Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AMAN NYAMAN DENGAN PEMBERIAN JUS MENTIMUN
UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
LANSIA DI PSBDBB 2

Aisyah Rizki Yuliana


NIM. 21003

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMBER WARAS
JL. KYAI TAPA NO. 1 GROGOL JAKARTA BARAT 11840
TELP. 5682011, PES 146, FAX 56967453
Website : https://www.stikessumberwaras.ac.id
E-mail : stikessumberwaras@gmail.com
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga peneliti
dapat menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Dengan Pemberian Jus
Mentimun untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Sosial
Budi Bhakti 2”. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan.
Selama menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa
menemukan hambatan, namun berkat dukungan dan bimbingan serta arahan dari
berbagai pihak peneliti dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan ini, izinkanlah peneliti
mengucapakna terima kasih kepada terhormat:
1. Letjen TNI Mar (Purn) Safzen Noerdin, SIP, selaku Ketua Yayasan
Kesehatan Sumber Waras.
2. Dr. Lukman Djauhan, M.Kes. selaku Direktur Rumah Sakit Sumber Waras
3. Drs. Safran, selaku Pembina Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumber Waras
4. Dr. Hj. Soesilowati, S.Sp.PD., KEMD-FINASIM, selaku Pembina Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sumber Waras.
5. Drg. Damayanti Erahita, selaku Pembina Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sumber Waras
6. Dr. Lenny Rosbi Rimbun S. Kep., MSI. M. Kep., selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sumber Waras.
7. Ns. Tamrin, M.Kep., Sp.Kep.K., selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Sumber Waras, sekaligus Pembimbing
8. Ns. Donny Richard Mataputun, S.Kep., M.Kep. Selaku Wakil Ketua II
Bidang SDM dan Keuangan STIKes Sumber Waras
9. Fitrah, S.KM., M.Kes., selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
STIKes Sumber Waras
10. Ns. Cicielia Ernawati Rahayu, S.Kep., M.Kep, selaku KA Prodi Diploma III
Keperawatan STIKes Sumber Waras sekaligus penguji I

i
11. Seluruh Dosen dan Tenaga Kependidikan STIKes Sumber Waras yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan selama peneliti mengikuti
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumber Waras.
12. Orangtua Bapak Kardono (Alm.), Ibu Titin Sumiati, Kakak Irvan
Febriansyah yang telah memberikan perhatian, motivasi dan dukungan tulus,
baik secara moral maupun material, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.
13. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi, khususnya Angakatan XXIV
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumber Waras yang turut berpatisipasi
dalam pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah.
Akhirnya dengan satu harapan, semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi peneliti pada khususnya, namun peneliti menyadari bahwa
proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, peneliti
mengharapkan saran-saran untuk terwujudkan proposal Karya Tulis Ilmiah yang
berkualitas. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan kepada Bapak/Ibu
atas bantuan yang diberikan kepada peneliti. Amin.

Jakarta, 02 Maret 2024


Peneliti,

Aisyah Rizki Yuliana


NIM. 21003

ii
i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................
D. Manfaat Penelitian............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................
A. Konsep Hipertensi.............................................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................
C. Konsep Lansia.................................................................................................
D. Konsep Terapi Minum Jus Mentimun............................................................
BAB III METODE PENELTIAN................................................................................
A. Rancangan Studi Kasus...................................................................................
B. Subjek Studi Kasus.........................................................................................
C. Fokus studi......................................................................................................
D. Definisi oprasional..........................................................................................
E. Instrumen Studi Kasus....................................................................................
F. Metode pengumpulan data..............................................................................
G. Lokasi dan Waktu studi kasus.........................................................................
H. Analisa Data Penyajian Data...........................................................................
I. Etika studi kasus..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

