Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA GAGAL JANTUNG


PADA KELUARGA TN.S WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKAN
RAYA KOTA PALANGKARAYA

Oleh :
Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Masalah Utama Gagal Jantung Pada Keluarga Tn.S Di
Wilayah Kerja Puskesmas Jekan Raya Kota Palangkaraya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Christephanie.,S. Kep., Ners Munita Widya Satanti, A.Md.Kep.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Utama Gagal
Jantung Pada Keluarga Tn.S Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekan Raya Kota
Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan IV (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep, Ners selaku Kordinator Praktik Pra Klinik IV
4. Ibu Christephanie.,S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Munita Widya Satanti, A.Md.Kep selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas
Jekan Raya
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 19 september 2022

Virgo Mandala Putra

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................4
1.4 Manfaat.......................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga .......................................................................................6
2.1.1 Definisi Keluarga.....................................................................................6
2.1.2 Fungsi Keluarga.......................................................................................6
2.1.3 Tahap-tahap Perkembangan Keluarga.....................................................7
2.1.4 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan..............................................9
2.1.5 Skoring Keperawatan Keluarga...............................................................9
2.2 Konsep Dasar Gagal Jantung .....................................................................12
2.2.1 Definisi....................................................................................................12
2.2.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................12
2.2.3 Etiologi....................................................................................................17
2.2.4 Klasifikasi................................................................................................18
2.2.5 Patofisiologis...........................................................................................19
2.2.6 Manifestasi Klinis....................................................................................22
2.2.7 Komplikasi...............................................................................................22
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................23
2.2.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................23
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan Keluarga...............................................24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................27
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................30
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................38
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................38

iii
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian...................................................................................................39
3.2 Diagnosa.....................................................................................................47
3.3 Intervensi....................................................................................................49
3.4 Implementasi dan Evaluasi.........................................................................51
BAB 4 PENUTUP
4.2 Kesimpulan.................................................................................................54
4.3 Saran...........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................55

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka kita sering mendengar
istilah kardiovaskuler. Kardiovaskuler adalah sistem pompa darah dan
saluran-salurannya (sampai ukuran mikro). Sistem ini membawa makanan
serta oksigen dalam darah keseluruh tubuh (Russel, 2011)
Jantung merupakan organ tubuh manusia yang mempunyai peran penting
dalam kehidupan manusia dan pastinya sangat berbahaya jika jantung kita
mempunyai masalah mengingat
bahwa banyak kematian disebabkan oleh penyakit jantung (Nugroho, 2018).
Penyakit Jantung adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah. Ada banyak macam penyakit jantung, tetapi
yang paling umum adalah penyakit jantung koroner dan stroke, namun pada
beberapa kasus ditemukan adanya penyakit kegagalan pada sistem
kardiovaskuler ( Homenta, 2014).
Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang umumnya dikenal dengan
istilah gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantung tidak dapat
memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh
membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. Gagal jantung
dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan (Mahananto
& Djunaidy, 2017).
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian didunia
disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4
juta kematian. Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
tersebut, 45% disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah dengan
total 17,7 juta dari 39,5 juta kematian (WHO,2015).
Hasil riset kesehatan dasar Kementrian kesehatan, data menunjukan
prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu
sebesar 1,5% dari total penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga
provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi

1
Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta 2%, dan Gorontalo
2%. Selain itu 8 provinsi lain juga memliki prevalensi lebih tinggi
dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya Provinsi Kalimantan Timur
yaitu 1,8% (Kemenkes RI, 2018).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang serius. Kadang orang
salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya
istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk
mempertahankan beban kerjanya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai
hal tergantung bagian jantung mana yang mengalami gangguan (Russel,
2011).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung
yang mengalami kegagalan. Jika dominan pada sisi kiri yaitu : penyakit
jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit
katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amioloidosis jantung, keadaan curah
tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Apabila dominan pada
sisi kanan yaitu : gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup
pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD,PDA),
hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif (chandrasoma,2006) didalam
(Aspani, 2016).
Pada gagal jantung kanan akan timbul masalah seperti : edema,
anorexia, mual, dan sakit didaerah perut. Sementara itu gagal jantung kiri
menimbulkan gejala cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, dan
penurunan fungsi ginjal. Bila jantung bagian kanan dan kiri sama-sama
mengalami keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya
bendungan, maka akan tampak gejala gagal jantung pada sirkulasi sitemik
dan sirkulasi paru (Aspani, 2016).
pasien dengan tanda dan gejala klinis penyakit gagal jantung akan
menunjukkan masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak
pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia seperti penurunan curah
jantung, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, perfusi perifer
tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri, ansietas, defisit nutrisi,
dan resiko gangguan integritas kulit (Aspani, 2016).

