Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN

MASALAH UTAMA TB PARU PADA Tn. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


MARINA PERMAI KOTA PALANGKARAYA

Oleh :
Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Virgo Mandala Putra
NIM : 2019.C.11a.1033
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Masalah
Utama TB Paru Pada Tn.s Di Wilayah Kerja Puskesmas Marina Permai Kota
Palangkaraya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ika Paskaria, S.Kep, Ners Susilawati, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat Menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Masalah Utama TB Paru Pada Tn.s Di Wilayah Kerja Puskesmas
Marina Permai Kota Palangkaraya ”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep, Ners selaku Kordinator Praktik Pra Klinik IV dan juga selaku
sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan
bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
4. Susilawati, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Marina Permai
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 28 september 2022

Virgo Mandala Putra


DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga ..............................................................................4
2.1.1 Definisi.........................................................................................4
2.1.2 Etiologi.........................................................................................4
2.1.3 Anatomi Fisiologi........................................................................5
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................7
2.1.5 Gejala dan Tanda Klinis ..............................................................8
2.1.6 Penegakan diagnostik...................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan Medis................................................................12
2.1.8 WOC............................................................................................14
2.2 Konsep Dasar Diabetes Melitus .......................................................15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................18
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................19
2.2.4 Implementasi Keperawatan .........................................................24
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................24
2.3 Manajemen Askep Keluarga
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian..........................................................................................26
3.2 Analisis Data......................................................................................35
3.3 Prioritas Masalah..............................................................................38
3.4 Intervensi............................................................................................39
3.5 Implementasi......................................................................................44
3.6 Evaluasi...............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP
4.2 Kesimpulan.........................................................................................56
4.3 Saran...................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
keluarga adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus Diabetes
Melitus di wilayah kerja Puskesmas Jekan Raya?”
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Lapran pendahuluan dan Asuhan keperawatan dibuat ini agar mahasiswa
memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. D
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya

1.3.2.1. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan


Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2.2. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.3.2.3. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien
dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya,
Palangkaraya
1.3.2.4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Puskesmas Jekan Raya, Palangkaraya
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi mahasiswa
Hasil Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi yang bermakna bagi mahasiswa dan menambah
wawasan penulis dalam melakukan studi kasus dan mengaplikasikan ilmu tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus.
1.4.2. Bagi Klien Dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
keluarga dengan asuhan keperawatan dengan Diabetes Melitus di dalam keluarga.
1.4.3. Bagi Institusi
Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan
memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada

1
2

keluarga dan terutama untuk pasien sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
koping keluarga dan pasien serta dapat menjadikan peran keluarga untuk ikut aktif
berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi pelaksaan dalam asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Medis Diabetes
2.1.1 Definisi

Gambar 1.2.1 : Tuberculosis Paru ( TB Paru )


Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh mycobacterium,
yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana terdapat banyak aliran darah dan
oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar
getah bening, tetapi secara utama menyerang paru-paru. Tuberkulosis adalah suatu
penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2013).
2.1.2 Anatomi Fisilogi
Sistem respirasi adalah sistem organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi untuk produksi bicara dan
berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan
pengatran hormonal tekanan darah.
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan
saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung, faring
dan laring. Saluran nafas bagias bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-
paru. Sedangkan saluran pernapasan bawah meliputi trakea atau batang tenggorokan,
bronkus, dan paru-paru. Respirasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu respirasi eksternal
dimana proses pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru ke dalam O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan
respirasi internal/respirasi sel dimana proses pertukaran O2 & peristiwa  CO2 di
tingkat sel biokimiawi untuk proses kehidupan
2.1.3 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um
2.1.4 Klasifikasi
1 TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
1.1.1 Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat
yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit.
Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan
droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .
(Sylvia.A.Price.2011.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak
di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.2015,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul
yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau
pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan
menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh
yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang
mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya
leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini
juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional,
sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang
sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses
tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya
disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini
juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram
rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat
terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke
laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A Price:2012 ;754).
WOC TB PARU Droplet mengandung micobecterium
tuberkulosae