i
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan merupakan proses alami yang terjadi pada manusia. Selama
proses ini, seseorang akan mengalami sejumlah perubahan yang dapat
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuhnya. Proses penuaan yang
progresif disertai dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan
penurunan kekuatan dan massa otot, penurunan fungsi otak dan denyut jantung
maksimal, serta penurunan kepekaan terhadap tekanan darah akibat
peningkatan volume darah tepi. Oleh karena itu, hipertensi merupakan masalah
Kesehatan yang sering terjadi pada lansia.
Hipertensi merupakan masalah Kesehatan yang sering terjadi pada Lansia
dan dapat menimbulkan komplikasi bersamaan dengan gangguan Kesehatan
lainnya seperti gangguan kesehatan pada sistem kardiovaskular (penyakit
jantung), system saraf (stroke), dan system saluran kemih (gagal ginjal).
Tekanan darah seseorang tergolong tinggi, yaitu diatas 140/90mmHg. (Majid,
2018). Tekanan darah tinggi merupakan penyakit tidak menular namun masih
banyak orang yang mengidapnya karena pola pola hidup yang tidak sehat.
Gejala yang paling umum termasuk sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar-debar, pusing, penglihatan kabur, nyeri dada, kelelahan. Jika tidak
ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi
pada lansia penderita hipertensi, seperti masalah penglihatan, stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan kerusakan ginjal. (Carolina et al., 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi hipertensi tahun
2022 sekitar 33% terdiagnosis hipertensi atau diperkirakan sekitar 1,28 miliar
orang dewasa dengan usia 30-70 tahun diseluruh dunia. Sebagian besar
hipertensi terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah,
persentasenya sekitair 46% orang dewasa tidak menyadari jika dirinya
mengalami hipertensi sedangkan orang dewasa yang terdiagnosis dan
mendapatkan pengobatan sekitar 42%.

i
Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2018, angka kejadian hipertensi
pada masyarakat usia ≥18 tahun di DKI Jakarta yaitu sebanyak 33,43%.
Presentase tertinggi ditemukan di Jakarta Pusat sebesar 39,05%, Jakarta Timur
35,445%, Jakarta Barat 33.21%, Jakarta Utara 31,97%, dan yang terendah
ditemukan di Jakarta Selatan sebesar 29,93%. Data Profil Dinas Kesehatan
DKI Jakarta tahun 2020 menyatakan jumlah penderita hipertensi berusia >15
tahun di Provinsi DKI Jakarta, penderita hipertensi dengan populasi perempuan
lebih tinggi sekitar 43% dari pada laki laki yaitu sekitar 29%.
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis, yaitu
dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi meliputi diuretik, penyekat
beta adregenik atau beta-blocker, vasodilator, penyekat saluran kalsium dan
penghambat enzim pengubah angiotensin (Ainurrafiq et al., 2019). Dan terapi
non farmakologis yang sering digunakan masyarakat adalah dengan
mengkonsumsi buah dan sayur, seperti belimbing, tomat, seledri dan mentimun
(Saputra dan Fitria, 2016).
Mentimun mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan seperti
kalium, yang bekerja melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah
menurun. Mentimun juga mempunyai bersifat diuretik karena kandungan
airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah dan dapat
meningkatkan buang air kecil (Kusmawati et al., 2021).
Buah mentimun mempunyai sifat hipotensif (menurunkan tekanan darah).
Kandungan air dan kalium dalam mentimun akan menarik natrium ke dalam
intraseluler dan bekerja dengan membuka pembuluh darah (vasodilatasi) yang
dapat menurunkan tekanan darah. Kandungan kalium yang tinggi akan
meningkatkan konsentrasi di dalam cairan intraseluler, sehingga menarik
cairan dari bagian ekstraseluler untuk menurunkan tekanan darah karena efek
vasodilatasi pembuluh darah tersebut (Ivana et al., 2021).
Mengkonsumsi jus mentimun secara rutin/ periodik mempunyai pengaruh
yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah, karena mentimun
mengandung kalium, magnesium, dan fosfor, mineral tersebut efektif dalam
mengatasi hipertensi. Kalium dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi, menyebabkan penurunan retensi perifer total dan peningkatan

ii
curah hantung. Mentimun juga mengandung sekitar 96% air. Jus mentimun
juga efektif menjaga Kesehatan dan fungsi ginjal karena dapat mengatur
aktivitas sistem renin-angiotensin. Kandungan kalium membantu mengatur
saraf tepi dan pusat yang mempengaruhi tekanan darah. Kalium bekerja dengan
cara yang berlawanan dengan natrium, mengkonsumsi banyak kalium akan
meningkatkan konsentrasinya dalam cairan intraseluler, yang pada gilirannya
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan
darah. (Etri Y. 2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Ivana, dkk tahun 2021 di Panti
Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang, diperoleh hasil terjadi perubahan selisih
tekanan darah sistol dan diastol pada lansia sebelum dan sesudah di berikan
terapi jus mentimun dengan p-value = 0,002. Yang berarti ada perubahan
tekanan darah sebelum dan sesudah di berikan jus mentimun pada lansia.
Penelitan yang dilakukan oleh Hanifa Putri, dkk bertujuan untuk
menganalisis efektivitas jus mentimun terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi. Penelitian menggunakan rancangan one group pre-post test design.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Kota Padang dengan jumlah
sampel 11 orang. Hasil pre-test didapatkan rata- rata tekanan darah sistolik
145,45 mmHg dan rata- rata tekanan darah diastolik 81,82 mmHg dan hasil
post- test rata- rata tekanan darah sistolik 121,82 mmHg dan rata- rata tekanan
darah diastolik 71,82 mmHg. Hasil uji Wilcoxon didapatkan p-value tekanan
darah sistolik sebesar 0,003 dan p-value tekanan darah diastolik sebesar 0,009,
Kesimpulanya jus mentimun efektif terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian tentang efektifnya jus
mentimun untuk menurunkan tekanan darah menjadi penting untuk dilakukan,
sehingga peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan kebutuhan Aman Nyaman Dengan Pemberian Jus
Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”