2
Pada pasien dengan gagal jantung perencanaan dan tindakan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memperbaiki
kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dalam posisi semi fowler,
memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan, menurunkan volume
cairan yang berlebih dengan mencatat asupan dan haluaran (Aspani, 2016).
Istirahat total dalam posisi semi fowler dapat mengurangi keluhan yang
dialami pasien gagal jantung diantaranya, sesak nafas dan kesulitan tidur. Hal
ini sejalan dengan penelitian (Melanie, 2012) tentang sudut posisi tidur semi
fowler 45° terhadap kualitas tidur dan tanda vital pasien gagal jantung
diruang rawat intensif RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Hasil Penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap kualitas
tidur pasien gagal jantung. Namun, tidak ada pengaruh yang signifikan antara
sudut posisi tidur terhadap tanda vital. Oleh karena itu pengaturan sudut
posisi tidur dapat menghasilkan kualitas tidur yang baik, sehingga bisa
dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur pasien.
Penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah
penting kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang utama
sehingga sangat diperlukan peran perawat dalam penanganan pasien gagal
jantung. Adapun peran perawat yaitu care giver merupakan peran dalam
memeberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah
sesuai dengan metode dan proses keperawatan yang teridiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi (Gledis &
Gobel, 2016). Selain itu perawat berperan melakukan pendidikan kepada
pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pemulangan dan kebutuhan untuk
perawatan tindak lanjut di rumah (Pertiwiwati & Rizany, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalah dalam keluarga adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan kasus Gagal Jantung di wilayah kerja Puskesmas Jekan
Raya?”

3
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan dibuat ini agar
mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Keluarga Tn.S dengan Diagnosa Medis Gagal
Jantung di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya,
Palangkaraya
1. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Diagnosa Medis Gagal Jantung di Puskesmas Jekan Raya,
Palangkaraya
2. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada klien
dengan Diagnosa Medis Gagal Jantung di Puskesmas Jekan Raya,
Palangkaraya
3. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
klien dengan Diagnosa Medis Gagal Jantung di Puskesmas Jekan Raya,
Palangkaraya
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Gagal Jantung di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Hasil Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang bermakna bagi
mahasiswa dan menambah wawasan penulis dalam melakukan studi

4
kasus dan mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan Gagal Jantung.

.1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga


Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada keluarga dengan asuhan keperawatan dengan Gagal
Jantung di dalam keluarga.

1.4.3 Bagi Institusi


Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu
dengan memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan pada keluarga dan terutama untuk pasien sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan koping keluarga dan pasien serta dapat
menjadikan peran keluarga untuk ikut aktif berpartisipasi dalam
mengimplementasikan strategi pelaksaan dalam asuhan keperawatan.

5
BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep keluarga
2.1.1 Definisi keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal
dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2.1.2 Fungsi keluarga


Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi

6
afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal
ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan
Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.1.2 Tahap-tahap perkembangan keluarga


Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 :

7
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orangtua).
2. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
4. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
5. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri
dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber
yang ada dalam keluarganya.

8
7. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
8. Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian


tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian
pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa
lalu.

2.1.3 Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan


1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat

2.1.4 Skoring keperawatan Keluarga


Penentuan skoring diagnosa keperawatan keluarga
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan
lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglaya (1978).
Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
- Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
- Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yang diperoleh x Bobot


Skor tertinggi

9
- Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)

10
Skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya
(1978).
No Kriteria Skor Bobot
.
1. Sifat Masalah
 Tidak/kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis atau keadaan 1

Sejahtera
2. Kemungkinan Masalah Dapat Di ubah
 Dengan mudah 2 2
 Hanya sebagian 1

 Tidak dapat 0

3. Potensi Masalah Dapat Di cegah


 Tinggi 3 1
 Cukup 2

 Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
 Masalah berat, harus 2 1
segera ditangani 1
 Ada masalah, tetapi tidak 0
perlu segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan

Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :


1. Sifat masalah
- Kurang/tidak sehat: Merupakan kegagalan dalam mengoptimalkan
kesehatan
- Ancaman kesehatan : Adalah keadaan yang memungkinkan
terjadinya penyakit/masalah kesehatan
- Krisis : Merupakan masa yang membutuhkan banyak penyesuaian dari

11
individu/keluarga
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika
ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
- Pengetahuan dan tekhnologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah
- Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik,
keuangan atau tenaga
- Sumber-sumber dari keperawatan misalnya, dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan waktu
- Sumber-sumber di masyarakat misalnya, dalam bentuk fasilitas
kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat
3. Potensial masalah dapat di cegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi
atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
- Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa
penyakit atau kemungkinan merubah masalah
- Pada lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah
tersebut.Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung
dengan potensi masalah bila dicegah.
- Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan
- Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan menambah
potensi masalah bila dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya
masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan
dalam memberikan skor pada kriteria ini adalah perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini jika keluarga

12
menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera maka harus
diberikan skor yang tinggi.
2.2 Konsep dasar Gagal Jantung
2.2.1 Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan
oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)
(Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).
2.2.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi jantung

Gambar 2.1 : Anatomi jantung

13
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa darah
ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan interstisial.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya
diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri.
Berat jantung kira-kira 300 gram.
Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-
paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.
(lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.2 kedudukan jantung dalam perbandingan terhadap sternum,iga-iga,


dan tulang rawan konstal.
Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang samma dengan
perikardium viseral.
2. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan
dalam menentukan kekuatan kontraksi.

