Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA (NY.R)


DI PUSKESMAS MARINA PERMAI
PALANGKARAYA

DisusunOleh :
Muntiara Sri Mampung
NIM : 2019.C.11a.1019

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Muntiara Sri Mampung
NIM : 2019.C.11a.1019
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. R Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Marina Permai Palangka Raya”.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik
Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Studi Kasus ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria S.Kep.,Ners Susilawati S.Kep.,Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Diagnosa
Medis Stroke Non Hemoragik Di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan pendahuluan ini
tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria S.Kep.,Ners. Selaku Koordinator PPK III Sekaligus selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan
penyelesaian laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Susilawati S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah memberikan bantuan
dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini.
5. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan studi
kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus ini. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 19 September 2022

Muntiara Sri Mampung

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia....................................................................................................3
2.1.1 Definisi lansia...........................................................................................3
2.1.2 Batasan lansia............................................................................................3
2.1.3 Klasifikasi Lansia.....................................................................................3
2.1.4 Proses Menua............................................................................................4
2.2 Konsep penyakit Hipertensi...............................................................................6
2.2.1 Definisi.....................................................................................................6
2.2.2 Etiologi.....................................................................................................7
2.2.3 Patofisiologi.............................................................................................9
2.2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................11
2.2.5 Komplikasi..............................................................................................13
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................13
2.2.7 Pelaksanaan.............................................................................................14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Gerontik......................................................16
2.3.1 Pengkajian keperawatan..........................................................................16
2.3.2 Diagnosa keperawatan............................................................................20
2.3.3 Intervensi.................................................................................................21
2.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................28
2.3.5 Evaluasi...................................................................................................29
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...................................................................................................30
3.2 Analisa Data................................................................................................42
3.3 Rencana Keperawatan.................................................................................44
3.4 Implementasi dan Evaluasi.........................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................55

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1
ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami penuaan
anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan organ yang dapa tmempengaruhi
keadaan fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Pranata, Indaryati, and
Fari 2020).

Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai pada
golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi kerja pembuluh darah
yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
merupakan salah satu penyakit degenerative yang mempunyai tingkat morbiditas
dan mortalitas tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit akiba
tmeningkatnya tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik
(Arlita, 2014).
Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan sekitar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.
Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada 2025 akan ada 1,5miliar orang yang terkena hipertensi Diperkirakan juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.

Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di


Indonesia sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Kalimantan Timur dengan jumlah
penduduk 3.742.194 jiwa pasien yang menderita hipertensi sebesar 29,6%
(Riskesdas) tahun 2013. Berdasarkan Kemenkes tahun 2017 Kota Samarinda
memiliki persentase 28,25% dengan hipertensi.

Kesehatan lansia bila tidak di tangani dengan baik, akan menyebabkan


penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi kerusakan tubuh yang lebih
parah, menimbulkan banyak komplikasi dan mempercepat kematian. Hipertensi
pada lansia bila tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan

1
gagal ginjal (Potter dan Perry, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi
ada dua yaitu, faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gayahidup,
stress dan faktor yang tidak dapat di kenali seperti usia, riwayat keluarga, jenis
kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. R dengan Hipertensi Di
Puskesmas Marina Permai Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Asuhan Keperwatan Gerontik Pada Ny. R dengan Hipertensi Di
Puskesmas Marina Permai Palangka Raya.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
2. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk Mahasiswa


Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya tentang
Keperawatan Geronti dengan Hipertensi dan pengalaman langsung dalam
melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai dan pengobatannya sehingga dapat digunakan
untuk membantu program pemerintah.
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan
bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk
publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional.

1.4.4 Untuk IPTEK

2
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam
keperawatan Gerontik yang menjadi masalah kesehatan pada Klien.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP LANSIA


2.1.1 Definisi lansia
Lanjut umur ialah sesi akhir pertumbuhan pada fase kehidupan manusia yang
ialah sesuatu proses natural yang tidak bisa dihindari oleh tiap orang(Annisa and
Ifdil 2016). Lanjut usia ialah proses natural yang tidak bisa dihindari. Terus
menjadi bertambahnya umur, guna badan hadapi kemunduran menyebabkan lanjut

3
usia lebih gampang tersendat kesehatannya, baik kondisi raga ataupun kesehatan
jiwa(Rohadi, Putri, and Karimah 2016).
Berdasarkan definisi diatas dapat dinyatakan bahwa lanjut usia adalah sesi
akhir pada fase kehidupan. Lansia mengalami kemunduran yang menyebabkan
lebih mudah terhambat kesehatannya, baik kondisi raga ataupun kesehatan jiwa.

2.1.2 Batasan lansia


Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

2.1.3 Klasifikasi lansia


Depkes RI (2016) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki
masalah kesehatan
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari
nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain

2.1.4 Proses Menua


Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:
1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya

4
akan mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)\
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
e. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelahsel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)

5
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori
ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni: (1) Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak
sosial; (3) Berkurangnya kontak komitmen

2.2 Konsep penyakit Hipertensi


2.2.1 Definisi
Hipertensi ataupun tekanan darah tinggi merupakan sesuatu kondisi pada saat
terjadi kenaikan tekanan darah dapat lanjut oleh hambatan sistem organ, semacam
stroke buat otak, penyakit jantung coroner, kendala pembuluh darah jantung serta
kendala otot jantung(Istichomah 2020). Hipertensi ialah sesuatu penyakit ditandai
adanya peningkatan tekanan darah sebab terjadi kelainan jantung dan pembuluh
darah. Hipertensi ialah kenaikan tekanan darah diatas batas normal ialah ≥ 140 mmHg
buat sistolik serta ≥ 90 mmHg buat diastolik (Angshera, Rahmawati, and Y 2020).
Definisi hipertensi ataupun tekanan darah tinggi bersumber pada definisi diatas
dapat dinyatakan bahwa hipertensi ialah peningkatan tekanan darah diatas batas alami
ialah ≥ 140 mmHg untuk sistolik serta ≥ 90 mmHg untuk diastolik. Tekanan darah
tinggi karena terbentuknya peningkatan tekanan darah yang bisa berlanjut pada
kendala sistem organ.
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99