iii
B. Rumusan Masalah
Seorang lansia mengalami beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh seperti menurunnya sensitivitas tekanan darah
akibat peningkatan resistensi pembuluh darah perifer. Oleh karena itu, masalah
kesehatan yang sering muncul pada lansia adalah hipertensi.
Secara garis besar pengobatan hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
secara farmakologi dan non farmakologi. salah satu terapi non-farmakologi
untuk mengatasi hipertensi buah mentimun (Pertami, Budiono, et al., 2017).
Jus mentimun mempunyai manfaat bagi Kesehatan yaitu untuk memelihara
keseimbangan garam dan cairan serta mengontrol tekanan darah, membantu
menurunkan tekanan darah. Rumusan masalah dalam penelitian ini: Adakah
pengaruh pemberian jus timun untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di PSBDBB 2?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah Dapat
dilakukan asuhan keperawatan khususnya intervensi pengaruh pemberian
jus mentimun untuk mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi di
Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan hipertensi Di
Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
2) Mampu menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) pada lansia dengan
hipertensi Di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
3) Mampu menyusun perencanaan keperawatan berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) pada lansia dengan hipertensi Di
Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Hipertensi
dengan penurunan tekanan darah memberikan jus mentimun pada

iv
lansia dengan hipertensi Di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
5) Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dengan
penurunan tekanan darah memberikan jus mentimun pada lansia
dengan hipertensi Di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
6) Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan pemberian jus timun
dan tekanan darah setelah dilakukan pemberian jus timun pada
lansia dengan hipertensi Di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
7) Untuk mengetahui efektivitas pemberian jus mentimun untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi Di Panti
Sosial Bina Daksa Budi Bhakti 2
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Masyarakat
a. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai Teknik non farmakologis
dengan pemberian jus mentimun untuk mengurangi tekanan darah
pada klien hipertensi agar pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman
dapat terpenuhi.
b. Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam mengembangkan
asuhan keperawatan dengan menerapkan meminum jus untuk
membantu menurunkan tekanan darah sebagai bentuk teknik non
famakologis yang mudah dilakukan dan ekonomis bagi penderita
hipertensi.

c. Manfaat Bagi Peneliti


Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam melakukan
asuhan keperawatan pada kllien hipertensi dengan pemberian jus
mentimun.

v
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan
tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi peristen dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Abdul Majid, 2018).

2. Klasifikasi
Menurut Abdul Majid (2018) menjelaskan klasifikasi hipertensi
terbagi menjadi dua yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi
sekunder.
a. Hipertensi esensial (primer)
Penderita hipertensi esensial (primer) sebesar 90%. Penyebabnya secara
pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang mempengaruhi trjadinya
hipertensi esensial, yaitu faktor genetik, strees dan psikologis, faktor
lingkungan, dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder lebih dikendalikan dengan penggunaan obat-
obatan. Penyebab hipertensi sekunder dintaranya adalah berupa
kelalaian ginjal, seperti obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme, dan
pemakaian obat-obatan, seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
7

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi


Derajat Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg )

Normal < 120 Dan <80


Pre-hipertensi 120-130 Atau 80 – 89
Hipertensi derajat I 140-159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat II >160 Atau >100
(Sumber: Abdul Majid, 2018)

3. Etiologi
Penyebab hipertensi primer tidak diketahui, meskipun telah banyak
penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini memungkinkan banyak
faktor, termasuk asterosklorosis, meningkatnya pemasukan sodium,
baroreseptor, renin secretion, renal exoretion dari sodium dan air, faktor
genetik dan lingkungan. Individu dengan orang tua dan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi
karena pengaruh pada potassium dan spdium individu tersebut (Abdul
Majid, 2018).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi


Menurut Abdul Majid (2018) memaparkan bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi hipertensi sebagai berikut:
a. Obesitas
Prevelensi tekanan darah tinggi pada orang dengan indeks massa tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita.
Berat badan yang berlebihan mengakibatkan jaringan lemak berada
dalam arteri menumpuk sehingga ketika darah melewati arteri, maka
semakin bertambahh pula tekanan darah pada tubuh.
b. Jenis kelamin
Prevelensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause dilindungi
8

oleh hormon estrogen yang meningkatnya kadar High Denisty


Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
c. Stres
Stres dapat meningkatkan rekanan darah pada seorang karena ketika
stres sehingga membuat jantung memompa dengan cepat sehingga
tekanan darah pun meningkat.
d. Kurang olahraga
Ketika melakukan olahraga teratur terjadi penurunan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jatung terbiasa apabila jantung melakukan pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.
e. Pola asupan garam dalam diet
WHO merekomandasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
hipertensi. Orang yang mengonsumsi natrium terlalu banyak akan
meninngkatnya tekanan darah karena natrium menyebbakan
penumpukan cairan pada tubuh sehingga meningkatkan volume darah.
f. Kebiasaan merokok
Merokok mempengaruhi peningkatan tekanan darah karena kandungan
dari rokok tersebut adalah karbonmonoksida dan mengakibatkan
kurangnya pasokan O2 didalam jaringan tubuh. Karbonmonoksida
meningkat hemoglobin yang seharusnya diikat oleh oksigen sehingga
sel-sel dalam tubuh akan kekurangan oksigen dan tubuh melakukan
kompensasi tubuh dengan terjadinya spasme pembuluh darah. Merokok
juga mengandung nikotin yang akan merangsang otot jantung untuk
lebih cepat berkontaksi sehingga akan merusak lapisan dinding
pembuluh darah.
g. Spasme
Spasme yang berlangsung terus-menerus maka pemuluh darah akan
mengalami penyempitan dan mengakibatkan hipertensi pada tubuh.
9

Tabel 2. 2 Faktor Resiko Hipertensi


Faktor resiko yang dapat Faktor resiko yang tidak dapat
dikendalikan dikendalikan
Kelebihan berat badan atau obesitas Usia
Kurang aktivitas fisik Ras
Konsumsi tembakau Riwayat keluarga
Diet yang tidak sehat
Konsumsi alcohol berlebihan
(Sumber: Abdul Majid, 2018)

5. Patofisiologi
Menurut Abdul Majid (2018) menjelaskan hipertensi tergantung pada
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan peripheral resistance
(TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung terjadi akibat rangsangan
abnormal saraf atau hormon pada nodus SA.

Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering


menyertai keadaan hipertiroidisme. Peningkatan volume sekuncupnya
yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume
plasma yang berkepanjangan akibat gangguan penanganan garam dan air
ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin
atau oldesteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah
penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasama akan
menyebabkan peningkatan diastolik akhir, sehingga terjadi peningkatan
volume sekuncupnya dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan


rangsangan saraf atau hormon pada arteriol atau responsivitas yang
berlebihan dari arteriol atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol
terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut, akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus
memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan
yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang
10

menyempit. Hal ini disebabkan peningkatkan peningkatan dalam afterload


jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.

Jika peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin


mulai mengalami hipertrofi (membesar) dengan hipertrofi, kebutuhan
ventrikel akan oksigen semakin meningkat, sehingga ventrikel harus
mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf-saraf otot juga mulai tegang
melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya akan menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.

Peningkatan cairan dan peningkatan dan resistensi peripheral merupakan


dua dasar mekanisme penyebab hipertensi. Pembentukan plaque berisi
arteri menyebabkan tekanan darah meningkat. Terdapat hubungan antara
tingginya sodium pada individu yang berdampak pada tingginya tekanan
darah. Sebaliknya, turunnya tekanan darah diikuti dengan pengurangan
sodium dalam diet.

Baroreseptor (proses reseptor) mengontrol peregangan dinding arteri


dengan menghalangi pusat vasokontraksi medulla. Ketidakcocokan sekresi
renin juga meningkatkan perlawanann peripheral. Iskemia arteri ginjal
menyebabkan pembebasan dari renin, precursor dari angiotensin II.
Precusor ini menyebabkan pembebasan kontraksi arteri dan meningkatnya
tekanan darah, kelanjutan dari kontraksi pembuluh darah menyokong
terjadinya vascular sclerosis dan merugikan pembuluh darah. Terdapat
penebalan intra-arterriolar dan nekrosis (kematian jaringan) selanjutnya
merusak pembuluh darah dan meningggalkan meningkatnya perlawanan
vaskular.
11