14
3. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.
Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui
bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup
semilunar. (lihat Gambar 2.3)

Gambar 2.3 katup-katup jantung


1. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium ke ventrikel saat
diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel.
Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup
biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang terletak
antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau katup
mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri.
2. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari
ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi
ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik ke
ventrikel sewaktu diastole ventrikel

15
Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara
organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
b. Fisiologi jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam
bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan kedua
atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi
bersamaan kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu
kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan
satu periode diastole ( saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai
dengan depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan
keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel sehingga ada
perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke arteri. Kontraksi
atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi
ventrikel menekan darah melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan
menutupnya. Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan
pulmonalis. Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.
Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke
atrium dan siklus kembali.
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan selama satu
menit. Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit dan stroke
volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :
1) Beban awal (pre-load)
a) Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung memanjang
atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah jumlah darah yang
berada dalam ventrikel pada akhir diastole.
b) Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung
pada pengambilan darah dari pembuluh vena dan pengembalian darah dari

16
pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang beredar serta
tonus otot.
c) Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut miokardium.
d) Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium)
akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka
peregangan ini makin panjang.
e) Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung semakin besar
pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah jantung. pada
keadaan pre- load terjadi pengisian besar pula volume darah yang masuk
dalam ventrikel.
f) Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam keadaan
tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm, kekuatan kontraksi
berkurang sehingga akan menurunkan isi sekuncup.
2) Daya kontraksi
a) Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah
jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan ventrikel.
b) Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium, keseimbangan
elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan keadaan konduksi
jantung.
3) Beban akhir
a) After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel
selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel melalui katup
semilunar aorta.
b) Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan perifer misalnya akibat
hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban akhir.
c) Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan mengakibatkan
penurunan isi sekuncup.
d) Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml sehingga
curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup tetapi
dipengaruhi oleh aktivitas tubuh.

17
e) Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress,
peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedang kan saat
tidur curah jantung akan menurun.

2.2.3 Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
(Aspani, 2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. c.Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. d.Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,
gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun .
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan

18
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan
preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA), sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Klasifikasi Fungsional gagal jantung
Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang
Kelas 1 biasa tidak menyebabkan dipsnea napas,
palpitasi atau keletihan berlebihan
Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman
Kelas 2 ketika beristirahat, tetapi aktivitas biasa
menimbulkan keletihan dan palpitasi.

19
Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata :
Kelas 3 merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi
aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala.
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik
apapun tanpa merasa tidak nyaman : gejala
Kelas 4 gagal jantung kongestif ditemukan bahkan
pada saat istirahat dan ketidaknyamanan
semakin bertambah ketika melakukan
aktifitas fisik apapun.
Sumber : (Aspiani,2016)

2.2.5 Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan
jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal
akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal.
Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan

20
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung
pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami
kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan .

21
Bagan 2.1 Patway gagal jantung

22
23
2.2.6 Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3
atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala- gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan
2.2.7 Komplikasi
1. Gagal Ginjal
2. Gangguan Katup Jantung
3. Aritmia

24
4. Kerusakan Liver
5. Stroke
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan bersama
EKG)
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung.
Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal
f. f.Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal terapi diuretik
g. g.Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. h.Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
i. i.Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi
j. j.Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas
tiroid sebagai pencetus gagal jantung

25
2.2.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
a. Terapi farmakologi :
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker
(ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada
pasien dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi :
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya hidup,
pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta
pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga
pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman
pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati,
2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

26
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa
tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

27
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

28
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual dan potensial (Allen, 1998) dalam Salvari Gusti (2013)
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :
a. Problem atau masalah

b. Etiologi atau penyebab masalah

c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)

Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,


ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara
lain :
a. Mengenal Masalah

b. Mengambil keputusan yang tepat


c. Merawat anggota keluarga

29
d. Memelihara / Memodifikasi lingkungan

e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan

Setelah data dianalisa dan dtetapkan masalah keperawatan keluarga,


selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan bersama
keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga dibuat dengan
menggunakan proses skoring.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan
Maglaya, 1978) dalam Suprajitno (2012) yaitu dengan cara :

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat

b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5)

Tabel 2.2 Prioritas Masalah asuhan keperawatan keluarga


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah : 1
Tidak / kurang sehat / Aktual 3
Ancaman kesehatan / Resiko 2
Krisis atau keadaan sejahtera/potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat dirubah: 2


Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah : 1


Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

30
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1
ditangani 0
Masalah tidak dirasakan

Skor yang
diperoleh X Bobot

Skor Tertinggi

Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan Keluarga :

a. Diagnosa Aktual, menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi saat
pengkajian keluarga
b. Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada
saat pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan dengan cepat
c. Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih
tinggi, atau suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumper penunjang kesehatan
yang memungkinkan
dapat ditingkatkan (Suprajitno, 2012)

Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada


anggota keluarga dengan Gagal Jantung sesuai dengan pathway diatas
adalah :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Gagal Jantung yang


terjadi pada anggota keluarga

31
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Gagal Jantung
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Gagal
Jantung.