6
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

2.2.2 Etiologi
Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial diucap pula hipertensi idiopatik sebab
tak dikenal sebabnya. Aspek yang dipengaruhi ialah (Richard 2013):
A. Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial
Hipertensi primer ataupun hipertensi esensial diucap pula hipertensi idiopatik sebab
tak dikenal sebabnya. Aspek yang dipengaruhi ialah (Richard 2013):
1. Genetik
Orang punya riwayat keluarga hipertensi, beresiko besar atas penyakit
tersebut. Aspek genetik tak bisa dikontrol, Apabila punya riwayat keluarga
yang punya tekanan darah besar.
2. Tipe kelamin dan usia
Pria berumur 35- 50 tahun serta perempuan mati haid berbahaya besar agar
alami hipertensi. Bila usia bertambah tekanan darah meningkat faktor tersebut
tidak bisa dikontrol dan tipe kelamin pria lebih besar dibanding wanita.
3. Diet
Mengkonsumsi diet besar garam cara langsung berkaitan kembangnya
hipertensi. Aspek tersebut dapat mengontrol pengidap kurangi konsumsi, bila
garam yang dikonsumsi melampui batas normal, ginjal yang bertugas buat
mencerna garam hendak tahan cairan lebih banyak dibanding semestinya
didalam tubuh. Banyak cairan menahan menimbulkan kenaikan volume darah.

7
Memberi beban pembuluh darah menimbulkan pembuluh darah kerja keras
ialah terdapatnya kenaikan tekanan darah saat dinding pembuluh darah serta
menimbulkan tekanan darah naik.
4. Berat badan ( Obesitas)
Aspek bisa dikontrol melindungi berat tubuh dalam keadaan wajar
ataupun sempurna. Kegemukan (>25% diatas BB sempurna) berhubungan
dengan berkembang tingkatan tekanan darah ataupun hipertensi.
5. Gaya hidup
Aspek ini bisa dikontrol oleh penderita dengan pola hidup sehat
menjauhi aspek pemicu hipertensi ialah rokok, jika rokok kaitannya jumlah
rokok dihisap dalam durasi satu hari serta bisa menghabiskan beberapa batang
rokok serta lama merokok mempengaruhi dengan tekanan darah pasien.
Mengkonsumsi alkohol yang sering, ataupun berlebihan serta terus menerus
bisa meningkatkan tekanan darah pasien hendaknya bila mempunyai tekanan
darah tinggi pasien dimohon untuk menjauhi alkohol supaya tekanan darah
pasien dalam batasan normal serta pelihara gaya hidup sehat penting supaya
bebas dari komplikasi yang bisa terjadi.

B. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat pemicu yang jelas. Salah satu contoh
hipertensi sekunder merupakan hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini bisa bersifat kongenital ataupun akibat
aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin,
serta penyusunan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung tingkatan
tekanan darah dan secara tidak langsung tingkatan sintesis andosteron dan
reabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, ataupun
apabila ginjal yang terserang diangkat, tekanan darah akan kembali ke
normal(Richard 2013)

2.2.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula

8
jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing
ganglia melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan
vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan
sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung
menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi
oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas.
Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
9
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka
didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon
epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
10
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Darmojo, 2010).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Gejala serta tanda-tanda adanya hipertensi merupakan (Aspiani 2019) disebut gejala
umum yang menimbulkan hipertensi ataupun tekanan darah besar berbeda oleh tiap
masyarakat, mungkin kadang muncul adanya tanpa tanda gejala. Secara global gejala
yang dikeluhkan penderita hipertensi berbagai macam yaitu:
a. Sakit kepala
b. Merasakan capek serta tak aman di bagian tengkuk
c. Merasakan memutar
d. Menebarkan ataupun berdetak jantung secara cepat
e. Telinga denging membutuhkan pertolongan cepat
Penderita hipertensi alami sakit kepala hingga tengkuk sebab terjadinya sempit
pembuluh darah yang diakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah hendak
menimbulkan kenaikan tekanan vasculer cerebral, kondisi ini hendak menimbulkan
nyeri kepala sampe tengkuk pada penderita hipertensi.

11
Nyeri Akut
12
2.2.5 Komplikasi

Hipertensi bisa dikendalikan jika penangannya dengan baik semenjak sekarang.


Tetapi kebanyakan penderita hipertensi yang baru sadar ketika menderita hipertensi
pada saat mengalami sebuah penyakit hipertensi. Ada beberapa hal yang bisa
menimbulkan sebuah penyakit hipertensi, contohnya merupakan stres. Ketika seorang
mengalami stres menjadikan tubuh akan produksi hormon yang bisa tingkatkan
tekanan darah, Kenaikan tekanan darah inilah yang jadi sebuah penyakit hipertensi.
Observasi Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan
Penanganan Hipertensi melaporkan tekanan darah yang bisa tingkatkan serangan
jantung, gagal jantung, stroke serta gagal ginjal (Richard 2013).
Hipertensi ialah pemicu awalterbentuknya sebuah penyakit kardiovaskular
serta ialah permasalahan awal kesehatan warga yang lagi hadapi masa peralihan sosial
ekonomi. Dibanding manusia yang mempunyai tekanan darah alami, pengidap
hipertensi mempunyai kendala terkena penyakit jantung koroner 2 kali lebih
meningkat serta resiko lebih tinggi agar terkena stroke. Jika tak diatasi, kurang
lebih setengah penderita hipertensi buat meninggal yang diakibat penyakit jantung
serta sekitar 33% buat meninggal sebab stroke 10 sampai 15 % namun meninggal
sebab gagal ginjal. Maka karena pengecekan tekanan darah ialah kondisi sangat
berharga (Junaidi, 2010).

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit

13
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.

14. Asam urat


Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atau
takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000; John,
2003; Sodoyo, 2006).

2.2.7 Pelaksanaan
Observasi Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan
Penanganan Hipertensi melaporkan tekanan darah yang bisa tingkatkan serangan
14
jantung, gagal jantung, stroke serta gagal ginjal (Richard 2013). Hipertensi ialah
pemicu awal terbentuknya sebuah penyakit kardiovaskular serta ialah permasalahan
awal kesehatan warga yang lagi hadapi masa peralihan sosial ekonomi. Dibanding
manusia yang mempunyai tekanan darah alami, pengidap hipertensi mempunyai
kendala terkena penyakit jantung koroner 2 kali lebih meningkat serta resiko lebih
tinggi agar terkena stroke. Jika tak diatasi, kurang lebih setengah penderita
hipertensi buat meninggal yang diakibat penyakit jantung serta sekitar 33% buat
meninggal sebab stroke 10 sampai 15 % namun meninggal sebab gagal ginjal. Maka
karena pengecekan tekanan darah ialah kondisi sangat berharga (Junaidi, 2010).