Skema 2.1 Patofisiodiagram Hipertensi

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Penurunan
elastisitas
pembuluh darah Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Suplai Vasokonstriksi Sistemik Spasme


Resistensi
O2 otak pembuluh darah ginjal arteriol
pembuluh
darah otak menurun e
meningkat
Vasokonstrriksi
Blood flow Diplopia
Sinkop aliran darah
Nyeri
Afterload meningkat
Akut
Perfusi Rangsangan Aldosteron Resiko
perifer Jatuh
tidak efektif
Resiko tinggi Fatique
Retensi Na
penurunan
curah jantung
Edema
Intoleransi aktivitas

Hipervolemia

(Sumber: PPNI, 2016)


12

6. Manifistasi klinis
Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelaianan apapun selain tekaanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang
menderita hipertensi, kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun
tahun. Gejala bila ada, menunjukan adanya kerusakan vaskular, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan nitrogen urea darah) (BUN)
dan kreatinin. Keterlibatan pembuuh darah otak mungkin terjadi (stroke
atau serangan iskemik transien (misalalnya, alterasi penglihatan pusing,
lemah, jatuh mendedak, hemiplegia transien atau permanen (Abdul Majid,
2018).

7. Komplikasi
Ridwan (2017) menyebutkan komplikasi dari penyakit hipertensi antara
lain:
a. Stroke dapat disebabkan karena adanya perdarahan dan juga tidak ada
perdarahan. Stroke akibat perdarahan ini terjadi karena pecahnya
pembuluh darah diotak, stroke ini disebut dengan stroke hemoragik.
Sedangkan stroke dengan tidak ada perdarahan disebut dengan stroke
iskemik. Gejala stroke yang timbul sakit kepala terus menerus, sulit
berbicara, terjadi gangguan penglihatan, pingsan sampai timbul yang
fatal seperti kelumpuhan bahkan kematian.
b. Serangan jantung (infark miokard) dapat terjadi karena otot jantung
tidak dapat menerima suplai oksigen yang cukup karena terjadi
penyempitan arteri koroner.
c. Kerusakan ginjal, disebabkan karena ginjal adalah organ yang mengatur
tekanan darah dalam tubuh sertai mengendalikan kadar garam yang ada
ditubuh. Ginjal yang aktif mengeluarkan garam dan, air pada tubuh
menyebabkan volume darah dalam tubuh menjadi berkurang, akibatnya
13

tekanan darah meningkat. namun sebaliknya tekanan darah menurun


ketika ginjal mengurangi pengeluaran garam dan air dalam tubuh.
d. Dapat terjadi kejang pada Wanita preklampsia. Dampak nya bayi baru
lahir mungkin memiliki berat lahir rendah karena perfusi plasenta yang
tidak mencukupi, dan selanjutnya dapat mengalami hipoksia dan
asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum persalinan
(Aspianii, 2017).

8. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi


a. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi adalah pemberian obat-obatan pada
penderita hipertensi seperti Penghambat enzim konvensi angiotensin,
diuretik, Alpha-Blocker (Penghambat alfa), Beta-Blocker (Penghambat
beta), Vasodilatator, Antagonis kalsium, Penghambat reseptor angiotensin
II, Penghambat simpatis (Hidayat, 2021).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan penatalaksanaan yang tidak
menggunakan obat-obatan tetapi dapat dilakukan dengan cara seperti
mengurangi asupam garam (diet rendah garam), mengatasi obesitas
(menurunkan berat badan berlebih), pemberian terapi komplementer, diet
rendah karbohidrat dan tinggi serat, melalukan aktivitas fisik atau olahraga
secara teratur, menghentikan konsumsi alcohol, berhenti merokok,
menciptakan suasana yang santai atau rileks (Hidayat, 2021)

B. Konsep Lansia
1. Pengertian
Seseorang dikatakan lansia (lanjut usia) apabila usianya 60 tahun ketas,
baik pria dan wanita. Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang terjadi
pada seseorang hal ini dapat menimbulkan masalah fisik, mental social,
ekonomi dan psikologis, dalam proses ini seseorang akan mengalami
beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi fungsi dan kemamuan tubuh.
Poses meningkatnya usia diiringi dengan fisik yang menurun, ditandai dengan
menurunya kekuatan serta massa otot, penurunan fungsi otak sensivitasi
14

tekanan darah akibat resistensi pembuluh darah perifer yang meningkat. Oleh
karena itu, masalh kesehatan yang sering muncul pada lansia hipertensi.
Gejala yang paling umum seperti akibat sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar debar pusing, penglihatan kabur rasa sakit dada, mudah lelah, jika
hal tersebut tidak ditangani dengan benar maka dapat menimbulkan beberapa
komplikasi seperti gangguan penglihatan, stroke, serangan jantung, gagal
jantungn dan kerusakan ginjal (Carolina, et al, 2019)