4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi


lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Gagal Jantung.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan Gagal Jantung
2.3.3 Intervensi Keperawatan keluarga
Intervensi / Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan

tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan

masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah

keperawatan yang sering muncul (Salvari Gusti, 2013)

Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan

tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya

merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan

standar.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :

a. Menentukan sasaran atau goal

b. Menentukan tujuan atau objektif

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria

Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria

mengacu pada 3 hal yaitu :

32
a. Pengetahuan (kognitif), intervensi ini ditujukan untuk

memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran kepada

keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga

b. Sikap (Afektif), intervensi ini ditujukan untuk membantu

keluarga dalam berespon emosional, sehingga dalam keluarga

terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi

c. Tindakan (Psikomotor), intervensi ini ditujukan untuk

membantu keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan

ke perilaku yang menguntungkan

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :

a. Tujuan hendaknya logis

b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur

Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga (Salvari Gusti, 2013)

33
34
No Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Jelaskan arti penyakit Gagal
keluarga keperawatan mengenal menjelaskan menjelaskan pengertian, Jantung
mengenal keluarga dapat masalah penyakit secara lisan penyebab, tanda dan 2) Diskusikan tanda-tanda dan
masalah Gagal mengenal dan Gagal Jantung tentang penyakit gejala penyakit Gagal penyebab penyakit Gagal
Jantung yang mengerti tentang setelah dua kali Gagal Jantung. Jantung serta Jantung
terjadi pada penyakit Gagal kunjungan rumah. pencegahan dan 3) Tanyakan kembali apa yang
keluarga. Jantung pengobatan penyakit telah didiskusikan.
. Gagal Jantung secara
lisan.
2 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat
Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Diskusikan tentang akibat
keluarga keperawatan mengambil
menjelaskan menjelaskan dengan penyakit Gagal Jantung
mengambil keluarga dapat keputusan untuk
secara lisan dan benar bagaimana akibat Tanyakan bagaimana
keputusan yang mengetahui merawat anggota
dapat mengambil Gagal Jantung dan keputusan keluarga untuk
tepat untuk akibat lebih lanjut keluarga dengan
tindakan yang dapat mengambil merawat anggota keluarga
mengatasi dari penyakit Gagal Jantung
tepat dalam keputusan yang tepat.
yang menderita Gagal
penyakit Gagal Gagal Jantung. setelah tiga kali
merawat anggota
Jantung. kunjungan rumah.
keluarga yang Jantung.
sakit.
3 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Jelaskan pada keluarga cara-
keluarga merawat keperawatan melakukan menjelaskan melakukan perawatan cara pencegahan penyakit
anggota keluarga keluarga mampu perawatan yang secara lisan cara anggota keluarga yang Gagal Jantung.
dengan Gagal merawat anggota tepat terhadap pencegahan dan menderita penyakit 2) Jelaskan pada keluarga

35
Jantung keluarga yang anggota keluarga perawatan Gagal Jantung secara tentang manfaat istirahat,
menderita yang menderita penyakit Gagal tepat. diet yang tepat dan olah raga
penyakit Gagal Gagal Jantung Jantung khususnya untuk anggota
Jantung. setelah dua kali keluarga yang menderita
kunjungan Gagal Jantung.
rumah.

36
4 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Ajarkan cara memodifikasi
keluarga dalam keperawatan memodifikasi menjelaskan memodifikasi lingkungan untuk mencegah
memelihara atau keluarga mengerti lingkungan yang secara lisan lingkungan yang dapat dan mengatasi penyakit
memodifikasi tentang pengaruh dapat menunjang tentang pengaruh mempengaruhi penyakit Gagal Jantung misalnya :
lingkungan yang lingkungan penyembuhan dan lingkungan Gagal Jantung . a) Jaga lingkungan rumah
dapat terhadap penyakit pencegahan terhadap proses agar bebas dari resiko
mempengaruhi Gagal Jantung. setelah tiga kali penyakit Gagal kecelakaan misalnya
penyakit Gagal kunjungan rumah. Jantung benda yang tajam.
Jantung. b) Gunakan alat pelindung
bila bekerja Misalnya
sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang
lembut untuk pakaian
untuk mengurangi
terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk
melakukan apa yang telah
dijelaskan.

5 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat Jelaskan pada keluarga ke mana
keluarga keperawatan menggunakan menjelaskan menggunakan fasilitas mereka dapat meminta
menggunakan keluarga dapat tempat pelayanan secara lisan ke pelayanan secara tepat. pertolongan untuk perawatan
fasilitas menggunakan kesehatan yang mana mereka dan pengobatan Gagal Jantung.
pelayanan fasilitas tepat untuk harus meminta

37
kesehatan guna pelayanan mengatasi pertolongan untuk
perawatan dan kesehatan sesuai penyakit Gagal perawatan dan
pengobatan Gagal kebutuhan. Jantung setelah pengobatan
Jantung. dua kali penyakit Gagal
kunjungan Jantung.
rumah.

38
39
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP.

40
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033
Ruang Praktek : Puskesmas Jekan Raya
Tanggal Praktek : 19-24 September 2022
Tanggal & Jam Pengkajian : 20 September 2022 Pukul 15:40 WIB
3.1 Pengkajian keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 September 2022. Hampir seluruh
keterangan atau data pada keluarga Tn.S berasal dari pasien Ny.N Dalam
memberikan data kesehatan, Keluarga Tn.S dapat berkomunikasi secara baik
dengan mahasiswa serta mau terbuka dalam menyampaikan informasi atau
masalah yang sedang dihadapi sehingga sangat membantu dalam proses
pengkajian. Ny.N berusia 50 tahun, jenis kelamin perempuan. Pendidikan
terakhir SMP. Alamat Jl. Tegal sari No. 11A Palangkaraya. Di keluarga Tn.S ada
yang menderita penyakit gagal yaitu ibu Ny.N.
Dari pengkajian yang telah dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di
keluarga Tn.S adalah Ny.N menderita Gagal jantung. Ny.N mengeluh kadang-
kadang merasa nyeri dada bagian kiri.
Pada pemeriksaan pada Ny.N didapatkan hasil Tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 88x/menit. RR 20x/menit dan suhu 36,6 °C. Berat badan Ny.N
adalah 113. Kg dengan tinggi badan 157 cm. Ny.N mengatakan rutin
mengonsumsi obat untuk gagal jantung, Ny.N dan keluarga mengetahui tentang
penyakit gagal jantung dan mengetahui cukup rinci tentang penyakit yang
diderita Ny.N, Ny.N rutin datang ke pelayanan kesehatan setiap 1 bulan sekali.
a. Suku Bangsa
Keluarga Tn.S berasal dari suku jawa, bahasa yang digunakan sehari - hari
yaitu bahasa Indonesia dan jawa, dan keluarga Tn.S tidak mempunyai
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien.

41
b. Agama
Keluarga Tn.S menganut agama Islam. Tn.S dan keluarganya selalu
melaksanakan sholat 5 waktu secara rutin.
c. Stasus Sosial Ekonomi Keluarga
Tn. S suami Ny.N sehari – hari nya bekerja sebagai tukang bangunan dan
Ny.N adalah seorang ibu rumah tangga. Selama ini untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari yaitu makan, bayar tagihan listrik, air dll di tanggung
oleh Tn.S yaitu suaminya Ny.N, Ny.N mengatakan selama ini keluarganya
hidup berkecukupan, untuk jaminan kesehatan keluarga Tn.S memiliki BPJS,
keluarga memiliki fasilitas televisi, tempat tidur yang cukup nyaman bagi
keluarga, handphone sebagai sarana komunikasi dan motor sebagai sarana
transportasi.
d. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.S Jarang melakukan rekreasi ketempat hiburan, rekreasi yang
biasanya dilakukan dengan menonton tv atau berbelanja, dan mengajak anak
anak ke taman bermain, selain itu keluarga Tn.S terkadang jalan – jalan
mengunjungi rumah anak dan sanak saudaranya.
e. Komposisi Keluarga

Gender Hubungan
No Nama (Inisial) Umur Pendidikan Pekerjaan
(L / P) Dg KK

1 Tn. S 63 tahun Laki-laki Suami SMP Swasta

2 Ny.N 50 tahun Perempuan Istri SMP Ibu Rumah


Tangga

3 Tn. M 32 tahun Laki-laki Anak SMA Swasta

4 An.A 11 Tahun Laki-Laki Anak SD Siswa

Tipe Keluarga :
Keluarga Tn.S merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak
yang tinggal dalam satu rumah, Ny.N tinggal bersama suami serta anaknya yang
berusia 11 tahun yang masih bersekolah.

42
Riwayat Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
Keluarga Tn.S merupakan tahap keluarga families with school children, yang
mana Ny.N Selain bertugas menjaga keharmonisan keluarga, tahap
perkembangan keluarga ini juga menantang orangtua untuk membangun
komunikasi yang baik dengan anak. Orangtua wajib memberikan perhatian
tentang kegiatan social anak, pendidikan, dan semangat belajar.
b. Tugas Perkembangan Keluarga :
Tn. S juga masih rajin bekerja dan Ny.N masih mampu melakukan tugasnya
sehari-hari seperti memasak dan membersihkan rumah, serta anak anaknya
yang setiap pagi bersekolah.
c. Riwayat Keluarga Inti
Tn.S dan Ny.N menikah kurang lebih sekitar 33 tahun yang lalu, selama
menikah Keluarga Tn.S dikaruniai 2 orang anak yaitu 2 orang anak laki –
laki.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ny.N bahwa dalam keluarga Tn.S
sebelumnya ada riwayat penyakit keturunan yaitu penyakit jantung dan
hipertensi sedangkan pada riwayat keluarga Tn.S tidak ada riwayat penyakit
keturunan.
Genogram (3 Generasi)

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah

43
: Meninggal

Struktur Keluarga
a. Pola Komuniasi Keluarga
Keluarga Tn.S berkomunikasi sehari - harinya menggunakan bahasa
Indonesia dan jawa. Dalam keadaan emosi keluarga Tn.S menggunakan
kalimat positif, setiap masalah dalam keluarga selalu dirembukkan dan
mencari jalan keluarnya dengan musyawarah keluarga. Tn.S dan Ny.N juga
selalu mengobrol saat berkumpul bersama.
b. Sturktur Kekuatan Keluarga
Pada keluarga Tn.S, Ny.N mengatakan orang yang terdekat dengan nya
adalah keluarganya sendiri yaitu suami dan anak-anak nya.
c. Sturktur Peran Keluarga
Keluarga Tn.S mampu menjalankan perannya dengan baik. Tn. S berperan
sebagai kepala keluarga, suami, dan ayah. Ny.N berperan sebagai seorang
istri, ibu dan yang bertugas dalam menjalankan peraturan rumah tangga dan
mencurahkan kasih sayang bagi semua anggota keluarga. An.A berperan
sebagai anak dan masih bersekolah.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Tn.S dan keluarganya menganut agama Islam dan norma yang berlaku
dimasyarakat dan adat istiadat orang jawa. Ny.N juga mengajarkan
pentingnya bersikap/sopan santun dengan orang lain. Apabila ada keluarga
yang sakit, keluarga mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Allah
berikan agar keluarga dapat lebih kuat.

Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.S selalu menyayangi dan perhatian kepada seluruh anggota
keluarganya terutama anak – anaknya, selalu mendukung untuk bersikap
sopan dan santun. Serta jika ada waktu luang Ny.N berkunjung ke rumah
orang tuanya.
b. Fungsi Sosial

44
Interaksi Tn.S dengan Ny.N serta anaknya terjalin dengan sangat baik saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan satu sama lain. Tn.S
dan Ny.N selalu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarganya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga Keluarga Tn.S
adalah Ny.N yang saat ini memiliki penyakit gagal jantung. Keluarga Tn.S
mengatakan mengetahui apa itu penyakit gagal jantung. Ny.N mengetahui
cara mencegah penyakitnya serta selalu meminum obat dari resep dokter
secara rutin serta Ny.N mengatakan ingin meningkatkan kesehatannya. Jika
ada anggota keluarga yang sakit, keluarga Tn.S datang ke pelayanan
kesehtan, terutama Ny. N yang selalu datang tiap bulan untuk memeriksa
kesehatannya.
d. Strees dan Koping Keluarga
Pada keluarga Tn.S, Ny.N mengatakan sedikit khawatir dengan penyakitnya,
oleh karena itu Ny.N selalu berupaya mencegah penyakitnya agar tidak
menjadi lebih parah dan ingin meningkatkan kesehatannya. Apabila ada
permasalahan keluarga, Tn.S dan Ny.N selalu menyelesaikannya dengan
musyawarah dan tenang dalam mengambil keputusan di dalam keluarga.

Pola Aktivitas sehari-hari


a. Pola makan
Tn.S dan keluarga makan 3x sehari
b. Pola Minum
Pada keluarga Tn.S, Ny.N membatasi minum air dalam sehari karena
berdasarkan anjuran dokter, sedangkan untuk anggota keluarga yang lain
minum air putih 8 gelas sehari.
c. Istirahat
Tn.S dan anggota keluarga yang lain selalu cukup tidur, terkecuali Ny.N
mengatakan ia mengalami susah tidur, waktu tidur malamnya ± 4-5 jam
d. Pola BAK
Pola BAK pada keluarga Tn.S baik serta tidak memiliki gangguan
pencernaan.
e. Pola BAB

45
Pola BAB pada keluarga Tn.S baik serta tidak memiliki gangguan
pencernaan.
f. Pola Kebersihan diri
Keluarga Tn.S selalu rutin mandi 2x sehari
g. Tingkat kemandirian
Ny.N cukup mampu melakukan aktivitas mandiri tanpa dibantu
ADL : mandiri

Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
Pada keluarga Tn.S, Ny.N tampak senang walaupun dengan penyakit yang
dialaminya saat ini serta tidak terdapat emosi seperti marah, sedih, ketakutan,
putus asa, serta stress.
a. Kurang interaksi dengan orang lain
Keluarga Tn.S mengatakan dirinya sering mengobrol dengan tetangga
b. Menarik diri dengan lingkungan
Keluarga Tn.S mengatakan dirinya dan anggota keluarga lain tidak pernah
menarik diri dari lingkungan
c. Konflik dengan keluarga
Keluarga Tn.S mengatakan dirinya tidak ada konflik. Seluruh keluarga
membantu dan memberikan semangat untuk kesembuhan Ny.N
d. Penurunan harga diri
Pada keluarga Tn.S, Ny.N mengakatan dirinya tidak merasa malu dengan
penyakit yang dialaminya
e. Pada keluarga Tn.S, Ny.N mengatakan dirinya tidak merasa terganggu
dengan penyakit yang dialaminya dan menurut Ny.N penyaki yang
dialaminya adalah sebuah cobaan

Faktor Resiko masalah kesehatan


a. Tidak pernah/ jarang periksa kes.
Ny.N mengatakan selalu memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan
terdekan setiap 1 bulan sekali
b. Social ekonomi kurang

46
Pada keluarga Tn.S, Ny.N mengatakan keluarganya termasuk yang
berkecukupan untuk kebutuhan sehari hari
c. Total pendapatan keluarga per bulan
Ny.N mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk kebutuhan keluarga,
berobat, dan menyekolahkan anak-anaknya. Pendapatan perbulan kisaran Rp.
1.000.000,- s/d 2.000.000,- kadang Diatas 2.000.000,-

Pemeriksaan Fisik
Nama Vital Sign
Tanggal
(Nama BB/TB Lain-lain
TD N RR S Pemeriksaan
Inisial)
Tn.S 120/80 98 22 36,5 BB : 55 kg 20-9-2022
TB : 160 cm
Ny.N 130/80 72 20 36,6 BB : 113 kg 20-9-2022 Ny.N mengalami
TB : 157 cm obesitas dengan berat
badan 113 kg, serta
Ny.N mengeluh susah
tidur
An.A 88 20 36,5 TB : 36 kg 20-9-2022
TB : 144 cm

Pengkajian Lingkuan :
a. Karakteristik rumah
keluarga Ny.S memiliki luas tanah 60-72 m2 dan memiliki luas bangunan
rumah 9 x 4 m2 (tipe 60). Bangunan tersebut milik sendiri, Rumah Tn.S
memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi
dan wc. Penataan alat/perabot rumah tangga yang cukup rapi,
ventilasi/penerangan bagi keluarga Tn.S cukup memadai sinar matahari bisa
masuk ke dalam rumah., dengan jumlah jendela 6 buah, ventilasi 6 buah.
Lantai rumah tampak bersih, hal ini terlihat dari tidak adanya kotoran pada
lantai, lingkungan rumah bersih, lantai rumah menggunakan keramik, dinding
rumah terbuat dari beton. Halaman belakang rumah digunakan untuk
menanam sayur.
Untuk penggunaan air keluarga Tn.S menggunakan sumber air Sumur Bor,
dan sumber listrik dari PLN.
WC
Dapur

Ruang
Keluarga 47
Kamar

Ruang Tamu
Kamar

b. Kerakteristik Lingkungan Sekitar


Keluarga Tn.S tinggal di lingkungan dengan warga mayoritas suku Banjar
dan Jawa, Ny.N mengatakan tetangga nya ramah, terkadang mereka
berkumpul untuk mengobrol dengan disuguhi teh dan cemilan. Ny.N juga
mengatakan beberapa tetangga nya masih keluarga Ny.N
c. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn.S sering berkumpul dan bercerita dengan tetangga untuk
mengobrol ringan, dan saat ada waktu luang keluarga Tn.S sering bermain
bersama anak anak di rumah.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Pada keluarga Tn.S semua anggota keluarga saling menyayangi dan
membantu satu sama lain.

Perawat yang mengkaji


Nama : Virgo Mandala Putra Tgl : 20/09/2022 pkl : 16:42
WIB

48
3.2 Diagnosa Keperawatan
Catatan Keperawatan Keluarga
Analisa Data

No Data Penunjang Masalah Penyebab

1 DS : Gangguan Pola tidur Hambatan lingkunan


Ny.N mengeluh susah (D.0055)
tidur Gangguan pola tidur

DO :
waktu tidur ± 4-5 jam

2 DS : Kesiapan peningakatan Mengeskpresikan


Ny.N mengatakan manajemen kesehatan keinginan untuk

ingin meningkatkan (D.0112) mengelola masalah


kesehatan dan
kesehatannya
pencegahannya
DO:
- Ny.N datang ke
Kesiapan
pelayan kesehtan
peningakatan
terdekat setiap 1 manajemen kesehatan
bulan sekali

Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa 1

Kriteria Skore Pembenaran

Sifat masalah (bobot 1) 3x1/3=1 Masalah ini sudah terjadi,

49
Ny.N mengatakan
Skala kadang-kadang susah
3 : aktual tidur
2 : resiko
1 : sejahtera

Kemungkinan Masalah dapat 2x2/2=1 Ny.N ingin mengatasi


dubah (Bobot 2) susah tidurnya
Skala
2 : mudah
1 : sebagian
0 : rendah

Potensial masalah dapat 3x1/3=1 Keluarga mengatakan


dicegah (bobot 1) akan membantu Ny.N
3 : tinggi untuk mecegah susah
2 : cukup tidurnya
1 : rendah

Menonjolnya maslah (Bobot 1x1/2=1 Ny.N mengatakan


1) masalah susah tidurnya
2 : berat segera ditangani cukup mengganggu
1 :tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan

Total 5

Diagnosa 2

Kriteria Skore Pembenaran

Sifat masalah (bobot 1) 1 Ny.N mengatakan ingin


1x1/3=
3 meningkatkan kesehatannya

50
Skala
3 : aktual
2 : resiko
1 : sejahtera

Kemungkinan Masalah dapat 2x2/2=1 Keluarga Tn.S berupaya


dubah (Bobot 2) meningkatkan kesehatan
Skala keluarganya
2 : mudah
1 : sebagian
0 : rendah

Potensial masalah dapat 3x1/3=1 Masalah dapat dicegah agar


dicegah (bobot 1) tidak berlanjut dengan
3 : tinggi melibatkan langsung
2 : cukup keluarga, perawat, dan juga
1 : rendah keinginan klien

Menonjolnya maslah (Bobot 0x1/2=0 Ny.N ingin meningkatkan


1) kesehatannya
2 : berat segera ditangani
1 :tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan

Total 1
2
3

Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore


Ny.N merasa tergaggu Gangguan Pola tidur 5
dengan masalah susah (D.0055)
tidurnya

51
Keluarga Tn.S memiliki Kesiapan peningakatan 1
2
3
keinginan untuk manajemen kesehatan
meningkatkan (D.0112)
kesehatannya

