalam
hal
ini konsumsi OAD
terhadap penurunan kadar
gula darah, dengan
intervensi
senam Diabetes Melitus
(SDM) baik sebelum
maupun sesudah senam.
Hasil
analisa didapatkan
sebelum intervensi SDM
p (0,044) < 0,05
sedangkan
sesudah intervensi SDM p
(0,001) < 0,05.

44
12 Lucky Dwi Pengaruh senam untuk 30 sampel Penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini
Puspihapsari diabetes mellitus mengetahui penelitian kuantitatif yaitu ada perubahan kadar
(2019) terhadap pengaruh senam memakai desain gula darah sewaktu pada
Penurunan kadar gula Diabetes Mellitus penelitian Quasi responden yang signifikan,
darah sewaktu (gds) terhadap experiment dan dengan nilai p value (p
Peserta prolanis di penurunan kadar pendekatan one grup = 0,001). Kesimpulannya
puskesmas Gula Darah pretest-posttest design pemberian senam Diabetes
Purwodiningratan Sewaktu yang dilakukan pada bulan Mellitus yang dilakukan
di Puskesmas Februari – secara rutin 1x dalam 1
Purwodiningrata Maret 2019. minggu dapat menurunkan
n Kecamatan kadar gula darah sewaktu
Jebres Kota di Puskesmas
Surakarta. Purwodiningratan
Kecamatan Jebres Kota
Surakarta.
13 Lamis R. Karaoui Pengetahuan dan Untuk Penelitian ini Cross sectional, yang Skor pengetahuan dan
, Mary E. Deeb praktik pasien dengan mengeahui melibatkan sebanyak dilakukan antara Januari praktik pasien diabetes
, Layal Nasser diabetes mellitus di tingkat 207 pasien diabetes dan Juni 2015, mellitus tidak memuaskan.
Lebanon: studi cross- mendaftarkan 207 pasien Tepat sasaran
and Souheil Hallit pengetahuan yang berumur
sectional dewasa perkotaan intervensi diperlukan,
(2017) pasien tentang dewasa dengan diabetes mellitus seperti meningkatkan
penyakit diabetes dari apotek komunitas saat komunikasi antara apoteker
melitus membeli obat diabetes dan orang yang tinggal
mereka. Pengetahuan bersama
mereka diabetes. Kepatuhan rendah
dan praktik pengelolaan yang diamati untuk latihan

45
diri dinilai menggunakan fisik di antara pasien
daftar survei wawancara dengan diabetes juga harus
anonim terstruktur. ditangani.

14 Mergan naidou Kesadaran akan Untuk Ukuran sampel 280 Penelitian ini Studi tersebut menunjukkan
(2016) penyakit kaki diabetik mengetahui yang mewakili menggunakan metode bahwa kesadaran DFD
di antara pasien Kesadaran akan sekitar 36% dari deskriptif kuantitatif kurang optimal,
diabetes mellitus tipe penyakit kaki beban pasien berdasarkan pedoman DFC
dengan pendekatan cross
2 yang mengunjungi diabetik di antara bulanan dianggap saat ini. Untuk
departemen rawat pasien diabetes sesuai untuk sectional study meminimalkan beban DFD,
jalan kronis di sebuah mellitus tipe 2 penelitian, setelah program skrining dan
rumah sakit regional yang berkonsultasi pencegahan yang
di Durban, Afrika mengunjungi dengan ahli ditingkatkan serta
Selatan departemen biostatistik. Kriteria pendidikan pasien harus
rawat jalan inklusi adalah pasien diberikan kepada pasien
kronis di sebuah DMT2 yang berusia DMT2, sambil
rumah sakit ≥18 tahun, telah mempertahankan
regional di menjalani pendekatan agresif untuk
Durban, Afrika pengobatan ≥12 modifikasi faktor risiko,
Selatan bulan, dan alas kaki dan
mendatangi klinik mengidentifikasi kaki yang
diabetes di OPD berisiko dan melakukan
kronis di rumah senam pasien diabetes
sakit ini. melitus.