15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Gerontik
2.3.1 Pengkajian keperawatan
Menurut (Handa Gustiawan 2019) yang perlu dikaji ialah :

1. Identitas
Ada beberapa yang merupakan identitas yaitu : Nama, umur,
agama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan terakhir, tanggal masuk panti, kamar dan identitas
keluarga pasien (Handa Gustiawan 2019)

2. Riwayat Keluarga
Menggambarkan sebuah hubungan keluarga ( kakek, nenek, orang
tua, saudara kandung, pasangan, dan anak-anak )

3. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan dimana pekerjaan sekarang, pekerjaan sebelumnya,
dan mendapatan uang dan kecukupan terhadap kebutuhan yang
tinggi.

4. Riwayat Lingkup Hidup


Memiliki gambaran tempat tinggal, berapa kamar yang diinginkan,
berapa orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan
nomor telpon.

5. Riwaya Rekreasi
Meliputi : hoby/peminatan, keanggotaan organisasi, dan liburan.
6. Sumber/Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat atau klinik

7. Deskripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur


Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien
lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan
ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.

8. Status Kesehatan Sekarang

16
Ada beberapa status kesehatan umum ketika setahun yang lalu,
status kesehatan umum ketika 5 tahun yang lalu, keluhan yang
utama, serta pendidikan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik ialah suatu proses pemeriksaan tubuh pasien pada
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menentukan
adanya gejala dari sebuah penyakit dengan teknik inpeksi,
auskultasi, palpasi dan perkusi.

Pada pemeriksaan kepala dan leher yaitu melihat bentuk kepala,


warna rambut, bentuk wajah, kesimetrisan mata, kelopak mata,
kornea mata,konjungtiva serta sclera, pupil serta iris, ketajaman
penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung,
tulang hidung, dan menilai ukuran telinga, ketegangan telinga,
kebersihan lubang telinga, ketajaman pendengaran, kondisi gigi,
gusi serta bibir, kondisi lidah, palatum serta osofaring, keberadaan
trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis.

Selanjutnya pemeriksaan payudara yakni inspeksi terdapat atau tidak


kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola mammae,
apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai
apakah ada benjolan, adanya pembengkakan kelenjar getah bening,
lalu disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

Pemeriksaan thoraks yakni inspeksi terdapat atau tidak kelainan


berupa (simetris dada, menggunakan otot bantu pernafasan, pola
nafas), palpasi (nilai vocal premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi
apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (menilai bunyi nafas dan
adanya bunyi nafas tambahan).

Pemeriksaan jantung yaitu inpeksi serta palpasi (mengamati ada


tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (tentukan batasan
jantung untuk ukuran jantung), auskultasi (mendengar suara jantung,
suara jantung adanya penambahan atau tidak bising/murmur)

17
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan
pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen),
auskultasi (bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35
kali/menit), palpasi (ada atau tak nyeri tekan, benjolan/massa,
besarnya hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta
pemeriksaan asites).

Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus


uretra,anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan ekstermitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada
pemeriksaan integument meliputi membersihkan, menghangatkan,
warna, turgor kulit, bentuk kulit, kelembaban serta kelainan
terhadap kulit serta terdapat lesi atau tidak(Handa Gustiawan 2019)
a) Pengkajian status fungsional dan pengkajian status kognitif
1. Pengkajian status fungsional
a. Indeks katz .
Pemeriksaan indeks katz memfokuskan aktivitas
kehidupan sehari-hari yaitu kegiatan mandi, memakai
pakaian, pindah tempat, toileting, dan makan. Mandiri
merupakan tidak ada yang mengawasi, mengarahkan,
ataupun bantuan orang lain. Pengkajian ini mendasarkan
pada status aktual serta bukan terhadap kemampuan.
Pengkajian ini dapat mengukur kemampuan fungsional
lanjut usia dilingkungan sekitar rumah. (Susanto 2018)
b. Barthel indeks
Pemeriksaan barthel indeks adalah alat mengukur
kemandirian lanjut usia yang sering digunakan, dengan
ukur mandiri fungsional pada perihal keperawatan diri
serta mobilitas. Barthel indeks tidak mengukur ADL,
instrumental, komunikasi, dan psikososial. Pengukuran
pada barthel indeks bertujuan buat ditunjukkan
peningkatan pelayanan yang dibutuhkan pasien. Barthel

18
indeks dapat mengambil pada catat medik penderita,
pengamatan langsung ataupun catatan sendiri pada
pasien. (Susanto 2018)
2. Pengkajian status kognitif
a. SPMSQ (Short portable mental status questionaire)
adalah beberapa penguji sederhana yang sudah
digunakan secara

19
luas buat kaji status mental. Menguji semacam 10
pertanyaan berkaitan dengan orientasi, riwayat pribadi,
ingatan janka pendek, ingatan jangka panjang dan
perhitungan. (Rosita 2012)
b. MMSE/Mini mental state exam ialah bentuk mengkaji
kognitif yang digunakan. Lima fungsi kognitif dalam
MMSE yaitu konsentrasi, bahasa, orientasi, ingatan serta
atensi. MMSE terdiri dari dua bagian, bagian pertama
hanya membutuhkan respon verbal dan mengkaji
orientasi, memori dan atensi. Bagian kedua kaji
kemampuan tulis kalimat, nama objek, ikuti perintah
verbal serta tulis, salin suatu desain poligon kompleks.
(Rhosma S, 2014)

2.3.2Diagnosa keperawatan
Pada hasil pengkajian dan penelitian yang didapatkan dari Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia dengan masalah hiperurisemia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI
2017) adalah sebagai berikut:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gejala Penyakit
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh


darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
6. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.