Udara tercemar micobecterium tuberkulosae

Terhirup lewat saluran pernapasan, masuk keparu-paru,masuk ke alveoli

Proses Peradangan tuberkulosae

Mycrobacteriumtuberkulosis

Tuberkulosis Paru (TB Paru)

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Inhalasi droplet Bakteri Miobacterium Perubahan cairan Reaksi infeksi dan Menyebar melalui kelenjar getah
Penyubatan bening, kekelenjar regional
intrapleura merusak parenkim paru
pembuluh darah menimbulkan reaksi oksidasi
Bakteri masuk kepernafasan atas limfa Terhirup kesaluran
dan mencapai alveolus
pernafasa masuk Reaksi sistematis Reaksi sistematis Proses
Aliran darah tidak adekuat
keparu-paru,dan peradangan
Muncul reaksi radang Oliguria, anuria
masuk ke alveoli Mual, muntah, Kerusakan
Iskemikparu
reseptor nyeri anoreksia
jaringan
Terjadi pengeluaran sekret Intake dan output tidak seimbang
Penurunan suplai meningkat kelemahan
Produksi secret meningkat MK:
O2 keotak MK:
MK: Risiko
Ketidakseimbangan Elektrolit Defisit nutrisi
Nyeri akut MK:
MK: MK: Perfusi perifer Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan tidak efektif