2. Klasifikasi
(Menurut WHO 2018) lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia (45-59 tahun).
b. Lanjut usia (eldery) antara (60-74tahun).
c. Lanjut usia (old)antara (75 dan 90 tahun).
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun)

Menurut Depkes RI (2019) lansia terdiri dari:


a. Pra lansia yaitu sesorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d. Lansia potensial adalah lansia yangmmasih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan masalah kesehatan.
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya menacari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang biasanya akan berdampak pada perubahan-perubahan
pada jiwa atau diri manusia, tidak hanya peruauhan fisik, tetapi juga
mental dan psikososial (National & Pillars, 2020).
a. Perubahan fisik
15

Banyak sistem tubuh yang mengalami perubahan seiring bertambah


usia seperti perubahan sistem kardiovaskuler. Katup jantung menebal
dsn menjadi kaku elasitas dinding aorta menurun, curah jantung
menurun, kemampuana jantung memopa darah menurun, tekanan darah
meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi
berkurang.
b. Perubahan mental
Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan mental seperti perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan dan
perubahan kepribadian.

C. Konsep Asuhan keperawatan


Lenny (2023) menuliskan asuhan keperawatan keluarga mencakup
pengkajian, penegakkan diagnosis keperawatan, skoring masalah,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Adapun
uraian dari bagian yang sudah disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medik.
b. Identitas penanggungjawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
c. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain nyeri kepala, gelisah pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual, detak
jantung tak teratur, nyeri dada.
16

e. Riwayat kesehatan dahulu


Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Kaji juga riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
riwayat alergi terhadap jenis obat masa lalu.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik, penyakit menular
seperti TBC, HIV, infeksi salurah kemih, dan penyakit menurun seperti
diabetes mellitus, asma, dan lain-lain.
g. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung.
h. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, ateroskloresis, penyakit jantung
coroner/katup dan penyakit serebvaskuler.
i. Integritas ego
j. Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas faktor stres multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
k. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa lalu.
l. Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak, serta kolesterol, mual, muntah, dan perubahan berat badan saat
ini (meningkat/turun), riwayat penggunaan diuretik.
m. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung) sakit
kepala.
n. Pernafasan
Gejala: dispnea, yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
dyspnea batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
o. Riwayat merokok
17

Tanda: distres pernafasan/penggunaan otot aksesori pernapasan bunyi


napas tambahan (crakles/mengi), sianosis.
2. Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2016)
a. Diagnosa 1: Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh.
Penyebab
1) Hiperglikemia
2) Penurunan kosentrasi hemoglobin
3) Peningkatan tekanan darah
4) Penuruunan volume cairan
5) Penurunan aliran arteri dan/atau vena
6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat
7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit
8) Kurang aktivitas fisik
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1) Pengisian kapiler > 3 detik
2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3) Akral teraba dingin
4) Warna kulit pucat
5) Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1) Parastesia
2) Nyeri ekstermitas
Objektif:
1) Edema
2) Indeks ankle-brachial < 0,90
18

b. Diagnosa 2: Nyeri akut (D.0077)


Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1) Agen pencendera fisiologi (misal inflamasi, iskemia, neoplasma).
2) Agen pencendera kimiawi (misal terbakar, bahan kimia iritan).
3) Agen pecendera fisik (misal abses, amputasi, terbakar terpotong
mengangkat berat, prosedur, operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif:
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif:
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
19

c. Diagnosa 3: Resiko penurunan curah jantung (D.0011)


Definisi
Beresiko mengalami pemompaaan jantung yang tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Gejala mayor dan minor
Tidak tersedia
Penyebab
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload

3. Perencanaan Keperawatan
Meliputi tujuan, kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), dan intervensi keperawatan berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (PPNI, 2018).
Diagnosa 1
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam maka diharapkan perfusi
perifer dapat meningkat.
Krtieria Hasil Perfusi perifer (L.02060)
a. Edema perifer (menurun dengan skor 5)
b. Tekanan darah sistolik (5)
c. Tekanan darah diastolic (5)
Intervensi ( Pencegahan syok I.02068)
a. Observasi
1) Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema pengisian kapiler,
warna, suhu, ancle brachial index).
20

2) Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (diabetes, perokok, usia,


hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi).