20
2.3.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pola Nafas Setelah dilakukan Tindakan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014) 1. monitor pola nafas
Tidakefektif keperawatan , maka diharapkan pola Observasi pasien agar klien
napas (L.01004) membaik. Dengan mendaptakan pertolongan
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
kriteria hasil : segra agra tidak terjadinya
upaya napas
1) Tekanan ekspirasi meningkat komplikasi
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
2) Tekanan inspirasi meningka 2. ajrakan cara
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
3) Dispnea menurun perlu menegeluarkan dahak
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
4) Frekuensi napas membaik 3. menjelasakan tentang
3. Monitor kemampuan batuk efektif
pemantauan respirasi
4. Monitor adanya produksi sputum
kepada klien agar klien
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
dapat mengerti
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

21
1. Atur interval waktu pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2 Gangguan Rasa Status Kenyamanan (L08064) Perawatan Kenyamanan ( I.08245 ) 1. agar dapat mengatasi
Nyaman Setelah dilakukan tindakan Observasi : rasa tidak nyaman yang
(D0074) keperawatan ….. x…. jam 1. Identifikasi gejala yang tidak dirasakan klien
diharapkan status kenyamanan menyenangkan (mis. mual,nyeri,gatal, 2. agar klien dapat
meningkat dengan kriteria hasil : sesak) mengontrol emosi
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, 3. agar pasien merasa
1. Kesejahteraan psikologis
situasi dan perasaannya nyaman pada posisi yang
Meningkat
3. Identifikasi masalah emosional dan tepat
2. Keluhan tidak nyaman menurun
spiritual. 4.agar nyeri atau tempat
3. Gelisah menurun
Terapeutik : yang sakit dapat berkurang
4. Keluhan sulit tidur menurun
1. Berikan posisi yang nyaman 5. berikan terapi agar
5. Lelah menurun
2. Berikan kompres dingin atau hangat pasien merasa nyaman
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman lakukan modifikasi
4. Berikan pemijatan lingkungan yang aman dan
22
5. Berikan terapi akupresur ternang
6. Berikan terapi hypnosis 5. memberitahukan
7. Dukung keluarga dan pengasuh terlibat keluarga agar
dalam terapi/pengobatan memodifikasi lingkungan
8. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan yang aman dan tenang
terapi/pengobatan yang diinginkan
Edukasi :
1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernapasan
4. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi
terbimbing
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic,
antipruritus, anthistamin, jika perlu
3 Defisit Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan I.12383 1. Agar klien dapat
Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi memahami
keperawatan selama 1x24 jam
D.0111 diharapkan tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan penyakit yang
pasien bertambah dengan kriteria menerima informasi sedang di alaminya
hasil :
Terapeutik 2. Memberikan materi
1. Kemampuan menjelaskan

23
pengetahuan tentang suatu 1. Sediakan materi dan media pendidikan atau pendidikan
penyakit meningkat kesehatan kesehatan bagi
2. Perlaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai klien
3. Pertanyaan tentang masalah yang kesepakatan 3. Berikan waktu agar
dialami berkurang
3. Berikan kesempatan untuk bertanya klien dapat
4. Persepsi yang keliru terhadap
masalah penyakit menurun 4. Gunakan variasi mode pembelajaran mencerna dan
5. Gunakan pendekatan promosi kesehatan memahami dari
dengan memperhatikan pengaruh dan pendidikan
hambatan dari lingkungan, sosial serta kesehatan yang
budaya. sudah disampaikan
6. Berikan pujian dan dukungan terhadap 4. Agar klien
usaha positif dan pencapaiannya mengetahui
Edukasi bagaimana
1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan penangan tentang
2. Informasikan sumber yang tepat yang penyakitnya agar
tersedia di masyarakat dapat sembuh
3. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
4. Anjurkan menentukan perilaku spesifik
yang akan diubah (mis. Keinginan
mengunjungi fasilitas kesehatan)
5. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan

24
dicapai
6. Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari hari
4 Intoleransi 1. untuk mengetahui dari
Aktivitas Setelah dilakukan tindakan ManajemenEnergi I.05178
manan penyebab kelelahan
keperawatan selama 1x24 jam Observasi
2. agar memberikan
diharapkan intoleransi aktivitas 1.Indentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
bantuan pada klien dalam
dapat membaik dengan mengabibatkan kelelahan
masa penyembuhan
Kriteria Hasil : 2.Monitor kelelahan fisik dan emosional
3.agar memaksimalkan
1.keluhan lelah membaik 3.Monitor pola dan jam tidur
penyembuhan
2. persaan lemah membaik 4.Monitor lokasi dan tidaknyaman selma
4. agar membantu kegiatan
3.dispnea saat aktivitas membaik melakukamn aktivitas
klien sedikit-demi sedikit
Terapeutik
5. agar pasien mulai
1.Sediakan lingkuangan nyamandan rendah
beraktivitas
stimulus ( mis. Cahaya, suara,
6. agar
kunjungan)
keluarga
2.Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
membantu
aktif
pasien dalam
3.Berikan aktifitas distraksi yang
aktifitas sehari
menenangkan
– hari yang
4.Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
teratur sesuai
tidak dapat bertpindah atau berjalan
25
Edukasi kebutuhan
1.Anjurkan tirah baring 7.agar klien
2.Anjurkan melakukan aktivitas mampu
3.Anjurkan menghubungi perawat jika tanda pengelolaan
dan gejala kelelahan tidak berkurang kegiatan dan
4.Ajarkan strategi koping untuk menajemen
mengurangi kelelahan waktu untuk
Kolaborasi mencegah
1.Kolaborasi dengan akhli gizi tentang cara kelelahan
meningkatkan asupan makanan 8. agar
mengetahui
status
kesehatan
pasien stelah
tindakan
Evaluasi
secara
bertahap
kenaikan level
aktivitas klien