nafas tidak efektif


1.1.2 Manifestasi Klnis
1. Demam
2. Batuk/Batuk Darah
3. Sesak Napas
4. Nyeri Dada
5. Malaise
1.1.3 Komplikasi
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
1.1.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pada tahap dini sulit diketahui.
b. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
c. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
umforik.
d. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
e. Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2. Pemeriksaan Radiologi :
a. Bronchografi
3. Laboratorium :
a. Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
b. Sputum : pada kultur ditemukan BTA
4. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
1.1.5 Penatalaksanaan Medis
1. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama, Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
3. Jenis, sifat dan dosis OAT
Laporan Pendahuluan TBC (Tuberkulosis), Paduan OAT yang digunakan di Indonesia,
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) Kategori Anak:
2HRZ/4HR, Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak., Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien., Paket Kombipak Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu
paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan
program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
4. Ventilator
Ventilasi mekanik adalah upaya bantuan napas dengan alat bantu napas mekanik atau
ventilator sebagai alat pengganti fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan atau kegagalan.
Ventilasi mekanik digunakan untuk membantu atau menggantikan napas spontan. Ventilasi
mekanik ini diaplikasikan dengan alat khusus yang dapat mendukung fungsi ventilasi dan
memperbaiki oksigenasi melalui penggunaan gas dengan konten tinggi oksigen dan tekanan
positif.
Fungsi ventilator umumnya antara lain, mengembangkan paru selama inspirasi, dapat
mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi, mencegah paru untuk menguncup sewaktu ekspirasi,
serta dapat mengatur waktu dari fase ekspirasi ke fase inspirasi. Semua ventilator mekanik
canggih dilengkapi oleh monitor pengukur tekanan (pressure gauge), pembatas tekanan untuk
mencegah paru dari barotrauma (pressure limiting device), pengaman (alarm) tekanan tinggi dan
rendah, serta pengatur volum paru (spirometer).
5. Indikasi pemasangan ventilasi mekanik
Penggunaan ventilasi mekanik diindikasikan ketika ventilasi spontan pada pasien tidak
adekuat untuk memelihara kehidupannya. Indikasi utama penggunaan ventilasi mekanik adalah
untuk mensuport pasien dengan gagal napas, termasuk kegagalan dalam ventilasi (hiperkarbia),
kegagalan oksigenasi (hipoksia) ataupun keduanya.
Gagal napas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi tidak dapat menjaga pertukaran
gas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism, contohnya oksigenasi atau eliminasi
CO2. Secara konvensional, gagal napas didefinisikan ketika tekanan arterial O2 (PaO2) <8.0
kPa (60 mmHg), tekanan arterial CO2 (Pa CO2) >6.0 kPa (45 mmHg) atau keduanya. Gagal
napas secara umum diklasifikasikan menjadi:
a. Hipoksemia akut atau tipe I
Dimana O2 rendah dengan CO2 normal/ rendah. Pada umumnya terjadi pada V:Q
matching yang buruk (area paru dengan ventilasi yang buruk namun tetap terperfusi),
contohnya pada pneumonia, edema pulmonum atau ARDS, atau emboli paru.
Gagal napas hipoksemia ditandai dengan SaO2 arteri <90%, meskipun fraksi oksigen
inspirasi > 0.6. Tujuan dari pemasangan ventilasi mekanik pada kondisi ini yaitu untuk
menyediakan saturasi oksigen yang adekuat melalui kombinasi oksigen tambahan dan
pola ventilasi tertentu sehingga meningkatkan ventilasi-perfusi dan mengurangi
intrapulmonary shunt.
b. Hiperkarbia atau tipe II
Gagal napas hiperkarbia disebabkan oleh kondisi yang menurunkan ventilasi semenit
atau peningkatan ruang mati fisiologis sehingga ventilasi alveolar menjadi tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi yang berhubungan dengan gagal napas
hiperkarbia, yaitu: penyakit neuromuscular seperti miastenia gravis, ascending
polyradiculopathy, miopati, dan penyakit-penyakit yang menyebabkan kelelahan otot
pernapasan karena peningkatan kerja, seperti: asma, PPOK, dan penyakit paru restriktif.
Kondisi gagal napas hiperkarbia ditandai dengan PCO2 > 50 mmHg dan pH arteri <
7.30.
c. Gagal napas sekunder terhadap hipoperfusi atau syok
Pada gagal napas ini, aliran darah ke paru tidak mencukupi oksigenasi atau pembersihan
CO2. Semua jenis syok menyebabkan proses metabolik seluler yang akan memicu
terjadinya jejas sel, organ failure, dan kematian. Syok akan menyebabkan paling tidak
tiga respon pernapasan, yaitu: peningkatan ruang mati ventilasi, disfungsi otot-otot
pernapasan, dan inflamasi pulmoner. Pasien dengan syok biasanya dilaporkan sebagai
dispneu. Pasien juga biasanya mengalami takipneu dan takikardi, asidosis metabolik atau
alkalosis respiratorik dengan beberapa derajat kompensasi respiratorik. Pada pasien
dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem
pernapasan (sebagai akibat peningkatan kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat
mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja
sistem pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
Tabel 1. Kriteria Aplikasi Ventilasi Mekanik
PARAMETER APLIKASI HARGA NORMAL
MEKANIK
frekuensi napas > 35x/menit 10-20 x/menit
volume tidal < 5ml/kgBB 5-7 ml/kgBB
kapasitas vital < 15ml/kgBB 65-75 ml/kgBB
kekuatan inspirasi < 25 75-100
max (cm H2O)
OKSIGENASI
PaO2 (mmHg) < 60 (FiO2 0,6) 75-100 (udara)
P(A-aDO2) > 350 25-65 (FiO2 1,0)
VENTILASI
PaCO2 (mmHg) > 60 35-45
VD:VT >0,6 0,3
1.2 Konsep Lanjut Usia
1.2.1 Definisi Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses
menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang
akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/
mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
(termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaraingan lain sehingga
tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseotang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20–30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.
1.2.2 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Depkes, membagi lansia sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
1.2.3 Teori Tentang Proses Menua
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul
/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan mati.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik
seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda
yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
3. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,
akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
4. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka
berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari
kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori individual jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental
1.2.4 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra dan
extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk
meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap sinaps,
kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan sinar,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan jantung
memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas
berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai
80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria
lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria
diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan
hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga
secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian
baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman
dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak
berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat
entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk Intelegentia Question :
c. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
d. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada
daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan-Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung
pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan
menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak
pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan
untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang
melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun
kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung menurun
dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan
dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari yang
lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha.
Makin menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan
yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa
terputus dari hubungan dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia lanjut
tinggal bersama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi
jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam
arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan perasaan dengan akal
melemah dan orang cendrung kurang dapat mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi
kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan ledakan amarah
atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang menurut kita tampaknya
sepele.
c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang
sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir kehidupan
dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi
bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut
terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran religius
dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi
merupakan permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan
dengan tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai keadilan.
1.2.5 Masalah Nurisi
1. Pengertian
Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro
2. Penyebab
a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman
b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi
c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan
e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang
f. Gangguan kemampuan motorik
g. Kurang bersosialisasi, kesepian
h. Pendapatan yang menurun (pensiun)
i. Penyakit infeksi kronis
j. Penyakit keganasan
1.3. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
1.4.1 Pengertian
Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan dan
masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit
atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan gerontik adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang
berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan kepadd klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluaraga, kelompok, dan masyarakat.
1.4.2 Lingkup Peran dan Tanggung Jawab
Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik adalah tidak terpenuhinya
KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan.
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaaan
Peran & Fungsi Perawat Gerontik:
1. Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung
2. Pendidik Klien Lansia
3. Motivator
4. Advokasi Klien
5. Konselor
Tanggung Jawab Perawat Gerontik:
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.
2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusia sampai
meninggal.
Sifat Pelayanan Gerontik:
1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien lanjut
usia dilakukan secara mandiri
2. Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
lanjut usia dilakukan dengan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia memandang
sebagai makhluk yang perlu untuk diberi perawatan yang layak dan manusiawi
4. Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-psiko- sosial dan spiritual
yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara lansia satu dengan yang lainnya
Model Pemberian Keperawatan Profesional:
1. Model Asuhan
Model Asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi yang lebih dpt diterima sementara
ini adalah An Adaptation Model of Nursing by Sister Callista Roy.
2. Model Manajerial
Model Manajerial yang sesuai juga masih dalam penelitian tetepi yang lebih mengarah pada
tindakan profesianal perlu dipertimbangkan dari segi ketenagaan, visi, misi dan tujuan
organisasi pelayannan keperawatan.
1.4.1 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.4.2 Pengkajian
1. Fisiologis/fisik
a. Stratus gizi
IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25
(TB)2 wanita = 17 – 23
b. Intake cairan dalam 24 jam
c. Kondisi kulit
d. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
f. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas
g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif, nafsu makan,
makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
h. Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)
2. Psikososial/afektif
a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
b. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan penyimpanan
makanan)
c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi
d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
3. Pemeriksaan tambahan/laboratorium Analisa darah :
Kreatinin : indekz massa otot
Serm protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler,
enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan

1.4.1 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Pada TB Paru menurut SDKI adalah sebagai
berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau sekret
darah (D.0001)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang faktor
pemberat (D.0009)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi regulasi endokrin
(D.0037)
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia (D.0019)
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
l
1.4.3 Intervensi
Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang fungsi 1. Mengetahui bunyi nafas dan
tidak efektif keperawatan selama …. jam pernafasan , bunyi nafas, irama pada pasien
berhubungan dengan diharapkan jalan nafas dapat irama 2. Frekuensi pernafasan dapat
akumulasi sekret kental efektif dan dapat terpenuhi 2. Monitor tanda Vital menunjukan kemampuan
atau sekret darah dengan kriteria hasil: Pasien terutama pasien dalam upaya bernafas
- Mempertahankan jalan frekuensi nafas 3. Untuk memberikan rasa
nafas pasien 3. Atur posisi semi-Fowler aman dan nayaman
- Secret berkurang atau Fowler 4. Pengumpulan secret dapat
4. Anjurkan pasien batuk mengganggu jalannya
efektif pernafasan
5. Kolaborasi pemberian 5. Mempercepat proses
terapi Dokter penyembuhan
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor adanya daerah 1. Untuk mengetahui daerah
efektif berhubungan keperawatan selama …. jam tertentu yang hanya peka yang peka terhadap
dengan kurang terpapar diharapkan ada nya terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
informasi tentang faktor keadekuatan pembuluh darah panas/dingin/tajam/tumpul. 2. Untuk mengetahui adanya
pemberat dengan kriteria hasil: 2) Instruksikan keluarga untuk lesi
- Edema tidak ada mengobservasi kulit jika 3. Untuk mengetahui
- Turgor kulit membaik ada lesi atau laserasi. tromboplebitis
- Tidak pucat 3) Monitor adanya 4. Untuk mempercepat proses
- Akral membaik tromboplebitis. kesembuhan
4) Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik sesuai
kebutuhan.