3.3 Intervensi Keperawatan

Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Pola tidur (D.0055)
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Klien dan keluarga dapat : Setelah dilakukan 1) Gangguan Pola Manajemen Lingkungan
tidur dapat teratasi
1. Mengetahui penyebab asuhan keperawatan ( I.14514 )
2) Waktu tidur
susah tidur selama 1x1 selama 3 meningkat
Observasi
2. Mencegah makananan hari diharapkan pola
penyebab susah tidur tidur membaik 1. Identifikasi keamanan
dan kenyamanan
3. Melakukan modifikasi dengan kriteria hasil :
lingkungan
lingkunzan a) Keluhan susah
tidur menurun Terapeutik

b) Keluhan sering 1. Atur suhu lingkungan


terjaga menurun yang sesuai
2. Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
3. Sediakan pewangi
ruangan, jika perlu

Edukasi

1. Jelaskan cara membuat


lingkungan rumah yang
aman

52
2. Diagnosa Keperawatan : Kesiapan peningakatan manajemen kesehatan
(D.0112)
Tujuan Khusus Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Klien dan keluarga dapat : Setelah dilakukan 1) Keluarga Edukasi Kesehatan
Mengetahui dan
1. Mengetahui diet asuhan keperawatan ( I.12383 )
memahami diet
jantung selama 1x1 selama 3 jantung
2) Keluarga Observasi
2. Menerapkan diet hari diharapkan
Menerapkan diet
jantung manajemen kesehatan jantung 1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
meningkat dengan
menerima pendidikan
kriteria hasil : kesehatan
a) Melakukan tindakan
Terapeutik
mengurangi faktor
resiko meningkat 1. Sediakan materi dan
media pendidikan
b) Aktivitas sehari-hari kesehatan
efektiv memenuhi 2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
tujuan kesehatan kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi

1. Jelaskan faktor resiko


yang dapat
mempengaruh
kesehatan

3.4 Implementasi dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Hari/ Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi
Tanggal

53
20/09/2022 Diagnosa 16:04 1) Mengidentifikasi keamanan S:
1 dan kenyamanan lingkungan - keluarga mengatakan akan
2) Mennganjurkan kepada
mencoba memodifikasi kamar
keluarga untuk menyediakan
tempat tidur dan lingkungan tidurnya
yang bersih dan nyaman O:
3) Menganjurkan kepada
- Keluarga tampak memahami
keluarga untuk menyediakan
cara menyediakan tempat
bunga-bungaan sebagai tidur yang nyaman
pewangi ruangan A:
4) Jelaskan cara membuat
lingkungan rumah yang aman Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

22/09/2022 Diagnosa 15:07 1) Mengidentifikasi keamanan S :


1 dan kenyamanan lingkungan - Keluarga mengatakan setelah
memodifikasi kamar tidur,
susah tidur Ny.N berkurang
O:
- Waktu tidur Ny.N 7 jam
- Keluarga menggunakan
bunga melati sebagai aroma
terapi kamar tidur
A:

Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
22/09/2022 Diagnosa 15:13 1) Mengidentifikasi kesiapan dan S :
2 kemampuan keluarga Keluarga mengatan sedikit
menerima pendidikan

54
kesehatan paham tentang diet gagal
2) Menjelaskan kepada keluarga jantung dan mengatakan akan
tentang diet gagal jantung
mencoba diet tersebut
O:
- Keluarga tampak
memahami sebagian materi
pendidikan eksehatan
- Keluarga memiliki
keinginan menerapkan diet
untuk gagal jantung

A:
Masalah Belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
23/09/2022 Diagnosa 16:08 1) Menjelaskan ulang kepada S :
2 keluarga tentang diet gagal Keluarga mengatakan
jantung
memahami tentang diet gagal
jantung
O:
- Keluarga tampak
memahami materi
pendidikan kesehatan
- Keluarga menyebutkan
poin-poin materi dengan
benar

A:
Masalah Teratasi
P:
Intervensi dihntikan

55
BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Gagal Jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk
mememompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan p berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jarin kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volum

56
secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif ya digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan p berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jarin kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volum
secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif ya digunakan kalau
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan

4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa
dalam mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Hipertensi
Heart Disease (HHD) dan sebagai acuan atau referensi untuk mahaiswa
dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumbar bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap
Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di
masa yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa
dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan
sampai pendokumentasian

DAFTAR PUSTAKA

Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive


Heart Failure (CHF) Di Bangsal Jantung RSUP Dr.Djamil Padang.
Retrieve dFrom Http://Pustaka.Poltekkespdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show
Detail&Id= 5245&Keywords=
Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan
Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gledis, M., & Gobel, S. (2016). Hubungan Peran Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Di Rs Gmibm Monompia Kota Mabagu Kabupaten
Bolaang Mongondow. Elektronik Keperawatan, 4(2), 1–6.

57
https://doi.org/10.22460/infinity.v2i1.22.

Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate
Variability Identify Patient with Congestive Heart Failure. Procedia
ComputerScience, 124, 197–204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.

Melanie, R. (2012). Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap Kualitas Tidur
dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur
Terhadap Kualitas Tidur Dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di
Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 15.

Nugroho, F. A. (2018). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Jantung


dengan Metode Forward Chaining. Jurnal Informatika Universitas
Pamulang, 3(2), 75. https://doi.org/10.32493/informatika.v3i2.1431.

Nurdamailaila.(2017). Congestive Heart Failure (Gagal Jantung. diakses pada


tanggal 20/08/2019 melalui

58

Anda mungkin juga menyukai