4 Nyeri Akut Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238 1. Pemahaman pasien
26
D.0077 Setelah dilakukan tindakan Observasi tentang penyebab nyeri
keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, yang terjadi akan
diharapkan Tingkat nyeri berkurang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri mengurangi ketegangan
atau hilang dengan Kriteria Hasi: 2. Identifikasi skala nyeri pasien dan memudahkan
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respons non verbal pasien untuk diajak
2. Tekanan darah membaik 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan bekerjasama dalam
3. Nafsu makan membaik tentang nyeri melaksanakan tindakan
Terapeutik : 2. Posisi yang nyaman
1. Berikan teknik non farmakologis untuk akan membantu
mengurangi nyeri memberikan kesempatan
2. Fasilitasi istirahat tidur pada otot untuk relaksasi
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam seoptimal mungkin
pemilihan strategi meredakan nyeri 3. Teknik distraksi dan
Edukasi : relaksasi dapat
- Jelaskan penyebab, periode, dan mengurangi rasanyeri yang
pemicu nyeri dirasakan
- Jelaskan strategi meredakan nyeri 4. Nyeri merupakan
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk pengalaman subyektif dan
mengurasi nyeri harus dijelaskan oleh
pasien untuk mengevaluasi
keefektifan dan terapi

27
yang diberikan

28
2.3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Pedoman implementasi
keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
1) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi
rencana.
Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasar pada
rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang
sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada
tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
2) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien
di lingkungan yang sesuai.
Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan ini secara efisien guna
menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang
pemberian asuhan yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan
profesional.
3) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.
Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan
mempersiapkan pasien secara adekuat, melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan
efisien, menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan tindakan dan mendukung
pasien selama tindakan tersebut.
4) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan
dan rencana asuhan.
Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas deskripsi tindakan yang
diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak
diimplementasikan juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk
meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien guna
mencapai kriteria hasil.

29
2.3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
1) Masalah teratasi seluruhnya.
2) Masalah teratasi sebagian.
3) Masalah tidak teratasi.

30
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1 PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada senin 20 Aeptember 2022, pukul 90.00
WIB diposyandu Jalan marina permai, dengan teknik anamnesa (wawancara), observasi,
pemeriksaan fisik dan data dari buku status pasien didapatkan data-data sebagai berikut:
3.1.1 DATA BIOGRAFI
Nama : Rosamariati / P
Tempat & Tanggal Lahir : P.Siantar, 24-06-1956 Gol.Darah : O
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda(Mati)
TB/BB : 159 Cm / 56 Kg
Penampilan : rapi dan bersih ,ciiri-ciri Tubuh : tinggi agak berisi
Alamat : Jl. Candra Buana Gg.pandansari
Orang Yang Dekat Di hubungi : Sri Hatati
Hubungan dengan Lansia : Saudara
Alamat : Jl. Candra Buana. Gg. Pandansari
Telp./082150888266

3.1.2 RIWAYAT KELUARGA


Susunan Anggota Keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Ny.R Perempuan Ibu SMP IRT
Tn. M Laki-laki Anak SMA Rental Mobil
Ny.A Perempuan Anak SMA IRT

31
GENOGRAM KELUARGA: Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Pasien

= Tinggal Serumah

= Meninggal

3.1.4 RIWAYAT PEKERJAAN


Pekerjaan saat ini IRT. Alamat Pekerjaan dirumah berapa jarak dari
rumah- alamat transportasi- pekerjaan sebelumnya SMP sumber pendapatan dan
kecukupan biaya kehidupan Ny R Tercekupi
3.1.5 RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (DENAH)
Ny.R tinggal diRumah bersama saudara. Tipe tempat tinggal Ny. R
permanen dan berjumlah 3 kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih,
pencahayaan baik, ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 2
orang yang terdiri dari Ny. R dan saudara.Tetangga terdekat: Ny. W.
3.1.6 RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat Ny R menanam sayur dan tanaman.Ny R Masih Keanggotaan
Organisasi: Arisan dan pengajian.Liburan Perjalanan pulang kampung ke
palembang.
3.1.7 SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi :-
Jarak dari rumah :-
Rumah Sakit :-
Klinik :-
Pelayanan Kesehatan dirumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan :
Keluarga .
Lain-lain :-

32
3.1.8 DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Ny. R secara rutin melakukan doa didalam kamarnya.
3.1.9 STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama Lima Tahun yang lalu : Klien mengatakan
dalam 5 Tahun terakhir atau lebih klien mengidap hipertensi sudah lama dan
merasakan nyeri pada tengkuk dan klien mengatakan tidak pernah mendapati
penyakit lain selain dari hipertensi yang dialaminya sekarang
Keluhan Utama :
Klien mengeluh sering sakit kepala dan terasa berat dibagian belakang
P: Klien mengatakan muncul saat beraktivitas hilang saat beristirahat
Q: seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri di bagian kepala
S: skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Klien mengatakan mengetahui
apa itu hipertensi tapi klien mengatakan kurang mengetahui apa penyebab hipertensi
yang kadang-kadang tidak klien rasakan gejalanya,klien juga mengatakan untuk
mengatasi tekanan darah tinggi mengonsumsi obat jika merasa nyeri muncul.

3.1.9.1 Obat-Obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan
1 Amlodipine Basilate 10 mg Obat ini digunakan
sebagai pengobatan
lini pertama
hipertensi dan dapat
digunakan sebagai
agen tunggal untuk
mengontrol tekanan
darah pada sebagian
besar pasien.
3.1.9.2 Status Imunisasi: (Catat tanggal terbaru)
Sewaktu kecil klien tidak diimunisasi tetanus, difteri, influenza, pneumoni
dikarenakan orang tua klien tidak tau.

33
3.1.9.3 Alergi:(Catatan Agen dan Reaksi Spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada, Makanan : pasien alergi terhadap makanan, Faktor
Lingkungan : Tidak ada
3.1.9.4 Pen yakit yan g dider ita : Hipertensi

3.1.10 AKTIFITAS SEHARI-HARI


a. Indeks Katz
Klien Mampu mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar
kecil,berpakaian dan mandi. klien minum 5-8 kali sehari, klien mengatakan makan 3
kali sehari, dan klien tidak ada kesulitan pada BAB Dan BAK, BAB denngan
konsitesitas kekuningan .Klien mengtakan tidur malam 7-8 jam untuk tidur siang 1
jam .Kulit bersih, rambut bersih tidak ada ketombe,mulu bersih tidak ada sekret dan gigi
bersih, pakaian bersih, Kuku bersih. Klien mengatakan tidak pernah berekreasi.
b. Psikologis
Persepsi Klien mengatakan tidak terlalu memikirkan penyakit yang sedang
dideritanya, Konsep Diri klien berdoa semoga penyakitnya tidak menjadi semakin parah,
emosiklien selalu tersenyum dan bahagia , Adaptasiklien mengatakan mulai beradaptasi
pada penyakit yang sedang dideritanya, Mekanisme Pertahanan Diri :klien selalu
memusatkan pikiranya untuk berativitas seperti menanam sayuran di kebun dekat rumah
c. Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran : Composmenthis. Tanda-Tanda Vital : Puls =. 80 x/menit
Temp = 36.0C.RR =20 x/menit, Tensi =150/100.mmHg. Glasglow Coma Skale: 15,
Eye : 4, Verbal : 5, Psikomotor : 6.

Sistem Kardiovaskuler Klien tidak mengalami nyeri ddaa, sesak nafas,


tidak terdengar bunyi murmur, tidak terdapat
edema, varises maupun parastesia

Sistem Pernafasan Klien tidak mengalami batuk, sesak nafas, tidak


ada bunyi nafas tambahan, ataupun asma.

34
Sistem Integumen Tekstur kulit klien mengendur dan rambut klien
beruban

Sistem Perkemihan Klien tidak mengalami disuria, hematuria, poliura,


oliguria, nokturia, nyeri saat berkemih,
batu kemih maupun infeksi

Sistem Muskulo Skeletal Klien tidak mengalami nyeri persendian,


kekakuan, kelemahan, otot, kram, dan masalah
cara berjalan. Klien mengikuti senam 1xsebulan

Sistem Endokrin Pada pemeriksaan endokrin tidak terjadi perubahan


pigmentasi kulit, rambut beruban, tidak mengalami
polifagi, poliuri, polidipsi.

Sistem Gastrointestinal Klien tidak mengalami nyeri dada, sesak nafas,


tidak terdengar bunyi murmur, tidak terdapat
edema, varises maupun parastesia

Sistem Persarafan Klien tidak memiliki masalah memori jangka


panjang saat ditanya dengan SPMSQ interprestasi
hasil klien mengalami kerusakan intelektual ringan
dengan skor 5 salah dimana klien tidak bisa
menjawab pertanyaan berkaitan dengan masa
lampau

Sistem Penglihatan Klien mengatakan kabur saat melihat tetapi tidak


menggunakan kacamata

Sistem Pendengaran Klien tidak mengalami perubahan pendengaran,


infeksi, vertigo, maupun tinnitus.

Sistem Pengecapan Klien tidak memiliki masalah pada lidah

Sistem Penciuman Klien tidak mengalami infeksi, alergi, mendengkur


ataupun nyeri pada sinus.

3.1.11 STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL


Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ): 1 fungsi intelektual utuh,
Mini Mental State Exam (MMSE): 28, Inventaris Depresi Beck : 2 (Tidak Ada
Depresi/Minimal), APGAR Keluarga : 9
35
NDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari
Nama klien : Ny. R Tanggal : 20 September 2022
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun TB/BB : 159 cm/56 kg
Agama : Islam Gol darah: O
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Candra Buana Gg. Pandansari

S Kriteria
k
o
r
e
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
L Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di

36
a klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F
i
n
-
l
a
i
n

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama klien : Ny. R Tanggal : 20 September 2022
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun TB/BB : 159 cm/56 kg
Agama : Islam Gol darah: O
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Candra Buana Gg. Pandansari

SK
OR N JAWABAN
PERTANYAAN
E O
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang ini?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Berapa nomor telepon anda?
 5 Berapa umur anda?
 6 Kapan anda lahir?

37
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
 8 Siapa presiden sebelumnya?
 9 Siapa nama kecil ibu anda?
 1 Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurangan 3
0 dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

NILAI K
Maks L
I PERTANYAAN
E
N
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja

38
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 Nilai total:30

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
 Composmenthis Apatis Somnolens Suporus Coma

Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu penyelidikan
lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama klien : Ny. R Tanggal : 20 September 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun TB/BB : 159 cm/56 kg
Agama : Islam Gol darah: O
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Candra Buana Gg. Pandansari

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat

39
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan

40
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
peduli pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya
tidak menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada
sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
41
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama klien : Ny. Y Tanggal : 20 September 2022


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun TB/BB : 159 cm/56 kg

42
Agama : Islam Gol darah: O
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Candra Buana Gg. Pandansari

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 2
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 1
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya RESOLVE 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: 9

ANALISA DATA
OBYEKTIF DAN DATA SUBYEKTIF INTERPRESTASI MASALAH
No
(sign/symptom) (Etiologi) (Problem)
1 DS:
Peningkatan tekanan
- Klien mengeluh sering sakit vaskuler silebral
kepaladan terasa berat dibagian

43
belakang Gangguan silkulasi Nyeri
P: Klien mengatakan muncul saat AkutD.0077
beraktivitas hilang saat beristirahat
Q: seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri di bagian kepala
S: skala nyeri 5 Otak
T : nyeri hilang timbul

DO:
- klien tampak memegang kepala Resistensi pembuluh
- tampak lesu darah otak
- Kesadaran:Composmenthis.
- TTV
- Puls =. 80 x/menit
- Temp = 36.0C
- RR =20 x/menit,
- Tensi =155/100.mmHg.

2 DO: Tekanaan darah tinggi


- klien mengatakan kurang
mengetahui apa penyebab
hipertensi yang kadang-kadang Perubahan situasi
tidak klien rasakan gejalanya Defisit
DO: Pengetahuan
- klien tampak bertanya-tanya Kekeliruan mengikuti D.0111
- menunjukan perilaku histeria anjuran

Kurang terpapar
informasi

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan Klien
mengeluh sering sakit kepaladan terasa berat dibagian belakang ,P: Klien mengatakan
muncul saat beraktivitas hilang saat beristirahat, Q: seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri di

44
bagian kepala, S: skala nyeri 5, T : nyeri hilang timbul ,klien tampak memegang kepala,
tampak lesu, Kesadaran:Composmenthis. TTV, Puls =. 80 x/menit , Temp = 36. 0C, RR
=20 x/menit, Tensi =155/100.mmHg.
2. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan kurangya terpapar informasi ditandai dengan
klien mengatakan kurang mengetahui apa penyebab hipertensi yang kadang-kadang
tidak klien rasakan gejalanya, klien tampak bertanya-tanya ,menunjukan perilaku
histeria.