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi skala nyeri 1. Mengetahui skala nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama.... jam pasien pasien
Agen pencedera diharapkan nyeri berkurang 2. Identifikasi respon nyeri 2. mengetahui respon nyeri non
fisiologis dengan kriteria hasil: non verbal verbal
1. TTV Normal TD ; 3. Identifikasi factor yang 3. agar mengetahui
120 / 80 ,mmhg, memperberat dan Mengidentifikasi factor yang
N :60-100 kali per memperingan nyeri memperberat dan
menit,S : 36,5-37,2 ‘ 4. Fasilitasi istirahat dan memperingan nyeri
C, RR : 18 – 24 tidur selama perawatan 4. Membuat pasien nyaman
x/menit 5. Kolaborasi pemberian selama perawatan agar cepat
2. Nyeri hilang dan tidak obat sesuai advis Dokter sembuh
muncul lagi 5. Mempercepat proses
penyembuhan
Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan keperawatan selama …. jam ketidakseimbangan ketidakseimbangan
elektrolit berhubungan diharapkan elektrolit elektrolit
dengan disfungsi ketidakseimbangan elektrolit 2. Monitor kehilangan 2. Untuk mengetahui berapa
regulasi endokrin klien berkurang dengan cairan banyak kehilangan cairan
kriteria hasil: 3. Monitor mual, muntah 3. Untuk mengetahui mual,
- Mual dan muntah tidak dan diare muntah dan diare
ada 4. Dokumentasi hasil 4. Untuk mencatat setiap
- Intake dan output pemantauan perkembangan pemantauan
seimbang 5. Informasikan hasil 5. Untuk mengetahui hasil
pemantauan pemantauan

Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan makan sedikit 1. Untuk mencegah terjadinya
berhubungan dengan keperawatan selama …. jam tapi sering mual, dan muntah
ketidakmampuan untuk diharapkan Keseimbangan 2. Ajarkan pasien tentang 2. Untuk meningkatkan kadar
mencerna nutrisi kurang dari kebutuhan makanan tinggi kalium kalium dalam darah
makanan :mual, muntah, tubuh dapat terpenuhi dengan 3. Ajarkan hygnie oral 3. Untuk meningkatkan nafsu
anoreksia. kriteria hasil: sebelum makan makan pasie
- Nafsu makan meningkat 4. Anjurkan asupan cairan 4. Untuk menjaga
- Keadaan umum baik 1000 ml/hari keseimbangan tubuh
- TTV Normal 5. Kolaborasikan obat 5. Untuk mempercepat
sesuai indikasi Dokter penyembuhan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi defisit 5. Untuk mengetahui defisit
berhubungan dengan keperawatan selama …. jam tingkat aktivitas aktivitas
kelemahan diharapkan kelemahan klien 2. Libatkan keluarga dalam 6. Agar keluarga dapat
dapat berkurang kriteria hasil: aktivitas membantu aktivitas klien
- Melakukan aktivitas tanpa 3. Berikan penguatan 7. Agar klien mendapatkan
dibantu keluarga positif atas partisipasi dalam penguatan positif
- Melakukan aktivitas secara aktivitas 8. Untuk membantu
mandiri 4. Kolaborasi pada terapis merencanakan program
okupasi dalam merencanakan aktivitas
dan memonitor program
aktivitas
1.4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2017).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 2011).
Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
1.4.5 Evaluasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2017).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 2011).
Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Virgo Mandala Putra


NIM : 2019.C.11a.1033
Ruang Praktek : Puaskesmas Jekan Raya
Tanggal & Jam Pengkajian : 28 September 2022 Pukul 12.40 WIB

3.1 Pengkajian
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn.S (L / P)
Tempat & Tanggal Lahir : 12 Juni 1952 Gol.Darah : O / A / B / AB
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2
Agama : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
Status Perkawinan : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
TB/BB : 155 Cm / 60 Kg
Penampilan : Rapi
Alamat : Jl. Lewu Tatau XVIII
Orang Yang Dekat Di hubungi :
Hubungan dengan Lansia : Baik
B. RIWAYAT KELUARGA
Susunan Anggota Keluarga

Jenis Hubungan
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga
1 Ny. S Perempuan Istri Tidak Sekolah IRT Hidup
2 Ny.T Perempuan Anak SMA IRT Hidup
3 Tn. A Laki-laki Anak SMA Swasta Hidup