b. Terapeutik
1) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi.
c. Edukasi
1) Anjurkan berhenti merokok
2) Ajurkan berolahraga rutin
3) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur.
d. Kolaborasi
1) Kolabarasi pemberian IV, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
Diagnosa 2
Tingkat nyeri L.08066
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam maka diharapkan tingkat
nyeri dapat menurun.
Kriteria Hasil (Tingkat Nyeri. L.08066)
a.Keluhan nyeri (5)
b. Meringis (5)
c. Gelisah (5)
d. Kesulitan tidur (5)
e. Tekanan darah (5)
Intervensi (Manajemen Nyeri I. 008238)
Observasi
1) Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas
2) Identifikasi nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
a. Terapeutik
21

1) Berikas teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


2) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
mereda nyeri.
b. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Ajarkan strategi non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik

Diagnosa 3
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam maka diharapkan
curah jantung dapat meningkat.
Kriteria Hasil Curah jantung L.02008
a. Keuntungan nadi perifer (5)
b. Bradikariardia (5)
c. Takikardia (5)
d. Gambaran EKG (5)
e. Tekanan darah (5)
f. Berat badan (5)
Intervensi
Diagnosa 1
Pemantauan tanda vital (I.12060)
Definisi mengumpulkan dan menganalisa data hasil pengukuran
fungsi vital kardiovaskuler, pernafasan dan suhu tubuh.
Intervensi (Perawatan jantung I.02075)
a. Observasi
1) Monitor tekanan darah
2) Monitor nasi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Monitor suhu tubuh
22

5) Monitor oksimeter.
b. Terapeutik
1) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasi hasil pemantauan.
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4. Implementasi keperwatan
5. Evaluasi keperawatan

D. Konsep Terapi Jus Mentimun


1. Pengertian
Jus mentimun adalah salah satu Teknik non farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah karena didalam mentimun terdapat kandungan
kalium dan magnesium yang mampu menurunkan tekanan darah.

2. Kandungan
Menurut kusmawati, et al (2021) menjelaskan Mentimun
mengandung zat yang bermanfaat bagi kesehatan seperti kalium, yang
bekerja melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.
Mentimun juga mempunyai bersifat diuretik karena kandungan airnya
yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah dan dapat
meningkatkan buang air kecil.
3. Prosedur jus mentimun
a. Alat dan Bahan
1) Gelas
2) Sendok
3) Pisau
4) Mentimun kurleb 2 buah
5) Gula pasir 4 sdm
6) Air 50ml
7) Es batu secukupnya
23

b. Langkah-langkah
1) Cuci tangan
2) Cuci mentimun hingga bersih
3) Potong mentimun sesuai keinginan
4) Lalu masukkan potongan mentimun ke dalam blender dan
tambahkan air sekitar 50ml
5) Masukkan gula pasir dan juga es batu
6) Blender bahan-bahan tersebut hingga halus
7) Setelah halus tuangkan ke dalam gelas
c. Waktu konsumsi jus Mentimun

4. Jurnal Terkait
a. Jurnal 1
24

BAB III
METODE PENELTIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Studi kasus merupakan penelitian yang bertujuan memberikan gambaran
secara mendetail tentang subjek penelitian, dilakukan dengan sistematis
sehingga hasilnya menunjukkan tentang pemahaman mengapa sesuatu dapat
terjadi dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
(Pamungkas dan Usman, 2017). Metode ini digunakan untuk melakukan
pengumpulan data, pengolahan data, dan meninjau data untuk mendapatkan
hasil asuhan keperawatan terhadap klien secara sistematis. Pada penelitian ini
diambil 2 responden yang sesuai dengan kriteria.

B. Subjek Studi Kasus


Peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi terhadap subjek
dalam penelitian ini. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dan suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2020). Dan kriteria eksklusi adalah peniadaan atau pengeluaran
subjek yang karena berbagai alasan tidak memenuhi kriteria inklusi
(Nursalam, 2020). Subjek dalam studi kasus ini adalah dua klien lansia
dengan masalah kesehatan yaitu hipertensi. Dalam kriteria sampel dalam
penelitian ini yaitu:
1. Kriteria inklusi
a. Pasien dengan penderita hipertensi diatas 140/90 mmHg.
b. Pasien usia 60 atau lebih.
c. Pasien dengan kesadaran composmentis
d. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
a. Pasien hipertensi dengan komplikasi stroke, gagal jantung, kerusakan
ginjal dan komplikasi lain.
25

C. Fokus studi
Pada penelitian ini penulis memfokuskan terhadap gambaran asuhan
keperawatan pada klien dengan hipertensi dengan diberikan terapi jus
mentimun untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia.

D. Definisi oprasional
Studi kasus Asuhan keperawatan:
1. Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika tekanan darah meningkat diatas
batas normal dengan sistolik >140 mmHg dan diastolk >90 mmHg.
2. Jus mentimun ialah salah satu tipe pengobatan non farmakologi yang
bermaksud buat meredakan pada penderita hipertensi. Prinsip kegiatan
minum jus mentimun ialah dengan diminum 1x sehari

E. Instrumen Studi Kasus


Pengumpulan data dibantu dengan menggunakan format pengkajian Virginia
Henderson, format perencanaan keperawatan, format catatan perkembangan
pasien, informed consent, serta format evaluasi sebelum dan sesudah
tindakan.

F. Metode pengumpulan data


1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi secara langsung dengan
menggunakan pengkajian keperawatan Virginia Henderson sebagai
pedoman untuk wawancara.
2. Pengkajian
Untuk mendapatkan data subjektif dan objektif. Peneliti ini melakukan
pemeriksaan yang berfokus pada studi kasus yaitu pada pasien hipertensi
3. Langkah langkah pengumpulan data
a. Melakukan wawancara.
b. Melakukan pendekatan terhadap responden.
26

c. Pasien diteliti akan berikan penjelasan tentang tujuan peneltian yang


akan dilakukan sesuai dengan surat persutujan penelitian yang akan
dilakukan sesuai dengan surat persutujuan yang dipersiapkan.
d. Jika pasien setuju, peneliti akan memberikan surat persutujuan yang
telah disiapkan untuk ditandatangani oleh pembimbing.
e. Melakukan pengkajian awal sebelum memberikan jus mentimun
f. Mencatat hasil data observasi dan pengkajian setelah diberikan jus
mentimun

G. Lokasi dan Waktu studi kasus


1. Lokasi
Agar penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan maka
penelitian membatasi ruang lingkup penelitian di wilayah kerja Panti
Sosial Budi Bhakti 2, cengkareng
2. Waktu
Penelitian ini berlangsung 1 kali sehari selama 3 hari diberikan pagi

H. Analisa Data Penyajian Data


1. Analisa deskrtiptif
a) Mengumpulkan informasi dan data dari pasien.
b) Menganalisa persamaan dan perbedaan data dan informasi yang
didapatkan dari kasus yang peneliti ambil terkait pemberian jus
mentimun untuk menurunkan tekanan tekanan darah pada pasien
penderita hipertensi.
c) Melakukan pembahasan berdasarkan hasil analisa data yang
ditemukan.
2. Penyajian data
a) Narasi yaitu penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat
disertai dengan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang
merupakan data pendukungnya, serta menguraikan terapi
pemberian jus mentimun
27

b) Tabel yaitu penyajian kumpulan data data yang disusun secara


teratur dalam bentuk kolom dan baris.

I. Etika studi kasus


Etika penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak dan kewajiban pasien
hipertensii yang diteliti, serta hak dan kewajiban pasien hipertensi yang
diteliti serta hak dan kewajiban peneliti.
1. Informed consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitin. Penelitian
iniberupa persutujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed
consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi
kasus mengetahui dampaknya jika subjek bersedia maka mereka harus
mendatatangani lembar persutujuan dan jika tidak bersedia maka
peneliti harus menghormati keputusan tersebut.
2. Anonimty (tanpa nama)
Anonimty merupakan bentuk penelitian kuesionar dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menulis
kode pada lembar pengumpulan.
3. Confidentialty (kerahasiaan)
Dalam penelitian, peneliti memberikan jaminan kerahasiaan informasi
maupun masalah-masalah responden harus dirahasikan dalam studi
kasus ini dengan cara menggunakan kode/insial pasien, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil studi kasus
ini.
4. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan mencakup hak para partisipan penelitian untuk
mendapatkan perlakuan yang adil dan hak akan privasi.
5. Beneficence (manfaat)
Penelitian yang dilakukan memberikan keuntungan bagi pasien
dengan cara memperhatikan hak pasien untuk bebas dari kerugian dan
ketidaknyaman serta memperhatikan hak pasien untuk bebas dari
kerugian dan ketidaknyaman serta mempertahankan hak pasien untuk
28

mendapatkan perlindungan eksploitasi dengan cara memberikan


informasi kepada pasien bahwa partisipasi atau informasi yang
diberikan hanya akan digunakan pada penelitian ilmu keperawatan.
29

Anda mungkin juga menyukai