45
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Tujuan/Kriteria Hasil Tindakan Rasional


1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238 1. Pemahaman pasien
Setelah dilakukan tindakan tentang penyebab nyeri
Observasi
keperawatan selama 2x Kunjungan yang terjadi akan
diharapkan Tingkat nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, mengurangi ketegangan
atau hilang dengan Kriteria Hasi: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pasien dan memudahkan
1. Keluhan nyeri menurun pasien untuk diajak
2. Identifikasi skala nyeri
2. Tekanan darah membaik bekerjasama dalam
3. Nafsu makan membaik 3. Identifikasi respons non verbal melaksanakan tindakan

4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang 2. Posisi yang nyaman akan


nyeri membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
Terapeutik :
relaksasi seoptimal
1. Berikan teknik non farmakologis untuk mungkin
mengurangi nyeri (Teknik Rileksasi Nafas
3. Teknik distraksi dan
Dalam)
relaksasi dapat mengurangi
2. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam rasanyeri yang dirasakan
pemilihan strategi meredakan nyeri
46
Edukasi : 4. Nyeri merupakan
pengalaman subyektif dan
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
harus dijelaskan oleh pasien
pemicu nyeri
untuk mengevaluasi
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
keefektifan dan terapi yang
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk diberikan
mengurasi nyeri

2 Defisit Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan I.12383 1. Agar klien dapat
Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi memahami penyakit
keperawatan selama 2x Kunjungan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan yang sedang di
diharapkan tingkat pengetahuan
pasien bertambah dengan kriteria menerima informasi alaminya
hasil : Terapeutik 2. Memberikan materi
1. Kemampuan menjelaskan 1. Sediakan materi dan media pendidikan atau pendidikan
pengetahuan tentang suatu kesehatan kesehatan bagi klien
penyakit meningkat
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai 3. Berikan waktu agar
2. Perlaku sesuai dengan
kesepakatan klien dapat
pengetahuan meningkat
3. Berikan kesempatan untuk bertanya mencerna dan
3. Pertanyaan tentang masalah
yang dialami berkurang 4. Gunakan variasi mode pembelajaran memahami dari
5. Gunakan pendekatan promosi kesehatan pendidikan
Persepsi yang keliru terhadap
masalah penyakit menurun dengan memperhatikan pengaruh dan kesehatan yang

47
hambatan dari lingkungan, sosial serta sudah disampaikan
budaya. 4. Agar klien
6. Berikan pujian dan dukungan terhadap mengetahui
usaha positif dan pencapaiannya bagaimana penangan
Edukasi tentang penyakitnya
1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan agar dapat sembuh
2. Informasikan sumber yang tepat yang
tersedia di masyarakat
3. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
4. Anjurkan menentukan perilaku spesifik
yang akan diubah (mis. Keinginan
mengunjungi fasilitas kesehatan)
5. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan
dicapai
6. Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari hari

48
IMPLEMEMNTASI

No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama


1 Tgl 20/09/2022 1. Menngidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi,
Pukul 9:00 - Klien mengeluh sering sakit kepala dan terasa berat dibagian
kualitas, intensitas nyeri
WIB 2. MengIdentifikasi skala nyeri belakang masih terasa
3. mengidentifikasi respons non
P: Klien mengatakan muncul saat beraktivitas hilang saat beristirahat
verbal
Neyri Akut 4. mengidentifikasi pengetahuan Q: seperti di tusuk-tusuk
dan keyakinan tentang nyeri
R: nyeri di bagian kepala
5. Berikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi S: skala nyeri 5 berkurang menjadi skala 3
nyeri (Teknik Rileksasi Nafas
T : nyeri hilang timbul
Dalam)
6. menjelaskan penyebab, periode, O:
dan pemicu nyeri
- Kesadaran:Composmenthis.
7. menjelaskan strategi meredakan
nyeri - TTV
8. mengajarkan teknik
- Puls =. 80 x/menit
nonfarmakologis untuk
mengurasi nyeri(teknik rileksasi - Temp = 36.0C
Nafas Dalam
- RR =20 x/menit,
- Tensi =155/100.mmHg.
- Klien tampak belajar teknik rileksasi
A:
Masalah teratasi sebagia
P:

49
Lanjutkan Intervensi
1. MengIdentifikasi skala nyeri
2. mengidentifikasi respons non verbal
3. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (Teknik
Rileksasi Nafas Dalam)
4. menjelaskan strategi meredakan nyeri
5. mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurasi nyeri(teknik
rileksasi Nafas Dalam

50
No Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
1 Tgl 20/09/2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S
Pukul 10.00 WIB kemampuan menerima informasi - Klien mengatakan sudah mengetahuai
2. menyediakan materi dan media apa itu hipertensi t
Defisit pengetahuan pendidikan kesehatan - Klien mulai memahami apa penyebab
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan hipertensi yang kadang-kadang tidak
sesuai kesepakatan klien rasakan gejalanya
4. Memberikan kesempatan untuk O
bertanya - klien tampak bertanya-tanya mulai
5. Menggunakan variasi mode mengerti
pembelajaran - klien tidak menunjukan perilaku histeria
6. Menggunakan pendekatan promosi lagi
kesehatan dengan memperhatikan
pengaruh dan hambatan dari A
lingkungan, sosial serta budaya. Masalah teratasi sebagian
7. Memberikan pujian dan dukungan P:
terhadap usaha positif dan Lanjutkan Intervensi
pencapaiannya
8. Jelaskan penanganan masalah 1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
kesehatan 2. Informasikan sumber yang tepat yang
9. Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di masyarakat
tersedia di masyarakat 3. Menganjurkan menggunakan fasilitas
10. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
kesehatan 4. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang
11. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai
akan dicapai 5. Mengajarkan kesehatan dalam kehidupan
12. Mengajarkan kesehatan dalam sehari hari(seprti menonsumsi mentimun
kehidupan sehari hari(seprti sesuai kebutuhan )
menonsumsi mentimun sesuai
kebutuhan )

51
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/tanggal/jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama


1 Tgl 20/09/2022 Nyeri 1. Menngidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi,
Pukul 9:00 WIB Akut - Klien mengeluh sering sakit
kualitas, intensitas nyeri
2. MengIdentifikasi skala nyeri kepala dan terasa berat
3. mengidentifikasi respons non verbal
dibagian belakang masih terasa
4. mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri P: Klien mengatakan muncul saat
5. Berikan teknik non farmakologis
beraktivitas hilang saat beristirahat
untuk mengurangi nyeri (Teknik
Rileksasi Nafas Dalam) Q: seperti di tusuk-tusuk
6. menjelaskan penyebab, periode, dan
R: nyeri di bagian kepala
pemicu nyeri
7. menjelaskan strategi meredakan nyeri S: skala nyeri 5 berkurang menjadi
8. mengajarkan teknik nonfarmakologis
skala 3
untuk mengurasi nyeri(teknik rileksasi
Nafas Dalam T : nyeri hilang timbul
O:
- Kesadaran:Composmenthis.
- TTV
- Puls =. 80 x/menit
- Temp = 36.0C
- RR =20 x/menit,
- Tensi =155/100.mmHg.
- Klien tampak belajar teknik

52
rileksasi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
11. MengIdentifikasi skala nyeri
12. mengidentifikasi respons non
verbal
13. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (Teknik
Rileksasi Nafas Dalam)
14. menjelaskan strategi meredakan
nyeri
15. mengajarkan teknik
Tgl 21/09/2022 nonfarmakologis untuk mengurasi
nyeri(teknik rileksasi Nafas Dalam
Pukul 13:00 WIB
Nyeri 6. MengIdentifikasi skala nyeri
7. mengidentifikasi respons non verbal
Akut S:
8. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri (Teknik - Klien mengeluh sering sakit
Rileksasi Nafas Dalam) kepala dan terasa berat
9. menjelaskan strategi meredakan nyeri
dibagian belakang sudah
10. mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurasi nyeri(teknik rileksasi berkurang
Nafas Dalam
P: Klien mengatakan untuk beristirahat
Q: seperti di tusuk-tusuk berkurang

53
R: nyeri di bagian kepala berkurang
S: skala nyeri 5 berkurang menjadi
skala 2
T : nyeri hilang timbul berkurang
O:
- Kesadaran:Composmenthis.
- TTV
- Puls =. 80 x/menit
- Temp = 36.0C
- RR =20 x/menit,
- TD =140/90.mmHg.
- Klien tampak belajar teknik
rileksasi
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi

54
No Hari/Tanggal/Jam Dx Kep Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/Nama
1 Selasa 20/09/2022 Defisit 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S
Pukul 10.00 WIB pengetahuan kemampuan menerima - Klien mengatakan sudah
informasi mengetahuai apa itu hipertensi t
2. menyediakan materi dan media - Klien mulai memahami apa
pendidikan kesehatan penyebab hipertensi yang
3. Menjadwalkan pendidikan kadang-kadang tidak klien
kesehatan sesuai kesepakatan rasakan gejalanya
4. Memberikan kesempatan untuk O
bertanya - klien tampak bertanya-tanya
5. Menggunakan variasi mode mulai mengerti
pembelajaran - klien tidak menunjukan perilaku
6. Menggunakan pendekatan histeria lagi
promosi kesehatan dengan
memperhatikan pengaruh dan A
hambatan dari lingkungan, Masalah teratasi sebagian
sosial serta budaya. P:
7. Memberikan pujian dan Lanjutkan Intervensi
dukungan terhadap usaha positif
dan pencapaiannya 1. Jelaskan penanganan masalah
8. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
kesehatan 2. Informasikan sumber yang tepat
9. Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di masyarakat
yang tersedia di masyarakat 3. Menganjurkan menggunakan
10. Menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan 4. Ajarkan mengidentifikasi tujuan
11. Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai
yang akan dicapai 5. Mengajarkan kesehatan dalam
12. Mengajarkan kesehatan dalam kehidupan sehari hari(seprti
kehidupan sehari hari(seprti menonsumsi mentimun sesuai
menonsumsi mentimun sesuai kebutuhan )
Rabu 21/09/2022 Defisit kebutuhan )

55
Pukul 13.00 WIB pengetahuan

1. Jelaskan penanganan masalah S


kesehatan - Klien mengatakan sudah
2. Informasikan sumber yang tepat mengetahuai apa itu hipertensi,
yang tersedia di masyarakat tanda gejala.
3. Menganjurkan menggunakan - Klien mulai memahami apa
fasilitas kesehatan penyebab hipertensi yang
4. Ajarkan mengidentifikasi tujuan kadang-kadang tidak klien
yang akan dicapai rasakan gejalanya
5. Mengajarkan kesehatan dalam - Klien mengatakan sudah
kehidupan sehari hari(seprti mencoba untuk mebuat jus dari
mengonsumsi mentimun sesuai mentimun atau di buat lalapan
kebutuhan ) O
- klien tampak bertanya-tanya m
- klien tidak menunjukan perilaku
histeria lagi
- Klien tampak membuat jus dari
mentimun
- Klien tampak suka
A
Masalah teratasi
P:
Hentikan Intervensi

56
DAFTAR PUSTAKA

Idaiani, Sri, and Herlina Sri Wahyuni. 2017. “Hubungan Gangguan Mental Emosional
Dengan Hipertensi Pada Penduduk Indonesia.” Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 26(3): 137–44.

Istichomah, Istichomah. 2020. “Penyuluhan Kesehatan Tentang Hipertensi Pada Lansia Di


Dukuh Turi, Bambanglipuro, Bantul.” Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI) 2(1):
24.

Kuswati, Ani, Taat Sumedi, and Hartati. 2020. “Pengaruh Reminiscence Therapy Terhadap
Fungsi Kognitif Pada Lansia.” Jurnal keperawatan mersi 8(2019): 1–6.
http://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/jkm/article/view/5853/1704.
Bruner & Suddarth. 2012. Buku ajar keperawatan medikal-bedah edisi 8 vol. 2. Jakarta:
EGC

Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dalimartha. 2018. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.

Depkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Buletin. Lansia, Pusat Data
dan Informasi. Jakarta: Kemenkes RI

Erviana. 2013. Pengaruh PMR terhadap Penurunan Tekanan Darah. Stikes Perintis. Skripsi

Fatimah. 2012. Merawat Manusia Lanjut Usia  Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta :
CV. Trans Info

57

Anda mungkin juga menyukai