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Swasta
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat transportasi : Motor
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Sumber pendapatan & Kecukupan : sumber pendapatan dari Tn.S & berkecukupan
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP (DENAH)
Tn. S tinggal di rumah bersama istrinya. Tipe tempat tinggal Tn. S permanen dan berjumlah 2
kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih, pencahayaan baik, ventilasi cukup dan tidak
pengap. Jumlah orang yang tinggal dirumah berjumlah 2 orang yang terdiri dari Tn. S dan
istrinya.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobby Tn. S adalah memancing
F. SISTEM PENDUKUNG
Jarak dari Puskesmas Marina Permai ke rumah Tn. S ± 500 meter
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan sesudah makan selalu
berdoa.
H. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien mengatakan pernah melakukan
terapi pijat pada kaki nya
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien mengatakan tidak pernah masuk
rumah sakit.
KELUHAN UTAMA : Tn.S mengeluh batuk berdahak dan susah tidur
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
I. AKTIFITAS SEHARI-HARI
Indeks Katz A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
Mekanisme Pertahanan Diri : Adaftif
Keadaan Umum : kesadaran compos mentis, terdapat sekret pada saluran nafas, klien
tampak tenang, pupil isokor, TTV : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 115 x/mnt, Suhu : 36,3ºC,
RR 22 x/mnt. Akral teraba hangat, merah, lembab. CRT :<2 detik, konjungtiva: anemis,
sklera normal. Kulit normal, turgor kulit elastis.
Sistem Kardiovaskuler Tekanan darah klien 120/82 mmHg.
Sistem Pernafasan RR : 22x/menit, bentuk thorax simetris, terdapat
bunyi nafas tambahan (ronki basah)
Sistem Integumen Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit sawo matang.
Sistem Perkemihan BAK ±3x sehari
Sistem Muskuluskeletal Tidak ada gangguan pada otot kaki dan tangan,
saat dilakukan pengkajian klien tidak ada
mengeluh nyeri pada bagian ototnya
Sistem Endokrin Terdapat pembekakan pada kelenjar getah
bening
Sistem Gastrointestinal Tidak ada mual atau muntah,
Sistem reproduksi Tidak dikaji
Sistem Persyarafan Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat
kejang.
Sistem Penglihatan tidak ada masalah dalam penglihatan, klien tidak
memakai kacamata
Sistem Pendengaran Dapat mendengar dengan baik, tidak ada
keluaran cairan.
Sistem Pengecapan Dapat mengecap dengan baik
Sistem Penciuman Tidak ada masalah penicuman dan Tn. S masih
mampu mencium bau dengan baik

J. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Tn.S yaitu: kerusakan intelektual
ringan. Mini Mental State Exam (MMSE): 29, Inventaris Depresi Beck : 0 (Depresi tidak
ada/Minimal), APGAR keluarga : 9.
K. DATA PENUNJANG
Laboratorium :
Radiologi :
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama Klien : Tn.S Tanggal : 28 September 2022


Jenis Kelamin : L/P Umur: 70 Tahun TB/BB:155cm /60.Kg
Agama : Kristen Gol darah: O
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jalan Lewu Tatau XVIII No. 49
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam smeua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
lain klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
Nama Klien : Tn.S Tanggal : 11 Oktober 2021
Jenis Kelamin : L/P Umur: 70 Tahun TB/BB:155cm /60.Kg
Agama : Kristen Gol darah: O
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jalan Lewu Tatau XVIII
SKORE NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 1 Tanggal berapa hari ini? 28
 2 Hari apa sekarang ini? Rabu
 3 Apa nama tempat ini? Rumah
 4 Berapa nomor telepon anda? 0821 3442 xxxx
 5 Berapa umur anda? 70 tahun
 6 Kapan anda lahir? 12 Juni 1952
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Joko widodo
 8 Siapa presiden sebelumnya? Susilo Bambang
yudhoyono
 9 Siapa nama kecil ibu anda? -
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurangan -
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total 2
Keterangan:
1. Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan
lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental

Nilai
Klien Pertanyaan
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang? Dimana kita :
5 5 (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing) tanyakan
klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1 point untuk
3 3 tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke
3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti eja
5 5
kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
3 3
kebenaran.
BAHASA
Nama pensil & melihat (2 point)
9 9
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
30 30 Nilai total