15 Nursiswati (2016) Pengaruh Program Tujuan Sampel dibagi Penelitian quasi Hasil penelitian
Edukasi Perawatan penelitian ini menjadi kelompok experiment dengan pre- menunjukkan tidak ada
Kaki Berbasis adalah untuk intervensi dan test and post-test with perbedaan

46
Keluarga terhadap mengidentifikasi kontrol dengan control group design karakteristik antar
Perilaku Perawatan pengaruh masing-masing 36 ini melibatkan 72 kelompok. Perilaku
Kaki pada Pasien program edukasi responden. responden DM Tipe 2 dan perawatan kaki post test
Diabetes Melitus Tipe perawatan kaki Responden pada keluarganya yang (M=84.69, SD=4.49) pada
2 berbasis keluarga kelompok intervensi diseleksi secara purposive kelompok intervensi
terhadap perilaku mendapatkan dari populasi responden berbeda secara bermakna
perawatan kaki program edukasi Diabetes Melitus di (p = 0.000) lebih tinggi
pasien DM. perawatan kaki wilayah kerja Puskesmas dibanding pre test
berbasis keluarga, Pasirkaliki Kota (M=49.50, SD=9.40),
konseling serta Bandung. sedangkan pada
tindak lanjut 1 kali kelompok kontrol ada
melalui telepon dan penurunan skor setelah
tiga pengukuran (sebelum
kali melalui M=51,33, SD=8,58;
kunjungan langsung sesudah M=49,50,
ke rumah. SD=9,40; p=0,219).
Program edukasi perawatan
kaki berbasis keluarga
efektif meningkatkan
perilaku perawatan
kaki pasien DM. Dengan
demikian, perawat dapat
mengintegrasikan program
edukasi perawatan kaki
berbasis

47
keluarga ke program
perkesmas sebagai upaya
pencegahan kaki diabetik
pada pasien Diabetes
Melitus.

48
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association., (2014). All About Diabetes.


http://diabetesmelitus.org/about-diabetes.html.(Diakses 25
September 2020).

Agustianingsih. Nurul. (2013). Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap


Sirkulasi Darah Kaki Pada Penderita Diabetes Melitu Tipe 2 Di
Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Semarang: dikutip dari http.//. www.stikesnw.ac.iddiakses tanggal
20 Oktober 2020

Ardhilla.C.(2013). Dokter Pribadi Diabetes Melitus Asam urat Kolesterol jantung


dan Stroke. Yogyakarta : In azna books

Fonseca, VA., Kirkman, MS., Darsow, T., Ratner, RE. (2012). The American
Diabetes Association Diabetes Research Perspective. Diabetes
Care. 2012;35. doi:10.2337/dc12-9001.

International Diabetes Federation (2017) IDF Diabetes Atlas Eighth Edition 2017,
International Diabetes Federation.
doi:10.1016/j.diabres.2009.10.007.

Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari.,(2013)., Pendidikan Kesehatan Sekolah


sebagai proses perubahan perilaku siswa., Jurnal Pendidikan
Jasmani IndonesiaVolume 9, Nomor 2, November 2013

Kholidah., Satriya Pranata.,(2018)., Penerapan senam kaki terhadap perubahan


ankle brachial index pada pasien diabetes melitus di wilayah kerja
puskesmas kedungmundu kecamatan tembalang kota semarang.,
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Lina ema purwanti,.sholihatul maghfirah,.(2016)., Faktor risiko komplikasi kronis


(kaki diabetik) dalam Diabetes Mellitus tipe 2., the indonesian
journal of health science, vol. 7, no. 1, desember 2016

Marewa LW,.(2015), Diabetes Mellitus di Sulawesi Selatan, Yayasan Pustaka


Obor Indonesia Anggota Ikapi, DKI Jakarta

Munali,.Kusnanto.,Hanik Endang Nihayati.,Hidayat Arifin.,Rifky Octavia


Pradipta.,(2019) Edukasi kesehatan: perawatan kaki terhadap
pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan ulkus kaki diabetik.,
(Jurnal Keperawatan Medikal Bedah dan Kritis) Vol. 8, No. 1,
April 2019 : https://e-journal.unair.ac.id/CMSNJ

49
Mulyana.,(2014).,Analisis Edukasi tentang perawatan kaki pada pasien dm tipe II
di lantai VI Perawatan Umum RSPAD Gatot Soebroto.,Universitas
Indonesia.,Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Profesi Ners.

Nur, A., Wilya, V, Ramadhan, R. (2014). Kebiasaan aktivitas fisik pasien diabetes
mellitus terhadap kadar gula darah di Rumah Sakit Umum dr.
Fauziah Bireuen. SEL.;3(2):41-48.

Notoatmodjo,S.(2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Riskesdas. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementerian KesehatanRI


(2018). Riset Kesehatan Daerah. Jakarta: Riskesdas: 2013.

Rika Meldy Agustina, Noor Diani, Agianto.,(2019)., Hubungan pengetahuan dan


perilaku pasien tentang penatalaksanaan diabetes mellitus di
banjarbaru kalimantan selatan., Nusantara Medical Sains
Journal.,10.20956/nmsj.v4i1.5955.

Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta:NuhaMedika.

50

Anda mungkin juga menyukai