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum:
Composmenthis
Apatis
Somnolens
Suporus
Coma
Nilai Maksimun 30 (Nilai 21/Kurang indikasi ada kerusakan kognitif Perlu penyelidikan
lanjut)
INVENTARIS DEPRESI BECK
(PENILAIAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DARI BECK DAN DECLE, 1972)

Nama Klien : Tn.S Tanggal : 28 September 2022


Jenis Kelamin : L/P Umur: 70 Tahun TB/BB:155cm /60.Kg
Agama : Kristen Gol darah: O
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jalan Lewu Tatau XVIII

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya muak dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial

Nama Klien : Tn.S Tanggal : 28 September 2022


Jenis Kelamin : L/P Umur: 70 Tahun TB/BB:155cm /60.Kg
Agama : Kristen Gol darah: O
Pendidikan : TD/SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jalan Lewu Tatau XVIII

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHI 2
teman) saya mebicarakan sesuatu P
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Bersihan jalan nafas tidak
- Klien mengeluh batuk efektif
berdahak
DO:
- Terdapat sekret pada
jalan nafas
- Terdapat suara nafas
tambahan, suara ronki
basah
- TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36,3
N : 115 x/mnt
RR : 22 x/mnt

DS : Gangguan pola tidur


- Klien mengeluh susah
tidur
DO:
- waktu tidur malam klien
± 4 jam sesudah sakit
- waktu tidur klien
sebelum sakit 6-7 jam
PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan
2. Gangguan pola tidur berhubungan kurangnya kontrol tidur
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
Ruang Rawat : Puskesmas Marina Permai
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif Bersihan jalan napas (L.01001) Latihan Batuk Efektif (I.01006)
berhubungan dengan sekret yang tertahan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x Obesrvasi
kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan napas 1. Identifikasi kemampuan batuk
meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor input dan output cairan
1. Batuk efektif meningkat Terapeutik
2. Produksi sputum menurun 3. Atur posisi semi-fowler atau fowler
4. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
5. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
7. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mengucu (dibulatkan) selam 8 detik
8. Anjurkan mengulai tarik napas dalm hingga 3
kali
9. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tark napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspetoran, jika perlu
2. Gangguan pola tidur berhubungan Pola Tidur (L.05045) Manajemen Lingkungan ( I.14514 )
kurangnya kontrol tidur Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x Observasi
kunjungan rumah diharapkan pola tidur membaik 1. Identifikasi keamanan dan kenyamanan
dengan kriteria hasil : lingkungan
1. keluhan sulit tidur menurun Terapeutik
2. keluhan sering terjaga menurun 2. Atur suhu lingkungan yang sesuai
3. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
4. Sediakan pewangi ruangan, jika perlu
Edukasi
5. Jelaskan cara membuat lingkungan rumah yang
aman
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
Ruang Rawat : Puskesmas Marina Permai
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Nama Perawat
Rabu, 28 September 2022 1. Medentifikasi kemampuan batuk S:
Pukul : 12.50 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur Klien mengatakan dahap di
Diagnosa Keperawatan 1 batuk efektif tenggorokannya susah keluar
3. Mengatur posisi semi-fowler atau O:
fowler - Sekret terahan pada tenggorokan
4. Memasang perlak dan menaruh - Klien mampu batuk
bengkok di pangkuan pasien - Klien memahami tujuan batuk
5. Mengajarkan tarik nafas dalam efektif
melalui hidung selama 4 detik, A:
ditahan selama 2 detik, kemudian Masalah teratasi sebagian
keluarkan dari mulut dengan bibir P:
mengucu (dibulatkan) selam 8 Lanjutkan intervensi
detik
6. Menganjurkan mengulai tarik
napas dalm hingga 3 kali
7. Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tark napas dalam
yang ke-3
8. Memuang sekret pada tempat
sputum
Rabu, 28 September 2022 1. mengindentifikasi keamanan dan S:
Pukul : 13.00 kenyamanan lingkungan Klien mengeluh susah tidur
Diagnosa Keperawatan 2 2. Menjelaskan cara membuat O:
lingkungan rumah yang aman - Waktu tidur malam klien ± 4 jam
- Klien tidak tidur siang
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai